Anda di halaman 1dari 4

BAB X : SIFAT-SIFAT SISTEM PERPAJAKAN YANG BAIK

A. Lima Karakter Perpajakan yang Diinginkan dari Sistem Perpajakan

1. Pajak merupakan kontribusi wajib dan bersifat memaksa, seluruh subjek pajak harus
membayar pajak.

2. Pajak telah diatur dalam Undang-Undang, hal ini menunjukkan pajak memiliki
landasan hukum yang legal.

3. Memiliki balas jasa tidak langsung, pajak yang terkumpul nantinya akan digunakan
untuk pembangunan nasional sehingga manfaatnya tidak langsung dirasakan.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah.

5. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan dana ke kas negara dan juga
mengatur..

B. Kerangka Umum yang Dapat Digunakan Memilih Sistem Perpajakan

Perpajakan adalah sumbangan wajib yang dibayar oleh wajib pajak kepada negara
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, tanpa ada balas jasa secara
langsung yang diterima oleh wajib pajak (pembayar pajak).

Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban
perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan.

Sistem pemungutan pajak sendiri diatur dalam dalam Undang-Undang No.10 tahun
1994, dengan pembahasan dan aturan segala hal yang terkait dengan subjek maupun
objek pajak.

Berikut ini penjelasan terkait dengan kerangka umum yang dapat digunakan dalam
sistem perpajakan pajak sesuai dengan asas pemungutan pajak diantaranya:

1. Self Assessment System

Self Assessment System merupakan salah satu sistem pemungutan pajak yang berlaku
di Indonesia dimana sistem ini membebankan penentuan besaran pajak yang perlu
dibayarkan oleh wajib pajak bersangkutan secara mandiri. Siapa itu wajib pajak? Wajib
Pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan
melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau dapat melalui
sistem administrasi online yang telah dibuat oleh pemerintah.

Lalu bagaimana peran pemerintah dalam dalam self assessment system ini? Peran
pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adlah sebagai pengawas dari aktivitas
perpajakan para wajib pajak. Penerapan self assessment system ini berlaku untuk jenis
pajak pusat. Contoh jenis pajak pusat di Indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) yang berlaku setelah masa reformasi pajak pada
1983 hingga saat ini.

Di sisi self assessment system memberikan kemudahan dan keleluasaan wajib pajak,
namun dalam pelaksanaan sistem pemungutan ini juga terdapat konsekuensi. Wajib
pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin. Karena
wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu
dibayarkan.

Ciri-Ciri Self Asssessment System

a. Penentuan atas besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri
b. Wajib pajak memiliki peran aktif dalam memenuhi dan menuntaskan
kewajiban perpajakan mulai dari menghitung, membayar hingga melapor
pajak.
c. Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak.
Pengecualiannya yaitu apabila wajib pajak telat lapor, telat membayar pajak
terutang atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun
tidak dibayarkan.

2. Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan perpajakan yang


memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak
terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem ini,
wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya Surat
Ketetapan Pajak oleh fiskus.

Dalam sistem ini, petugas pajak sepenuhnya memiliki inisiatif dalam menghitung dan
memungut pajak. Penerapan official assessment system ini pun ditujukan kepada
masyarakat selaku wajib pajak, yang dinilai belum mampu untuk diberikan tanggung
jawab dalam menghitung serta menetapkan pajak. Sistem ini akan berhasil apabila
petugas pajak secara kualitas, kuantitas dan integritas telah memenuhi kebutuhan dan
standar yang ditetapkan.

Official Assessment System diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) atau jenis-jenis pajak daerah lainnya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) merupakan
pihak yang mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak berisi besaran Pajak Bumi dan
Bangunan terutang setiap tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak
terutang melainkan cukup membayar Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Surat
Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak
terdaftar.
Meskipun fiskus (pemegang wewenang pajak) cukup dominan dalam menghitung dan
menetapkan hutang pajak, namun setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984,
sistem pemungutan perpajakan ini tidak lagi berlaku.

Ciri-Ciri Official Assessment System

a. Sifat wajib pajak pasif dalam perhitungan pajak karena besaran pajak terutang
dihitung oleh petugas pajak (fiskus) yang dipilih dalam pengelolaan pajak.
b. Pajak terutang timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.
c. Pemerintah mempunyai hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
wajib dibayarkan oleh wajib pajak.

3. Withholding System

Withholding system adalah sistem pemungutan yang memberikan otoritas kepada


pihak ketiga dalam penentuan besaran pajak terutang wajib pajak. Pihak ketiga yang
dimaksud, bukan berasal dari pemerintah maupun wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh sistem pemungutan pajak dengan sistem yang satu ini, yakni pemotongan
penghasilan karyawan oleh bendahara instansi terkait. Dengan begitu, karyawan tak
perlu ke KPP untuk melakukan pembayaran atas potongan pajak tersebut.

Sementara itu, jenis pajak yang menggunakan sistem ini yakni PPh Pasal 21, PPh Pasal
22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Lalu untuk bukti pada setiap
pelunasan pajak yang dilakukan, biasanya berupa bukti potong maupun bukti pungut.
Selain bukti potong, dapat juga memakai Surat Setoran Pajak (SSP) dalam beberapa
kasus tertentu.

Nantinya, setiap bukti dan surat tersebut dapat disertakan bersama SPT Tahunan
PPh/SPT Masa PPN oleh setiap wajib pajak terkait.

Secara garis besar, berikut ciri-ciri withholding system:

a. Wajib pajak dan pemerintah sama-sama tidak berperan aktif dalam


menghitung besaran pajak.
b. Instansi atau perusahaan terkait sebagai pihak ketiga yang menghitung
besaran pajak.
c. Wajib pajak perlu melampirkan bukti potong atau SSP bersamaan dengan SPT
Tahunan PPh atau SPT Masa PPN.

Sebagai warga negara Indonesia, tentunya harus mengetahui dan memahami segala
ketentuan perpajakan mulai dari jenis-jenis pajak hingga sistem pemungutan pajak. Hal
ini akan semakin mempermudah pada saat akan membayar pajak. Sebagai warga
negara sekaligus wajib pajak yang baik, tentu harus mentaati peraturan perpajakan
yang ada termasuk dengan membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai