Anda di halaman 1dari 5

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

Nama Anggota Kelompok 4


 Andrean Putra (06)
 Ayu Alifah (13)
 Azizah Mar’atus (17)
 Chyntia Luna (18)
 Dela Ayu (21)
 Devita Fadilah (25)
 Felicia Novira (35)
1. DASAR PENGENAAN PAJAK
 Dasar pengenaan pajak yang berlaku di
Indonesia, antara lain :
a. Stelsel Nyata ( Riil Stelsel)
Pengenaan pajak yang didasarkan pada objek yang sesungguhnya, yang benar-benar ada, dan dapat
ditunjuk. Contoh : pajak penghasilan, penghasilan sesungguhnya yang diperoleh dalam tahun baru
diketahui pada akhir tahun sehingga pengenaan pajak nya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
tersebut.

b. Stelsel anggaran (fictive Stelsel)


Pengenaan pajak yang didasarkan pada penetapan besaran angsuran awal tahun dengan anggapan
bahwa pendapatan tahun ini adalah sama dengan tahun lalu.Contoh : penetapan besaran angsuran
pajak diawal tahun yang didasarkan pada anggapan bahwa pendapatan tahun ini adakah sama dengan
pendapatan tahun lalu (tahun sebelumnya ).

c. Stelsel Campuran
Stelsel campuran merupakan gabungan dari stelsel riil dan stelsel fiktif ,yaitu pada awal tahun pajak
menggunakan stelsel fiktif , setelah ahkir tahun menggunakan stelsel riil. Contoh Pajak penghasilan.
2. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Di Indonesia terdapat 3 jenis sistem pemungutan pajak yaitu :
a. Official Assesment System

Besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan surat ketetapan Pajak. Wajib Pajak bersifat Tahapan
tahapan Dalam menghitung dan meperhitungkan pajak yang terhutang ditetapkan oleh fiskus yang tertuang dalam
surat keputusan pajak (SKP).Wajib baru aktif ketika melakukan penyetoran pajak terhutang berdasarkan ketetapan
surat keputusan pajak (SKP) Ciri ciri sistem ini adalah.
1) Wajib pajak bersifat pasif

2) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang adalah fiskus

3) utang pajak timbul setelah dibuatkan surat ketetapan pajak (SKP) oleh fiskus

b. Self assesment system


Sistem self-assesment merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepasa wajib pajak
untuk menghitung ,membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang harus terutang berdasarkan peraturan
perundang undangan perpajakan.Fungsi Direktorat jenderl pajak (fiskus) adalah melakukan pengawasan atas
sistem self assesment tersebut agar wajib pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Perpajakan .Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)

c. Withholfing Tax System


Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukakan melalui pihak ketiga. Siste ini tercemin pada pelaksanaan pengenaan
pajak pemghasilan dan pajak Pertambahan Nilai. Contoh : PPh
Pasal 21 dan PPh Pasal 23 , PPH Pasal 22 dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Terkait Dengan Tatatcara pemungutan pajak Daerah yang menjadi kewenangan dari pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, Dapat dilakukan dengan 2 cara.
1. Pajak dapat dibayarkan oleh wajib pajak setelah wajib pajak mendapatkan surat ketetapan
pajak Daerah (SKPD) atau Dokumen lainnya yang dipersamakan. Cara ini masuk ke dalam
official assesment system .
2. Wajib pajak melakukan perhitungan, pembayaran , dan pelaporan secara pribadi/sendiri sesuai
dengan pajak terutang melalui surat pemberitahuan pajak Daerah (SPTPD).Cara ini masuk
kedalam Self assesment System.
Kemudian,dalam 5 tahunSetelah terutang pajak, kepala daerah dapat menerbitkan Surat ketetapan
pajak daerah(SKPDKB)
1.Berdasarkan Hasil pemeriksaan,pajak yang terhutang tidak atau kurang diabayar oleh wajib
pajak.
2.Jika (SPTPD)tidak disampaikan kepada kepala daerah Dalam Jangka waktu tertentu Dan
Setelah ditegur tidak disampaiakn pada Waktunya
3.Adanya kewajiban yang tidak dipenuhi Dalam mengisi SPTPD Sehingga pajak yang terutang
Dihitung Secara jabatan.
3. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

Agar pemungutan pajak tidak Menimbulkan hambatan pemungutan pajak harus syarat-syarat Sebagai berikut:
a. Syarat keadilan
Pemungutan pajak harus adil,sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan undang undang.Pelaksanaan pemungutan juga
harus adil, yaitu dikenakan kepada orang-orang pribadi Sebanding dengan kemampuannya untuk (ability to pay) pajak tersebut serta
sesuai dengan manfaat yang diterimanya.

b. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang karena sifat dapat dipaksakan.Hak dan kewajiban wajib pajak maupun petugas
pajak diatur dalam syarat ini .Undang –Undang No.6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Umum
dan tatat Cara perpajakan, memberi kesempatan kepada Wajib pajak yang tidak puas untuk mengajukan keberatan dan
banding.Undang-Undang memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

c.Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak harus bisa menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan tidak boleh menggangu kelancaraan kegiatan produksi
maupun perdagangan agar tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

d.Syarat Finansial
Pemungutan pajak harus efisien , sesuai dengan fungsi budgetair , baiya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah
dari hasil penghasilannya.

e.Sederhana
Pemungutan harus sederhana agar memudahkan dan mendorong masyrakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Anda mungkin juga menyukai