Utang pajak timbul karena dikeluarkannya Utang pajak timbul karena undang-undang
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pegawai dan karena ada sebab yang mengakibatkan
pajak yang membantu Wajib Pajak/Subjek seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak.
Pajak dalam memenuhi kewajiban Sebab-sebab yang membuat seseorang
perpajakannya). Hal ini terjadi jika memiliki utang pajak di antaranya:
pemungutan pajak dilakukan dengan official - Perbuatan, yaitu mendirikan bangungan,
assessment system, yaitu sistem pemungutan melakukan kegiatan impor dan ekspor
pajak di mana jumlah pajak yang harus serta bepergian ke luar negeri.
dibayar dan dihitung oleh fiskus. Kemudian - Keadaan, yaitu memiliki tanah atau bumi
fiskus akan mengirimkan surat dan bangunan, memperoleh penghasilan,
pemberitahuan terkait jumlah yang harus serta memiliki kendaraan bermotor.
dibayarkan kepada Wajib Pajak. - Peristiwa atau kejadian, yaitu
mendapat hadiah undian.
PENGHAPUSAN UTANG PAJAK
Cara pertama Kompensasi dapat dilakukan jika Wajib Kedaluwarsa di sini adalah
menghapus utang Pajak memiliki kelebihan dalam membayar kedaluwarsa penagihan.
pajak adalah pajak sehingga dapat digunakan untuk Melansir dari DJP, hak
dengan membayar utang pajak. Kelebihan bayar untuk menagih pajak
pajak sendiri dapat terjadi karena berbagai
membayarnya pada kedaluwarsa setelah
hal, seperti perubahan undang-undang pajak,
negara. kekeliruan pembayaran, adanya pemberian melampaui waktu 5 (lima)
Pembayarannya pengurangan, dan sebagainya. Karena itu, tahun terhitung sejat
secara lunas dalam kelebihan pajak ini dapat dikreditkan. tanggal terutang pajak atau
bentuk sejumlah berakhirnya masa pajak,
uang oleh Wajib bagian tahun pajak, atau
Pajak ke Kas tahun pajak yang
Negara. bersangkutan.
PENGHAPUSAN UTANG PAJAK
PEMBEBASAN PENGHAPUSAN
Alternatif lain untuk menghapus utang Penghapusan utang pajak mirip dengan cara
pajak adalah dengan cara pembebasan. pembebasan. Perbedaannya, cara penghapusan
Namun, pembebasan di sini pada diberikan karena keadaan keuangan Wajib Pajak.
umumnya bukan berarti menghilangkan Penghapusan juga merupakan cara untuk
pokok utang pajak, meniadakan sanksi mengakhiri utang pajak. Namun, hanya dengan
administratif terkait utang pajak. alasan tertentu, seperti Wajib Pajak terkena musibah
Tetapi, utang pajak dapat berakhir dengan atau karena dasar penetapannya tidak benar. Ketika
pembebasan karena cara ini merupakan utang pajak telah dihapus, perikatan pajak akan
sarana hukum pajak untuk melepaskan berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi memiliki
tanggung jawab wajib pajak berupa kewajiban membayar pajak yang terutang.
membayar pajak.
STELSEL PAJAK
STELSEL PAJAK
Stelsel nyata atau riil adalah pemungutan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya,
sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Stelsel Fiktif
Stelsel Fiktif adalah jenis pemungutan pajak yang didasarkan pada perkiraan oleh suatu undang-undang. Perkiraan yang
digunakan tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku. Stelsel ini menerapkan sistem pemungutan pajak di depan.
Misalnya penghasilan satu tahun pajak dianggap sama dengan tahun sebelumnya. Sehingga pada awal tahun pajak telah
dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
Stelsel Campuran
Stelsel Campuran pada dasarnya adalah kombinasi antara stelsel nyata atau riil dan stelsel fiktif. Cara perhitungan stelsel
campuran adalah pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan stelsel fiktif. Kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak diperhitungkan berdasarkan stelsel rill atau penghasilan sebenarnya. Jika perhitungan yang sebenarnya
nilai pajak lebih besar daripada pajak menurut stelsel fiktif maka wajib pajak harus menambah pembayaran. Sebaliknya,
jika besaran pajak menurut perhitungan riil lebih kecil daripada stelsel fiktif, maka wajib pajak dapat meminta kembali
kelebihannya (direstitusi) atau dapat juga dikompensasi.
SISTEM
PEMUNGUTAN
PAJAK
Self Assessment System
Self assessment system adalah sistem pemungutan yang membebankan penentuan besaran
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan secara mandiri. Berarti, wajib
pajak berperan aktif dalam perhitungan, pembayaran, serta pelaporan pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau dengan sistem administrasi online resmi dari pemerintah.
Contoh sistem pemungutan pajak dari self assessment system, yakni jenis pajak PPN serta
PPh. Sistem pemungutan yang telah berlaku sejak masa reformasi yaitu 1983 hingga saat ini
yang berlaku untuk jenis pajak pusat. Sementara itu melalui sistem ini, pemerintah berperan
sebagai pengawas dari kegiatan perpajakan dari wajib pajak.
Akan tetapi, dengan adanya kemudahan dan keleluasaan bagi para wajib pajak, beberapa
konsekuensi dapat terjadi dalam self assessment system. Hal ini karena segala perhitungan
hingga pelaporan dilakukan oleh wajib pajak, maka wajib pajak pun berusaha untuk
melakukan penyetoran sekecil mungkin. Bahkan, ada pula laporan palsu atas kekayaan yang
dapat terjadi.
Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini yang memungkinkan pihak berwenang untuk dengan
bebas menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada otoritas pajak atau
pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak ini biasanya wajib pajak bersifat
pasif dan hutang pajak hanya dapat digunakan setelah otoritas pajak mengeluarkan
surat ketetapan pajaknya.
Sistem pemungutan pajak ini biasanya dapat diterapkan pada penyelesaian Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam proses transaksi
pembayaran PBB, KPP biasanya berperan sebagai pihak yang mengeluarkan surat
ketetapan pajak yang memuat sejumlah PBB terutang disetiap tahunnya, sehingga
tidak perlu lagi untuk menghitung pajak yang terutangnya, namun cukup dengan
membayar PBB berdasarkan Surat Pernyataan Terutang Pajak (SPPT) yang
diterbitkan oleh KPP yang terdaftar sebagai subjek pajak.
Witholding Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberikan pengertian bahwa besarnya pajak akan
dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak atau petugas pajak. Contoh dari
sistem ini adalah pemotongan penghasilan pegawai oleh bendahara instansi,
sehingga pegawai tidak perlu lagi ke kantor pajak untuk membayar pajaknya. Nah
untuk itu kita perlu mengetahui jenis-jenis pajak apa saja yang termasuk dalam
sistem pemungutan pajak ini, untuk penggunaan sistem ini di Indonesia jenis-jenis
pajak yang dipakai adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
Sebagai bukti bahwa pajak telah dibayar lunas dengan menggunakan withholding
assessment system pada umumnya berupa bukti potong atau bukti pungut. Namun
dalam beberapa kasus juga menggunakan sertifikat pajak (SSP) yang kemudian
sertifikat pemotongan tersebut kemudian akan dilampirkan pada PPh / SPT PPN
tahunan wajib pajak yang bersangkutan.
Asas-asas pemungutan
pajak
DENGAN BERDASAR PADA BUKU ADAM SMITH YANG BERJUDUL
“WEALTH OF NATIONS”
Asas Equality (Keseimbangan atau
Keadilan)
Pada asas ini menyatakan bahwa dalam hal pemungutan pajak, negara harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan juga penghasilan yang diperoleh atau
diterima dari Wajib Pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif atau seenaknya
sendiri dalam hal melakukan pemungutan pajak terhadap Wajib Pajak.
Jadi, dalam asas ini menyiratkan bahwa Wajib Pajak yang memiliki kemampuan
lebih dan harta yang dimiliki juga banyak, maka pemungutan pajak yang dibebankan
kepadanya juga dengan tarif yang tinggi disesuaikan dengan kemampuan ekonomis
yang dimilikinya.
Asas Certainty (Kepastian Hukum)
Asas ini menunjukkan bahwa semua pungutan pajak harus didasarkan pada Undang-
Undang (UU) yang berlaku, sehingga bagi pihak-pihak yang melanggar atas
pungutan pajak ini akan dikenakan sanksi hukum yang sesuai dengan Undang-
Undang (UU).
Penetapan pajak harus dilakukan secara transparan sesuai dengan hukum yang
berlaku, yaitu Undang-Undang (UU).
Asas Convinience of Payment (Tepat
Waktu)
Dalam asas ini, pungutan pajak harus berdasarkan dengan saat yang tepat bagi Wajib
Pajak (saat yang paling baik). Misalnya adalah disaat wajib pajak baru menerimakan
penghasilannya atau menerima hadiah.
Hal ini bertujuan agar Wajib Pajak tidak merasa dibebani atau keberatan atas pajak
yang dipungut.
Asas Efficiency (Efisiensi atau
Ekonomis)
Asas ini terkait dengan biaya pemungutan pajak yang diusahakan untuk dapat
sehemat mungkin. Asas ini menjadi patokan agar tidak terjadi biaya pemungutan
pajak yang lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemungutan pajak harus dilakukan secara tepat
dan benar agar tujuan dari pemungutan pajak ini dapat tercapai.
TARIF PAJAK
DEFINISI
Tarif pajak adalah dara pengenaan pajak atas objek pajak (penghasilan, harta dan
lainnya) yang menjadi tanggung jawab wajib pajak. Umumnya, tarif pajak ini sudah
pemerintah tentukan dalam bentuk persentase.
Tak hanya satu, melainkan ada beberapa jenis pajak yang masing-masingnya
memiliki tarif pajak yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan, tarif pajak ditentukan
dari nilai bentuk uang yang menjadi dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
JENIS JENIS TARIF PAJAK
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat. Sebagian
besar dari pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) - Kementerian
Keuangan. Pajak Pusat meliputi :
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Bea Meterai
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PAJAK DAERAH
Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pajak daerah meliputi :
• Pajak Kendaraan Bermotor • Pajak Reklame
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor • Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor • Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
• Pajak Air Permukaan • Pajak Parkir
• Pajak Rokok • Pajak Air Tanah
• Pajak Kabupaten yang terdiri dari: • Pajak Sarang Burung Walet
• Pajak Hotel • Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan
• Pajak Restoran
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
• Pajak Hiburan Bangunan
BERDASARKAN SIFAT
1. Pajak Langsung.
Pajak yang dikenakan pada wajib pajak secara berkala baik perorangan maupun
badan usaha. (Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan)
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang diberikan oleh wajib pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan
tertentu. (Contoh = Pajak Penjualan atas Barang Mewah)
PENGADILAN
PAJAK
PENGADILAN PAJAK
Berdasarkan sejarahnya, awal mula berdirinya pengadilan pajak ini berasal dari Majelis Pertimbangan
Pajak (MPP) yang kemudian diubah menjadi Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP). Dikarenakan
setiap tahunnya banyak sengketa pajak yang muncul, maka pemerintah menilai bahwa Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) ini sudah tidak mampu lagi untuk menyelesaikan tanggung
jawabnya. Maka pada akhirnya, pemerintah membentuk pengadilan pajak yang secara resmi tertuang
dalam Undang-Undang (UU) No. 14 Tahun 2002.
Pengadilan pajak memiliki kedudukan, derajat, dan independensi yang sama seperti halnya pengadilan-
pengadilan lain yang setingkat. Pengadilan pajak ini berada dalam lingkup tata usaha negara dan
memiliki struktur organisasi yang berpuncak kepada Mahkamah Agung (MA).
Meskipun sama dengan pengadilan-pengadilan lain yang setingkat, namun pengadilan pajak ini
tergolong dalam pengadilan khusus, dimana dalam lingkungan peradilan tata usaha negara merupakan
pengadilan yang memiliki diferensiasi atau spesialisasinya tersendiri.
STRUKTUR PENGADILAN PAJAK
Dalam Undang-Undang (UU) No. 14 Tahun 2002 yang menjadi dasar kebijakan atas
terbentuknya pengadilan pajak ini, struktur organisasi dalam pengadilan pajak terdiri atas:
Pimpinan
Hakim anggota
Sekretaris
Panitera
Dimana pimpinan dari pengadilan pajak ini terdiri dari seorang ketua dan wakil ketua, dengan
jumlah paling banyak 5 (lima) orang untuk wakil ketua. Jumlah dari wakil ketua yang
ditetapkan dapat lebih dari 1 (satu) orang ini didasari pada banyaknya jumlah sengketa pajak
yang harus diselesaikan. Dan nantinya tugas dari setiap wakil ketua dapat disesuaikan dengan
jenis pajak, wilayah kantor perpajakan, atau jumlah sengketa pajak yang ada.
TUGAS DAN WEWENANG
PENGADILAN PAJAK
Berdasarkan dengan Undang-Undang (UU) No. 14 Tahun 2002, Pasal 31, 32, dan 33 dijelaskan tugas dan wewenang
dari pengadilan pajak itu sendiri, yaitu:
Pengadilan pajak memiliki kewenangan yang bersifat administratif dimana memiliki arti bahwa lingkupnya berada dalam
administrasi negara
Pengadilan pajak memiliki tugas dan wewenang dalam memeriksa dan memutus hal-hal yang berkaitan dengan sengketa
pajak
Bertanggung jawab dalam memeriksa dan memutuskan sengketa atas keputusan keberatan pada tingkat banding, kecuali
ditentukan lain sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku
Pengadilan pajak memiliki wewenang untuk memeriksa dan memutus sengketa gugatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya sesuai dengan Pasal 23 ayat (2) pada UU
KUP
Pengadilan pajak memilki wewenang dalam mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak
yang sedang bersengketa dalam sidang pengadilan pajak
Pengadilan pajak memiliki peranan, yaitu sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir yang bertugas dalam memeriksa
dan memutus sengketa pajak. Dalam pemeriksaan sengketa pajak, pengadilan pajak memiliki wewenang untuk memanggil
atau meminta data dan keterangan yang berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga sesuai UU yang berlaku.
TERIMA KASIH