Anda di halaman 1dari 14

JMPF Vol. 11 No.

1 : 25-38
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946

Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan


Masyarakat dalam Mengelola Obat Sisa, Obat Rusak dan Obat
Kedaluarsa

Factor Associated with the Knowledge Level in the Management of Unused, Damage and Expired Drugs

Hananditia Rachma Pramestutie*, Ratna Kurnia lllahi, Ayuk Lawuningtyas Hariadini, Tamara Gusti
Ebtavanny, Tia Eka Aprilia
Brawijaya University, Indonesia
Submitted: 18-08-2020 Revised: 05-10-2020 Accepted: 17-03-2021
Corresponding : Hananditia Rachma Pramestutie; Email : hananditia@ub.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan yang sering timbul akibat dari ketidaktepatan pengelolaan obat sisa, rusak, dan
kedaluwarsa dalam penyimpanan maupun pembuangan adalah terjadinya penyalahgunaan obat,
meningkatkan kerusakan lingkungan, resistensi antibiotik, dan penurunan efektivitas terapi. Adanya
permasalahan ini dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan tingkat
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak, dan obat kedaluwarsa di Malang Raya.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Sampel
penelitian adalah masyarakat Malang Raya yang dipilih menggunakan teknik convenience sampling sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang digunakan yakni sebanyak 322 responden. Instrumen
berupa kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan responden telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan masyarakat Malang Raya
dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak, dan obat kedaluwarsa dalam kategori baik (21%), kategori cukup
(58%), dan kategori kurang (21%). Digunakan uji statistik yaitu uji Somers’d, Kruskal-wallis, dan Lambda
untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat dalam mengelola
obat sisa, rusak, dan kedaluwarsa. Berdasarkan uji statistik diketahui jika terdapat hubungan yang
signifikan pada usia (p=0,018) dan penghasilan (p=0,003). Dapat disimpulkan bahwa tidak semua faktor
berhubungan dengan tingkat pengetahuan dalam pengelolaan obat, dimana hanya usia dan penghasilan
yang berhubungan terhadap tingkat pengetahuan responden dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak,
dan obat kedaluwarsa.
Kata Kunci : Pengelolaan obat; obat sisa; obat rusak; obat kedaluarsa; tingkat pengetahuan

ABSTRACT
Problems that often arose as a result of improper management of unused, damaged, and expired
drugs in storage and disposal, include drug abused, increased environmental damage, antibiotic
resistance, and decrease effectiveness of therapy; due to the lack of public knowledge that can be caused
by several factors. This study aims to analyze factors associated with level knowledge in the management
of unused, damaged, and expired drugs in Malang Raya. This study was an observational analytic study
with a cross-sectional design. The subjects were the people of Malang Raya who were selected using a
convenience sampling technique in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The subjects were
322 respondents. The instrument used was a questionnaire to measure the level of knowledge of
respondents that had been tested for validity and reliability. The results showed that level of knowledge
of respondence at Malang Raya in the management of unused, damage, and expired drugs in the good
(21%), sufficient (58%), and less (21%). Statistical tests used in this study were Somers'd, Kruskal-wallis,
and Lambda tests to analyze factors associated with subjects’ level of knowledge in the management of
unused, damaged, and expired drugs. There were a significant relationship in factors included age (p =
0.018) and income level (p = 0.003). It can be concluded that among the factors associated with the level
of knowledge in the management of unused, damaged, and expired drugs, only age and income level were
statistically significant. Further study is needed to determine the factors affecting the level of knowledge
the most.
Keywords: Drug Management; unused drug; damage drug; expired drug; level knowledge

JMPF Vol 11(1), 2021 | DOI : 10.22146/jmpf.58708 25


Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat

PENDAHULUAN Pada penelitian di Yogyakarta,


Obat-obatan merupakan salah satu Indonesia ditemukan banyak orang yang
limbah farmasi yang menjadi sumber terbesar melakukan pemberhentian pengobatan. Lebih
dalam pencemaran lingkungan. Hal ini dari 89% responden menyimpan obat
disebabkan apabila pengelolaan obat yang dirumah sampai kedaluwarsa kemudian
kurang sesuai. Banyak masyarakat membuang dibuang bersama dengan sampah rumah
obat-obatan sisa maupun kedaluwarsa tangga. Metode pembuangan obat rumah
melalui limbah rumah tangga atau saluran tangga yang sering digunakan yakni dengan
pembuangan air. Kesalahan dalam membuang pada tempat sampah (89%) atau
pembuangan obat sisa, obat rusak, dan obat dibuang pada toilet atau wastafel (55%).
kedaluwarsa dirumah tangga dapat Sediaan padat lebih sering dibuang langsung
mengakibatkan peningkatan limbah obat yang ke dalam tempat sampah, sedangkan sediaan
dapat membahayakan lingkungan dan cair lebih sering dibuang pada saluran
kesehatan1,2. drainase. Penimbunan dan pembakaran juga
Obat sisa merupakan obat yang telah sering digunakan untuk membuang obat-
diresepkan atau obat swamedikasi yang tidak obatan yang sudah tidak digunakan3.
sepenuhnya digunakan yang terdapat di Penelitian lain di Qatar menyebutkan bahwa
rumah tangga maupun di layanan kesehatan. banyak masyarakat menyimpan obat
Sedangkan obat rusak adalah obat yang analgesik di rumahnya. Masyarakat
disimpan di rumah dalam jangka waktu yang menyimpan obat di dalam kamar, banyak
panjang sehingga obat akan kehilangan yang tidak mempunyai lemari penyimpanan
potensinya jika penyimpananannya tidak obat. 65% masyarakat Qatar membuang obat
sesuai3. Obat kedaluwarsa merupakan obat sisa, obat rusak dan obat kedaluarsa di tempat
yang telah melewati batas waktu jaminan sampah, 12% menyimpan obat obat sisa, obat
produsen terhadap kualitas produk yang rusak dan obat kedaluarsa di rumahnya dan
ditentukan berdasarkan cara penyimpanan 6% membuang di toilet. Sebagian besar
obat pada kondisi ideal yang disarankan oleh masyarakat (49%) memperoleh informasi obat
produsen4,5. dari dokter8. Penelitian lain di Kota Harar
Permasalahan yang sering muncul Eithopia menyebutkan 72,9% masyarakat
akibat ketidaktepatan pengelolaan obat- memahami cara pembuangan obat yang benar
obatan yakni dapat digunakan kembali oleh tetapi hanya 47,1% masyarakat yang membaca
orang yang tidak bertanggung jawab sehingga petunjuk instruksi mengenai pembuangan
timbul penyalahgunaan obat seperti obat9.
narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya Obat-obatan yang banyak ditemukan di
lainnya serta meningkatnya peredaran obat- lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan
obatan palsu. Sedangkan permasalahan yang lingkungan dan membahayakan kesehatan
akan timbul pada pasien sendiri yakni manusia maupun hewan. Salah satu
terjadinya penggunaan obat yang salah contohnya yakni adanya paparan senyawa
(misused) dan efek samping obat dari ringan antibiotik di lingkungan dapat menyebabkan
hingga menimbulkan kematian6. Selain itu, terjadinya resistensi antibiotik1. Maka
dapat menyebabkan ketidakefektifan terapi, pembuangan obat secara benar harus
resistensi obat, memperpanjang durasi sakit, mempertimbangkan persiapan dan lokasi
serta akan menyebabkan peningkatan biaya pembuangan yang aman10.
perawatan kesehatan karena pengelolaan obat DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan,
yang tidak tepat. Pada penduduk Riyadh, SImpan, dan BUang) merupakan salah satu
banyak dari responden yang menyimpan program yang diusung oleh Ikatan Apoteker
antibiotik di rumah, dan tidak menyadari Indonesia demi tercapainya tujuan dari
akan konsekuensi jika tetap menyimpan obat Pogram Gerakan Keluarga Sadar Obat.
yang kedaluwarsa di rumah7. Program tersebut diusung untuk memberikan

26 JMPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat Populasi dan Sampel Penelitian


akan pentingnya penggunaan obat secara Populasi dalam penelitian ini adalah
benar11. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang bertempat tinggal di Kota
masyarakat yang melakukan pengelolaan Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
obat yang kurang sesuai akibat Sampel dalam penelitian ini adalah
kurangnya pengetahuan terkait DAGUSIBU. masyarakat yang berusia diatas 18 tahun,
Faktor sosiodemografi memiliki hubungan bertempat tinggal di Malang Raya (Kota
dengan perilaku pengobatan secara Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu)
rasional3. dan menyimpan minimal satu macam obat
Penelitian sebelumnya yaitu di Qatar yang sudah tidak terpakai dirumah. Kriteria
dan Kota Harar Eithopia hanya eksklusi yakni masyarakat yang memiliki
mendeskripsikan mengenai bagaimana kesulitan dalam berkomunikasi melalui media
masyarakat mengelola obat rusak dan digital dan masyarakat yang tidak bersedia
kadaluarsa di rumah8,9. Fokus penelitian ini menjadi responden. Penentuan besar sampel
adalah pada faktor yang berhubungan dengan dalam penelitian ini dengan menggunakan
tingkat pengetahuan masyarakat dalam rumus besar sampel Slovin yaitu :
𝑁
pengelolaan obat sisa, obat rusak dan obat n = 1 + 𝑁.𝑒²
kadaluarsa. Berdasarkan pendahuluan yang dengan N berasal dari jumlah populasi
diuraikan di atas, peneliti menganggap perlu penduduk yang ada di Kota Malang (N =
dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk 874.890), Kabupaten Malang (N = 2.619.975)
menganalisis faktor yang berhubungan dan Kota Batu (N = 218.458) sedangkan nilai e
dengan tingkat pengetahuan masyarakat (batas toleransi kesalahan atau nilai kritis)
terkait pengelolaan obat sisa, obat rusak dan menggunakan nilai 10%. Dari hasil
obat kedaluarsa di Malang Raya. Semakin perhitungan sampel didapatkan jumlah
meningkatnya apotek di Malang Raya minimal sampel yaitu sebesar 300 responden
menyebabkan semakin meningkatkan pula (100 sampel dari Kota Malang, 100 sampel dari
masyarakat untuk mendapatkan obat dengan Kabupaten Malang dan 100 sampel dari Kota
mudah. Sehingga hasil dari penelitian ini Batu).
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk apoteker, instalasi farmasi dan layanan Instrumen Penelitian
kesehatan lainnya dalam meningkatkan Penelitian ini dilakukan dengan
pemberian informasi sehingga dapat menggunakan kuesioner pengetahuan
meningkatkan pengetahuan masyarakat masyarakat terkait pengelolaan obat sisa, obat
terkait pengelolaan obat pada penyimpanan rusak dan obat kedaluarsa yang telah disusun
dan pembuangan obat. Belum pernah dan dikembangkan oleh peneliti. Pembuatan
dilakukan penelitian serupa pada masyarakat kuesioner merujuk pada pustaka terkait
di Malang Raya. dengan penyimpanan dan pembuangan obat
yang benar yaitu merujuk pada cara cerdas
METODE penggunaan obat yang diterbitkan oleh
Rancangan Penelitian Kementrian Kesehatan Indonesia, Peraturan
Penelitian ini merupakan penelitian BPOM No 2018 No 4 tahun 2108 tentang
observasional analitik yang menggunakan Pengawasan Pengelolaan Obat Bahan Obat,
rancangan cross-sectional. Pengumpulan Narkotika, Psikotropika dan Prekusor Farmasi
sampel dilakukan dengan tehnik convenience di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, US
sampling terhadap masyarakat yang bertempat Pharmachopeia dan guidelines for drug disposal
tinggal di wilayah Malang Raya meliputi Kota yang dikeluarkan oleh FDA12,13,14,15. Kuesioner
Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu telah dilakukan pengujian validitas dan
selama periode Mei – Juni 2020. reliabilitas yang diberikan ke responden

JMPF Vol 11(1), 2021 27


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

Tabel I. Kategori Tingkat Pengetahuan

Skor Kategori
76%-100% Baik
56%-75% Cukup
<56% Kurang

secara online dengan menggunakan google Hasil yang diperoleh dapat dikategorikan
form. Uji validitas reabilitas dilakukan pada 30 dalam tingkat pengetahuan (Tabel I).
responden non sampel. Untuk mengukur Uji yang digunakan untuk menganalisis
validitas instrumen penelitian digunakan faktor yang berhubungan dengan
pearson product moment sedangkan untuk pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan
mengukur reabilitas instrument dengan obat di Malang Raya adalah uji Somers’d untuk
menggunakan koefisien reabilitas alpha melihat hubungan antara usia, pendidikan,
Cronbach. dan penghasilan terhadap tingkat
Kuesioner pengetahuan masyarakat pengetahuan, uji Kruskal-wallis untuk melihat
terkait pengelolaan obat sisa, obat rusak dan hubungan antara jenis kelamin dan sumber
obat kedaluarsa yang digunakan berupa informasi terhadap tingkat pengetahuan, dan
pertanyaan close ended yang terdiri dari 15 uji Lambda untuk melihat hubungan antara
pertanyaan yang berisi tentang batasan obat pekerjaan dengan tingkat pengetahuan.
(definisi, ciri-ciri, dan faktor penyebab), cara
penyimpanan, dan cara pembuangan pada Persetujuan Etik
obat sisa, obat rusak, dan obat kedaluwarsa. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik
Penilaian kuesioner yakni skor 1 untuk oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran
jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban yang Universitas Brawijaya dengan nomor surat
salah. Pada kuesioner ini juga terdapat data 114/EC/KEPK/06/2020. Sebelum mengisi
sosiodemografi (usia, jenis kelamin, kuesioner, diberikan inform consent kepada
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan responden sebagai persetujuan berpartisipasi
sumber informasi) yang dapat diisi oleh dalam penelitian.
responden. Kuesioner diberikan secara online
dengan menggunakan google form. Peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN
membuat poster yang berisi QR code Sampel yang diperoleh pada penelitian
mengenai kuesioner penelitian yang dapat di yakni sebanyak 322 responden yang dibagi
scan oleh responden. Poster tersebut disebar per masing-masing wilayah Kota Malang (114
di Apotek yang ada di Malang Raya. Poster responden), Kabupaten Malang (106
tersebut juga dilengkapi secara detail kriteria responden), dan Kota Batu (102 responden).
inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Pada penelitian ini didapatkan data
karakteristik sosiodemografi dari responden
Analisis Data sebagai berikut:
Tingkat pengetahuan masyarakat Pada pengelompokan responden (tabel
terkait pengelolaan obat sisa, obat rusak dan II), diperoleh data bahwa dari 322 sampel
obat kedaluarsa diketahui dengan responden yang paling banyak melakukan
menggunakan total skor dari kuesioner. Total pengelolaan obat sisa, obat rusak dan obat
skor dikonversikan dalam bentuk presentase kedaluarsa di Malang Raya yakni pada usia
(%) dengan menggunakan rumus : dewasa muda (26-65 tahun). Diketahui bahwa
𝐹 semakin bertambahnya usia akan
𝑃 = 𝑋 100%
𝑁 mempengaruhi pola pikir seseorang dalam
Keterangan: P : Nilai persentase; F : Jumlah melakukan sesuatu. Selain itu, semakin
jawaban benar; N : Jumlah pertanyaan bertambah tingginya usia akan meningkatkan

28 MPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

Tabel II. Karakteristik Sosiodemografi

Karakteristik Jumlah Presentase (%)


Usia
Dewasa Muda (18-25 Tahun) 94 29
Dewasa Tua (26-65 Tahun) 224 70
Lanjut Usia (>65 Tahun) 4 1
Jenis Kelamin
Laki-Laki 63 20
Perempuan 259 80
Pendidikan
SD Sederajat 3 1
SMP Sederajat 4 1
SMA Sederajat 105 33
Perguruan Tinggi 210 65
Pekerjaan
Pegawai Swasta 94 29
Pegawai Negeri (PNS)/TNI 70 22
Wiraswasta 41 12
Ibu Rumah Tangga 54 17
Tidak Bekerja 6 2
Mahasiswa 57 18
Penghasilan
Rendah <Rp 1.500.000 109 34
Sedang Rp 1.500.000 –Rp 2.500.000 per bulan 58 18
Tinggi Rp 2.500.000 –Rp 3.500.000 per bulan 89 28
Sangat Tinggi > Rp 3.500.000 per bulan 66 20
Sumber Informasi
Apoteker/ Petugas Apotek/ Petugas Kesehatan Lainnya 96 30
Majalah/Buku/Leaflet/Poster 22 7
Kemasan/label obat 92 29
Media Elektronik 100 31
Teman/Kerabat 4 1
Belum Mendapat Informasi 8 2

pengalaman sehingga dapat meningkatkan peningkatan pemahaman sehingga akan lebih


pula pengetahuan16. Responden paling mudah dalam menerima informasi18.
banyak mengisi kuesioner adalah perempuan. Responden penelitian banyak yang
Hal ini karena wanita cenderung lebih bekerja sebagai pegawai swasta. Masyarakat
memiliki waktu luang untuk mengikuti dengan status ekonomi yang lebih tinggi serta
penelitian dibandingkan laki-laki17. lingkungan pekerjaan yang baik dapat
Pendidikan akhir responden paling banyak mempengaruhi seseorang dalam pola pikir
pada tingkat perguruan tinggi. Seseorang mengambil keputusan, memperoleh
dengan tingkat pendidikan yang tinggi pengalaman serta pengetahuan yang baik
cenderung lebih banyak mencari informasi terkait pengelolaan obat yang rasional secara
dan memecahkan masalah dengan sebaik langsung maupun tidak langsung17.
mungkin. Serta melalui proses pendidikan Sedangkan responden yang mengikuti
yang melibatkan serangkaian aktivitas, maka penelitian banyak yang memiliki penghasilan
seorang individu akan mengalami rendah atau kurang dari 1.500.000. Hal ini

JMPF Vol 11(1), 2021 29


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

Tabel III. Alasan Penyimpanan Obat

Alasan Jumlah Presentase (%)


Obat Masih Bagus 26 8,07
Harga Mahal 1 0,31
Persediaan 288 89,44
Tidak Tahu 2 0,62
Sisa dari dokter/pengobatan 5 1,55
Total 322 100

Tabel IV. Cara Pembuangan

Cara Pembuangan Jumlah Presentase (%)


Dibuang langsung ketempat sampah 159 49
Diolah terlebih dahulu (Dihancurkan/Dilarutkan) 81 25
Dicampur dengan kopi dll 2 1
Dipisahkan antara kemasan dengan isinya 20 6
Dibakar 12 4
Ditimbun 7 2
Digunting 4 1
Di kloset/selokan 12 4
Dibuang ke sungai 1 0,003
Belum pernah 24 8
Total 322 100

akan mempengaruhi status sosial dari Pada tabel IV menunjukkan bahwa


seseorang. Lingkungan sosial akan sebanyak 159 responden dengan persentase
mendukung jika ekonomi baik sehingga dapat sebesar 49% melakukan pembuangan obat
mendukung tingginya pengetahuan dengan cara dibuang langsung ke tempat
seseorang. Sedangkan sumber informasi yang sampah yang sebelumnya tidak dilakukan
paling banyak didapat oleh responden yakni pengelolaan pembuangan yang baik dan
melalui media elektronik. Hal ini dikarenakan benar. Berbagai penelitian di dunia
melalui media elektronik akan lebih menyebutkan metode pembuangan obat
memudahkan seseorang untuk mendapatkan rumah tangga yang sering digunakan yakni
informasi tanpa harus banyak mengeluarkan dengan membuang pada tempat sampah
biaya.19 untuk sediaan padat dan dibuang pada toilet
Pada tabel III menunjukkan bahwa atau wastafel untuk sediaan cair6,22.
sebanyak 288 responden dengan persentase Kuesioner pengetahuan masyarakat
sebesar 89% melakukan penyimpanan obat- terkait pengelolaan obat sisa, obat rusak dan
obatan dirumah untuk digunakan sebagai obat kedaluarsa digunakan untuk mengetahui
persediaan. Kebiasaan pasien dengan tingkat pengetahuan responden terhadap
menyimpan obat-obatan dirumah yang pengelolaan obat sisa, obat rusak dan obat
bertujuan untuk pengobatan sendiri dimasa kedaluarsa. Kuesioner tersebut telah diuji
depan, sehingga dapat meningkatkan validitas dan reabilitasnya sebelum
banyaknya penyimpanan obat sisa dirumah digunakan untuk penelitian.Tingkat
tangga. Penyimpanan obat-obatan dirumah pengetahuan responden dapat dilihat
akan menghemat waktu jika obat diperlukan berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang
untuk pengobatan sendiri dalam mengurangi telah diisi oleh responden. Hasil kuesioner
rasa sakit20,21. yang diisi responden (Tabel IV).

30 MPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

Tabel V. Presentase Responden yang Menjawab Pertanyaan Pengetahuan yang Benar

Menjawab benar
No. Pertanyaan
n %
1. Tanggal dimana obat tidak boleh digunakan lagi setelah obat 207 64
pertama kali dibuka disebut dengan tanggal kedaluwarsa
2. Obat yang terpapar sinar matahari secara langsung tidak 286 89
akan mengalami kerusakan.
3. Kapsul cangkang keras yang menjadi lembek dalam 301 93
penyimpanan masih dapat dikonsumsi
4. Salah satu ciri obat tablet yang kedaluwarsa adalah 246 76
kemasan yang menggembung.
5. Obat cair yang mengandung minyak kemudian memisah 249 77
menjadi dua bagian meskipun telah dikocok masih aman
dikonsumsi.
6. Adanya endapan pada obat sirup merupakan hal yang 167 52
wajar dan masih bisa diminum/digunakan lagi
7. Obat sisa dalam bentuk cair dapat disimpan dalam lemari 215 67
pendingin (freezer) agar tetap awet
8. Obat sirup yang sudah dibuka, setelah 3 bulan masih bisa 262 81
diminum
9. Penggunaan obat salep racikan yang sudah dibuka dapat 94 29
disimpan sampai dengan tanggal kedaluwarsa yang
tercantum
10. Obat puyer yang disimpan di plastik selama lebih 30 hari 267 83
masih boleh digunakan
11. Obat akan cepat rusak jika penyimpanannya dicampur 258 80
dengan barang-barang lain dalam satu wadah
12. Obat sirup yang sudah tidak digunakan/rusak/kedaluwarsa 125 39
boleh dibuang langsung ke wastafel.
13. Apotek tidak bisa membantu mengolahkan obat yang 110 34
sudah tidak digunakan/rusak/kedaluwarsa
14. Pembuangan obat tablet yakni dengan cara dihancurkan 219 68
dan dicampur dengan air, garam, atau bubuk kopi
15. Obat salep dapat dibuang dengan cara dipisahkan terlebih 257 80
dahulu antara kemasan dan isinya

Respon dari responden terhadap beyond use date dari sediaan semi solid, cara
kuesioner yang telah diberikan peneliti dapat pembuangan bentuk sediaan obat cair dan
dilihat pada tabel V. Pada tabel tersebut dapat apotek dapat membantu dalam pembuangan
dilihat bahwa sebagian besar responden obat yang sudah tidak digunakan oleh
menjawab benar pertanyaan yang telah masyarakat. Obat dengan bentuk semi solid
diberikan. Banyak responden menjawab salah seperti salep racikan hanya dapat digunakan
pada pertanyaan no 9, 12 dan 13. Responden sampai 30 hari untuk bentuk sediaan yang
banyak yang belum memahami mengenai mengandung air dengan pengawet, jika tidak

JMPF Vol 11(1), 2021 31


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

Tabel VI. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 67 21%
Cukup 186 58%
Kurang 69 21%
Total 322 100%

terdapat zat pengawet maka batas waktu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk
penyimpanannya hanya 14 hari. Hal ini jawaban yang salah. Kemudian dilakukan
dikarenakan ketika obat yang telah dibuka perhitungan dengan menjumlahkan jawaban
dan disimpan dalam jangka waktu yang benar dan dibagi seluruh soal (15) kemudian
panjang akan membuat obat menjadi rusak, dikali 100%. Hasil yang diperoleh
efektivitas dan kualitas menurun. Obat salep dikategorikan dalam tingkat pengetahuan
racikan lebih cepat rusak akibat salep (Tabel VI).
mengandung air dan lembab sehingga Berdasarkan tabel VI total responden
digunakan bakteri dan jamur sebagai media penelitian yang masuk ke dalam kategori
pertumbuhan sehingga akan mempercepat cukup yakni sebanyak 186 responden dengan
degradasi obat14,23. Pembuangan bentuk persentase sebesar 58%. Sedangkan responden
sediaan obat cair harus memenuhi aturan yang masuk ke dalam kategori baik yakni
pembuangan yang tertera pada sebanyak 67 responden dengan persentase
label/kemasan/leaflet bawaan obat. Jika tidak sebesar 21%. Kemudian untuk total responden
terdapat keterangan maka dapat ditanyakan yang termasuk kategori kurang terdapat 69
ke apoteker untuk cara pembuangan yang responden dengan persentase sebesar 21%.
benar. Pembuangan obat secara sembarangan Pengelolaan obat yang sering dilakukan oleh
di saluran air akan mengakibatkan masyarakat masih sederhana dan
pencemaran lingkungan dan kesehatan3. Obat konvensional tanpa memperhatikan
yang dapat dibuang di saluran air yakni obat ketentuan yang seharusnya dilakukan.
dengan tingkat keamanan yang paling Masyarakat di negara berkembang memiliki
optimal. Intruksi pembuangan spesifik yang pengetahuan dan kesadaran yang terbatas
telah tercantum pada label obat resep atau tentang pengelolaan obat pada penyimpanan
lembar informasi obat untuk pasien. Tidak dan pembuangan obat. Dalam penelitian ini,
membuang obat ke wastafel atau toilet kecuali pengetahuan dan praktik pengelolan obat
ada informasi khusus yang mengharuskan diprediksi oleh faktor-faktor tertentu
untuk membuang obat ke wastafel atau termasuk sosial demografis responden.
toilet5,21. Masyarakat kurang memahami Sehingga pada akhir penelitian mereka
bahwa apotek yang dapat membantu dalam menyimpulkan bahwa pengetahuan pada
pengelolaan obat yang sudah tidak lagi tingkat moderat (cukup) dan ketidaktepatan
digunakan/rusak/kedaluwarsa karena kurang pengelolaan obat dapat dipengaruhi oleh
adanya komunikasi, informasi, edukasi, dan beberapa aspek sosiodemografis responden17.
publikasi oleh apoteker. Drug Enforcement Salah satu contohnya yaitu masyarakat masih
Administration (DFA) memiliki program rutin sering menyimpan obat-obatan dengan
National Prescription Drug Take-Back, dimana barang lain karena tidak memiliki sarana
melalui program ini masyarakat bisa penyimpanan obat yang memadai seperti
memberikan langsung atau mengembalikan kotak obat. Selain itu, dapat juga dipengaruhi
obat-obatan yang sudah tidak terpakai ke oleh kurangnya edukasi dan informasi oleh
apotek untuk dimusnahkan24. sumber yang berasal dari sumber yang tepat
Penilaian kuesioner pengetahuan seperti dokter dan apoteker, banyaknya iklan
masyarakat terkait pengelolaan obat yakni masyarakat yang terdapat di media sosial

32 MPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

Tabel VII. Tabulasi silang karakteristik sosiodemografi dan tingkat pengetahuan


responden

Tingkat Pengetahuan
Karakteristik Sosiodemografi
Baik (n, %) Cukup (n, %) Kurang (n, %) Total (n)
Usia
Dewasa Muda 13 (14) 51 (54) 30 (32) 94
Dewasa Tua 54 (24) 135 (60) 35 (16) 224
Lanjut Usia 0 (0) 0 (0) 4 (100) 4
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 (19) 36 (57) 15 (24) 63
Perempuan 55 (21) 150 (58) 54 (21) 259
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322
Tingkat Pendidikan
SD 0 (0) 2 (67) 1 (33) 3
SMP 0 (0) 0 (0) 4 (100) 4
SMA 21 (20) 61 (58) 23 (22) 105
Perguruan Tinggi 46 (22) 123 (59) 41(19) 210
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322
Pekerjaan
Pegawai Swasta 16 (17) 58 (62) 20 (21) 94
Pegawai Negeri (PNS/TNI) 19 (27) 42 (60) 9 (13) 70
Wiraswasta 8 (20) 25(60) 8 (20) 41
Ibu Rumah Tangga 14 (30) 28 (52) 12 (22) 54
Tidak Bekerja 0 (0) 1 (17) 5 (83) 6
Mahasiswa 10 (18) 32 (56) 15 (26) 57
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322
Tingkat Penghasilan
Rendah 16 (15) 61 (56) 32 (29) 109
Sedang 9 (16) 36 (62) 13 (22) 58
Tinggi 14 (21) 42 (64) 10 (15) 66
Sangat Tinggi 28 (31) 47 (53) 14 (16) 89
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322
Sumber Informasi
Apoteker/Petugas 22 (23) 54 (56) 20 (21) 96
Apotek/Petugas Kesehatan
Lainnya
Majalah/Buku/Leaflet/Poster 7 (32) 12 (54) 3 (14) 22
Kemasan/label obat 14 (15) 56 (61) 22 (24) 92
Media Elektronik 22 (22) 56 (56) 22 (22) 100
Teman/Kerabat 0 (0) 4 (100) 0 (0) 4
Belum Mendapat Informasi 2 (25) 4 (50) 2 (25) 8
Total 67 (21) 186 (58) 69 (21) 322

seperti televisi, internet dan radio, atau pada suatu kebiasaan dan sosial budaya
poster-poster yang tidak memenuhi syarat masyarakat yang akan mempengaruhi
sehingga dapat menyebabkan kekeliruan pengambilan keputusan dalam penggunaan
dalam masyarakat. Hal tersebut akan menjadi maupun pengelolaan obat20,25.

JMPF Vol 11(1), 2021 33


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

Tabel VIII. Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat
dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak dan obat kedaluarsa

Faktor yang berhubungan dengan


Nilai p Intepretasi
tingkat pengetahuan
Usia 0,018 < p Korelasi bermakna
Jenis Kelamin 0,849 > p Korelasi tidak bermakna
Pendidikan 0,202 > p Korelasi tidak bermakna
Pekerjaan 0,101 > p Korelasi tidak bermakna
Penghasilan 0,003 < p Korelasi bermakna
Sumber informasi 0,877 > p Korelasi tidak bermakna

Keterangan : p = 0,05

Berdasarkan tabel VII dari semua berhubungan dengan tingkat pengetahuan


kategori faktor usia, yang memiliki masyarakat dalam mengelola obat sisa, obat
pengetahuan paling baik yakni pada dewasa rusak dan obat kedaluarsa. Hasil uji korelasi
tua dengan total sebanyak 54 responden. Pada antara usia dan tingkat pengetahuan
kategori jenis kelamin, yang memiliki didapatkan hasil sig. p sebesar 0,018 yang
pengetahuan paling baik yakni pada kategori berarti usia mempunyai hubungan secara
perempuan dengan total sebanyak 55 signifikan terhadap tingkat pengetahuan
responden. Sedangkan pada kategori tingkat responden dalam pengelolaan obat sisa, obat
pendidikan, yang memiliki pengetahuan yang rusak, dan obat kedaluwarsa. Total
paling baik pada tingkat perguruan tinggi pengetahuan terkait pengobatan secara
dengan total sebanyak 46 responden. Pada signifikan berkaitan dengan adanya
karakteristik pekerjaan, diketahui yang peningkatan usia. Diketahui bahwa
memiliki tingkat pengetahuan paling baik pengetahuan tentang obat-obatan pada usia
pada pegawai negeri dengan total sebanyak 19 dewasa tua lebih tinggi dibandingkan dengan
responden. Pada kategori tingkat penghasilan, kelompok usia lain. Studi ini juga mengatakan
responden yang memiliki pengetahuan paling bahwa tingkat pengetahuan berkurang pula
baik yaitu dengan penghasilan sangat tinggi pada usia yang lebih tua dan usia lebih
dengan total sebanyak 28 responden. muda17.
Sedangkan pada faktor sumber informasi, Hasil uji korelasi antara jenis kelamin
responden yang banyak memiliki dan tingkat pengetahuan didapatkan hasil
pengetahuan yang baik yaitu responden nilai signifikansi p sebesar 0,849 yang berarti
menerima informasi dari apoteker/petugas jenis kelamin tidak mempunyai hubungan
apotek/tenaga kesehatan dan media elektronik terhadap tingkat pengetahuan responden
dengan total sebanyak 22 responden. dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak, dan
Dilakukan uji korelasi untuk obat kedaluwarsa. Perbedaan jenis kelamin
mengetahui faktor yang berhubungan dengan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengetahuan masyarakat dalam perilaku pembuangan dan penyimpanan
mengelola obat sisa, obat rusak dan obat obat26. Untuk hasil korelasi antara pendidikan
kedaluarsa. Faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan didapatkan hasil
dengan tingkat pengetahuan masyarakat nilai signifikansi p sebesar 0,202. Sehingga
dalam mengelola obat sisa, obat rusak dan dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
obat kedaluarsa yang diteliti dalam penelitian tingkat pendidikan tidak mempunyai
ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, hubungan signifikan dengan tingkat
pekerjaan, penghasilan dan sumber informasi. pengetahuan. Adanya tingkat pendidikan
Berdasarkan tabel VIII diketahui hasil yang tinggi dalam rumah tangga tidak
uji korelasi antara faktor – faktor yang menunjukkan perbedaan yang signifikan

34 MPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

secara statistik dalam pembuangan obat yang mengenai penyakit dan obat termasuk dalam
tidak digunakan maupun obat yang pengelolaan obat. Masyarakat diharapkan
kedaluwarsa27 dan kurangnya konsistensi dan bijak dalam mencari informasi terkait
pengetahuan tentang pembuangan obat- penyakit dan obat karena akan
obatan yang tidak digunakan meskipun mempengaruhi pengetahuan seseorang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi28. terhadap penyakit dan obat. Informasi
Uji korelasi pekerjaan dan tingkat mengenai penyakit obat termasuk
pengetahuan didapatkan hasil nilai pengelolaan obat dapat diperoleh melalui
signifikansi p sebesar 0,101 yang tenaga kesehatan. Ketersediaan sumber
menunjukkan bahwa pekerjaan tidak informasi merupakan salah satu faktor
mempunyai hubungan secara signifikan penentu kualitas pengetahuan masyarakat
terhadap tingkat pengetahuan responden. dalam pengelolaan obat. Apabila sumber
Status pekerjaan tidak berpengaruh secara informasi dapat memberikan pengetahuan
signifikan terhadap tingkat pengetahuan yang benar tentang pengelolaan obat,
responden29. Responden yang tidak bekerja diharapkan terjadinya peningkatan terhadap
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih kualitas pengelolaan obat yang baik dalam
rendah. Hal tersebut dikarenakan lingkungan masyarakat sehingga mencapai hasil yang
kerja memungkinkan seseorang akan diinginkan.32,33
memperoleh pengalaman dan pengetahuan Faktor – faktor yang memiliki
baik secara langsung maupun tidak hubungan dengan tingkat pengetahuan
langsung30. Untuk uji korelasi antara masyarakat terkait pengelolaan obat sisa, obat
penghasilan dan tingkat pengetahuan rusak, dan obat kedaluwarsa di Malang Raya
didapatkan hasil nilai signifikansi p yakni yakni faktor usia dan faktor penghasilan. Pada
0,003 sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor usia menunjukan bahwa semakin
penghasilan mempunyai hubungan secara meningkatnya usia ke tahap lanjut usia akan
signifikan terhadap tingkat pengetahuan terjadi penurunan fungsi kognitif17.
responden. Faktor sosial-ekonomi sangat Masyarakat dengan usia lanjut sudah tidak
berpengaruh terhadap pengelolaan obat. bisa mengingat dengan baik terkait informasi
Karakter sosial ekonomi seperti penghasilan yang telah diperoleh, sehingga apoteker harus
diketahui selaras dengan penggunaan memberikan KIE secara intensif terhadap
pelayanan kesehatan dan interaksi dengan masyarakat dengan usia lanjut. Pada faktor
profesional kesehatan. Sehingga penghasilan penghasilan, masyarakat dengan penghasilan
seseorang akan berdampak pada informasi rendah memiliki sedikit kemungkinan untuk
yang diterima tentang pembuangan limbah berinteraksi dengan pelayanan kesehatan
farmasi yang direkomendasikan31. dikarenakan adanya keterbatasan biaya30,
Uji korelasi sumber informasi dengan sehingga apoteker dapat melakukan KIE
tingkat pengetahuan didapatkan hasil nilai sig melalui penyuluhan langsung ke masyarakat
p yaitu 0,877 sehingga dapat disimpulkan atau dapat melakukan pembagian
bahwa sumber informasi tidak mempunyai leaflet/poster/brosur agar dapat dibaca oleh
hubungan secara signifikan terhadap tingkat masyarakat luas.
pengetahuan. Dari data yang didapatkan, Apoteker sebagai tenaga kefarmasian
responden banyak mendapatkan informasi memiliki peran yang sangat penting dalam
melalui media elektronik. Media eletronik memberikan informasi pada saat melakukan
sering digunakan masyarakat dalam mencari konseling atau KIE (Komunikasi, Informasi,
informasi mengenai penyakit dan obat yang dan Edukasi), sehingga hal yang dapat
akan atau sedang digunakan oleh seseorang dilakukan oleh apoteker yakni dengan
karena media elektronik mudah diakses. melakukan pemberian informasi dan
Media elektronik mempengaruhi konseling saat melakukan penyerahan obat.
pengetahuan seseorang terhadap informasi Informasi yang dapat disampaikan saat

JMPF Vol 11(1), 2021 35


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

melakukan penyerahan obat meliputi cara bantuan dana untuk penelitian ini melalui
pemakaian obat, dan cara pengelolaan obat hibah DPP SPP FKUB tahun 2020.
meliputi penyimpanan dan pembuangan.
Beragamnya sososiodemografi dalam DAFTAR PUSTAKA
masyarakat memungkinkan untuk dilakukan 1. Heba Shaaban H, Alghamdi, Nada
promosi dan edukasi secara luas melalui Alhamed, Anhar Alziadi AM.
leaflet/brosur/poster. Informasi yang Environmental Contamination by
diberikan harus benar, jelas, mudah di Pharmaceutical Waste : Assessing
mengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, Patterns of Disposing Unwanted
dan terkini34. Apoteker dapat menggunakan Medications and Investigating the
metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) dalam Factors Influencing Personal Disposal
pelaksaan program DAGUSIBU yang sudah Choices. J Pharmacol Pharm Res.
terbukti memiliki hasil yang positif terhadap 2018;1(1).
perubahan perilaku pengobatan dalam 2. Viswasanthi A, Bhasha G, Rajitha M. A
masyarakat dibandingkan dengan metode Qualitative study of the knowledge ,
konvensional seperti penyuluhan dan attitude and practice of patients
ceramah11. regarding the use of expired and
Keterbatasan dalam penelitian ini disposal of unused medicine at Nimra
adalah penelitian ini dilakukan dengan Institute of medical sciences ,
menggunakan kuesioner online sehingga Vijayawada . Perspect Med Res.
peneliti tidak melakukan tatap muka langsung 2018;6(1):1-4.
dengan responden, hal ini membuat 3. Kristina SA, Wiedyaningsih C, Cahyadi
responden dapat bertanya kepada orang lain A, Ridwan BA. A survey on medicine
atau mencari jawaban di media elektronik disposal practice among households in
mengenai pertanyaan pada kuesioner yang Yogyakarta. Asian J Pharm.
diberikan oleh peneliti. Selain itu, peneliti 2018;12(3):S955-S958.
tidak bisa memberikan infromasi secara 4. Nuryeti Y, Ilyas Y. Pengelolaan Obat
langsung mengenai pengelolaan obat yang Kedaluwarsa dalam Upaya
baik dan benar kepada responden. Pengendalian Pencemaran Lingkungan
di Puskesmas Wilayah Kerja Kota
KESIMPULAN Serang. Hig J Kesehat Lingkung.
Sebagian besar masyarakat Malang 2018;4(3):138-142.
Raya memiliki pengetahuan mengenai 5. Raja S, Mohapatra S, Kalaiselvi A,
pengelolaan obat sisa, obat rusak dan obat Jamuna Rani R. Awareness and disposal
kadaluarsa yang tergolong dalam kategori practices of unused and expired
cukup. Terdapat beberapa faktor yang medication among health care
berhubungan dengan tingkat pengetahuan professionals and students in a tertiary
dalam pengelolaan obat sisa, obat rusak dan care teaching hospital. Biomed Pharmacol
obat kadaluarsa yaitu usia dan penghasilan. J. 2018;11(4):2073-2078.
Diperlukan peran Apoteker untuk 6. Atinafu T, Takele A, Kassie A, et al.,
mengedukasi masyarakat Malang Raya Unused Medications Disposal Practice :
mengenai pengelolaan obat sisa, obat rusak The case of Patients Visiting University
dan obat kadaluarsa agar dapat menyimpan of Gondar Ethiopia. Int J Pharma Sci Res.
dan mengelola obat di rumah dengan benar. 2014;5(12):999-1005.
7. Al-Shareef F, El-Asrar SA, Al-Bakr L, et
UCAPAN TERIMA KASIH al., Investigating the disposal of expired
Penulis mengucapkan terima kepada and unused medication in Riyadh,
Fakultas Farmasi Universitas Brawijaya atas Saudi Arabia: a cross-sectional study.

36 MPF Vol 11(1), 2021


Hananditia Rachma Pramestutie, et al

Int J Clin Pharm. 2016;38(4):822-828. Edukasi Terhadap Pengetahuan, Sikap,


8. Kheir N, El Hajj MS, Wilbur K, Kaissi Dan Kemampuan Berkomunikasi Atas
RML, Yousif A. An exploratory study Informasi Obat. Kartika J Ilm Farm.
on medications in Qatar homes. Drug 2016;4(1):10-15.
Healthc Patient Saf. 2011;3(1):99-106. 19. Moreland J, French TL, Cumming GP.
9. Ayele Y, Mamu M. Assessment of The Prevalence of Online Health
knowledge, attitude and practice Information Seeking Among Patients in
towards disposal of unused and expired Scotland: A Cross-Sectional Exploratory
pharmaceuticals among community in Study. JMIR Res Protoc. 2015;4(3):e85.
Harar city, Eastern Ethiopia. J Pharm 20. Gitawati R. Pattern of Household Drug
Policy Pract. 2018;11(1):1-7. Storage. Kesmas Natl Public Heal J.
10. Sonowal S, Desai C, Kapadia J, Desai M. 2014;9(1):27.
A Survey of Knowledge, Attitude, and 21. Osei-djarbeng SN, Larbi GO, Abdul-
Practice of Consumers at a Tertiary Care rahman R, Osei-asante S, Owusu-antwi
Hospital Regarding the Disposal of R. Household acquisition of medicines
Unused Medicines. J Basic Clin Pharm. and disposal of expired and unused
2017;8(1):4. medicines at two suburbs ( Bohyen and
11. IAI. Pedoman Pelaksanaan Gerakan Kaase ) in Kumasi – Ghana. Pharma
Keluarga Sadar Obat.; 2014. Innov. 2015;4(8):85-88.
12. Kementrian Kesehatan Republik 22. Bashaar M, Thawani V, Hassali MA,
Indonesia. Cara Cerdas Gunakan Obat. Saleem F. Disposal practices of unused
Kementrian Kesehatan Republik and expired pharmaceuticals among
Indonesia; 2017. general public in Kabul. BMC Public
13. Badan Pengawasan Obat dan makanan. Health. 2017;17(1):1-8.
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan 23. Sarla GS. Efficacy and disposal of drug
Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan after the expiry date. Egypt J Intern Med.
Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan 2020;31(August):403-407.
Kefarmasian. BPOM; 2018. 24. Alnahas F, Yeboah P, Fliedel L, Abdin
14. U.S.Pharmacopeial Convention. AY, Alhareth K. Expired medication:
Pharmaceutical Compounding-Nonsterile Societal, regulatory and ethical aspects
Preparation (revised): Chapter 795.; 2019. of a wasted opportunity. Int J Environ
15. Food and Drug Administration. How to Res Public Health. 2020;17(3).
Dispose of Unused Medicines: Guidelines 25. Kusturica MP, Sabo A, Tomic Z, Horvat
for Drug Disposal. FDA Consumer O, Šolak Z. Storage and disposal of
Health Information; 2013. unused medications: Knowledge,
16. Aryani AF, Kusuma AM, Galistiani GF. behavior, and attitudes among Serbian
Hubungan Tingkat Pengetahuan people. Int J Clin Pharm. 2012;34(4):604-
Pengelola Obat Terhadap Pengelolaan 610.
Obat Di Puskesmas. J Manaj DAN 26. Akici A, Aydin V, Kiroglu A.
PELAYANAN Farm (Journal Manag Assessment of the association between
Pharm Pract. 2016;6(4):303. drug disposal practices and drug use
17. Dawood OT, Hassali MA, Saleem F. and storage behaviors. Saudi Pharm J.
Factors affecting knowledge and 2018;26(1):7-13.
practice of medicine use among the 27. Kahsay H, Ahmedin M, Kebede B,
general public in the State of Penang, Gebrezihar K, Araya H, Tesfay D.
Malaysia. J Pharm Heal Serv Res. Assessment of Knowledge, Attitude,
2017;8(1):51-57. and Disposal Practice of Unused and
18. Pratiwi H, Nuryanti N, Fera VV, Expired Pharmaceuticals in
Warsinah W, Sholihat NK. Pengaruh Community of Adigrat City, Northern

JMPF Vol 11(1), 2021 37


Relationship between Dose and Retention of Methadon Maintenance Therapy

Ethiopia. J Environ Public Health. 31. Fidora AF. Knowledge and barriers to
2020;2020. safe disposal of pharmaceutical
28. Law A V., Sakharkar P, Zargarzadeh A, products entering the environment. Diss
et al., Taking stock of medication Abstr Int Sect B Sci Eng. 2018;79(4-
wastage: Unused medications in US B(E)):No-Specified.
households. Res Soc Adm Pharm. 32. Househ M, Borycki E, Kushniruk A.
2015;11(4):571-578. Empowering patients through social
29. Restiyono A. Analysis of the Influential media: The benefits and challenges.
Factors in Antibiotic Self-Medication in Health Informatics J. 2014;20(1):50-58.
Housewives in Kajen Village, 33. Zhao Y, Zhang J. Consumer health
Pekalongan Regency. J Promosi Kesehat information seeking in social media: a
Indones. 2018;11(1):14. literature review. Health Info Libr J.
30. Terzic-Supic Z, Bukumiric D, Santric- 2017;34(4):268-283.
Milicevic M, et al., Knowledge and doi:10.1111/hir.12192
practices related to unused medications 34. Albaroodi KAI. Pharmacists’
in households in serbia. Indian J Pharm Knowledge Regarding Drug Disposal in
Educ Res. 2019;53(2):334-342. Karbala. Pharmacy. 2019;7(2):57.

38 MPF Vol 11(1), 2021

Anda mungkin juga menyukai