Anda di halaman 1dari 14

Sistem Pemungutan dan

Pembayaran Pajak
Anggota :
Azwina Zahra Akhyar (1506764830)
Dea Nadya Ramadhanti (1506764780)
Kukuh Alan Murtono (1506765253)
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Sistem pemungutan pajak yaitu cara yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak seseorang yang harus di bayar oleh wajib pajak kepada negara.
Terdapat tiga jenis sistem pemungutan pajak, yaitu:

1. Official Assessment System


Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada petugas pajak
(fiskus) menghitung dan menetapkan besarnya pajak terhutang wajib pajak. Dalam
sistem ini fiskus berperan aktif sejak dari mencari wajib pajak untuk diberikan
NPWP sampai kepada penetapan jumlah pajak yang terutang melalui penerbitan
Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Ciri-ciri sistem pemungutan pajak
(Official Assessment System)
 Ciri-ciri sistem pemungutan pajak ini adalah:
 Pemerintah memiliki wewenang penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar wajib pajak
 Wajib Pajak bersifat pasif dalam menghitung pajaknya
 Utang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terhutang dengan
diterbitkannya surat ketetapan pajak.

 Keunggulan :
kepastian hukum tentang nilai pajak yang dibayar sangat tinggi karena pajak
ditetapkan sendiri oleh fiskus (aparat pemerintah)
 Kelemahan :
dibutuhkan sumber daya manusia (fiscus) dalam jumlah banyak untuk melayani
pembayar pajak
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

2. Self Assessment System


Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak
sendiri atu orang pribadi yang menghitung, menetapkan, menyetorkan dan
melaporkan pajak yang terutang. Dengan sistem ini wajib pajak harus aktif untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Contoh : Pajak penghasilan (PPn), pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa
(PPN), dan pajak penjualan atas barang mewah (PPn.BM).
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak
(Self Assessment System)
 Ciri – ciri sistem pemungutan pajak
 Pajak terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak
 Wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar sendiri pajak
terhutang yang seharusnya dibayar, fiscus hanya mengawasi
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setiap saat kecuali
oleh kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pajak terlambat melaporkan atau
membayar pajak terhutang atau terdapat pajak yang seharusnya dibayar tetapi
tidak dibayar.

 Keunggulan :
 Meningkatkan kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance)
 Adanya transparansi pemungutan pajak
 Kelemahan :
Belum cukupnya pengetahuan perpajakan tentang kesadaran dan kejujuran wajib
pajak dalam melaporkan perhitungan pajak terutangnya dengan benar dan lengkap.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
3. Withholding System
Sistem withholding memberi kepercayaan kepada pihak ketiga (selain
aparatur pajak dan wajib pajak) untuk mengitung, menetapkan, menyetorkan,
memotong atau memungut dan melaporkan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.

Contoh : PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Final Pasal
4 ayat 2, PPh Pasal 15, dan PPN.
Sebagai bukti atas pelunasan pajak ini biasanya berupa bukti potong atau
bukti pungut. Dalam kasus tertentu ada juga yang berupa Surat Setoran Pajak
(SSP). Bukti - bukti pemotongan ini nanti dilampiri dalam SPT Tahunan PPh atau
SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan
Keunggulan dan Kelemahan
Withholding System
 Keunggulan :
 wajib pajak yang bersangkutan tidak perlu repot-repot menghitung dan
menyetorkan pajaknya karena pekerjaan tersebut sudah dijalankan oleh
pihak ketiga.
 Penerimaan pajak lebih efektif

 Kelemahan :
uang pajak yang telah dipungut oleh pihak ketiga memiliki resiko tidak
disetorkan. Pihak ketiga tersebut bisa sajamenggunakan uang pajak yang
dipungutnya untuk hal lain.
TATA CARA PUNGUTAN PAJAK
1. Stelsel Nyata (Real Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

 Keunggulan :
Besarnya pajak yang dikenakan lebih akurat karena dikenakan atas penghasilan
yang benar-benar sudah diperoleh, hal ini menguntungkan wajib pajak.
 Kelemahan :
Pajak baru dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui)
sehingga waktu tunggu sangat lama, hal ini sangat merugikan pemerintah, karena
untuk melakukan tindakan yang memerlukan biaya, harus menunggu sampai kas
negara terisi pada akhir tahun.
TATA CARA PUNGUTAN PAJAK

2. Stelsel Anggapan (Fitieve Stelsel)


Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga
pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terhutang untuk
tahun pajak yang berjalan

 Keunggulan :
Penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya, sehingga
pada permulaan pada permulaan tahun pajak sudah dapat ditetapkan besar pajak yang terutang
untuk tahun pajak yang sedang berjalan. Stelsel ini dianggap menguntungkan negara, karena kas
negara sudah terisi pada awal tahun, sehingga pemerintah tidak perlu mencari atau meminjam
dana untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan.
 Kekurangan :
Besarnya pajak yang dipungut belum tentu sesuai dengan besarnya pajak yang
sesungguhnya terutang sehingga akan merugikan Negara maupun Wajib Pajak. Artinya,
jika pembayaran atau pemungutan pajak dibayarkan pada awal tahun maka
pemerintah tidak dapat mendeteksi adanya kenaikan atau penurunan pada
penghasilan sang Wajib Pajak. Apabila terdapat penurunan pada pertengahan tahun,
maka yang dirugikan adalah pihak Wajib Pajak, karena utang pajak sudah dibayarkan
di awal sehingga Wajib Pajak menjadi kelebihan dalam membayar pajak, sebaliknya
apabila terdapat kenaikan, tentu saja Negara yang akan dirugikan, karena Wajib Pajak
membayar kurang dari tarif yang seharusnya.
TATA CARA PUNGUTAN PAJAK

3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaaan yang sebenarnya. Bila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar darupada pajak menurut
anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih kecil
kelebihannya dapat diminta kembali.

 Keunggulan :
Pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada awal tahun dan pajak yang
dipungut sesuai dengan besarnya pajak yang sesungguhnya terutang.
 Kelemahan :
Adanya tambahan pekerjaan administrasi karena penghitungan pajak dilakukan
dua kali yaitu pada awal dan akhir tahun. apabila tidak teliti dapat menyebabkan
kesalahan hitung pajak terhutang di akhir tahun pajak (PPh Pasal 29).
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. Contohnya
adalah seseorang yang berkewarganegaraan Indonesia bekerja di luar negeri,
maka orang tersebut dikenakan Pajak Penghasilan terhadap penghasilan yang
diterimanya di luar negeri.

2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
diwilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib pajak
menurut asas ini adalah bagi siapapun yang memperoleh penghasilan di Indonesia
akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya diluar negeri. Contohnya
adalah tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang
didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia. 
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Contohnya:
setiap warga Negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia harus membayar
pajak. 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai