PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Indonesia mengikuti sidang khusus PBB 5 Juni 1972, Indonesia sepakat
untuk menanggulangi masalah lingkungan bersama negara-negara lain. Dalam Pelita
III masalah lingkungan hidup mendapat tanggapan khusus sebagai Program
Pembangunan Nasional. Untuk pertama kali dalam kabinet, yaitu Kabinet
Pembangunan III telah diangkat seorang Menteri yang mengkoordinasikan aparatur
pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup )Prof. DR.
Emil Salim). Mengingat bahwa Bangsa Indonesia dewasa ini sedang giat
melaksanakan pembangunan di segala bidang, maka yang harus menjadi perhatian
adalah bahwa pembangunan itu tidak boleh mengorbankan lingkungan. Untuk itu
lingkungan hidup perlu dilindungi, dan keperluan tersebut pada tahun 1982 telah
terbentuk Undang-undang yang melindungi lingkungan hidup.
Dalam lingkungan hidup yang baik, akan terajadi interaksi antara berbagai
jenis komponen yang selalu seimbang, tetapi keseimbangan tersebut harus dilihat dari
kepentingan manusia, mengapa dikatakan demikian . Hal ini disebabkan karena pada
hakekatnya lingkungan hidup bersifat antroposentris, artinya lingkungan hidup itu
dipelihara, dibangun atau dikelola dengan sebaik-baiknya tidak lain hanya untuk
kepentingan manusia semata.
B. Masalah
1. Pengertian AMDAL
C. Tujuan
D. Manfaat
PEMBAHASAN
A. Pengertian AMDAL
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi
disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu
proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup
yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis,
dan lingkungan.
Pasal 3 ayat 1
Pasal 5
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain :
- Permen LH no.11 tahun 2006 tentang jenis rencana kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan dokumen
Bagi masyarakat
- Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga
dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila
diperlukan;
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka
instansi yang bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan
petunjuk tentang kemungkinan lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa
untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu lokasi dapat menimbulkan
perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggung jawab
mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung
tidak ada dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah
“Kelola” dan huruf P dalam RPL dari “Pantau”.
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka
tidak perlu dibuat PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA
bagi pembuat ANDAL.
1. Fungsi PIL
a. PIL berfungsi sebagai alat penapis apakah suatu rencana kegiatn perlu
dilengkapi dengan ANDAL atau tidak yang dikaitkan dengan dampak
lingkungan.
c. PIL berfungsi sebagai acuan untuk menyusun RKL dan RPL apabila
rencana kegiatan tidak mempunyai dampak penting.
2. Penyusunan PIL
Dalam rangka penyusunan PIL maka sebaiknya dapat dibuat suatu matriks
interaksi antara komponen rencana kegiatan dengan rona kegiatan awal
sesuai pedoman yang ada. Apabila diduga ada interaksi, maka inilah yang
akan dikumpulkan nantinya. Selanjutnya langkah-langkah berikutnya
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
b. Bahwa KA harus disusun dan disepakati bersama oleh semua pihak yang
berkepentingan, yaitu: pemrakarsa, instansi yang bertanggung
jawab/komisi maupun calon penyusun ANDAL dimaksud untuk
mempercepat proses penyelesaiannya.
1. Keanekaragaman
2. Keterbatasan SDA
3. Efisiensi
1. Umum
1. Umum
2. Fungsi
3. Penyusunan RKL
1. Umum
2. Fungsi
3. penyusunan RPL
2. Adanya alih fungsi lahan yang sering terjadi dengan alasan untuk
pembangunan ekonomi suatu daerah. Alih fungsi lahan ini biasanya
mempersempit areal pertanian khususnya sawah. Padahal kita ketahui
bersama bahwa areal sawah tiap tahunnya selalu terjadi penurunan luasan.
Perkebunan dimana-mana, pembangunan perumahan adalah contoh yang
dominan terhadap alih fungsi lahan produktif ini.
4. Seringnya lokasi kegiatan tidak mengacu pada tata ruang. Padahal semua
kegiatan tidak boleh bertentangan dengan tata ruang peruntukan lahan.
1. Ketika pengumuman akan diadakan studi AMDAL pada salah satu kegiatan yang
berdampak lingkungan melalui media masa (surat kabar), ini benar-benar media
masa yang bisa dipantau oleh masyarakat terkena dampak.
2. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL tidak bisa dinyatakan layak apabila
permasalahan yang berhubungan dengan beberapa Aspek (tata ruang, Geo Fisik
Kimia, Biologi dan Komponen Sosekbud) belum selesai. Ini terkait dengan
institusi sekretariat dalam hal ini Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedalda) Propinsi atau Kab/Kota. Karena yang mengajukan untuk ditindak
lanjuti adalah institusi ini.
3. Perlu adanya sebuah lembaga yang mengawasi proses pembuatan Amdal sampai
pada konstruksi dan mengawasi pelaporan berkala mengenai status lingkungan
pada tapak kegiatan. Untuk sekarang pengawas ini sebenarnya sudah ada, namun
4. Perlu adanya sertifikasi untuk perusahaan yang bergerak pada bidang konsultan
AMDAL, sehingga isi dari dokumen akan lebih dalam.
Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan
di atas wajib AMDAL.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting
adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan
bahwa kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap
lingkungan antara lain:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di
atas ialah :
6. Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat
AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;
• Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan
di atas wajib AMDAL.
7. pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak besar dan
periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
B. Saran
saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami
hanya belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam
penyusunan makalah mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di
DAFTAR PUSTAKA