Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH K3 DAN ISO

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

Dosen : Dr. Muhammad Asir, S.IP.,M.Si

Fifi Ayudia
202141003
Chantika Ayu Angelina Deni
202141002

AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK


POLITEKNIK LP3I MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala rahmat-
Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan judul ‘Analisis Dampak Lingkungan’ ini tepat
pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini, serta guru pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan banyak
manfaat serta menambah pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang membutuhkan
perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………1
4. Manfaat………………………………………………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN 2
1. Pengertian AMDAL 2
2. Tahapan Penyusunan AMDAL 2
3. Alasan Suatu Rencana Kegiatan Wajib AMDAL 3
4. Pentingnya AMDAL Bagi Pembangunan Berwawasan Linngkungan 3
BAB III PENUTUP 8
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa sumber daya alam dan
budaya merupakan modal dasar pembangunan. Sebagai arahan pembangunan jangka
panjang, GBHN menyebutkan bahwa : “Bangsa Indonesia menghendaki hubungan selaras
antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya”.
Dengan demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan
semakin serasi. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
oleh karena itu harus selalu diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin. Hal ini
dapat terjadi apabila analisis mengenai dampak lingkungan diterapkan pada setiap kegiatan
yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup di Indonesia diawali oleh seminar tentang
“Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional” yang diselenggarakan oleh
Universitas Padjajaran di Bandung pada tahun 1972. Para Sarjana dan ahli Indonesia sudah
lama mengikuti perkembangan masalah lingkungan, namun Pemerintah Indonesia baru
mengenal masalah lingkungan secara resmi sejak mengikuti sidang khusus PBB tentang
lingkungan hidup di Stockholm 5 Juni 1972.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1 Pengertian AMDAL

2. Sistem regulasi AMDAL

3. Fungsi, peran dan manfaat AMDAL

4. Tahap-tahap penyusunan AMDAL

5. Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL


C. Tujuan

Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengertian AMDAL


2. Untuk mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3. Untuk mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4. Untuk mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5. Untuk mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDA

D. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :

1. Kita Dapat mengetahui pengertian AMDAL


2. Kita dapat mengetahui sistem Regulasi AMDAL
3. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan manfaat AMDAL
4. Kita dapat mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL
5. Kita dapat mengetahui alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian AMDAL

Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan
pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Di indonesia
pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan jangka pendek dan jangka
panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan
kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan
menggunkan apa yang disebut proyek.

Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun kurang
cermat. Seluruh program mungkin saja dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi pada
umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak
ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.

Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada
hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable
development). Instrumen untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).

Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang semula


hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa bentuk AMDAL
dan mempunya pengertian:

1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu pengertian ANDAL adalah sebagai
berikut.
2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.

Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek Individual
(seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL Regional.
Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:

 Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil


studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di
dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting
menjadi dampak besar dan penting.

 Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak
penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
satu kesatuan ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang
bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti
kajian dan dampak penting diganti dampak besar dan penting.

 Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak
penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai
dengan rencana umum tata ruang  daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi yang bertanggung jawab.

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari
beberapa dokumen. Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan
dan diambil.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDALPemrakarsa,


orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, danmasyarakat yang berkepentingan,
masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL.Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:

Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan


penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006Apabila kegiatan tidak
tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002Penyusunan
AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO.
08/2006Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008B.       Fungsi,
peran dan manfaat AMDAL
  Fungsi dan peran Amdal

Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum begitu
besar karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping itu
intensitas kegiatannya juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-perubahan
pada lingkungan oleh aktifitas manusia masih dalam kemampuan alam untuk
memulihkan diri secara alami. Tetapi aktifitas manusia makin lama makin besar
sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar pula. Pada saat inilah
manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada lingkungan itu tidak
akan merugikan manusia. Manusia perlu memperkirakan apa yang akan terjadi
akibat adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.

AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat untuk


merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin
akan ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang direncanakan.

Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “Analisis mengenai


dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pngambilan
keputusan”.

AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan


dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan
Pemerintah maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan
tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik
proyek atau pemrakarsa akan melanggar perundangan bila tidak menyusun
AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di samping itu pemilik proyek
dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL merupakan cara
yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas
lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik
dampak negatif maupun dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum
kegiatan itu dimulai. Dengan adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas
wawasannya di dalam melaksanakan tugasnya. Karena di dalam suatu rencana
kegiatan, banyak sekali hal-hal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harus dapat
membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi proses pengambilan
keputusan.

AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan
pembangunan maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL
maka perubahan tersebut dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap
lingkungan hidup dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif, hampir
tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan tidak ada dampak
negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan  timbul harus sudah diketahui
sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara
untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah
masyarakat yang dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat, maka
dampak positif perlu dikembangkan di dalam AMDAL.

Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan AMDAL di negara-negara


berkembang ditujukan untuk :

Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat


kegiatan pembangunanMengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap
lingkungan alam dan ekonomi yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan
pembangunanMengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan
kajian lebih dalam dan pemantauannya.Mengkaji dan mencari pilihan alternatif
yang baik dari berbagai pilihan pembangunan.Mewujudkan keterlibatan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan.Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan
pihak pengelola lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya
satu sama lain.Manfaat AMDALBagi masyarakat

 Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga


dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila
diperlukan;

 Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek


dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat
menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang
dapat diderita akibat adanya proyek tersebut;

 Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya


sejak dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun
ikut langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek;
 Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas
sehingga kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang
menguntungkan dapat digalang;

 Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya


dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan
mengelola lingkungan.

Bagi pemilik proyek :

 Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan


yang berlaku;
 Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkungan;
 Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi
di masa yang akan datang;

Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa
yang akan datang;
 Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan
sosial budaya;
 Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari
perencanaan proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat dilakukan penyempurnaannya;
 Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor,
gempa bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman
bagi proyek.

Bagi pemerintah :

 Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak
rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
 Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi
proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum
diolah;
 Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
 Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul
khususnya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
 Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana
pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu
proyek lain;
  Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi
negara dan masyarakat;
 Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil
keputusan.
B. Tahapan Penyusunan AMDAL

Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai  Dampak Lingkungan

1. Tata laksana menurut PP 29 Tahun 1986

a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan


(PIL) kepada  instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuatkan
berdasarkan pedoman  yang ditetapkan oleh Menteri yang ditugaskan
mengelola lingkungan hidup. Dalam uraian dibawah ini, yang dimaksud
degan menteri KLH adalah “Menteri  yang di tugasi mengelola lingkungan
hidup”  instansi yang bertanggung jawab adalah yang berwenang memberi
keputusan tentnag pelaksanaan rencana kegiatan, dengan pengertian
bahwa kewenangan berada pad menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
dan pada Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di bawah
wewenangnya

b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL  dinilai tidak  tepat, maka
instansi yang bertanggung  jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan
petunjuk tentang kemungkinan lokasi lain dengan kewajiban bagi
pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu lokasi dapat
menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang
bertanggung jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan
Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang
bersangkutan.

c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan  AMDAL,


berhubung dengan adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap
lingkungan, baik lingkungan geobiofisik maupun sosial budaya, maka
pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat Kerangka
Acuan (KA) bagi penyusunan AMDAL.
d. Apabila AMDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung
tidak ada dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah “Kelola”
dan huruf P dalam RPL dari “Pantau”.
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka
tidak perlu dibuat PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA
bagi pembuat AMDAL.
f. AMDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga
dengan demikian terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan
pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan lingkungan (TEL). biaya rencana
kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan rencana kegiatan
tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri KLH.
Pedoman teknis penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan
yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum penyusunan AMDAL yang
dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila AMDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat
ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan
dampak positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan
menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap penolakan ini,
pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi
dari instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari. Sejak diterimanya keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi
tersebut memberi keputusan atas keberatan tersebut selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah
mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan
keputusan terakhir.
i. Apabila AMDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan
menggunakan pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri
KLH atau Departemen yang bertanggung jawab.
j. Keputusan persetujuan AMDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana
kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
ditetapkannya keputusan tersebut. Pemrakarsa wajib mengajukan kembali
permohonan persetujuan atas AMDAL. Terhadap permohonan ini instansi
yang bertanggung jawab memutuskan dapat digunakan kembali AMDAL,
RKL dan RPL yang telah dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-
dokumen tersebut.
k. Keputusan persetujuan AMDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan
lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena
kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan dilaksanakan. Pemrakarsa perlu
membuat ANDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.
C. Alasan suatu rencana kegiatan wajib AMDAL

Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting, wajib dibuat AMDAL
Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999 yaitu ;

1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam


2. Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan, pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya
4. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
6. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi  lingkungan
7. Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara

Jadi, apabila rencana kegiatan mempunyai peran seperti yang telah disebutkan di
atas wajib AMDAL.

Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1982,


sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk beranjak dari
Peraturan No. 29/19869 yang menciptakan berbagai elemen penting dari proses
AMDAL10. Sepanjang awal era 1990 didirikan suatu badan perlindungan lingkungan
pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian Negara Lingkungan, dengan mandat
meningkatkan pelaksanaan

AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian dan
persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh Komisi
Pusat atau Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber pendanaan. Lebih
dari 4000 AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana menjadi lebih jelas bahwa
berbagai elemen dari proses tersebut terlalu kompleks dan terlalu banyak
didasarkan pada AMDAL ‘gaya barat’. Legislasi AMDAL yang baru yang diberlakukan
pada tahun 199311 yang memiliki efek pembenahan atas prosedur penapisan,
mempersingkat jangka waktu pengkajian, dan memperkenalkan status format EMP
yang distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas.
Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini
termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan
di dalam BAPEDAL.

Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.


23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan
27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral
dibubarkan dan dikonsolidasikan ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara
komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang lebih spesifik dan lengkap atas
keterlibatan publik juga diperkenalkan, sebagaimana halnya juga dengan suatu
rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak
tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai perubahan politis
yang pada saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik
dan administratif. AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat
dengan AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang tentang lingkungan
hidup di Amerika Serikat, National Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun
1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam
undang-undang ini menyatakan, semua usulan legislasi dan aktifitas pemerintah
federal yang besar di perkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analisis
Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.

NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas
manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida
serta limbah industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka,
serta menurunnya nilai estetika alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los
Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-
kabut atau asbut (smog = smoke +  fog), yang menyelubungi kota, mengganggu
kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan
pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil nitrat (PAN),
nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
     

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya


formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan
proyek-proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan
dampak besar dari penting terhadap lingkungan hidup.

Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu
usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa
kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap
lingkungan antara lain:

Jumlah manusia yang akan terkena dampakLuas wilayah persebaran


dampakIntensitas dan lamanya dampak berlangsungBanyaknya komponen
lingkungan lainnya yang akan terkena dampakSifat kumulatif dampakBerbalik
(reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)Dasar hukum dan prosedur
pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27 tahun 1999 beserta beberapa KEPMEN
yang terkait dan dikeluarkan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup. AMDAL
dibuat sebelum kegiatan berjalan atau operasi proyek dilakukan. Karena itu AMDAL
merupakan salah satu persyaratan keluarnya perizinan.
D. Pentingnya AMDAL bagi Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup maka nampak gambaran
bagi proyek-proyek yang akan dibangun atau yang telah berjalan, perlu diteliti sampai
seberapa besar dapat meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat. Selain itu
terkandung pula pengertian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat (dampak
positif) terhadap lingkungan yang mengandung makna harus dapat menciptakan kegiatan
ekonomi baru dan penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi masyarakat setempat. atau
sebaliknya malah menurunkan kualitas ligkungan hidup dalam arti lebih banyak memberikan
kerugian (dampak negatif) bagi masyarakat sekitar.

Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah satu cara pengendalian
yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
pengaruh-pengaruh buruk (negatif) terhadap lingkungan dan bukan menghambat ektifitas
ekonomi. AMDAL pada hakekatnya merupakan penyempurnaan suatu proses perencanaan
proyek pembangunan dimana tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga
aspek pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika, kimia dan lain-lain, Hadi dalam
Daniah (2007: 49).

Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar suatu usaha atau kegiatan
pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan
lingkungan atau dengan kata lain usaha tau kegiatan tersebut layak dari segi aspek
liongkungan. Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil
kebijaksanaan (misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam membuat berbagai
perlakuan penanggulangan dampak negatif. Dalam usaha menjaga kualitas lingkungan,
secara khusus AMDAL berguna dalam hal:

1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2.  Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam
lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-
pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat
4. Agar diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara
dan masyarakat.

Melalui pengkajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha atau kegiatan
pembangunan diharapkan mampu optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan
yang negatif serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efesien.
Munn (1979) sebagaimana dikutip oleh Helneliza, mengemukakan bahwa AMDAL
merupakan salah satu dari bagian perencanaan dalam rangka menghasilkan tindakan
pembangunan yang selaras dengan lingkungan. memanfaatkan sumber daya lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghindari degradasi. Di banyak negara AMDAL dinyatakan
berhasil menghambat laju kerusakan lingkungan. Hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro telah
membuktikan hal ini, dimana + dari 158 negara menyatakan berhasil menghambat laju
kerusakan lingkungan. AMDAL sebagai bagian yang integral dari pembangunan
berkelanjutan, memberi arti bahwa sekurang-kurangnya dengan adanya AMDAL
mengingatkan pemrakarsa supaya memperhatikan kelestarian lingkungan, Herneliza dalam
Daniah (2007: 51).

Membangun sebuah proyek, sebelumnya tentu harus dilakukan identifikasi masalah


mengapa suatu proyek pembangunan ingin dilaksanakan dan tentu saja harus jelas tujuan
dan keguaannya. Selanjutnya diadakan studi kelayakan secara teknik, ekonomis, dan
lingkungan sebelum melangkah ke perencanaan dari pembangunan proyek. Pelaksanaan
pembangunan proyek sebaiknya dimulai setelah hasil AMDAL diketahui sehingga dapat
dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek tersebut. Dalam
hal ini dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknik dan pengendalian
limbah sehingga dapat menghasilkan biaya pengeluaran dampak yang murah dan kelestarian
lingkungan dapat dipertahankan.

Hasil AMDAL dapat diketahui apakah proyek pembangunan berpotensi menimbulkan


dampak atau tidak. Bila berdampak besar terutama yang negatif, tentu saja proyek tersebut
tidak boleh dibangun atau boleh dibangun dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif
tersebut dapat dikurangi sampai tidak membahayakan lingkungan. Bila berdasarkan AMDAL
tidak akan menimbulkan dampak yang berarti, maka proyek pembangunan dapat
dilaksanakan sesuai usulan dengan tetap berpedoman agar tetap memperhatikan dampak-
dampak negatif yang mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam hal ini, sebelum proyek
dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sebagai usaha menjaga kelestariannya. Perlu kiranya ditekankan AMDAL sebagai alat dalam
perencanaan harus mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan tentang proyek yang
sedang direncanakan. Artinya AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah diambil
keputusan untuk melaksanakan proyek tersebut..
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengai AMDAL di atas ialah :

1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

 Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL


 Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
 masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

3. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

 Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia


menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan
daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar
kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
 Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002

B. SARAN

saran yang dapat kami berikan ialah, karena dalam penyusunan makalah ini kami hanya
belandaskan dari buku-buku atau referensi lain yang berhubungan dalam penyusunan
makalah mengenai AMDAL ini, oleh karena itu kami menyarankan di adakannya kunjungan
lapangan. Dengan kunjungan lapangan tersebut bermaksud untuk mengetahui secara
langsung tentang AMDAL tersebut serta penyusunannya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Liberty Offset. Yogyakarta
Tosepu, Ramadhan, 2007. Kesehatan Lingkungan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas MIPA
UNHALU. Kendari
Wardhana, AW, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai