Anda di halaman 1dari 7

Nama : Pristine Hollysa Simbolon

NIM : 2227000052

1. Dikenal 3 (tiga) sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu: Self Assessment System, Official
Assessment System, dan Withholding System. Sementara itu kita juga mengenal asas pengenaan
pajak, asas pemungutan pajak, asas pembagian beban pajak, dan asas dalam pembuatan
undang-undang pajak. Khususnya untuk pembentukan peraturan di bidang pajak ini, dalam
bukunya yang berjudul Wealth of Nation, Adam Smith memberikan pedoman bahwa supaya
peraturan pajak itu adil maka empat syarat berikut harus dipenuhi yaitu: a. Equality and equity,
b. Certainty, c. Convenience of payment, d. Economic of collection.
Diminta:
a. Keunggulan dan kelemahan dari masing-masing sistem pemungutan pajak. Sertakan contoh
kasus dan ayat jurnal untuk Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak.
b. Jelaskan keterkaitan empat syarat Adam Smith tersebut dengan masing-masing sistem
pemungutan pajak di Indonesia.

Jawaban :
1) A. Keunggulan Self Assesment System
a. Wajib Pajak dapat berperan aktif untuk melakukan pelaporan pajak
b. Menambah pengetahuan wajib pajak mengenai peraturan perundang-undangan
perpajakan
c. Memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak
d. Meminimalkan hubungan antara wajib pajak dan pekerja pajak sehingga
mengurungai terjadinya penyimpangan seperti KKN yang dapat merugikan negara

B. Kekurangan Self Assesment System


a. Adanya kemuningkanan kebohongan dari wajib pajak dalam melaporkan besaran
penghasilan yang diperolehnya, biasanya wajib pajak orang pribadi.
b. Adanya tunggakan pajak, karena wajib pajak tidak mendapat pengetahuan atau
sosialisasi dari pekerja pajak, atau wajib pajak sulit untuk memahami peraturan pajak.
c. Wajib Pajak tidak mendaftarkan diri dan tidak melakukan penyampaian SPT.
d. Kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan pajak dengan benar masih rendah

B. Keunggulan Official Assesment System


a. Keakuratan nominal pajak yang terutang akan lebih tinggi, karena pekerja pajak yang
menentukan besar atau kecilnya pajak yang disetor.

Kekurangan Official Assesment Official


a. Besaran pajak, perhitangan terutan hanya diketahui oleh petugas pajak
C. Keunggulan Witholding Tax System
a. dapat digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak
dalam membayar dan melaporkan pajak terutang;
b. jumlah pajak terutang dapat secara otomatis ditarik dari pihak yang tidak melaporkan
ataupun mengisi SPT;
c. dapat menciptakan keadilan pajak karena pajak yang terutang tetap sudah dibayarkan
dari pembayar pajak yang tidak melaporkan dan menyampaikan SPT;
d. dapat mengurangi masalah pengumpulan pajak bagi aparat pajak;
e. memberikan kenyamanan saat pembayaran pajak bagi pembayar pajak karena pajak
dibayar saat menerima penghasilan.

Kekurangan Witholding Tax System :


a. Menambah beban pekerjaan bagi pemotong
b. Dapat terjadinya pemajakan ganda. Pemotong ditagih, penerima penghasilan juga
ditagih.
c. Tidak dapat mengawasi seluruh transaksi

Kasus :

Membayar sewa sebesar 50.000.000 dikenakan pajak PPh 23 sebesar 2%.


Pemotong
Beban Sewa 50.000.000
Utang PPh 23 1.000.000
Kas 49.000.000

Yang dipotong
Kas 49.000.000
PPh 23 dibayar dimuka 1.000.000
Pendapatan Sewa 50.000.000

B. Keterkaitan empat syarat Adam Smith tersebut dengan masing-masing sistem


pemungutan pajak di Indonesia

1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif
terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib
pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
Soal 2 (Bobot 25%) E bupot unifikasi merupakan sebuah sistem layanan aplikasi yang disediakan oleh
DJP. Dengan aturan unifikasi ini, pembuatan bukti pemotongan maupun pemungutan PPh serta
pelaporan SPT Masa Pphnya menjadi berubah. Diminta:

a. Berikan penjelasan masing-masing jenis PPh dari segi akuntansi pemotongan atau pemungutan PPh
unifikasi dari sisi Pemotong/Pemungut!

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2),

dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap.

b. dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri.

PPh Pasal 15

Objek pajak PPh 15 adalah nilai ekspor bruto, jumlah seluruh biaya pembuatan, dan semua imbalan atau
nilai pengganti, yakni:

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23

PPh Pasal 26.

b. Bagaimanakah sanksi yang diterapkan oleh fiskus jika WP tidak memenuhi kewajiban
pemotongan/pemungutan?

Jawaban :

Pasal 9 Ayat 1 dan 2a UU KUP

Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak ke kas negara setelah batas waktu yang ditentukan
akan dikenai denda bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo yang ditentukan. Baik
keterlambatan satu hari atau dua puluh hari, maka denda bunga yang diterapkan sama, yakni 2% setiap
bulan. Ketika masih tidak dibayarkan pada bulan selanjutnya, akan dikenai tambahan denda bunga 2%
lagi.

Pasal 13 Ayat 1 UU KUP

Pada regulasi ini mengatur mengenai penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar oleh Dirjen Pajak
ketika dalam jangka waktu lima tahun pajak yang terutang tidak dibayarkan. Hal ini didasarkan pada
beberapa poin. Pertama, berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar. Kedua, bila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan meski
sudah dilayangkan teguran tertulis.

Pasal 13 Ayat 2 UU KUP


Menyebutkan bahwa jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
seperti yang dimaksud pada pasal sebelumnya sebesar 2%, diberlakukan paling lama dalam jangka
waktu dua puluh empat bulan. Perhitungan ini dimulai sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

Pasal 13 Ayat 3 UU KUP

Sanksi administrasi bisa ditambah, bila terjadi kurang bayar atau kurang setor oleh pemotong atau
pemungut pajak. Sanksi administrasinya adalah sebesar 100% dari pajak penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, dipungut, disetor. Atau dalam kasus lain, pajak sudah dipotong namun tidak disetorkan
sesuai dengan jumlah yang dipotong

c. Bagaimana dampak dari pihak WP yang telah dipotong/dipungut PPhnya menggunakan layanan e-
bupot unifikasi ini, terkait efektivitas fungsi bukti potong/bukti pungut adalah sebagai kredit pajak yang
dapat mengurangi PPh terutangnya!

Jawaban :

Memudahkan pembuatan bukti potong/pungut berbagai jenis PPh

Memudahkan pelaporan SPT Masa PPh meski berbeda jenis

Bukti potong langsung tervalidasi secara resmi oleh DJP

Bukti potong dapat langsung diterbitkan

Data bukti potong yang diterbitkan secara otomatis menjadi data prepopulated sehingga akan langsung
muncul dalam SPT Tahunan penerima bukti potong PPh

Soal 3 (Bobot 25%)

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dapat menghitung PPh
terutangnya sebagai berikut:

i. Pajak dihitung menggunakan tarif pasal 17 UU PPh dari laba/profit dikurangi PTKP;

ii. Pajak dihitung menggunakan tarif pasal 17 UU PPh dari NPPN dikurangi PTKP; atau

iii. Pajak dihitung menggunakan PPh Final tarif 0,5% dari Peredaran Bruto berdasarkan PP No. 55 Tahun
2022.

Terdapat contoh kasus sebagai berikut: WPOP mempunyai usaha dagang elektronik di glodok, kewajiban
perpajakan WPOP menggunakan pencatatan dengan membayar pajak berdasarkan PP 55 tahun 2022.
Pada bulan September tahun 2022 omset WPOP tersebut Rp4.100.000.000, karena khawatir sampai
Desember 2022 omsetnya akan melebihi Rp 4.800.000.000 dan akan mengakibatkan WPOP di tahun
2023 wajib pembukuan maka WPOP melakukan manajemen pajak dengan cara pada bulan Oktober
tahun 2022 ybs membuat PT Maksi untuk membagi omset usahanya tersebut. Diasumsikan, ternyata
pada tahun 2023 omset WPOP Rp 4.500.000.000 dan omset PT Maksi Rp 2.700.000.000.

Diminta:
a. Jelaskan persyaratan masing-masing agar WPOP dapat menerapkan pilihannya dalam menghitung
PPh terutangnya!
- Wajib Pajak yang omzetnya melebihi 4.8 M kena pph final 0.5%
- Melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas, dengan omset tidak melebihi 4.8M serta
atas omset keseluruhan dikenai PPh bersifat final dan/atau bukan objek pajak
- Dapat melakukan pencatatan tanpa pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
- Penghasilan bruto yang dikenai PPh yang tidak bersifat final serta biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut; dan/atau
- Penghasilan bruto yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai PPh yang bersifat final;

b. Buatlah perhitungan dari contoh kasus diatas, bahwa keputusan WPOP mendirikan PT Maksi
merupakan keputusan yang tepat, jika dibandingkan dengan tidak membentuk PT dan tetap
menjalankan usaha sebagai WPOP saja!
2022 : 4,100,000,000 * 0.5% = 20,500,000 – 2022

WPOP 4,500,000,000 * 0.5% = 22,500,000

Soal 4 (Bobot 25%)

PT PERKASA memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp.8.400.000.000 untuk laporan keuangan yang
berakhir 31 Desember 2022. Hasil koreksi fiscal yang telah dilakukan sebagai berikut: di atas 50M tidak
ada fasilitas pasal 31E karena dianggap peredaran brutonya di anggap diatas 50M

- Perbedaan permanen koreksi positif sebesar Rp.900.000.000

- Koreksi temporer negatif sebesar Rp.750.000.000

- Koreksi temporer positif sebesar Rp.450.000.000

Saldo Liabilitas Pajak Tangguhan sebesar Rp.1.350.000.000, sedangkan PPh yang telah dipotong oleh
pihak lain sebagai berikut:

- PPh pasal 4(2) sebesar Rp.300.000.000

- PPh pasal 23 sebesar Rp.300.000.000

- PPh yang telah dipotong di Luar Negeri sebesar Rp.450.000.000

- PPh pasal 24 yang boleh dikreditkan atas penghasilan dari LN sebesar Rp.375.000.000

- PPh pasal 25 sebesar Rp.1.260.000.000


- PPh pasal 22 sebesar Rp.90.000.000

Diminta:

a. Menghitung PPh terutang PT PERKASA

b. Menghitung PPh lebih/kurang dibayar PT PERKASA

c. Menghitung dan membuat jurnal untuk mencatat Kewajiban Pajak Tangguhan

d. Menghitung jumlah Beban Pajak Kini

a. (50% x 25%) x Rp480.000.000 = Rp60.000.000


25% x Rp 360.000.000 = Rp 90.000.000
Jumlah PPh Terutang = Rp 60.000.000 + Rp 90.000.000
= Rp 150.000.000
Penghasilan Kena Pajak 840,000,000

(50% x 25%) x 480,000,000 = 60,000,000

c. Total beban pajak kini = Rp1.350.000.000 + Rp300.000.000 + Rp75.000.000 = Rp1.725.000.000


Penyajian dalam laporan keuangan Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif Laba sebelum
pajak Rp5.600.000.000 Beban pajak Beban pajak kini Rp1.725.000.000 Beban pajak tangguhan Rp
66.000.000 Total beban pajak Rp1.791.000.000 Laba bersih Rp6.609.000.000 Laporan posisi
keuangan Utang PPh Badan (liabilitas pajak kini) Rp44 .000.000 Liabilitas pajak tangguhan
Rp1.416.000.000

Koreksi Positif 900,000,000 * 25% = 225,000,000

Koreksi Negatif 750,000,000 *25% = (187,500,000)

Koreksi Positif 450,000,000*25% = 112,500,000

Laba Sebelum Pajak 8,400,000,000

PPH 4(2) 300,000,000

PPH 23 300,000,000

PPH LN 450,000,000

PPH 24 375,000,000

PPH 25 1,260,000,000

Total 1,641,000,000

PPH 22 90,000,000

Anda mungkin juga menyukai