PROGRAM VOKASI
MAKALAH
OLEH:
Pengantar Perpajakan
Depok, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Dalam pengertian tersebut ada beberapa komponen yang WAJIB
Anda tahu yaitu:
1. Pajak adalah Kontribusi Wajib Warga Negara
2. Pajak bersifat MEMAKSA untuk setiap warga negara
3. Dengan membayar pajak, Anda tidak akan mendapat imbalan
langsung
4. berdasarkan Undang-Undang
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu official
assesment system, self assessment system, dan withholding system.Official
assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Withholding System adalah suatu
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
Wajib pajak menurut pasal 1 huruf a Ketentuan Umum Perpajakan
adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Dengan kata lain, wajib pajak adalah subjek pajak yang memenuhi syarat-
syarat objektif, jadi memenuhi tabestand yang ditentukan oleh
undangundang, yaitu dalam rangka UU PPh 1984, menerima atau
memperolah penghasilan kena pajak, yaitu penghasilan yang melebihi
pendapatan tidak kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri (Soemitro,
2004).
Dalam Mardiasmo (2009) terdapat tiga cara dalam pemungutan pajak
yaitu (a) Stelsel nyata, pengenaan pajak didasarkan pada penghasilan nyata,
sehingga pemungutannya dilakukan pada akhir tahun pajak. (b) Stelsel
anggapan pengenaan pajak didasarkan pada anggapan bahwa penghasilan
suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal
tahun pajak dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan.
(c) Stelsel campuran, kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Prosedurnya yaitu awal tahun pajak dihitung berdasarkan anggapan,
sedangkan pada akhir tahun pajak dihitung berdasarkan penghasilan riil
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalalm makalah ini
meliputi;
1. Bagaimana sistem pemungutan pajak?
2. Bagaimana stelsel pengenaan pajak?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, antara lain adalah;
1. Untuk memenuhui tugas dari Dosen pengantar pajak
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemungutan pajak
3. Untuk mengetahui bagaimana stelsel pengenaan pajak
D. Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperdalam
ilmu pengetahuan mengenai sistem pemungutan pajak dan stelsel
pengenaan pajak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak merupakan tujuan utama administrasi pajak dan
yang menjadi alasan mengapa ada administrasi pajak. Hal ini diungkapkan
oleh Alink da Kommer bahwa Collection is the main objective of a Tax
administration and the reason for its existence. Dalam memungut pajak ada
tiga tekhnik yang secara teoritis dapat diterapkan, yaitu self assessment
system, official assessment system, dan hybrid system/semi self assessment
system. Tekhnik ini sebetulnya merupakan rekonstruksi pembagian teknik
pemungutan pajak menurut Adriani, yaitu:
a. Wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan undang-undang,
b. Ada lerja sama antara Wajib Pajak dengan Fiskus,
c. Fiskus menentukan jumlah pajak yang terutang.
1) Sistem Nyata
Sistem nyata mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilanyan
benar-benar diperoleh dalam setiap tahun pajak. Berapa besarnya
penghasilan sesungguhnya/ sebenarnya ini dapat diketahui pada akhir tahun
itu.
Misalnya setelah tutup buku (cosing), sehingga diketahui apakah orang
atau badan mengalami keuntungan dan berapa jumlahnya, atau malah
menderita kerugian. Oleh karenanya, maka pengenaan pajak dengan
memakai cara ini merupakan suatu pungutan kemudian (naheffing), yaitu
baru dikenakan setelah lampau tahun yang bersangkutan.
Kelebihan dari stelsel ini adalah lebih mencerminkan keadilan karena
beban pajak didasarkan pada ability-to-pay yang sesungguhnya. Namun bagi
Negara, system pungutan kemudian ini akan menyulitkan pengelolaan
keuangan Negara karena harus menunggu penerimaan pajak setelah akhir
tahun.
3) Sistem Campuran
Sistem campuran mendasarkan pengenaan pajaknya atas kedua
stelsel sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai contoh, dalam
penghitungan Pajak Penghasilan Badan dan/atau Pajak Penghasilan Orang
Pribadi. Dalam tahun berjalan, Wajib Pajak diwajibkan membayar pajak
penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) yang mendasarkan pengenaan pajaknya
atas suatu anggapan bahwa penghasilan wajib pajak dalam tahunan pajak
dianggap sama besarnya dengan penghasilan sesungguhnya dalam tahun
yang baru saja lampau.
Pasal 25
(1)Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar
Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak penghasilan yang dipoting sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut
sebagamana dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang terutang
dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan,
berupa :
Contoh: Pada tahun 2003, Penghasilan Kena Pajak PT ABC adalah sebesar
Rp200 juta. Dengan demikian, maka pajak penghasilan yang terutang (tarif
pasal 17) adalah sebesar:
Dikurangi:
12 bulan
Pasal 28
(1) Bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang
terutang dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang
bersangkutan, berupa:
a. Pemotong pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21;
b. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain sebagaimana dimaksud di
pasal 22;
c. Pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,
royalty, sewa, hadiah, dan penghargaan, dan imbalan jasa
sebgaimana dimaksud dalam pasal 23;
d. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar ngeri
yang oleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24;
e. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25;
f. Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 26 ayat (5).
Contoh: Pada tahun 2004, Penghasilan Kena Pajak PT ABC adalah sebesar
Rp300 juta. Dengan demikian, maka Pajak Penghasilan yang terutang (tariff
Pasal 17) adalah sebesar:
Dikurangi:
Pasal 28A
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil
dari jumlah kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1),
maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikut sanksi-
sanksinya.
Contoh: Pada tahun 2004, Penghasilan Kena Pajak PT ABC adalah sebesar
Rp100 juta. Maka Pajak Penghasilan yang terutang (tariff Pasal 17) adalah
sebesar:
Dikurangi:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan