NIM : 045123916
UPBJJ : YOGYAKARTA
1. Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu sistem self-
assessment, sistem official assessment, dan sistem withholding assessment.
a. Sistem Self-Assessment
Dengan bantuan teknologi ini, wajib pajak dapat menghitung berapa jumlah
pajak yang harus dibayarnya. Merupakan kewajiban wajib pajak dalam sistem
ini untuk menentukan, memperkirakan, membayar, dan mencatat jumlah pajak
yang terutang. Otoritas pemungut pajak memantau kegiatan ini untuk sementara
dengan menerapkan serangkaian strategi pengawasan dan penegakan hukum.
Berbagai kategori pajak pusat tunduk pada sistem penilaian otonom. Macam-
macam pajak PPh dan PPN adalah dua contohnya. Setelah era reformasi
perpajakan pada tahun 1983, Indonesia mulai menerapkan sistem pemungutan
pajak yang masih digunakan hingga saat ini. Namun ada kelemahan dalam
teknik pemungutan pajak ini. Wajib Pajak biasanya berusaha membayar pajak
sesedikit mungkin karena mereka mempunyai kemampuan untuk menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang dan wajib dibayar. Ciri-ciri sistem
pemungutan pajak Self Assessment:
Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika
wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak
yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
2. Tax avoidance merupakan upaya wajib pajak untuk memanfaatkan celah atau
ambiguitas dalam undang-undang perpajakan guna meminimalkan tanggung jawab
perpajakannya. Diperbolehkan untuk terlibat dalam skema penghindaran pajak ini.
Namun hal ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, penghindaran
pajak dinilai merugikan negara. Pandangan ini didukung oleh pengamatan bahwa
penghindaran pajak menurunkan basis pajak yang dihasilkan dari pendapatan, yang
pada gilirannya menurunkan jumlah pendapatan negara yang dapat digunakan untuk
menutup defisit anggaran negara. Menurut sudut pandang kedua, penghindaran pajak
adalah hal yang baik karena merupakan taktik yang digunakan oleh dunia usaha untuk
menurunkan jumlah pajak yang harus mereka bayarkan kepada pemerintah. Pendekatan
bisnis ini adalah memanfaatkan kesenjangan atau ketidakpastian dalam peraturan dan
regulasi perpajakan. Alasan yang melatarbelakangi Penghindaran Pajak adalah karena
perusahaan atau perorangan merasa terbebani dengan pajak yang harus dibayarnya,
sehingga wajib pajak melakukan hal tersebut guna mengurangi pajak yang harus
dibayarnya.
Tax Evasion adalah usaha aktif wajib pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan,
manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri dan tidak membayar pajak
sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundang-undangan. Perusahaan
kecil harus menjadi pihak pertama yang melanggar undang-undang yang berlaku untuk
menurunkan atau memindahkan kewajiban pajaknya. Penghindaran pajak dapat
dilakukan oleh wajib pajak yang mempunyai riwayat melakukan hal tersebut.
Seringkali, keyakinan bahwa pajak akan menurunkan pendapatan wajib pajak
merupakan pemicu berbagai strategi penghindaran pajak terlarang. Ketika terjadi
pelanggaran, wajib pajak biasanya mencoba mengungkapkan jumlah pajak yang salah.
Tentu saja hal ini merupakan tindak pidana karena sengaja menyembunyikan sebagian
penghasilan Wajib Pajak dan dengan sengaja melanggar ketentuan yang berlaku.
Sumber :
Modul Hukum Pajak dan Acara Perpajakan Universitas Terbuks
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak.
https://pascasarjana.umsu.ac.id/sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/mengenal-tax-evasion-contoh-hingga-sanksinya
http://scholar.unand.ac.id/108549/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf