B. Uraian Materi.
Penjabaran dari materi tentang Tinjauan Umum Hukum Lingkungan
1. Wacana Konstitusi Hijau
Wacana dan istilah green constitution merupakan fenomena baru baik didunia
praktik maupun akademis termasuk para ahli hukum dan konstitusi. Pada akhir
Agustus 2008 seorang hakim konstitusi Prof. Dr. Ahmad Sodiki. SH
mengutarakan pentingnya pengkajian perubahan kelima UUD 1945 termasuk
mengadopsikan gagasan green constitution.
Sejak tahun 1970-an istilah green constitution sering dipakai untuk
menggambarkan keterkaitan sesuatu dengan ide perlindungan lingkungan
hidup.Dalam kuliah-kuliah untuk tingkat S3 di UI penulis sering melontarkan
gagasan mengenai pentingnya konstitusi hijau, kedaulatan lingkungan dan bahkan
konsepsi demokrasi model baru yang di istilahkan sebagai ekokrasi (ecocracy).
Istilah ekokrasi (ecocracy) dapat dipakai untuk melengkapi khazanah pengertian
yang tercermin dalam istilah-istilah democracy, nomocracy dan theocracy.
Istilah ecocracy dikenal pada akhir tahun 1990 yang mulai dilontarkan dalam
berbagai forum dan media massa berkenaan dengan isu lingkungan hidup. Wacana
atau diskursus tentang ekokrasi masih bersifat terbatas, yaitu hanya terkait dengan
pembangunan dalam konteks hubungan-hubungan internasional. Maraknya dan
meluasnya kampanye lingkungan hidup diseluruh dunia pada dasawarsa 1970-an
banyak bermunculan partai-partai yang menamakan sebagai Partai Hijau (Green
Party).
Pada era 1980-an berkembang tuntutan secara meluas agar kebijakan-kebijakan
negara yang pro-lingkungan tercermin dalam bentuk peraturan perundang-
undangan untuk ditaati oleh semua pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu
Indonesia menyusun dan menetapkan berlakunya UU No. 4 Tahun 1982 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai produk hukum pertama.
Sejak diundangkannya UU No. 4 Tahun 1982 berbagai produk peraturan
perundang-undangan resmi berhasil ditetapkan sebagai kebijakan yang diharapkan
dapat dijadika pegangan dalam setiap geraka dan langkah pembangunanyang
dilakukan, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun badan usaha. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dimukakan sebagai berikut:
a. UU tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 1997 (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68 Tambahan Lembaran Negara No.
3699).
b. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Layanan
SengketaLingkungan Hidup diluar Pengadilan (Lembaran Negara Tahun 2000
No.113 Tambahan Lembaran Negara No. 3982).
c. PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan
(Lembaran Negara Tahun 2001 No. 10Tambahan Lembaran Negara 4076).
d. PP No.40 Tahun 2003 sebagai pelaksana UU tentang Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Negara
Lingkungan Hidup di bidang Pengendalian Dampak Lingkungan (Lambaran
Negara Tahun 2003 No. 81 Tambahan Lembaran Negara No. 4303).
e. PP No. 52 Tahun 2008 tentang Tarif dan Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun2008 No.110 Tambahan Lembaran Negara No.4882). Namun
semua produk peraturan perundang-undangan tersebut dipandang belum
mencukupi untuk memaksa para penentu kebijakan untuk tunduk mematuhi
kebijakan-kebijakan dibidang lingkungan hidup.
c. Kedaulatan Negara
Dalam hubungan antar negara mutlak diperlukan adanya pengakuan
internasional akan eksistensi suatu negara yang dianggap merdeka dan
berdaulat. Tanpa ada pengakuan negara yang mengklaim dirinya sendiri
sepihak akan sulit ikut serta dalam pergaulan internasional. Para perancang
dan perumus UUD 1945 juga mendeklarasikan dengan tegas adanya prinsip
kedaulatan negara Indonesia pada pembukaan UUD 1945 alinea I, alinea II
untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan rakyat yang dibebankan kepada TNI
dalam Pasal 30 ayat (2).
d. Kedaulatan Lingkungan
Gagasan ekokrasi dan kedaulatan lingkungan dapat dikembangkan dalam
konteks kekuasaan yang dikonstruksikan dalam mekanisme hubungan antara
Tuhan, Alam dan Manusia. Sistem demokrasi yang bersifat anthropocentris
dan mengandaikan kedudukan sentral rakyat manusia dalam paradigma
berpikirnya harus diimbangi oleh sistem ecocracy yang memandang alam
semesta berada dalam hubungan kekuasaan yang seimbang dengan
manusia.Dalam ketentuan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang ditetapkan
melalui Perubahan Ke-empat pada tahun 2002 telah diadobsikan menngenai
pentingnya prinsi-prinsip pembanguna berkelanjutan (sustainable
development) dan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan. Prinsip
kedaulatan lingkungan yang terkandung dalam UUD 1945 juga merupakan
konstitusi yang hijau (green constitution).
b. Berwawasan Lingkungan
Istilah berwawasan lingkungan dimuat pertama kali dalam UU No 4 (LN 1982
No. 12 TLN 3215). Dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang
GBH, dalam pengertian pembangunan berkelanjutan terkandung wawasan
lingkungan sebagai elemen yang paling pokok. Semakin luasnya kerusakan
yang dialami lingkungan hidup serta diiringi perhatian umat manusia terhadap
persoalan lingkungan hidup mendorong PBB menyelenggarakan United
Conference on Human Environmet di Stockholm, Swedia yang dibuka pada 5
Juni 1972. Konfrensi ini menghasilkan resolusi yang menetukan dan
monumental dengan menyepakati terbentuknya badan khusus PBB untuk
masalah-masalah lingkungan hidup United Nations Environmental
Programme (UNEP) yang bermarkas di Nairobi, Kenya.
C. Contoh Soal .
1. Coba Saudara/i jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian green konstitional
2. Coba Saudara/i jelaskan bagaimana konstitusi mengatur tentang lingkungan hidup
3. Coba Saudara/i jelaskan apa yang dimaksud lingkungan, lingkungan hidup dan
hukum lingkungan.
4. Coba Saudara/i jelaskan apa yang dimaksud dengan ekologi, dan ekoistem.
5. Coba Saudara/i jelaskan bagaimana politik hukum lingkungan Indonesia.
D. Daftar Pustaka.
Rahmadi Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011).
Silalahi Daud M, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan di Indonesia, (Bandung: Penerbit alumni, 2001).
Suparni Niniek, Pelestarian pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan.
Edisi Revisi. (Jakarta : Sinar Grafika, 1982).
Asshiddiqie Jimly. Green constitution, Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Jakarta : Rajawali Pers, 2010).
Supriadi. Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)
Mukhlis. Buku Ajar Hukum Lingkungan, (Jakarta: Scopindo Media Pustaka, 2019
Simanullang Jatino. Lingkungan Sahabat Kita,
Wibisana Andri G. Hukum Lingkungan Teori, Legislasi dan Studi Kasus, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, Tahun 2010)
Fadli Mohammad. Muchlish, Lutfi Mustafa. Hukum dan Kebijakan Lingkungan.
(Jakarta: Tahun 2016)