Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Slamet Priyadi

NIM : 048717866

TUGAS : TUGAS 1

KELAS : EKSI4202.50

UPBJJ UT : Jakarta
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA

NASKAH TUGAS TUTORIAL KE-1


HUKUM PAJAK
UNIVERSITAS TERBUKA

SOAL 1
Dalam undang-undang diatur bagaimana pembayaran pajak tergantung pada sifat objeknya, karena adanya
perbedaan periode dari penghasilan yang diterima oleh setiap wajib pajak sehingga pada periode tersebut baru
diketahui berapa nilai objeknya. Dapatkah anda jelaskan bagaiman cara pembayaran pajak penghasilan
tersebut?
Jawab :
Pembayaran pajak penghasilan biasanya diatur dalam undang-undang pajak, dan sistem pembayarannya dapat
bervariasi berdasarkan sifat objek pajak, seperti penghasilan pribadi atau penghasilan bisnis. Cara
pembayaran pajak penghasilan umumnya bergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat penghasilan,
jumlah penghasilan, peraturan negara, dan jenis pajak yang dikenakan. Di bawah ini adalah beberapa cara
umum pembayaran pajak penghasilan:

1. Pajak Penghasilan Pribadi:

 Pemotongan Pajak (Withholding Tax): Ini adalah cara umum pembayaran pajak penghasilan pribadi.
Pemberi kerja atau pihak lain yang membayar penghasilan kepada individu akan memotong sebagian
dari penghasilan tersebut sebelum membayarkannya kepada individu. Pemotongan pajak ini disebut
sebagai "pemotongan pajak pada sumber." Individu kemudian hanya perlu melaporkan penghasilan
mereka dalam pengembalian pajak tahunan dan melunasi sisa pajak yang mungkin terutang.
 Pengembalian Pajak (Tax Return): Individu mungkin juga diminta untuk mengajukan pengembalian
pajak tahunan di mana mereka melaporkan seluruh penghasilan dan pengurangan yang mereka
miliki. Setelah menghitung kewajiban pajak mereka berdasarkan pengembalian tersebut, mereka
dapat membayar sisa pajak yang mungkin terutang.

2. Pajak Penghasilan Bisnis:

 Pengenaan Pajak Terhutang (Estimated Tax): Pemilik usaha atau bisnis seringkali diminta untuk
mengestimasi berapa banyak pajak yang mereka akan harus bayar selama tahun pajak. Mereka
membayar pajak terhutang secara berkala selama tahun tersebut berdasarkan estimasi mereka.
Kemudian, pada akhir tahun pajak, mereka harus menghitung total pajak yang seharusnya mereka
bayar berdasarkan pendapatan sebenarnya dan pengeluaran selama tahun tersebut.

 Pengembalian Pajak Bisnis (Business Tax Return): Pemilik bisnis juga harus mengajukan
pengembalian pajak bisnis di mana mereka melaporkan pendapatan dan pengeluaran bisnis. Pajak
terhutang dihitung berdasarkan laporan ini, dan pemilik bisnis membayar jumlah pajak yang terutang.

SOAL 2
KPP Pratama Tangerang Timur berhasil menyita mesin cetak digital senilai Rp 50 juta dari penanggung

pajak KD, yang merupakan Direktur CV. DIGITAL PRINTING. Penyitaan dilakukan karena Wajib Pajak tidak

segera melunasi utang pajak yang berasal dari 24 Surat Ketetapan Pajak dengan nilai total sekitar Rp15 juta.

CV. DIGITAL PRINTING memiliki kemampuan untuk membayar, namun hingga jatuh tempo tidak juga

melakukan pelunasan. Proses sita hingga lelang merupakan bagian dari upaya penagihan pajak yang hingga

kini belum dilunasi utang pajaknya oleh wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan sita dan lelang harta

penunggak pajak tersebut dilakukan karena upaya penagihan aktif lainnya tidak dapat membuat penunggak

pajak melunasi utang pajaknya. Kemukakan pendapat anda, apa yang seharusnya dilakukan oleh CV.

DIGITAL PRINTING agar tidak ada Tindakan sita dan lelang dari kantor pajak atas hutang pajak yang

dimilikinya serta jika terjadi kasus yang berbeda apa saja kemungkinan yang membuat berakhirnya utang

pajak lainnya?
Jawab :

Untuk menghindari tindakan sita dan lelang dari kantor pajak atas hutang pajak yang dimiliki CV. DIGITAL

PRINTING, yang merupakan Direktur KD, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan

tersebut. Di sini saya akan memberikan beberapa saran:

1. Komunikasi dengan Kantor Pajak: CV. DIGITAL PRINTING seharusnya aktif berkomunikasi

dengan Kantor Pajak setempat. Mereka dapat menjadwalkan pertemuan dengan petugas pajak

untuk membahas utang pajak yang dimiliki dan berusaha mencapai kesepakatan tentang

pembayaran yang dapat diterima baik oleh CV. DIGITAL PRINTING maupun Kantor Pajak.

2. Pengajuan Pengurangan atau Penghapusan Pajak: Jika CV. DIGITAL PRINTING merasa bahwa

ada dasar yang kuat untuk mengurangi atau menghapus sebagian atau seluruh utang pajak yang

dimilikinya, mereka dapat mengajukan permohonan resmi kepada Kantor Pajak. Ini biasanya

melibatkan memberikan bukti-bukti yang mendukung klaim mereka.

3. Pembayaran Secara Bertahap: Jika CV. DIGITAL PRINTING memiliki kesulitan keuangan, mereka

dapat mencoba bernegosiasi dengan Kantor Pajak untuk membayar utang pajak secara bertahap

dalam beberapa cicilan. Kesepakatan ini harus tertuang dalam perjanjian tertulis dengan syarat dan

ketentuan yang jelas.

4. Pemantauan Utang Pajak: CV. DIGITAL PRINTING harus memantau utang pajak mereka secara

rutin dan memastikan untuk membayar tepat waktu sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

dengan Kantor Pajak. Ini akan membantu mencegah akumulasi lebih banyak utang pajak.

5. Kepatuhan Pajak yang Lebih Baik: Penting bagi CV. DIGITAL PRINTING untuk memastikan

bahwa mereka memenuhi kewajiban perpajakan mereka secara tepat waktu ke depannya, agar tidak

ada utang pajak tambahan yang terjadi.

Namun, jika terjadi kasus yang berbeda di mana CV. DIGITAL PRINTING tidak dapat membayar utang pajak

mereka, kemungkinan penyitaan dan lelang harta bisa terjadi. Hal ini biasanya merupakan langkah terakhir

yang diambil oleh Kantor Pajak setelah upaya penagihan aktif lainnya telah gagal. Dalam kasus seperti itu,

harta dapat disita dan dilelang untuk membayar utang pajak yang masih belum dilunasi.
SOAL 3
Hukum merupakan suatu sistem, maka dalam sistem hukum terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai

hubungan khusus, dapatkah anda jelaskan hubungan hukum pajak dengan hukum lain sebagai lex specialist?

Jawab :

A. HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM PERDATA

Hukum Pajak banyak sekali hubungannya dengan Hukum Perdata, hal ini dapat dimengerti karena Hukum

Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa (kematian, kelahiran), keadaan

(kekayaan), perbuatan (jual beli, sewa menyewa) yang diatur dalam Hukum Perdata. Hal ini dijadikan

Tesbestand yang dituangkan dalam Undang-undang pajak, dan bila dipenuhi syarat-syaratnya akan

menyebabkan seseorang atau badan dikenakan pajak. Sebagian Sarjana mengatakan bahwa bukan itu yang

menyebabkan timbulnya hubungan yang erat antara Hukum Pajak dengan Hukum Perdata, melainkan suatu

ajaran di bidang hukum yang menyatakan bahwa lex specialis derogat lex generale, yaitu hukum yang khusus

menyimpangkan hukum yang umum.

B. HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM PIDANA.

1) Umum

Ancaman Hukuman Pidana tidak saja terdapat dalam K.U.H.P., tetapi banyak juga tercantum dalam Undang-

undang di luar K.U.H.P.

2) Sanksi Pidana terhadap pelanggaran atau kejahatan di bidang perpajakan yang diancam baik dalam KUHP

maupun dalam Undang-undang Pajak.

3)Ketentuan KUHP yang mengancam tindak pidana di bidang perpajakan .


C. HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM TATA USAHA NEGARA

1. Pemungutan pajak kepada wajib pajak adalah kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi kepemerintahan.

2. semua keputusan para pejabat di bidang perpajakan adalah merupakan ruang lingkup Hukum Administrasi

Negara/ Hukum Tata Usaha Negara, sehingga bilaterjadi sengketa perpajakan semestinya berdasarkan

Undang-Undang no. 5 tahun 1985 menjadi domain kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, namun

berdasarkan Undang-Undang no. 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak berlaku ketentuan khusus (Lex

Specialist), dimana bila terjadi sengketa perpajakan yang berhak menangani adalah Pengadilan Pajak.

SOAL 4
Dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan Indonesia mempunyai ciri dan corak sistem pemungutan

pajak berdasarkan self assessment system, dapatkan anda jelaskan maksud dan pengertian sistem tersebut

serta ketentuan perundangan-undangan yang mengatur sistem tersebut?

Jawab :

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak memiliki tanggung

jawab untuk menentukan besarnya pajak yang harus mereka bayar, melaporkan informasi pajak secara

akurat, dan membayar pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam

konteks Indonesia, sistem ini dikenal dengan sebutan "Sistem Pajak Terutang oleh Wajib Pajak" atau STPW.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang Self Assessment System di Indonesia beserta beberapa ketentuan

perundang-undangan yang mengaturnya:


1. Maksud dan Pengertian Self Assessment System:

 Maksud: Maksud dari Self Assessment System adalah untuk memberikan wajib pajak tanggung

jawab yang lebih besar dalam menentukan dan membayar pajak yang terutang. Hal ini

membutuhkan kerjasama dan ketaatan wajib pajak dalam melaporkan pendapatan, menghitung

pajak yang terutang, dan membayar pajak tersebut tepat waktu.

 Pengertian: Dalam Self Assessment System, wajib pajak harus secara mandiri dan akurat

menentukan berapa jumlah pajak yang mereka harus bayar berdasarkan informasi pendapatan dan

transaksi yang relevan.

2. Ketentuan Perundang-Undangan:

 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP):

Undang-Undang ini merupakan landasan utama yang mengatur sistem Self Assessment di

Indonesia. Di dalamnya diatur hak dan kewajiban wajib pajak, perhitungan pajak, dan kewajiban

pelaporan.

 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan KUP: Peraturan ini

menjelaskan lebih rinci tentang tata cara pelaksanaan KUP, termasuk aspek-aspek terkait Self

Assessment System.

 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyampaian dan Pemeriksaan SPT: Peraturan

Menteri Keuangan mengatur prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) oleh wajib pajak,

yang merupakan salah satu elemen penting dalam Self Assessment System.

Dalam Self Assessment System, wajib pajak diharapkan untuk:

 Melakukan perhitungan pajak dengan benar.

 Mengisi SPT dengan informasi yang akurat dan lengkap.

 Membayar pajak yang terutang tepat waktu.

 Menjaga dokumentasi yang mendukung perhitungan dan pelaporan pajak.


Peran Kantor Pajak adalah untuk melakukan pemeriksaan dan verifikasi terhadap laporan dan perhitungan

pajak yang diajukan oleh wajib pajak. Jika ditemukan ketidaksesuaian atau kesalahan dalam laporan pajak,

Kantor Pajak dapat melakukan penyesuaian dan menetapkan kewajiban pajak yang sebenarnya.

Penerapan Self Assessment System bertujuan untuk mendorong ketaatan pajak, meningkatkan efisiensi

dalam pemungutan pajak, dan mengurangi birokrasi dalam proses perpajakan. Wajib pajak diharapkan untuk

bekerja sama dengan baik dengan pihak berwenang dalam proses ini untuk memastikan pemenuhan yang

benar dengan kewajiban perpajakan mereka.

Anda mungkin juga menyukai