Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Dwi Nurcahyo Harjanmoko

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041973479

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4407/Hukum Pajak dan


Acara Perpajakan

Kode/Nama UPBJJ : 89/Ternate

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Soal No. 1
Ya perlu, terhadap penerbitan ketetapan pajak berupa SPT, SKPKB dan SKP KBT yang tentunya
menimbulkan utang pajak. Dirjen pajak mempunyai hak untuk menagih hingga lunas, sifat penagihan
pajak adalah sebagai executorial beslag yang maknanya Dirjen Pajak dapat menagih walaupun wajib
pajak sedang melakukan upaya hukum keberatan kepada Dirjen pajak atau banding ke pengadilan
pajak. Regulasi yang mengatur hal ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang
penagihan pajak dengan surat paksa sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000. Adapun tata urutan penagihan pajak sebagai berikut :
a. Surat teguran;
b. Surat paksa;
c. Penyitaan;
d. Pencegahan ke luar negeri
e. Penyanderaan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan Perundang-Undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu. Dalam Pasal 7 ayat (1) “Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (lema puluh ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan. Dalam Pasal 12 ayat (1) “Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan
pada adanya surat ketetapan pajak.” Ayat (2) “Jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut
ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan. Ayat (3) “Apabila Direktur Jenderal Pajak
mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak
terutang yang semestinya.”

Sedangkan Khususnya untuk pembentukan peraturan di bidang pajak ini, dalam bukunya yang
berjudul Wealth of Nation, Adam Smith memberikan pedoman bahwa supaya peraturan pajak itu adil
maka empat syarat berikut harus dipenuhi (Adam Smith dalam Rochmat Soemitro, 1992: 15):

a. Equality and equity


Orang berada sama harus dikenakan pajak yang sama.
2

b. Certainty
Dalam membuat Undang-Undang perpajakan, peraturanya harus jelas, tegas dan tidak
mengandung arti ganda yang memberikan peluang penafsiran.

c. Convenience of payment
Pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu saat wajib pajak mempunyai uang.

d. Economic of collection.
Harus dipertimbangkan bahwa biaya pemungutan pajak harus lebih kecil dari uang pajak yang
masuk.

Keempat pedoman ini disebut The Four Canons of Adam Smith adalah sering juga disebut The Four
Maxime. Equality and equity mengandung arti bahwa pungutan pajak harus memenuhi rasa keadilan
baik bagi pemerintah selaku pemungut pajak, maupun pembayar pajak (wajib pajak).

Dalam hal ini di dalamnya terkandung maksud adanya larangan terhadap perlakuan diskriminatif.
Certainty, mengandung arti kepastian. Undang-Undang pajak yang baik senantiasa dapat
memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak mengenai kapan ia harus membayar pajak, apa
hak dan kewajiban mereka, dan sebagainya. Terkait dengan hal itu, Undang-Undang pajak tidak
boleh mengandung kemungkinan penafsiran ganda (ambigius). Apabila ketentuan mengenai sesuatu
hal yang berpotensi menimbulkan penafsiran ganda maka seyogyanya dapat diberikan penjelasan
seperlunya. Kemudian, apabila dimungkinkan, hal tersebut dimasukkan ke dalam batang tubuh
Undang-Undang tersebut, misalnya dalam ketentuan umum Pasal 1. Tafsir otentik yang dimuat di
dalam Pasal 1 akan meminimalisasi kemungkinan penafsiran ganda.
Convenience of payment adalah bahwa pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu pada saat
wajib pajak mempunyai uang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan wajib pajak. Mengenai kapan
wajib pajak memiliki uang sehingga mampu membayar pajak sesuai kewajibannya, masing-masing
wajib pajak tidaklah sama. Economic of collection, dalam undang-undang pajak juga harus
diperhitungkan rasio (perimbangan) antara biaya pengumpulan/pemungutan dengan hasil pajak itu
sendiri sehingga diharapkan tidak terjadi hasil pajak yang negatif di mana biaya yang dikeluarkan
bagi pemungutan pajak justru lebih besar dari pada jumlah pajak yang berhasil dihimpun. Dari sisi ini
sebaiknya pengeluaran untuk pemungutan pajak itu dibuat efisien.

2. Soal No. 2
Pada kasus tersebut termasuk kedalam With Holding Tax System. Karena With Holding Tax System
adalah sebuah cara atau sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pihak
ketiga untuk memotong, menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Sistem
With Holding Tax System juga berlaku di Indonesia, yaitu bagi bendaharawan pemerintah/instansi
atau perusahan swasta yang berdasarkan peraturan Perundang-Undangan diwajibkan untuk
memotong pajak tertuang dan menyetorkan ke kas Negara.
3

Contoh pada kasus tersebut adalah pemotongan gaji A yang dilakukan oleh bendahara instansi atau
perusahaan swasta terkait. Jadi, karyawan A tidak perlu lagi pergi ke kantor pajak untuk
membayarkan pajak tersebut.

Jenis pajak yang biasanya menggunakan With Holding Tax System di Indonesia adalah PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong atau bukti pungut
biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem ini.

Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan
tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak
yang bersangkutan

3. Soal No. 3
Pada kasus tersebut termasuk kedalam Official/government System. Karena Official/government
System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Negara untuk
menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Sistem pengmabilan pajak ini
biasanya diterapkan dalam pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB). Dalam
pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang
melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.

Ciri-ciri dari Official/government System adalah :


1. Negara mempunyai wewenang dalam menentukan besaran pajak terutang;
2. Wajib pajak bersifat pasif;
3. Hutang pajak timbus setelah adanya surat ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh fiskus.

4. Soal No. 4
Pada kasus tersebut termasuk kedalam Self Assessment System. Karena Self Assessment System
adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besaeran pajak yang tertuang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
perpajakan. Mekanisme perhitunganya dilaporkan melalui SPT. Ciri-ciri Self Assessment System
adalah :
a) Wajib pajak memiliki kewenangan untuk menentukan besaran pajak terutang dan
membayarkannya ke kas Negara atau bank yang ditunjuk;
b) Wajib pajak bersifat aktif (menghitung, menyetor, dan melapor sendiri pajak yang terutang)
c) Negara hanya besifat mengawasi saja.

Pada kasus terlihat bahwa Perusahaan C ( wajib pajak ) menentukan besaran pajak secara mandiri
dengan melakukan penghitungan atas penghasilan yang diperoleh selama satu tahun dan kemudian
melakukan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayarkan. Perusahaan C kemudian
menyetorkan jumlah pajak yang masih harus dibayar dan kemudian melaporkannya dalam Surat
Pemberitahunan (SPT) Tahunan.

Anda mungkin juga menyukai