Anda di halaman 1dari 7

Inkonsistensi Politik Hukum Hukum Lingkungan Hidup

Di Era Otonomi Daerah


Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur 2 Mata Kuliah Politik Hukum
Dosen Bpk. Dr. Rachmad Safa’at S.H., M.Si

Vifi Swarianata / 146010100111005


Jufryanto Puluhulawa/ 146010100111006
Okta Pradina/ 1460101001110021*
Kelas A

Judul Buku : Politik Hukum Lingkungan (Dinamika Dan


Refleksinya Dalam Produk Hukum Otonomi Daerah)
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun terbit : 2013
Harga : Rp. 37.000,-
Penulis : Dr. Muhammad Akib, S.H., M.hum.
ISBN : 978-979-769-484-5
Ukuran / Tebal : 21 cm / 208 hlmaman

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014
Buku ini ditulis oleh Dr. Muhammad Akib, S.H., M.hum, Lahir di karta 16 September
1963, Merupakan Lektor Kepala pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Sarjana
Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Lampung (1986), Magister Hukum dari Fakultas
Universitas Airlangga Surabya (1994) dan Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Diponegoro
Semarang (2011). Dalam semasa Perjalanan beliau pernah berpartisipasi dalam penataran
Hukum Lingkungan (eks) kerjasama Indonesia-Belanda di Unair Surabaya (1994,
1995,1996), Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, IPB Bogor- CRMP Lampung
(1998), Kursus Amdal Tipe A dan B ( 2000 dan 2001), Sandwich-like Program di University
of Wollongong, New South Wales, Australia (2009).

Dalam buku ini penulis membahas secara mendasar dan komprehensif tentang
konsep, landasan dasar, dan dinamika politik hukum lingkungan, serta refleksinya dalam
produk hukum otonomi daerah. Ulasan yang sangat menarik antara lain tentang konsep
ekokrasi dan green constitution sebagai landasan dasar politik hukum lingkungan;diskusrus
tentang apakah ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 Oroginal intensnya sudah ditujukan
untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;dan dinamika politik hukum
lingkungan dari periode sebelum berlakunya UULH-1982 hingga UUPLH-2009 serta
refleksinya menuju produk hukum otonomi daerah yang berperspektif holistik-ekologis.

Konsep Politik hukum secara umum merupakan suatu kebijakan yang memuat unsur
maksud, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai/dicita-citakan sedangkan politik hukum
lingkungan memiliki tujuan yang tidak hanya mengedepankan soal kesejahteraan melainkan
juga dilandaskan pada prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan. Secara konseptual politik
hukum lingkungan dapat dirumuskan sebagai suatu arah kebijakan yang ditetapkan oleh
negara atau pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran dari pengelolaan lingkungan. (hlm
1-9)
Politik hukum lingkungan terdapat dalam UU Lingkungan Hidup dan Sumber daya
alam sesuai dengan pokok-pokok kebijakan pada konstitusi Indonesia yaitu UUD NRI 1945.
Istilah green constitution yang memuat kebijakan pengelolaan lingkungan hidup khususnya
hak lingkungan perseorangan yang diakui oleh negara dalam tingkat konstitusi dan peraturan
perUndang-Undangan. Dengan demikian, memberikan perlindungan dan jaminan pada setiap
warga negara untuk mempertahankan hak-hak lingkungannya. Perwujudan dan penguatan
hak konstitusional dalam bidang pengelolaan lingkungan adalah perubahan paradigma dari
paradigma pertumbuhan ekonomi menjadi sustainable development, harmonisasi peraturan
perUndang-Undangan terkait lingkungan hidup, dan semakin kuat hak-hak konsitusional
yang diakui oleh negara. Konstitusi hijau dan konsep ekokrasi memiliki keterkaitan dalam
pemerintahan yang berdasar prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip ekokrasi
sebagai politik hukum tertinggi menjadi kaidah penuntun bersamaan dengan empat kaidah
penuntun lainnya sebagai penjabaran konsep nomokrasi, demokrasi dan teokrasi. (hlm 13-
24).
Sejarah politik hukum lingkungan hidup terbagi dalam beberapa periode, periode
pertama adalah politik hukum era kolonial hasil ordonasi tersebut Hinder Ordonnatie (HO)
Stb. 1926 No. 22 yang diubah dan ditambah terakhir dengan Stb. 1940 No. 14 dan 450 dan
Gevaarlijke Stoffen Ordonnatie (GSO) Stb. 1949 No. 377. HO secara substansial mengatur
izin tempat usaha bagi kegiatan yang berpotensi menimbulkan bahaya, kerusakan dan
gangguan. Periode politik hukum kedua adalah UUD NRI 1945, UUD NRI 1945 sebagai
fundamental law dalam landasan dasar filosofis yang mengandung kaidah dasar pengaturan
negara dan mengatur pokok-pokok kebijakan termasuk lingkungan hidup. Kaidah
fundamental yang tercantum dalam UUD NRI 1945 tentang lingkungan hidup adalah dalam
alinea ke-4 Pembukaan dan Pasal 33 ayat 3 UUD NRI 1945. Berdasarkan Pasal 33 ayat 3
UUD NRI 1945, negara memiliki hak dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat dalam pengelolaan sumber daya alam sekaligus pembangunan lingkungan hidup
berkelanjutan, hlm ini sesuai dengan teori negara kesejahteraan, sedangkan ideologi yang
digunakan adalah inegralistik. Periode politik hukum GBHN 1973 memiliki empat arahan
mendasar dalam hukum lingkungan hidup, yaitu penggunaan SDA secara rasional (sesuai
kebutuhan, ketersediaan, dan tidak boros), pemanfaatan agar tidak merusak lingkungan
hidup, dilaksanakan dengan kebijakan yang menyeluruh, dan memperhitungkan kebutuhan
generasi yang ada datang Periode politik hukum peraturan perUndang-Undangan sektoral.
Beberapa Undang-Undang terkait lingkungan hidup tercantum dalam Undang-Undang
pertanahan, pertambangan, kehutanan, serta pengairan. Produk hukum pada periode ini masih
mengedepankan kepentingan ekonomi bukan dalam konteks pelestarian daya lingkungan
hidup. (Hlm 35-48).
GBHN 1983 merupakan GBHN pertama yang berlakukan yang secara masif belum
memenuhi standar kebijakan yang bermuara pada pengelolaan SDA yang dilanjutkan dengan
GBHN 1998 yang mulai menunjukan arah yang berorientasi pada keberlanjutan ekologis
yang kemudian ditegaskan kembali dalam GBHN 1993 dan GBHN 1998 serta GBHN 1999
yang merupakan kebijakan mendasar sebagai politik hukum lingkungan yang mengarah pada
desentralisasi pengelolaan lingkungan yang bertahap dan selektif. Selain itu, perlu diketahui
bahwa UULH-1982 dapat dikatakan sebagi tonggak sejarah politik hukum lingkungan
nasional karena telah diletakan dasar-dasar politik hukum lingkungan nasional secara
komprenshensif sebagai pejabaran UUD 1945 yalah dilaksanakan secara nasonal, terpadu dan
menyeluruh. Dalam perjalanannya UUPLH-1982 mengandung banyak kelemahan dan
digantikan oleh UUPLH-1997 untuk lebih memperkust instrumen pembsngunsn
berkelanjutan yang menyesuaikan dengan perkembangan kebijakan lingkungan global dan
perangkat hukum internasional dan ternyata juga masih terdapat beberapa fakta yuridis
UUPLH-1997. (55-73)

Perubahan mendasar politik hukum lingkungan sejak perubahan UUD 1945 ini
melalui konstitusional norma hukum lingkungan sebagaimana tercantum pada pasal 28H ayat
(1) dan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Disebabkan karena untuk memberikan jaminan
perlindungan atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan kewajiban mencegah dampak
negatif yakni pencemaran lingkungan. Dua prinsip itu adalah Prinsip HAM atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat yang dalam hlm ini diakuinya HAM dalam bidang ekonomi,
sosial, dan budaya yakni setelah dikeluarkanya The Universal Declaration of Human
Rights(UDHR). Dikatakan universal karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian
kemanusian. Dan hak-hak manusia yang asasi memberikan jaminan secara moral maupun
demi hukum untuk menkmati kebebbasan dari segala bentuk perhambaan, penindasan,
perampasan, penganiayaan. Di samping mendapat perlindungan biasa ( ordianary legislation)
harusnya juga di lindungi oleh konstitusi hukum yang tertinggi dalam suatu negara, maka
negara memiliki tanggung jawab untuk memberikan penghargaan (to respect), perlindungan
(to protect), dan pemenuhan (to fulfill). Paham gotong royong dan keadilan sosial itulah yang
kemudian menjadi dasar filosofis yang mempengaruhi perumusan HAM UUD 1945. Hanya
enam pasal yang menjadi rujukan pengaturan HAM yakni Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 28
ayat (2), Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 34. Setelah di amandemen terjadi
perubahan pada pengaturan HAM di Indonesia yakni terdiri dari sepuluh Pasal ( Pasal 28A
sampai dengan 28J ) dan yang kedua Prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang
merpakan Konsep pembangunan berkelanjutan intinya hendak mewujudkan keserasian dan
kesetaraan oleh tiga aspek yakn aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup dalam arus
utama pembangunan. Akan tetapi dalam realitanya terjadi distorsi yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan dengan segala dampaknya. Segala kritik pun datang. Dan pada
akhirnya setelah terjadi pro-kontra perubahan pun dilakukan dengan menambahkan dua ayat
yaitu ayat (4) dan ayat (5) dari pasal 33 UUD 1945. Sebagai contohnya konstitusi prancis
sebagai konstitusi hijau. Dan konstitusi filiphina 1987 merupakan konstitusi hijau paling
majudi ASEAN.
Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001 tentang pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam Pada Pasal (6) menugaskan DPR dan presiden untuk segera mengatur
pelaksanaan pembaruan agraria dan pengelolaan SDA dan Mengubah membuang UU yang
tidak sejalan dengan ketetapan ini.
RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pembangunan) dan RPJMN (
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional). RPJPN di tetapkan dengan UU No 17
Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025. RPJMN kedua ditetapkan pada peraturan
presiden No 5 tahun 2010 tentang RPJMN tahun 2010-2014. Kedua adalah untuk mendukung
pembangunan perekonomian nasional. ( Hlm 75-103 )
Politik hukum keluarmya Undang-Undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup-2009 (UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
( UUPPLH-2009) merupakan upaya sistematis untuk melestarikan lingkungan hidup.
Pertmbangan mendasar politik hukum dikeluarkanya UUPPLH-2009 yakni diantaranya
adalah penguatan disentralisasi dan otonomi daerah yang semuanya berkaitan dengan
lingkungan hidup serta memperkuat prinsip-prinsip materi muatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan yang memadukan prinsip perlndungan HAM, prinsip pembangunan
berkelanjutan dan prinsip disentralisasi dan otonomi daerah.
Tujuan pengelolaan lingkungan hidup termuat pada Pasal 3 UUPPLH_2009. Dan
Asas-Asas pengaturan hukum perlndungan dan pengelolaan lingkungan juga termuat pada
pasal 2 UUPPLH-2009. Instrumen perencanaan dan pencegahandan penguatan amdaldan
audit lingkungan juga diatur jelas pada UUPPLH-2009. Tiga instrumen hukum baru di
bidang perencanaan lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan yakni inventarisasi
lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion, dan rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Selain itu ada kajian lingkungan hidup strategis (KLHS), izin lingkungan
hidup, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perUndang-Undangan berbasis
lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan, analisis risiko lingkungan hidup, semuanya
iitu sudah di jelaskan cukup jelas pada UUPPLH-2009. (Hlm 105-163 )
Refleksi politik hukum lingkungan dalam produk hukum otonomi daerah. Dalam
produk hukum nasional, menjelaskan tentang hukum otomi daerah (UU No 1 Tahun 1945)
tentang kedududakn komite nasionaldaerah (KND). UU ni hanya sementara karena hanya
bertujuan untuk menarik kekuasaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIIP) dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerrah. Setelah tu dikeluarkan UU No 22 Tahun 1948
tentang Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah. dan terus menerus di ganti sampai
akhirnya terakhir ditetapkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Menuju produk hukum otonomi daerah yang berperspektif holistik-ekologis, yakni
membahas tentang Asas-asas hukum yakni merupakan jantungnya peraturan hukum, karena
merupakan landasan yang paling luas bag lahirnya suatu peraturan hukum. Dan otonomi yang
holistik-ekologis memerlukan perubahan mendasar salah satunya adalah peraturan
perUndang-Undangan diatas perda juga harus jelas, sinkron dan harmonis supaya tidak ada
keraguan. Serta menciptakan keserasian dan keterpaduan produk hukum otonomi daerah
dengan politik hukum lingkungan nasional, maka kebijakan otonomi daerah sebagai
implementasi yang tdak boleh mengabaikan kelindungan lingkungan.. (Hlm 165-187)
Kelemahan Buku politik hukum Lingkungan (Dinamika dan Refleksinya dalam
Produk Hukum Otonomi Daerah) diawal bab terlalu banyak kutipan, pidato dalam rapat-rapat
besar dan terlalu banyak mengambil dari rumusan Undang-Undang dan BPUPK, GBHN,
terdapat kata yang sulit dimengerti tanpa diberikan penjelasan pada footnote (hlm 88)
ideologi developmentalisme (hlm 138) seharusnya dicantumkan pengertian dan artinya,
Bahasa yang digunakan penulis merupakan bahasa akademisi yang mengarah pada analisis
penulis dalam membahas politik hukum secara detail, selain itu, dalam buku ini masih
terdapat inkonsistensi penulisan contohnya dalam halaman 141 dalam kutipan bahasa inggris
yang mencantumkan artinya namun di halaman 125 tidak dituliskan artinya, covernya arti
kacamata menurut peresnsi merefleksikan politik hukum lingkungan dalam lingkup produk
hukum otonomi daerah hanya saja gambar pada lensa kacamata lebih kepada pemandangan
sehingga kurang menggambarkan visualisasi lingkungan secara detail seharusnya masukan
gambar yang mengandung pepohonan atau dikaitkan dengan visualisasi yang berkaitan
dengan hukum. Kelemahan selanjutnya penulis dalam mengutip teori analisanya masih dirasa
kurang karena penulis hanya menganalisis dan mengomentari sedikit dan selanjutnya masuk
ke teori berikutnya

Dibalik kelemahan adapu Kelebihan dalam buku ini yang dapat Menutupi kekurangan
dari buku ini. Kelebihan buku ini menjelaskan tentang perbandingan politik hukum
lingkungan dinegara lain (hlm 92-95), adanya tabulasi yang memudahkan pembaca dalam
memahami isi bacaan, buku ini menarik karena jarang sekali buku yang menggunakan
glosarium namun dalam buku ini dicantumkan glosarium untuk memudahkan pembaca dalam
pemahaman istilah-istilah yang kurang familiar. Untuk kertas cukup bagus dan baik ukuran
nya pas, dalam induk buku sudah baik sudah menyimpulkan isi buku, dalam buku ini juga
terdapat diagram (hlm.184) memunculkan fakta.Dalam buku ini dijelasin contoh kasus pada
hlmaman (107). Kekuatan buku ini pada Bab 5 dan Bab 6 dimana penulis sudah mulai
menganalisa permasalahan yang dibahas.

Buku ini sangat menarik dibaca untuk berbagai kalangan terutama mahasiswa hukum,
dosen, penggiat lingkungan, eksekutif dan legislatif, serta praktisi hukum yang sangat ingin
memahami esensi politik hukum lingkungan dan implementasi hukumnya dalam peraturan
perundang-undangan serta dinamika politik hukum lingkungan. terhadap kelestarian dan
perlindungan pengelolaan lingkungan, karena didalam buku ini terdapat berbagai informasi
mengenai perubahan politik hukum lingkungan dari masa ke masa, prinsip-prinsip dasar dan
berbagai aspek pembaruan hukum sejak berlakunya Selain buku ini juga layak menjadi bahan
bacaan yang membuka pikiran kita untuk flashback kebelakang untuk mengamati perjalanan
pengaturan dan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, membuat para pembaca
lebih berwawasan lebih berfikir secara spesifik terhadap esensi politik hukum lingkungan dan
implementasi hukumnya dibalik aturan hukum lingkungan dalam peraturn perundang-
undangan. Selamat Membaca!.

*Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Anda mungkin juga menyukai