Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AIDA NUGRAHENI

NIM : 045123916
UPBJJ : YOGYAKARTA

TUGAS 1 HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN

Penghindaran Pajak oleh Perusahaan-perusahaan di Indonesia


Sektor pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar. Menurut Mustikasari,
(2007), saat ini sekitar 80% dana APBN berasal dari penerimaan pajak. Hal ini menjadi suatu
bukti bahwa penerimaan pajak telah menjadi tulang punggung penerimaan negara yang dapat
diandalkan.
Karena peran pajak sangat besar bagi negara, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak. Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami
kendala, salah satunya adanya aktivitas penghindaran pajak atau disebut tax
avoidance (Swingly, C. dan Sukartha, 2015) yang dilakukan para Wajib Pajak pribadi maupun
badan,
Masih sering kita dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Padahal perusahaan merupakan salah satu Wajib Pajak yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu menginginkan
pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani, 2017).
Adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk
penghindaran pajak (Chen, 2010). Upaya pengurangan pajak secara legal disebut penghindaran
pajak (tax avoidance) sedangkan upaya pengurangan pajak secara ilegal disebut penggelapan
pajak (tax evasion).
Sumber: https://www.pajakku.com/read/5dae89a34c6a88754c088058/Penghindaran-Pajak-
oleh-Perusahaan-perusahaan-di-Indonesia

1) Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia?


2) Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang
melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion?
Jawab :

1. Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu sistem self-
assessment, sistem official assessment, dan sistem withholding assessment.
a. Sistem Self-Assessment
Dengan bantuan teknologi ini, wajib pajak dapat menghitung berapa jumlah
pajak yang harus dibayarnya. Merupakan kewajiban wajib pajak dalam sistem
ini untuk menentukan, memperkirakan, membayar, dan mencatat jumlah pajak
yang terutang. Otoritas pemungut pajak memantau kegiatan ini untuk sementara
dengan menerapkan serangkaian strategi pengawasan dan penegakan hukum.
Berbagai kategori pajak pusat tunduk pada sistem penilaian otonom. Macam-
macam pajak PPh dan PPN adalah dua contohnya. Setelah era reformasi
perpajakan pada tahun 1983, Indonesia mulai menerapkan sistem pemungutan
pajak yang masih digunakan hingga saat ini. Namun ada kelemahan dalam
teknik pemungutan pajak ini. Wajib Pajak biasanya berusaha membayar pajak
sesedikit mungkin karena mereka mempunyai kemampuan untuk menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang dan wajib dibayar. Ciri-ciri sistem
pemungutan pajak Self Assessment:
 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika
wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak
yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

b. Sistem Official Assessmen


Dalam sistem ini, badan pemungut pajak menentukan jumlah total pajak yang
wajib dibayar oleh wajib pajak. Yang harus dilakukan wajib pajak hanyalah
bersikap pasif dan menunggu untuk diberitahu ketika jumlah pajak yang
ditetapkan oleh lembaga pemungutan pajak sudah diketahui. Sistem
pemungutan pajak ini bisa Anda manfaatkan untuk membayar pajak daerah
Anda, seperti Pajak Bangunan (PBB). Terkait pembayaran PBB, KPP
merupakan badan yang mengirimkan surat ketetapan pajak yang memuat
jumlah PBB tahunan yang terutang.Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi
menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat
Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek
pajak terdaftar. Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.
 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
wajib dibayarkan.

c. Sistem Withholding Assessment


Dalam pendekatan ini, pihak ketiga yang independen—bukan wajib pajak atau
petugas pajak—menghitung kewajiban pajak. Berdasarkan pengaturan ini,
wajib pajak menunjuk pihak ketiga untuk menghitung dan menahan persentase
dari pendapatannya, yang kemudian diserahkan ke lembaga pemungut pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang relevan. Pemotongan yang
dilakukan bendahara instansi terkait terhadap penghasilan pegawai merupakan
gambaran sistem pemotongan. Oleh karena itu, pegawai dapat membayar
pajaknya tanpa harus datang ke KPP. Di Indonesia, sistem pemotongan
diterapkan pada jenis pajak berikut: PPN, PPh Final Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal 23.

2. Tax avoidance merupakan upaya wajib pajak untuk memanfaatkan celah atau
ambiguitas dalam undang-undang perpajakan guna meminimalkan tanggung jawab
perpajakannya. Diperbolehkan untuk terlibat dalam skema penghindaran pajak ini.
Namun hal ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, penghindaran
pajak dinilai merugikan negara. Pandangan ini didukung oleh pengamatan bahwa
penghindaran pajak menurunkan basis pajak yang dihasilkan dari pendapatan, yang
pada gilirannya menurunkan jumlah pendapatan negara yang dapat digunakan untuk
menutup defisit anggaran negara. Menurut sudut pandang kedua, penghindaran pajak
adalah hal yang baik karena merupakan taktik yang digunakan oleh dunia usaha untuk
menurunkan jumlah pajak yang harus mereka bayarkan kepada pemerintah. Pendekatan
bisnis ini adalah memanfaatkan kesenjangan atau ketidakpastian dalam peraturan dan
regulasi perpajakan. Alasan yang melatarbelakangi Penghindaran Pajak adalah karena
perusahaan atau perorangan merasa terbebani dengan pajak yang harus dibayarnya,
sehingga wajib pajak melakukan hal tersebut guna mengurangi pajak yang harus
dibayarnya.

Tax Evasion adalah usaha aktif wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan,
manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri dan tidak membayar pajak
sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundang-undangan. Perusahaan
kecil harus menjadi pihak pertama yang melanggar undang-undang yang berlaku untuk
menurunkan atau memindahkan kewajiban pajaknya. Penghindaran pajak dapat
dilakukan oleh wajib pajak yang mempunyai riwayat melakukan hal tersebut.
Seringkali, keyakinan bahwa pajak akan menurunkan pendapatan wajib pajak
merupakan pemicu berbagai strategi penghindaran pajak terlarang. Ketika terjadi
pelanggaran, wajib pajak biasanya mencoba mengungkapkan jumlah pajak yang salah.
Tentu saja hal ini merupakan tindak pidana karena sengaja menyembunyikan sebagian
penghasilan Wajib Pajak dan dengan sengaja melanggar ketentuan yang berlaku.

Sumber :
Modul Hukum Pajak dan Acara Perpajakan Universitas Terbuks
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak.
https://pascasarjana.umsu.ac.id/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/mengenal-tax-evasion-contoh-hingga-sanksinya
http://scholar.unand.ac.id/108549/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf

Anda mungkin juga menyukai