Anda di halaman 1dari 20

CJR HUKUM LINGKUNGAN

Dosen Pengampu: Yusna Melianti SH., MH.


Disusun Oleh: Kelompok 2

 Meutia Anggraini 3192411008


 Dwi Chaya Laudra 3191111003
 Henny Sari 3193311015
 Mychell Yeshkiel Tora Tambunan 3193311026
 Nova Uli Siburian 3193311018
 Wahyu Sabtiya Darma 3191111001
Identitas
Jurnal
Jurnal Utama Jurnal Pembanding
• Judul: PERLINDUNGAN DAN • Judul: KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN SUMBER DAYA ALAM DAN
HIDUP DALAM PEMBANGUNAN DAMPAKNYA TERHADAP
YANG BERKELANJUTAN PENEGAKAN HUKUM
• Penulis: Evi Purnama Wati LINGKUNGAN INDONESIA
• Penerbit: Bina Hukum • Penulis: Ida Nurlinda
Lingkungan • Penerbit: Bina Hukum
• ISSN: P-ISSN 2541-2353, E-ISSN Lingkungan
2541-531X • ISSN: P-ISSN 2541-2353, E-ISSN
• Volume: Volume 3, Nomor 1, 2541-531
Oktober 2018 • Volume: Volume 1, Nomor 1,
Oktober 2016
RINGKASAN ISI
ARTIKEL
Jurnal Utama
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan yang Berkelanjutan Sebagai
tindak lanjut dari seminar pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan nasional
(1972) untuk tingkat nasional dan UN Conference on The Human and Environment
(1972) untuk tingkat global pemerintah tidak hanya memasukkan aspek lingkungan
hidup dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) tetapi juga membentuk
institusi atau lembaga yang membidangi lingkungan hidup, sejak tahun 1973, aspek
lingkungan hidup masuk dalam GBHN.10 Kemudian pengelolaan lingkungan hidup
dimasukkan ke Repelita II dan berlangsung terus dalam GBHN 1978 dengan
penjabarannya dalam Repelita III. Pada tahun 1998 dibentuk Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang kemudian pada tahun
2002 diubah menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH)
yang kemudian pada 2003 diubah menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup (LH).
Kelembagaan ini mempunyai peranan penting dalam memberi landasan lingkungan
bagi pelaksanaan pembangunan di ocal kita. Pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan mutu hidup rakyat. Hal ini tergambar
dari bunyi Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan; bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh ocal dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Makna sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dalam perspektif ocal adalah adanya jaminan ocal atas hak-hak
ocal ekonomi rakyat, sehingga dapat hidup layak sebagai warga Negara.
Jurnal Utama

Kebijakan yang Dibuat Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan


aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas
lingkungan hidup yang pada akhirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan
pangan semua penduduk di Indonesia. Oleh karena peran pemerintah dalam
memberikan kebjakan tentang peraturan pengelolaan SDA menjadi hal yang penting
sebagai langkah menjaga SDA yang berkelanjutan. Kebijakan yang di buat oleh
pemerintah tidak hanya ditetapkan untuk dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan
lebih lanjut dari pemerintah. Pemerintah memiliki peran agar kebijakan tersebut
diterapkan sebagaimana mestinya oleh masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, dalam
bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari
pemerintah pusat kepada daerah:
a. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup;
b. Memerlukan peranan ocal dalam mendesain kebijakan;
c. Membangun hubungan interdependensi antar daerah;
d. Menetapkan pendekatan kewilayahan.
Jurnal Utama

Konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan


PP No. 25 Tahun 2000, ialah kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup
secara eksplisit PROPENAS
merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Program itu mencakup:
1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup.
2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi
Sumber
Daya Alam.
3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan
Hidup
4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Jurnal Pembanding

Ketentuan hukum lingkungan dikatakan telah efektif serta mencapai tujuannya


manakala aspek-aspek penegakan hukumnya berjalan dengan baik. Penegakan hukum
lingkungan merupakan bagian terpenting dari hukum lingkungan itu sendiri, karena
dari melalui penegakan hukum dapat dilihat tingkat kepatuhan masyarakat dan pelaku
usaha dalam melaksanakan ketentuan dan kebijakan (perizinan) yang berlaku melalui
instrumen pengawasan dan penerapan sanksi, baik sanksi administasi, sanksi pidana
maupun sanksi perdata. Hal ini sejalan dengan pembidangan hukum lingkungan itu
sendiri, yang oleh Drupsteen dimasukan ke dalam bidang hukum fungsional
(functionele rechtsvakken), yaitu bidang hukum yang mengandung terobosan antara
berbagai disiplin ilmu hukum klasik (tradisional)3. Mengacu pada pendapat Drupsteen
tersebut, Daud Silalahi berpendapat bahwa penegakan hukum lingkungan di Indonesia
mencakup penaatan dan penindakan (compliance and enforcement) yang terdiri atas
bidang hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata4. Namun demikian,
meskipun hukum lingkungan sebagai genus merupakan cabang ilmu tersendiri, namun
bagian terbesar substansinya merupakan ranting dari hukum administrasi.
Jurnal Pembanding

Penegakan hukum lingkungan di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup


kebijakan pemerintah dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan
dalam hal ini mencakup aspek penguasaan dan pemanfaatannya, terutama terkait aspek
penguasaan dan pemanfaatan pada sektor-sektor pertanahan, kehutanan, perkebunan,
pertambangan mineral dan batu bara, pertambangan minyak dan gas bumi dan lain sebagainya.
Penguasaan dan pemanfaatan sektor-sektor tersebut untuk menunjang kegiatan pembangunan
(ekonomi) seringkali menimbulkan masalah lingkungan.
Sejatinya, permasalahan tersebut telah diupayakan solusinya dengan keluarnya Ketetapan MPR
No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam. Ketetapan MPR tersebut merupakan komitmen politik sebagai
landasan peraturan perundang-undangan mengenai pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam. Arahan dalam ketetapan MPR tersebut terkait SDA adalah pengelolaan SDA yang
dilakukan secara optimal, adil, berkelanjutan dan ramah
lingkungan, dengan berdasarkan prinsip-prinsip pembaruan agraria dan pengelolaan
SDA yang terdapat dalam Pasal 4 ketetapan tersebut. Namun kenyataannya, tidak ada
langkah konkrit untuk menindaklanjuti Ketetapan MPR tersebut
Jurnal Pembanding

Beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti dari


Ketetapan MPR No.
IX/MPR/2001 tersebut, antara lain:
1. Perbaikan tata kelola SDA dan lingkungan;
2. Pencegahan dan pemulihan akibat pencemaran
dan perusakan lingkungan;
3. Penegakan hukum lingkungan secara
komprehensif;
4. Kesiapan menghadapi perubahan iklim dan
bencana ekologis
Pembahasan/
Analisis
Kekurangan

• Literatur dalam jurnal ini masih kurang seperti literatur yang berupa penelitian yang memliki arah dan
tujuan yang sama atau menunjuk pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
• Tidak adanya kerangka berpikir yang ditulis atau digambarkan dalam jurnal ini, yang seharusnya dapat
memandu pembaca agar lebih cepat dalam memahami
• pandangan peneliti.
• Penulis kurang dalam menyimpulkan Pendekatan Konstruktivis dalam Kajian Diplomasi Publik
Indonesia . Hal itu disebabkan Dalam penarikan kesimpulan diharapkan disesuaikan dengan teori yang
dipakai. Teori haruslah berdialog dengan masalah yang ditampilkan dalam penelitian. Agar terciptanya
konsistensi pembahasan dalam jurnal.
• Tidak adanya penulisan pertanyaan wawancara yang seharusnya sebagai pelengkap akan keabsahan
suatu hasil penelitian.
Simpulan
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan
dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut
dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang
didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Pemerintah
sebagai lembaga formal yang mengatur tata kelola persediaan SDA yang ada di
Indonesia menjadi hal yang penting sebagai landasan menjaga keseimbangan di
masa yang akan datang, dengan menetapkan kebijakan serta UU yang tepat agar
tercapainya pengelolaan SDA yang berkelajutan.Kedepan, masalah-masalah
lingkungan yang timbul akan semakin kompleks, mengingat semakin terbatasnya
ketersediaan SDA dan kualitas dari SDA itu sendiri yang semakin menurun.
Untuk itu, instrumeninstrumen pencegahan pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan sebagaimana yang tertera dalam Pasal 14 UU-PPLH, perlu
dioptimalkan. Selama ini instrumen pencegahan belum ditindaklanjuti dengan
peraturan pelaksanaan yang sistematis dalam satu sistem hukum lingkungan yang
komprehensif dan harmonis diantara berbagai peraturan perundang-undangan
yang terkait baik secara horizontal maupun secara vertikal. Paling tidak, ke-12
instrumen pencegahan yang terdapat dalam Pasal 14 UUPPLH dimaksud harus
menjadi alat utama dalam penegakan hukum lingkungan, dan karenanya,
pembuatan peraturan pelaksanaan dari ke-12 instrumen pencegahan menjadi tugas
penting bagi pemerintah (termasuk Pemda) untuk menjalankan penegakan hukum
lingkungan berbasis penaatan hukum.
Saran
Artikel Jurnal ini sangat baik bagi pedoman untuk para
mahasiswa guna untuk
mengetahui Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dalam Pembangunan Berkelanjutan dalam kedua
artikel jurnal juga sudah cukup jelas di paparkan
materi yang berkaitan serta Pengelolaan Sumber Daya
Alam Dan Dampaknya
Terhadap Penegakan Hukum Lingkungan sudah cukup
jelas di paparkan.
THANK YOU..

Anda mungkin juga menyukai