Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH AMDAL

ILMU PENGETAHUAN ALAM

OLEH:

SHOOFIYAH HANUM

X MP 2

YAYASAN PENDIDIKAN BINTANG HARAPAN ABADI

SMK BINTANG HARAPAN


JL.Raya Cikarang-Cibarusah KM.11 Ds.Sindang Mulya Kec.Cibarusah-Bekasi 1734
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
dengan judul “Permasalahan Pembangunan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).”

Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada kerabat yang dengan tulus
memberikan masukan kepada kami (penulis) sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
keempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala
kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, 21 Maret 2020

Penyusun
3

DAFTARISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………….1
Daftar isi………………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….3

1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………….....4

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….5

2.1 Pengertian AMDAL……………………………………………………………………….5

2.2 Peranan AMDAL………………………………………………………………………….6

2.3 Tujuan AMDAL…………………………………………………………………………...7

2.4 Manfaat AMDAL………………………………………………………………………….7

2.5 Kriteria wajib AMDAL……………………………………………………………………8


BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………9

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………..9
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AMDAL merupakan suatu alat atau cara yang digunakan dalam mengendalikan
perubahan lingkungan sebelum suatu tindakan kegiatan pembangunan dilaksanakan. Hal
ini dilakukan karena setiap kegiatan pembangunan selalu menggunakkan pemanfaatan
sember daya alam dan lingkungan hidupnya, sehingga secara langsung(otomatis) akan
terjadi perubahan lingkungan. Dengan demikian perlu pengaturan pengelolaan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta cara mengeliminer dampak,
supaya pembangunan-pembangunan yang lainnya dan berikutnya dapat tetap dilakukan.
Hasil utama AMDAL antara lain adalah memperkirakan dampak yang diakibatkannya,
pengelolaan dampak dan pemantauan dampak.

B. Perumusan Masalah

1) Apakah pengertian AMDAL ?


2) Bagaimana sejarah AMDAL di Indonesia dan di dunia ?
3) Sebutkan undang-undang yang mengatur tentang AMDAL !
4) Sebutkan prosedur pengumpulan AMDAL !
5) Sebutkan dokumen-dokumen AMDAL !
6) Sebutkan manfaat AMDAL !
7) Metode apakah yang di gunakan dalam penyusunan AMDAL ?
8) Kebijakan pembangunan di Indonesia ?
9) Contoh-contoh Usaha dan atau Kegiatan yang sudah memiliki AMDAL !
5

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis dapat menyimpulkan tujuan, yaitu:


1) Mendeskripsikan tentang pengertian AMDAL
2) Menyebutkan beberapa kebijakan tentang AMDAL
3) Menyebutkan aspek-aspek yang di lakukan didalam AMDAL
4) Menyebutkan prosedur penyusunan AMDAL
5) Menyebutkan dokumen-dokumen AMDAL
6) Menyebutkan manfaat AMDAL
7) Mendeskripsikan metode yang digunakan dakam penyusunan AMDAL
8) Ml
9) Menyebutkan usaha dan kegiatan yang sudah dimiliki AMDAL

BAB II
PEMBAHASAN
 Pengertian AMDAL

AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif


terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan olehsuatu
aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan.

Dampak, adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas, yang
dapat bersifat alamiah , kimia,fisik, maupun biologi.Dalam konteks AMDAL
penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktivita smanusia dalam
pembangunan . Perubahan yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luas
daripada sasaran pembangunan yang direncanakan. Untuk dapat melihat bahwa
suatu dampak atau peruubahan telah terjadi, maka harus dimiliki bahan
pembanding sebagai acuan. Salah satu acuannya adalah keadaan sebelum
terjadinya perubahan.
6

 Sejarah AMDAL di Indonesia dan di dunia

Di negara maju, Amdal dikenal sebagai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) AMDAL secara resmi
tumbuh dan berkembang sejak tahun 1969 yaitu ditandai dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Kebijakan Lingkungan Nasional di Amerika Serikat. NEPA di
AS mulai berlaku tanggal 1 Januari 1970.

AMDAL pada dasarnya merupakan tuntutan masyarakat Amerika Serikat terkait


kerusakan lingkungan yang muncul oleh kegiatan manusia seperti industri dan
transportasi. Tuntutan itu semakin menguat hingga menimbulkan sikap
menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi karena merusak
keberlanjutan lingkungan. Di era tersebut, AS sedang gencar-gencarnya
melakukan pembangunan.

Di Negara berkembang, tingkat kesejahteraan dan taraf ekonomi masih rendah


sehingga perlu meningkatkan kegiatan pembangunan di berbagai lini. Dampak
dari pembangunan adalah akan adanya kerusakan lingkungan dari waktu ke
waktu. Sawah dirubah jadi jalan, kebun disulap jadi perumahan dan lainnya.
AMDAL merupakan analisa tentang kondisi lingkungan yang akan terjadi jika
sebuah proyek dilaksanakan.

 Undang-undang yang mengatur tentang AMDAL

Dalam UU No. 32 Tahun 2009, AMDAL mendapat porsi yang cukup banyak
dibandingkan instrumen lingkungan lainnya, dari 127 pasal yang ada, 23 pasal
diantaranya mengatur tentang AMDAL. Tetapi pengertian AMDAL pada UU No.
32 Tahun 2009 berbeda dengan UU No. 23 Tahun 1997 disebutkan bahwa
”AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan
atau kegiatan yang di rencakan pada lingkungan hidup.” Pada UU No.32 Tahnum
2009 disebutkan bahwa “AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu
usaha dan atau kegiatan yang di rencakan.”
7

 Prosedur penyusunan AMDAL

Prosedur amdal biasanya terdiri dari beberapa poin, diantaranya yaitu :

1. Proses penapisan atau screening atau wajib amdal


Proses penapisan pada amdal atau sering disebut juga dengan proses seleksi
wajib amdal adalah suatu proses untuk menentukan, apakah rencana kegiatan
ini wajib menyusun amdal atau tidak. Di indonesia, proses penapisan ini
biasanya dilakukan dengan sistem penapisan hanya 1 langkah saja.

Ketentuan di dalam suatu rencana kegiatan yang perlu menyusun dokumen


amdal atau tidak, dapat dilihat dari keputusan Menteri Negara LH nomor 17
tahun 2001 tentang jenis rencana usaha atau kegiatan yang memang wajib
dilengkapi dengan adanya amdal. Yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penapisan biasanya mengacu kepada dasar pertimbangan, di suatu kegiatan
dalam menjadi wajib amdal dalam Keputusan Mentri Negara LH nomor 17
tahun 2001. Yang isinya meliputi :
a. Keputusan BAPEDAL nomor 064 tahun 1994 tentang pedoman pada
dampak penting, yang mengulas tentang ukuran dampak penting di dalam
suatu kegiatan.
b. Referensi internasional yang isinya mengenai kegiatan wajib amdal yang
telah diterapkan oleh beberapa negara.
c. Ketidakpastian dalam kemampuan teknologi yang telah tersedia untuk
menanggulangi dampak negatif, juga merupakan hal yang penting.
d. Beberapa studi yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi yang di
dalamnya ada kaitannya dengan wajib amdal.
e. Adanya masukan dan atau usulan dari berbagai sektor teknis yang terkait.

2. Proses pengumuman
Segala rencana kegiatan yang dilakukan dan diwajibkan untuk membuat
amdal, maka wajib mengumumkan segala rencana kegiatannya kepada
masyarakat dari sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan amdal.
Pengumuman tersebut harus dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab
serta oleh pemrakarsa kegiatan.

Tata cara dan juga bentuk pengumuman serta tata cara dalam penyampaian
saran, pendapat, dan tanggapan harus diatur dalam Keputusan Kepala
BAPEDAL nomor 08 tahun 2000. Yang isinya tentang keterlibatan
masyarakat dan keterbukaan informasi di dalam proses amdal.
8

3. Proses pelingkupan (scaping)

Pelingkupan adalah proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan


mengidentifikasi, dampak penting yang terkait dengan suatu rencana kegiatan.
Tujuan dari pelingkupan ini adalah untuk menetapkan suatu batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting suatu lingkungan, dan menetapkan tingkat
kedalaman studi.

Tujuan lainnya yaitu menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang telah
terkait dengan rencana kegiatan yang sudah dikaji. Hasil akhir dari proses
pelingkupan ini adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan dari
masyarakat harus menjadi suatu bahan pertimbangan, di dalam proses
pelingkupan.

4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL

Jika KA-ANDAL selesai disusun maka pemrakarsa pun dapat mengajukan


dokumen kepada komisi penilai amdal untuk kemudian dinilai. Berdasarkan
peraturan yang ada, lamak waktu maksimal penilaian pada KA-ANDAL tersebut
adalah 75 hari. Waktu tersebut dihitung di luar yang telah dibutuhkan penyusun
untuk memperbaiki atau menyempurnakan dokumennya.

5. Penyusunan dan penilaian pada ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL tersebut dilakukan dengan mengacu kepada
KA-ANDAL yang telah disepakati bersama. Hal itu dapat dilihat dari hasil
penilaian komisi amdal. Setelah semua itu selesai disusun, pemrakarsa baru boleh
mengajukan dokumen kepada komisi penilai amdal untuk kemudian dinilai
kembali.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, lamanya waktu penilaian amdal tersebut


adalah sekitar 75 hari. Sama halnya dengan RKL dan RPL, semuanya di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau atau
menyempurnakan kembali dokumen tersebut.
9

 Dokumen-dokumen AMDAL

PERATURAN AMDAL

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang analisis mengenai dampak
lingkungan yaitu:

1. Dokumen AMDAL dari suatu usaha dan/atau kegiatan bersifat terbuka untuk
umum (pasal 35 PP RI No.27 Tahun 1999 tentang AMDAL). Dokumen
AMDAL merupakan dokumen publik yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas sektoral, lintas disiplin dan
bahkan lintas territorial administratif.

2. Wajib bagi usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup (pasal 15 ayat 1, UU No. 23
Tahun1997).

3. Usaha atau kegiatan di luar wajib AMDAL, wajib melakukan UKL dan UPL
(pasal 3 ayat 4 PP RI No. 27 Tahun 1999). Yaitu wajib bagi jenis usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak potensial yang secara
teknologi dampaknya sederhana dan dapat dikelola.

4. Usaha dan/atau kegiatan yang dampaknya terhadap lingkungan sangat kecil,


bebas UKL, UPL dan AMDAL terhadap wajib membuat surat pernyataan
pengelolaan Lingkungan atau Studi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(SPPL).
10

 Manfaat AMDAL

Beberapa manfaat yang terdapat di amdal, diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat amdal untuk pemerintah meliputi :

• Dapat membantu di dalam suatu proses suatu perencanaan yang bertujuan untuk
mencegah pencemaran dan kerusakan, yang terjadi di dalam lingkungan tertentu.
• Dapat membantu dalam mencegah konflik yang muncul di kelompok
masyarakat, terhadap dampak dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan atau usaha.
• Menjaga suatu proses pembangunan yang berjalan sesuai dengan prinsip
pembangunan yang telah berkelanjutan.
• Amdal dapat membantu mewujudkan suatu pemerintahan yang bertanggung
jawab, di dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.

2. Manfaat amdal untuk pemrakarsa atau sebagai pelaksana usaha :

• Dapat membantu mewujudkan sebuah usaha dan kegiatan menjadi lebih


terjamin dan juga aman.
• Dapat dijadikan sebuah referensi dalam pengajuan kredit atau pengajuan usaha
misalnya pengajuan ke Bank.
• Dapat dijadikan sebagai sarana yang baik dalam membantu interaksi dengan
masyarakat yang berada di sekitarnya, sebagai bukti nyata dari ketaatannya
kepada hukum.

3. Manfaat amdal bagi masyarakat :

• Dapat menjelaskan secara langsung kepada masyarakat sekitar tentang dampak


dari sebuah usaha atau kegiatan yang telah dijalankan.
• Masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan sebuah kegiatan
serta dapat mengontrol kegiatan tersebut, melalui amdal.
• Masyarakat dibilehkan untuk ikut terlibat di dalam proses pengambilan suatu
keputusan, yang nantinya akan berpengaruh pada lingkungan di tempat
tinggalnya.
11

 Metode yang digunakan dalam penyusunan AMDAL

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL


Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL Proses penapisan atau kerap
juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan
apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL
atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara LH Nomor 15 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan AMDAL.

2. Proses pengumuman
Proses Pengumuman Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk
membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada
masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL.
Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan
pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara
penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam PerMen LH No 17
Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL.

3. Proses pelingkupan (scopping)


Proses Pelingkupan (scopping) Pelingkupan merupakan suatu proses awal
(dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan
adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak
penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi,
menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan
rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dan proses pelingkupan adalah
dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pelingkupan.
12

4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL


Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Setelah KA-ANDAL selesai disusun,
pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-
ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki / menyempurnakan kembali dokumennya.

5. Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL


Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL Penyusunan ANDAL,
RKL & RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun,
pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian
ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan


Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting dan belum memiliki kepastian pengelolaan lingkungannya. Ketentuan
apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak
dapat dilihat dalam bagian Prosedur dan Mekanisme AMDAL. Dalam
penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah
memiliki sertifikat Kompetensi dari Lembaga Pemberi Lisensi Penyusun
AMDAL. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan spesifik
menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam
berbagai Keputusan Kepala Bapedal.
13

 Kebijakan pembangunan di Indonesia

Negara-negara berkembang yang terkena dampak dari gejolak perekonomian


yang tidak menentu seperti Indonesia, mempunyai permasalahan pada defisit
neraca berjalan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan
baru. Demikian disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) M.Chatib Basri
ketika memberikan keynote speech-nya dalam acara Indonesia Investment
Summit 2013 di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Kamis (7/11).

“Kebijakan Indonesia di masa yang akan datang adalah kebijakan “mix of


everything”. Artinya kebijakan-kebijakan yang tidak berseberangan dengan
kebijakan lain. Kebijakan yang membuat semua sektor berjalan dengan selaras,”
kata Menkeu.

Menkeu menambahkan, kebijakan yang akan datang akan lebih fokus pada sektor
supply yaitu infrastruktur, sistem birokrasi pemerintah dan pembangunan sumber
daya manusia. Dari sisi infrastruktur, pemerintah akan menyusun peraturan-
peraturan tentang pembebasan lahan yang seperti diketahui saat ini belum ada
peraturan yang dinilai efektif dan efisien sehingga sektor ini terhambat.

Di sisi birokrasi, Menkeu memberikan contoh, bahwa dalam mengurus ijin


investasi di Indonesia diperlukan tahapan-tahapan yang sangat rumit dan
memakan waktu serta biaya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi daya tarik
investasi di Indonesia di mata para investor. Sehingga, proses bisnis dari investasi
ini perlu diperbaharui atau direformasi menjadi lebih ramah investasi.

Di sektor sumber daya manusia, Menkeu berpendapat, peningkatan kualitas SDM


melalui pelatihan-pelatihan sudah saatnya diserahkan pada sektor swasta sesuai
dengan kebutuhannya. Hal ini dinilai lebih tepat mengingat selama ini pelatihan-
pelatihan yang dilakukan pemerintah seringkali kurang tepat sasaran atau tidak
sesuai dengan permintaan pasar. Oleh sebab itu, pemerintah akan mendukung
peningkatan SDM oleh swasta dengan memberikan insentif-insentif fiskal. “Saya
berharap, dengan kebijakan-kebijakan tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang berkelanjutan akan tercapai. Karena tahun 2013 -2014 merupakan periode
stabilisasi pertumbuhan ekonomi,” tutup Menkeu.
14

 Usaha dan kegiatan yang sudah dimiliki AMDAL

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) haruslah dimiliki bagi setiap


perusahaan atau izin usaha yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat,
terlebih dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan. Dengan adanya UU
No.5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

Sejak tahun 2012 sampai tahun 2013, terdapat beberapa perusahaan besar yang
ada di Kabupaten Tuban sudah mendapat izin Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).

Menurut Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, Bambang


Irawan, mengatakan bahwa sejak tahun 2012 sampai tahun 2013, pemerintah
Kabupaten Tuban mengeluarkan izin untuk AMDAL bagi tiga perusahaan besar
di bumi wali, adapun perusahaan tersebut adalah PT. Kawasan Industri Gresik,
PT. Holcim Indonesia, dan PT. Multi Baja Industri.

"Tentunya izin tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan baik, karena jika


kelak dikemudian hari terdapat pelanggaran yang mengakibatkan kerugian
terhadap masyarakat secara luas ataupun kerugian terhadap lingkungan, maka
perusahaan tersebut bisa diberikan sanksi karena tidak mengikuti ketentuan
Undang-Undang No 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup," imbuhnya.

Berdasarkan data yang dimiliki blokTuban.com, bahwa ketiga perusahaan besar


yang memperoleh izin AMDAL pada tahun 2012 sampai 2013 adalah sebagai
berikut, yang pertama PT. Kawasan Industri Gresik memperoleh izin mengenai
AMDAL pada 26 November 2012, dengan penanggung jawab Ir. Sugeng Raharjo
sebagai Dirut, kegiatan pembangunan dan pengoperasian Kawasan Industri
Tuban, yang berada di Desa Temaji, Desa Socorejo, dan Desa Karang Asem,
Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban.

Selanjutnya adalah PT.Holcim Indonesia, memperoleh izin AMDAL pada 8


Januari 2013, dengan penanggung jawab Eamon Ginley, kegiatan penambangan
pabrik semen, dan pembuatan terminal khusus beserta fasilitas pendukungnya,
yang berada di Desa Merkawang, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban.

Yang terakhir adalah PT. Multi Baja Industri, memperoleh izin AMDAL
tertanggal 18 juli 2013, dengan penanggung jawab Chang Eng Thing sebagai
Dirut, kegiatan pembangunan pabrik pengolahan Biji Nikel Smelter Feronikel dan
15

terminal khusus, yang berada di Desa Purworejo dan Desa Temaji, Kecamatan
Jenu, Kabupaten Tuban.

Dengan diperolehnya izin AMDAL tersebut, maka ketiga perusahaan tersebut


bisa melakukan usaha sesuai bidang dan izin AMDAL yang telah diterimanya
masing-masing.
16

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan untuk

menjaga kualitas lingkungan supaya tidak rusak karena adanya kegiatan-kegiatan

pembangunan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian

mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan yang wajib disusun

oleh penyelenggara kegiatan/usaha yang melakukan kegiatan/usaha yang

termasuk dalam daftar wajib AMDAL.

AMDAL terdiri dari :

1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Amdal

1. Dokumen Amdal yang diajukan kepada Komisi Penilai Amdal wajib

disusun oleh pemrakarsa.

68

2. Dalam penyusunan dokumen Amdal pemrakarsa dapat meminta bantuan

kepada lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal yang telah

mendapatkan tanda registrasi kompetensi.

3. Penyusun dokumen Amdal wajib memiliki sertifikat kompetensi.


17

4. Dalam penyusunan dokumen Amdal, penyusun dokumen Amdal wajib

menggunakan data dan/atau informasi yang sahih dan sesuai dengan

kaidah ilmiah.

5. Komisi Penilai Amdal wajib menolak pengajuan dokumen Amdal yang

penyusunannya tidak memenuhi ketentuan.

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL

Penilaian Amdal dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

1. Penerimaan dan penilaian KA secara administratif.

2. Penilaian KA secara teknis.

3. Persetujuan KA.

4. Penerimaan dan penilaian permohonan izin lingkungan hidup berdasarkan

Andal dan RKL-RPL.

5. Penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis.

6. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan

Andal dan RKL-RPL.

7. Penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan lingkungan hidup.

Kendala dalam penilaian dokumen Amdal dan solusinya

1. Kelengkapan administrasi

2. Perbaikan KA yang lama oleh konsultan

Anda mungkin juga menyukai