A. IRHAM MARIWAWO
RITA BASONGGO
RINI AGUSTIN
RISKINA
ERIKA
IIN
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam konteks lingkungan hidup, di Indonesia ada peraturan yang mengatur tentang masalah
lingkungan hidup. Regulasi ini bukanlah hal yang baru, karena cukup banyak peraturan hukum
yang dapat dikelompokkan ke dalam apa yang dinamakan Hukum Lingkungan, yang tersebar
dalam berbagai peraturan.
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan
daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat
dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. 1 Rumusan pengertian lingkungan hidup menurut
seorang akademisi itu sama dengan rumusan normative dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun
2009 No. 140, yang untuk seterusnya dalam disertasi ini disebut dengan singkatan UUPPLH)
yaitu “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Rumusan dalam UUPPLH tersebut juga sama
dengan rumusan undang-undang lingkungan hidup sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 sebagaimana ditelaah oleh seorang sarjana hukum pemerhati lingkungan.2 Dengan
demikian, terdapat keajegan atau kesinambungan pengertian lingkungan hidup dari masa ke
masa. Untuk itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sejarah dan jenis-jenis peraturan
perundang-undangan tentang lingkungan hidup yang ada di Indonesia.
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Mata Kuliah Kajian
Lingkungan Hidup dan menjawab pertanyaan yang ada di rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Titik tolak pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sebagai manifestasi konkrit dari
upaya-upaya sadar, bijaksana dan berencana dimulai pada tahun 1982 dengan dikeluarkannya
UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sebelum lahirnya undang-undang ini, berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup masih bersifat parsial-sektoral dimana masing-masing materi ketentuannya
mengacu kepada pengaturan masalah tertentu secara khusus. Dengan demikian, beberapa
ketentuan acapkali dirasakan tumpang tindih satu sama lain sehingga membawa implikasi yang
luas di bidang kelembagaan dan kewenangan pengaturannya. (Soetaryono:2000:1)
Indonesia pada masa kolonial sudah memberlakukan berbagai produk hukum seperti :
1. Peraturan Pendaftaran kapal-kapal Nelayan Laut Asing Sbld 1938 Nomor 201
2. Bedrijfserglementeerings Ordonantie, 1938 (Ordonansi Perusahaan)
3. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (Kringen Ordonansi) Sbld 1939 No.
22
Diantara peraturan perundang-undangan tersebut ada yang masih berlaku hingga saat ini
seperti Hinder Ordonantie, 1926 (Undang-undang Gangguan). Ordonansi ini banyak digunakan
terutama dalam pengurusan persyaratan perizinan.
Setelah masa kemerdekaan hingga menjelang lahirnya UU No. 4 tahun 1982 beberapa produk
hukum yang lahir diantaranya :
Sebagai catatan bahwa sebelum lahirnya Undang-undang No. 4 tahun 1982 ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan diantaranya pemerintah Indonesia sudah sejak persiapan dan berakhirnya
Konferensi Stockhlom 1972 atau Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia
(UNCHE) telah berupaya untuk menginventrisasikan berbagai peraturan perundang-undangan.
Hal ini dilakukan dalam rangka penyusunan initial draft suatu undang-undang lingkungan hidup.
Namun ada beberapa kenyataan yang dihadapi yaitu bahwa :
1. Berbagai segi atau aspek lingkungan hidup telah secara sporadis diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang telah berlaku.
2. Peraturan perundang-undangan tersebut umumnya berorientasi pada pemanfaatan
sumberdaya alam.
3. Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat parsial sektoral.
Alternatif kedua inilah yang kemudian dipilih. Mengingat bahwa pokok materi yang harus
diatur cakupannya demikian luas maka tidaklah mungkin mengaturnya secara terinci dalam satu
undang-undang. Oleh karena itu ditempuh cara pengaturan ketentuan pokok yang hanya memuat
asas dan prinsip-prinsipnya. Dengan cara pengaturan demikian undang-undang tentang
lingkungan hidup merupakan ketentuan payung (umbrella provision).
Undang-undang diatas sebagian besar telah mencantumkan UULH No. 4 tahun 1982. Hingga
saat ini masih ada Undang-undang yang berlaku dan belum dicabut sehingga masih
menggunakan UU No. 4 tahun 1982.
Maka pada tahun 1997 terbitlah Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Namun demikian sebenarnya UU No. 23 tahun 1997 bukanlah merupakan
penyempurnaan dari UU No. 4 tahun 1982. Hal ini dikarenakan substansi materi UU No. 23
tahun 1997 sudah mengatur hal-hal yang bersifat teknis.(Soetaryono:2000:16). Dengan demikian
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 bukanlah Undang-undang payung (umbrella
provisions) seperti halnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982.
Setelah berlakunya UU ini berbagai perangkat setingkat UU juga mulai mencantumkan UU No.
23 tahun 1997 diantaranya adalah :
Dengan lahirnya Undang-undang nomor 23 tahun 1997 ini nampaknya tidak juga
menyelesaikan persoalan-persoalan yang bersifat laten seperti pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup. Setelah 12 tahun berlakunya UU ini kemudian dievaluasi melalui tim yang
ditugaskan membentuk Undang-undang baru. Adapun hasilnya adalah sbb :
Hasil evaluasi ini menjadi sangat penting. Hal ini mendorong Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) periode 2004-2009 yang kemudian menggunakan hak inisiatif terutama dalam hal
penyusunan Undang-undang Lingkungan Hidup yang baru. Hasilnya adalah terbitnya Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ada
beberapa pertimbangan atau alasan perlunya UU Nomor 23 Tahun 1997 diubah/diganti
diantaranya adalah :
4. Instrumen atur dan awasi serta atur diri sendiri kurang efektif sehingga perlu peningkatan
kemampuan atas instrumen ini
5. Amdal masih belum optimal dan diperlukan penguatan salah satu diantaranya melalui sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi.
Maka lahirnya Undang-undang ini menjadi sangat penting. Maka periode baru muncul yaitu
periode UUPPLH nomor 32 Tahun 2009.
3.1 Kesimpulan
http://www.bukukerja.com/2014/02/sejarah-perundang-undangan-limgkungan.html
Http:www//walhi.org.id/penanggulangan_kerusakakan_hutan.html
http://organisasi.org/
usaha_cara_metode_pelestarian_hutan_agar_tidak_gundul_dan_rusak_akibat_eksploitasi_berlebih_d
emi_melestarikan_lingkungan
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/lingkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-
kerusakan-linkungan-dan-pelestarian-.htm
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah Perundang-Undangan Lingkungan Hidup dan
Jenis-Jenis Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan Hidup di Indonesia” dapat terselesaikan
tepat waktu. Tulisan ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni : bagian pendahuluan yang memuat latar
belakang, rumusan masalah serta tujuan pengkajian topic tersebut. Bagian kedua mencakup
pembahasan terkait sejarah dan jenis-jenis peraturan perundang-undangan lingkungan hidup di
Indonesia. Bagian ketiga adalah penutup yang berisi simpulan-simpulan tentang sejarah dan
jenis-jenis peraturan perundang-undangan lingkungan hidup di Indonesia.
Penyusun menyadari makalah ini belum sempurna, olehnya penyusun berharap saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulisan di masa yang akan dating.
Akhirnya, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat
menambah referensi yang ada.
Penyusun