Anda di halaman 1dari 32

KEPUTUSAN

BERETIKA
• OKTAVIONA (1921083)
• STEFANNY (1921085)
• ANGEL LINA (1921092)
• KRISTINA ANGGRAINI (1921110)

KELAS : PA 703

Dosen Pengampu: Khairunnisa, S.E., M.Si.


Table of contents 02

01 Elemen Etika 03
Evaluasi Kepentingan
Pertimbangan Etika
Stakeholders
05
Konsekuensi
04 06
Penggabungan
Hierarki dan Prioritas 07 Konsekuensi

Pelaporan
01
Pertimbangan Etika
Contoh: Pemilihan calon direktur utama untuk diputuskan dalam rapat umum
pemegang saham. Ada dua calon (alternatif), yaitu Tuan Badu (Alternatif 1) dan
Tuan Edi (Alternatif 2), Kriteria Yan digunakan dalam penilaian adalah pendidikan
(Kriteria A), pengalaman (Kriteria B), dan karakter (Kriteria C). Calon yang terpilih
diharapkan dapat menaikkan pangsa pasar sebesar 10 persen selama, jangka
waktu lima tahun. Asumsi tentang kondisi didasarkan atas perkembangan
ekonomi nasional. Menurut analisis eksternal dan internal, kenaikan pangsa pasar
pada berbagai kondisi dan probabilitasnya sebagai berikut.
1. Kondisi I, kenaikan pangsa pasar 15
persen, probabilitas 10 persen.
2. Kondisi II, pangsa pasar naik 10 persen,
probabilitas 30 persen.
3. Kondisi III, pangsa pasar naik 5 persen,
probabilitas 60 persen.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengambilan keputusan beretika sebagai
berikut:
Keputusan bisnis juga dapat diidentifikasi berdasarkan
pihak yang berwenang untuk memutuskan. Keputusan
untuk menunjuk direktur utama adalah wewenang
pemegang saham. Keputusan itu bersifat strategis karena
jangka waktu yang dipengaruhi cukup panjang dan
dampak terhadap perusahaan luas.
Elemen etika yang berhubungan dengan
keputusan ini terutama menyangkut masalah
karakter, misalnya kejujuran, integritas/tanggung
jawab, dan kehati-hatian.
Elemen ini, untuk keputusan penunjukan direktur
utama, akan menjadi kepentingan semua
stakeholder. Jika elemen etika itu telah dimasukkan
sebagai kriteria dalam penilaian alternatif,
kepentingan semua stakeholder telah
terakomodasikan.
Hierarki dan prioritas elemen etika dapat dikatakan
tinggi. Oleh karena itu, bobot karakter dalam penilaian
ditetapkan 30 persen. Sementara itu, bobot pendidikan
20 persen dan bobot pengalaman 50 persen.
Konsekuensi untuk setiap alternatif (calon) dihitung berdasarkan per
kriteria. Penilaian dilakukan dengan menggunakan angka skala dari
10 sampai 100, Angka 100 menunjukkan karakter sangat bagus dan
10 untuk karakter yang sangat jelek. Nilai yang diperoleh untuk
karakter adalah Tuan Badu 70 dan Tuan Edi 90.
Selain karakter, kriteria lain yang digunakan adalah
pendidikan dan pengalaman. Gabungan penilaian
konsekuensi ketiga kriteria untuk masing masing calon,
misalnya, dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Nilai-nilai dari setiap alternatif, dari rangkuman nilai tersebut
dapat dilihat bahwa Tuan Badu memilkki nilai 69 dan Tuan
Edi memiliki nilai 79. Hasil pemeringkatan tersebut
menunjukkan bahwa Tuan Edi adalah alternatif (calon)
dengan nilai tertinggi.
Jika hanya kriteria yang digunakan sebagai alat
penilai dalam pengambilan keputusan, Tuan Edi
yang akan dipilih.
Total nilai gabungan pangsa pasar tertimbang setelah disesuaikan dengan probabilitas
adalah 7,5 persen. Angka ini adalah rata-rata pangsa pasar yang diasumsikan akan
diperoleh perusahaan pada lima tahun mendatang. Target pertumbuhan perusahaan yang
diharapkan dicapai oleh drektur Utama yang dipilih adalah 10 persen. Jika kriteria yang
digunakan tidak memengaruhi pencapaian pangsa pasar, urutan angka Tuan Badu dan
Tuan Edi tidak akan berubah. Namun, jika diangap bahwa kemampuan masing-masing
kriteria dalam mengatasi masalah kondisi menyatakan bahwa pendidikan 80 persen,
pengalaman 10 persen, dan karakter 10 persen, hasil meringkatannya sebagai berikut.
Jika dianggap tiap-tiap kriteria memiliki
bobot yang berbeda dalam pencapaian target
pangsa pasar dan menghadapi kondisi yang juga
berbeda, urutan pemeringkatan dan pilihannya
juga akan menjadi berbeda.

Dari tabel diatas, dapat dihitung bahwa


kenaikan pangsa pasar yang mungkin dicapai
Tuan Badu adalah 8,6%, sedangkan oleh Tuan
Edi adalah 7,5%. Pilihan jatuh pada Tuan Badu
02 Elemen Etika
Jika standar untuk ukuran etika sudah ditetapkan, persoalannya kemudian dapat dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut yang berbeda untuk setiap standar.

3. Bagaimana mengukur unsur


1. Apa yang mencerminkan tersebut?
unsur etika?
Tolak ukur yang lebih operasional
Pertanyaan pertama berkaitan 2. Siapa yang harus
dimaksudkan untuk menjawab
dengan kriteria yang menikmati? pertanyaan ketiga
digunakan oleh masing-
masing paham untuk Pertanyaan kedua berkaitan
menunjukkan baik-tidaknya dengan sasaran yang ingin
suatu perilaku atau perbuatan. dituju atau demi kepentingan
siapa kriteria itu dimunculkan.
Tabel 17.1 menyajikan ringkasan unsur etika berdasarkan filosofi utilitarianisme,
deontologisme, dan virtuisme yang dapat digunakan sebagai ukuran dari masing-masing
paham.
03
Evaluasi Kepentingan
Stakeholder
• Bagian I merupakan syarat perlu
(necessary condition) dari sebuah
keputusan bisnis. Yaitu, sebuah
keputusan tidak boleh melanggar hati
nurani (etika murni), bukan tindakan
yang mencoba untuk menyiasati etika,
kontrak, dan regulasi dengan akibat
kerugian bagi pihak lain (moral hazard),
dan bukan merupakan tindakan
melanggar hukum (fraud).
• Bagian II merupakan syarat cukup
(sufficient condition). Jawaban "tidak"
perlu dikaji alasan dan pengaruhnya
terhadap reputasi perusahaan.
Banyaknya jawaban "ya" atas pertanyaan
pertanyaan di bagian ini menunjukkan
tingkat keetisan dari suatu keputusan.
Untuk mencerminkan adanya prioritas,
jawaban "ya", dapat dijabarkan lagi
menjadi bentuk skala, misalnya High (H),
Medium (M), atau Low (L).
04
Hierarki dan Prioritas
Dalam pengambilan keputusan bisnis, hierarki, dan prioritas etika,
sebagai bahan pertimbangan, dapat berbeda antara satu
keputusan dan keputusan yang lain. Perbedaan itu ditentukan oleh
jenis dan sifat keputusan yang akan diambil. Jenis berkaitan
dengan bidang kegiatan untuk tujuan apa keputusan tersebut
dibuat, misalnya keputusan tentang pengadaan barang dan jasa,
produksi, pemasaran, penjualan, pendanaan, kepegawaian, dan lain
sebagainya.
Sifat mengacu pada luasnya jangkauan pengaruh, misalnya keputusan yang bersifat
strategis, taktis, atau operasional. Hierarki berarti letak etika dalam setiap pengambilan
keputusan, misalnya:

Sangat Penting
(Di atas)

Biasa- biasa saja


(Di tengah)

Tidak penting Prioritas tercermin dalam bobot yang diberikan


(Di bawah) untuk etika dalam pengambilan keputusan,
misalnya berat (tinggi), sedang (medium), atau
ringan (rendah).
Hierarki dan Prioritas Etika Menurut Stakeholder dan Bidang
Kegiatan Bisnis

Pemasaran/
Stakeholder Pengadaan Produksi Pendanaan Kepegawaian
Penjualan
Pemegang Saham L L L L L
Karyawan M M M L H
Pelanggan L L H L L
Pemasok H L L L L
Kreditur L L L H L
Lingkungan L H L L L
Pesaing L L H L L
Pemerintah L L L L L
L = Low; M = Medium; H=High
Seperti yang terlihat dalam tabel di slide sebelumnya, hierarki, dan prioritas terhadap hak
dan kepentingan pemegang saham pada semua jenis dan bidang kegiatan dinilai rendah
(low) karena keputusan pada level in bersifat taktis dan operasional. Perhatian yang tinggi
terhadap pemegang saham akan diberikan pada waktu membuat keputusan strategis.
Pesaing dan pemerintah juga dinilai rendah dalam keputusan-keputusan berlevel taktis dan
operasional. Sementara itu, hak dan kepentingan karyawan dinilai tinggi (high) dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang kepegawaian. Dalam bidang
pengadaan, produksi, pemasaran, dan penjualan, kepentingan karyawan dinilai sedang
(medium). Sementara, dalam bidang pendanaan dinilai rendah.
Hierarki dan Prioritas Etika Menurut Stakeholder dan Sifat Keputusan

Taktis/
Stakeholder Visi Misi Nilai/Etika Sasaran Strategi
Operasional
Pemegang Saham H H H H H L
Pelanggan H H H H H H
Karyawan H H H H M L
Pemasok L L L L L L
Kreditur L L L L L L
Lingkungan M M M M M L
Pesaing L L H H H L
Pemerintah H H H H H H
Seperti terlihat dalam tabel, perhatian terhadap pemegang saham dinilai
tinggi (high) dalam keputusan-keputusan yang bersifat strategis, misalnya
perumusan visi, misi, nilai (budaya), etika (budaya), sasaran, dan
penetapan strategi. Karyawan memperoleh peringkat yang tinggi di level
strategis dan operasional. Demikian juga dengan pemerintah. Nilai yang
rendah diperuntukkan bagi pemasok dan kreditur. Pesaing memperoleh
nilai yang tinggi pada perumusan nilai, perumusan etika, penetapan
sasaran, dan penetapan strategi. Sementara itu, lingkungan memperoleh
nilai sedang pada level keputusan strategis dan rendah pada level
operasional.
05
Konsekuensi
Tahap berikut dari evaluasi elemen etika
dalam pengambilan keputusan bisnis adalah
mengkuantifisir elemen-elemen tersebut.
Tidak semua elemen dapat dikuantifisir.
Banyak pelaksanaan dari elemen- elemen itu
yang hanya dapat dilihat melalui proses.
Elemen etika yang paling dapat dikuantifisir
adalah manfaat atau kesejahteraan. Untuk
tiap-tiap stakeholder dapat ditentukan
parameter manfaatnya masing-masing
06 Penggabungan
Konsekuensi

Dengan cara Analytical Hierarchy Process, pertimbangan etika dalam proses


pengambilan keputusan dapat disajikan seperti terlihat dalam Gambar 17.1.
Hasil dari analisis tersebut adalah diperolehnya bobot setiap alternatif dalam
suatu proses pengambilan keputusan (pemecahan masalah atau pencapaian
tujuan). Pada akhirnya, yang dicari adalah nilai akhir konsekuensi dari setiap
alternatif (dalam bobot). Pengambilan keputusan dilakukan dengan memilih
satu dari dua alternatif yang tersedia.
Proses memasukkan unsur etika dengan metode
seperti disajikan dalam Gambar 17.1 dapat diterapkan
pada setiap pengambilan keputusan dengan
memperhatikan jenis atau sifat keputusannya. Jenis
atau sifat keputusan menentukan bobot yang akan
diberikan pada sub -kriteria atau sub-sub kriteria yang
dipakai. Sub-kriteria dan sub-sub kriteria yang dipakai
untuk etika dapat berbeda dengan sub-kriteria dan sub-
sub kriteria untuk krteria lain. Konsekuensi dapat
dihitung berdasarkan nilai uang, unit angka lain, atau
berdasarkan skala peringkat. Nilai uang, unit angka lain,
atau skala peringkat diterapkan di tiap-tiap alternatif
dengan mempethatikan bobot masing masing
Penggabungan Konsekuensi sehingga dapat diperoleh nilai akhir dari alternatif.
07
Pelaporan
Pada akhirnya, perilaku atau perbuatan etis harus
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Namun,
karena penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
ditentukan oleh standar yang berlaku, kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penerapan etika
menjadi tidak dapat dilihat secara langsung dari laporan
tersebut. Alternatif terbaik adalah apabila program dan
kebijakan etis kepada stakeholder disajikan dalam laporan
tahunan. Ini akan membuat reputasi perusahaan di mata
investor meningkat.
Terima Kasih!
OKTAVIONA (1921083)
STEFANNY (1921085)
ANGEL LINA (1921092)
KRISTINA ANGGRAINI (1921110)
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai