Anda di halaman 1dari 16

Analisis Laporan Keuangan

“PT. Blue Bird”


TIME SERIES 2019-2021

Disusun Oleh :
1. Meisya Caroline 1921099
2. Josef Nathaniel 1921084

Kelas : PA603( Baru)

Dosen Pembimbing : Ming Chen, S.E., M.Si

FAKULTAS BISNIS DAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022
Profil Singkat Perusahaan

• Blue Bird merupakan perusahaan transportasi yang beroperasi di Jakarta dan beberapa
kota besar di Indonesia. Pada awal berdirinya pada tahun 1972, armada yang dimiliki
oleh perusahaan ini hanya berjumlah 25 taksi. Ny. Mutiara Djoyokosoetono sebagai
pendiri dulunya terinspirasi oleh dongeng dari Eropa tentang harapan dan doa seorang
gadis untuk mendapatkan kebahagiaan yang akhirnya terkabul berkat kebaikan seekor
burung biru. Blue Bird dicikalbakali oleh perusahaan Golden Bird yang kemudian
dikenal sebagai Chandra Taksi, sebagai sebuah perusahaan penyedia jasa sewa mobil
yang khusus melayani para jurnalis asing serta pelanggan lain yang berkunjung ke
Jakarta. ntuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini
memiliki 16.963 unit taksi reguler, 1.131 unit taksi eksekutif, 5.027 unit mobil, 526
unit bus, dan 161 unit angkutan komputer.

• Blue Bird kemudian memelopori pengenaan tarif taksi berdasarkan sistem argo, serta
melengkapi seluruh armadanya yang ber-AC dengan radio komunikasi. Tidak hanya
itu, setelah mulai berkembang, perusahaan ini mulai merambah ke taksi limousin,
usaha penyewaan mobil, dan bus carter pada tahun 1979. Pada 1993 Blue bird pun
menghadirkan layanan taksi eksekutif Silver Bird. Setelah lebih dari satu dekade,
Blue Bird Group kini memiliki empat divisi utama.

• Dengan misinya untuk menjadi perusahaan yang mampu bertahan dan


mengedepankan kualitas untuk memastikan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi
para stakeholder, Blue Bird bertujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan, dan
mengembangkan serta mempertahankan diri sebagai pemimpin pasar di setiap
kategori yang mereka masuki. Dalam transportasi darat, mereka menyediakan layanan
yang handal, dan berkualitas tinggi dengan penggunaan sumber daya yang efisien.

• Kini, Blue Bird melayani lebih dari 8,5 juta penumpang setiap bulannya dengan
26,000 armada yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Kini layanan Blue
Bird Group dapat dinikmati termasuk Jakarta dan sekitarnya, Bali, Bandung, Banten,
Batam, Lombok, Manado, Medan, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya
dan Yogyakarta. Juga di jantung pusat bisnis dan tujuan wisata di seluruh negeri. Blue
Bird juga telah memperluas jenis layanannya, mulai dari taksi eksekutif (Silver bird),
layanan limousine dan penyewaan mobil (Golden bird), bus carter (Big bird), Logistik
(Iron Bird Logistic), Industri (Restu Ibu Pusaka-Karoseri bus & Pusaka Niaga
Indonesia), Properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka Bumi Mutiara), Layanan
Pendukung (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS,
Pusaka Buana Utama-SPBU) dan Alat Berat (Pusaka Andalan Perkasa & Pusaka
Bumi Transportasi).

Visi dan Misi Perusahaan

• Visi

Menjadi perusahaan yang mampu bertahan dan mengedepankan kualitas untuk memastikan
kesejahteraan yang berkelanjutan bagi para stakeholder.

• Misi

Tujuan kita adalah tercapainya kepuasan pelanggan, dan mengembangkan serta


mempertahankan diri sebagai pemimpin pasar di setiap kategori yang kita masuki. Dalam
transportasi darat, kita menyediakan layanan yang handal, dan berkualitas tinggi dengan
penggunaan sumber daya yang efisien dan kita melakukannya sebagai satu tim yang utuh.

Kepemilikan Saham

Nama Pemegang Saham Jumlah Saham Modal Disetor Persentase

Public (each below 5%) 851.842.721 (Saham) 85.184.272.100 (IDR) 34,05%

PT. Pusaka Citra Djokosoetono 788.596.779 (Saham) 78.859.677.900 (IDR) 31,52%

Purnomo Prawiro 284.654.300 (Saham) 28.465.430.000 (IDR) 11,38%

Kresna Priawan Djokosoetono 154.450.000 (Saham) 15.445.000.000 (IDR) 6,17%

Sigit Priawan Djokosoetono 149.450.000 (Saham) 14.945.000.000 (IDR) 5,97%

Indra Priawan Djokosoetono 145.744.700 (Saham) 14.574.470.000 (IDR) 5,82%

Adrianto Djokosoetono 127.361.500 (Saham) 12.736.150.000 (IDR) 5,09%


Analisis SWOT

 STRENGTH :
o Mobil yang di gunakan sebagai fasilitas pelayanan
o Promosi dari website atau online dan sudah memiliki brand image
o Ketersediaan waktu untuk menanggapi keluhan penumpang
o Ketepatan waktu penyediaan taksi
o Penggunaan Apliksi my blue bird yang memudahkan pelanggan
o Tersedia di banyak tempat hiburan, Mall dan Perhotelan
o Sistem reservasi dan database pelanggan

 WEAKNESS :
o Kemampuan sopir / karyawan untuk memberikan pelayanan secara cepat dan
tepat kepada penumpang masih kurang
o Kurangnya Promosi dan diskon
o Besarnya tarif argo yang di tetapkan oleh perusahaan mengakibatkan
perusahaan Blue Bird Group hanya di gunakan kalangan menengah ke atas
o Keluhan reservasi by phone
o Tidak mencakup seluruh daerah di Indonesia

 OPPORTUNITIES :
o Kondisi pendapatan/ekonomi masyarakat banyak yang semakin maju
o Adanya kerjasama dengan pemerintah
o Blue bird merupakan pelopor pengenaan tarif taksi berdasarkan sistem argo
o Sistem yang mulai dikembangkan menggunakan GPS
o Bluebird sangat lebar di indonesia karena para konsumen Sudah percaya
dengan pelayanan terbaik yang diberikan perusahaan
o Perusahaan yang sudah Go Public

 THREAT :
o Naiknya harga bensin yang membuat biaya operasional meningkat
o Adanya penipuan yang mengatasnamakan perusahaan dan meresahkan
pelanggan
o Adanya pesaing lain yang mulai bermunculan
o Perusahaan yang serupa seperti perusahaan taksi pesaing yang mengecat
mobilnya seperti taksi blue bird

Analisis Eksternal perusahaan Dan Strategi Bisnis

A. Analisis Eksternal Perusahaan

Lingkungan Umum:

 Dari sisi politik (political) Indeks Demokrasi Indonesia mencapai kemajuan di


tahun 2021 slor rata- rata mencapai 6,71. Dari skala 0-10, makin tinggi skor,
makin baik kondisi demokrasi suatu negara. Skor ini naik dibandingkan dengan
tahun 2020, yakni 6,30, yang sekaligus menjadi raihan terendah Indonesia sejak
EIU menyusun indeks ini pada 2006. Kini, peringkat Indonesia naik dari 64
menjadi 52 dari 167 negara yang dikaji. Indeks yang dinilai dengan lima
instrumen yakni: Proses Pemilu dan Pluralisme; Fungsi Pemerintah; Partisipasi
Politik; Budaya Politik; dan Kebebasan Sipil.
 Dari sisi ekonomi (economy), perusahaan mengalami penurunan kinerja pada
tahun 2020 akibat Pandemi covid 19 sehinnga pennggunaan transportasi umum
menurun signifikan dan tertekan akibat pembatasan kegiatan masyarakat. Faktor
teresebut membuat Blue Bird terdampak khususnya bagi para pegawai, armada,
dan pemasok akibat penurunan pendapatan yang sangat besar tidak dimbangi
dengan penurunan biaya.
 Dari sisi sosial (social), adanya dampak penurunan pendapatan terhadap taksi
konvensional akibat makin banyaknya taksi online. Sehingga masyarakat memilih
taksi online dengan alas an mudah, cepat dan praktis . Sehinnga perusahaan taksi
seperti Blue Bird harus mengikuti apa yang dinginkan masyarakat sekarang.
riminalitas di kota-kota besar menjadi peluang bagi blue bird yang sudah dikenal
dengan keamanan dan kenyamanannya untuk untuk meningkatkan jumlah
pelanggannya. Peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar mengakibatkan
timbulnya kemacetan. Kemacetan yang banyak memakan waktu dan energi
menjadi peluang bagi blue bird untuk memberikan pelayanan yang aman dan
nyaman sehingga pelanggan tidak perlu merasa lelah untuk menghadapi
kemacetan.
 Dari sisi teknologi (technological) dengan adanya taksi online dan pengguna
smartphone yang makin meningkat dan masyarakat yang menginginkan
kepraktisan yang membuat Dperusahaan taksi konfesional harus berkembang
besar dan semakin besarnya kapasitas dan semakin mudah jangkauannya,
keamanannya, serta fasilitas yang lebih terjangkau dan lengkap yang tentunya
semakin membuat pelanggan senang.

Lingkungan Industri

1. THREAT OF NEW ENTRANTS ( Ancaman pendatang baru)

Kebutuhan akan sarana transportasi mengakibatkan munculnya para pemain baru. Apalagi
dengan berkembangnya layanan transportasi yang menggunakan aplikasi ponsel. Kehadiran
taksi online sangat menarik pangsa pasar karena mereka mengikuti trend saat ini yaitu
memanfaatkan teknologi dalam stategi bisnisnya.

2. THREAT OF SUBSTITUTE PRODUCT (Ancaman produk pengganti)

Produk pengganti dalam bisnis ini adalah Gojek. Sebagaimana telah diketahui dengan
maraknya aplikasi pemesanan layanan kendaraan penumpang, tidak lagi taksi yang dapat
menghampiri pelanggan tetapi ojek juga bisa memenuhi permintaan tersebut. Selain itu
penumpang juga memiliki pilihan transportasi masal lain seperti bus, kereta api, atau angkot
dengan tarif yang lebih murah dan dapat menghindari kemacetan.

3. BARGAINING POWER OF BUYER (Kekuatan tawar-menawar pembeli)

Pembeli dalam hal ini adalah penumpang taksi sebagai pelanggan. Banyaknya pilihan taksi
yang bisa dipilih selain Blue bird memberi kekuatan kepada pelanggan beralih dari Blue Bird
ke jenis taksi laini jika tidak puas dengan layanan Blue Bird.
4. BARGAINING POWER OF SUPPLIER(Kekuatan tawar menawar pemasok)

Pemasok dalam bisnis ini adalah dealer mobil. Suku cadang kendaraan yang sangat mahal
sehingga pengaruh supplier terhadap Blue Bird sangat besar. Kondisi ini sedikit tidak
menguntungkan pihak Blue Bird apalagi pembiayaan pemeliharaan armada besar persentase
nya dilakukan mandiri oleh Blue Bird.

5. RIVALRY AMONG EXISTING COMPETITORS (Persaingan antar pesaing industry


yang sama)

Pesaing Blue Bird dalam industri ini adalah Taksi Express dikarenakan PT Express Transindo
Utama Tbk sebagai pemain dalam industri taksi yang sama-sama telah go public seperti Blue
Bird Grup Tbk. Dari total armada yang dimiliki Blue Bird sebanyak 23.932 unit di tahun
2014. Persaingan yang berdasar jumlah armada didominasi oleh Blue Bird karena Taksi
Express hanya memiliki armada sebanyak 10.550 unit di tahun 2014

B. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal perusahaan harus mampu menganalisis sejumlah kapabilitas


yaitu kemampuan untuk mengeksploitasi sumber dayanya. Kapabiltas berada pada fungsi
fungsi perusahaan seperti kapabilitas pemasaran, kapabilitas operasi, kapabilitas keuangan,
dan kapabilitas manajemen SDM.

1. Marketing

Blue Bird adalah sebuah perusahaan di bidang transportasi khusunya di bidang taksi dan
menjadi perusahaan yang mampu mengedepankan kualitas yang berkelanjutan. Memiliki
saluran distribusi yang luas dan brand yang dikenal masyarakat yang membuat Blue Bird
semakin terkenal. Blue Bird juga memiliki 26.000 armada dan 18 kota di seluruh tanah air.

2. Keuangan
Keuangan Blue Bird sejak tahun 2020 mengalami keterpurukan akibat pandemi. Dan pada
tahun 2021 kondi keuangan PT Blue Bird Tbk ini sudah mulai mengalami perbaikan dan
mulai tumbuh 80% dibandingkan tahun lalu dan sejak penurunan PPKM masyarakat
memiliki kepercayaan yang tinggi kemampuan BIRD dalam memberikan layanan yang aman,
nyaman, dan higienis sesuai dengan perkembangan kondisi pandemi.

3. SDM
PT Blue Bird telah berfokus kepada peningkatan kinerja dan mempertahankan
keberlangsungan usaha maka SDM yang kompeten sangat dibutuhkan untuk kebutuhan di
masa yang akan datang Pengelolaan SDM harus dilakukan dengan tanggung jawab,
terinetgrasi, terarah. Oleh karena itu, rekrutmen SDM tidak hanya memperhatikan kualitas
namun juga memperhatikan standar yang ditetapkan

4. Operasi
PT Blue bird memiliki ketepatan waktu penyediaan Taksi dengan sistem revervasi yang
mudah dan cepat dan memiliki pelayanan yang sesuai dengan standar secara cepat dan tepat
dalam melayani penumpang serta adanaya Customer service yang siap sedia menanggapi
keluhan pelanggan.

Analisis Ekonomi

1. Analisis Ekonomi 2019


Perekonomian Indonesia tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15 833,9 triliun dan PDB Perkapita
mencapai Rp59,1 Juta atau US$4 174,9. Ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02
persen, lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17 persen. Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55
persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,62
persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 tumbuh 4,97
persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha,
dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,78
persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 4,97 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-
2019 dibanding triwulan III-2019 mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen (q-to-q). Dari
sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan 20,52 persen. Dari sisi
pengeluaran, disebabkan oleh komponen Ekspor Barang dan Jasa yang mengalami
kontraksi sebesar 2,55 persen. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2019
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 59,00
persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,32 persen, dan Pulau Kalimantan 8,05
persen.

2. Analisis Ekonomi 2020


Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita
mencapai Rp56,9 Juta atau US$3.911,7. Ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Dari
sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha
Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen. Sementara itu, dari sisi
pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen Ekspor Barang dan
Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70 persen. Sementara,
Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 14,71
persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan
Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam
sebesar 13,42 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa
mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 7,21 persen. Sementara, Impor
Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 13,52 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 0,42 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, kontraksi
pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 20,15 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar
27,15 persen. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2020 didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,75 persen, dengan kinerja ekonomi yang
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,51 persen.
3. Analisis Ekonomi 2021
Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8 triliun dan PDB per kapita
mencapai Rp62,2 juta atau US$4.349,5. Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh
sebesar 3,69 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi
terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,46
persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 24,04 persen. Ekonomi Indonesia
triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,02
persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,16 persen. Sementara dari sisi
pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi
sebesar 29,83 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan
sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,06 persen (q-to-q). Dari sisi produksi,
Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 22,20 persen. Dari sisi pengeluaran,
Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 33,00 persen. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2021
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
ekonomi sebesar 57,89 persen dan kinerja ekonomi yang mengalami pertumbuhan
sebesar 3,66 persen.

Analisis Keuangan dari 2019 – 2021

 Rasio Likuiditas

Likuiditas 2019 2020 2021


CR 125% 194% 241%
QR 122% 192% 240%
CR 61% 125% 167%

Rasio yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan debitur untuk melunasi
utang jangka pendek. Analisis Likuiditas PT Blue Bird Tbk pada tahun 2019-2021 cenderung
meningkat selam periode tersebut. Curent Ratio pada 3 tahun tersebut pada tahun 2019
sebesar 1.25 / 124% dan pada tahun 2020 sebesar 1,94 / 194% ada kenaikan 64% dari tahun
2019 dan pada thun 2021 terjadi kenaikan sebesar 2,41/ 241% ada Kenaikan 80% dari tahun
2020

Selain Current Ratio, ada Ratio ceepat yaitu lebih dapat menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya karena memperhitungkan persediaan di dalamnya. Rasio Cepat
Perusahaan Blue Bird ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rasio Cepat Dalam 3
Tahun. Misalnya pada tahun 2019 Rasio Cepat naik hingga 1.22/122%, pada tahun 2020
terjadi kenaikan sebesar 1,92/192% terjadi kenaikan 63,5% dari 2019 dan pada tahun 2021
terjadi kenaikan lagi sebesar 2,4/240% atau Naik 80% dari 2020.

Hasil analisis ini maka dapat dikatakan hasil rasio lancar PT Blue Bird berada pada
kategori “kurang baik”karena rasionya masih berada dibawah rata-rata industry atau
perusahaan hanya memiliki aset lancar sebanyak 1.74 kali dari total kewajiban lancar.
Sehingga dapat dikatakan perusahaan belum mampu membayar hutang jangka pendeknya
dengan aktiva lancar

 Rasio Solvabilitas

Solvabilitas 2019 2020 2021


DR 27% 28% 23,4%
DtER 37% 39% 31%

Rasio solvabilitas adalah sebuah ukuran yang digunakan untuk menunjukan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka
pendek ataupun kewajiban jangka panjang. Dari data diatas, dapat dilihat secara keseluruhan
bahwa rasio solvabilitas perusahaan PT Blue Bird Tbk mengalami kenaikan pada tahun 2019,
2020,dan 2021.
Debt to Asset Ratio

Perbandingan antara jumlah kewajiban belum dibayar dan total aset perusahaan saat ini. Aset
yang dihitung di sini termasuk aset tak lancar seperti mesin/bangunan dan aset lancar seperti
kas/uang tunai/tabungan bank non-deposito.

D/ A Rasio Blue bird pada 2019 sebesar 27% atau 27% dibiayai oleh utang dan 73%
dibiayai modal. Sedangkan pada tahun 2020 sebesar 28% atau 28% dibiayai oleh utang
sedangkan 72% oleh modal dan pada tahun 2021 menurun sebesar 23,4 % artinya 23,4%
dibiayai utang dan 76,6% dibiayai modal. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama tahun
2019-2021 Blue Bird dalam keadaan “baik” karena besaran rasionya berada di bawah rata-
rata industri atau hasil yang diperoleh lebih kecil dari rata-rata industry sehingga dengan ini
menunjukan kondisi perusahaan yang membaik karena semakin sedikit aktiva yang
dijaminkan untuk membayar hutang

Debt to Equity Ratio

Rasio yang digunakan untuk membandingkan antar seluruh utang ermasuk utang
lancar dengan seluruh equitas. Semakin besar rasio maka akan semakin tidak
menguntungkan, karena kaan semakin besar rasio yang akan ditanggung atas kegagalan yang
terjadi di perusahaan.

DER PT Blue Bird pada tahun 2019 sebesar 37% artinya perusahan memiliki utang
sebanyak 0,37 kali dari total modal, Pada tahun 2020 sebesar 39% artinya perusahhan
memiliki utang sebesar 0,39 kali dari total modal, dan tahun 2021 menurun sebesar 31%
artinya peruahaan memiliki utang sebesar 0,31% dari total modal

Dari hasil tersebut menunjukkan PT Blue Bird Tbk berada dikategori “sangat baik”
maka dapat dikatakan rasio hutang terhadap ekuitas

PT Blue Bird Tbk berada dalam kondisi baik karena besaran rasionya berada jauh
dibawah rata rata industry sehingga dengan ini menunjukkan kondisi perusahaan dalam
membayar hutang sangat baik karena struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak
menggunakan modal atau ekuitas dibandingkan dengan hutang.

 Ratio Probailitas

Probabilitas 2019 2020 2021


GPM 4% -2% 22%
NPM 8% -8% 10%
ROE 6% -3% 12%

Melihat bahwa kemampuan bisnis atau perusahaan untuk memperoleh laba dari
aktivitas penjualan dan operasionalnya dari waktu ke waktu. . Rasio ini membandingkan
keefektifan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan sumber daya
perusahaan. Tingkat profitabilitas Perseroan diukur melalui perhitungan marjin laba bersih,
laba terhadap total aset dan laba terhadap total ekuitas. Marjin laba bersih Perseroan turun
dari 7,55% di tahun 2019 menjadi -8,43% di tahun 2020. Laba terhadap total aset dari 4,11%
ditahun 2019 menjadi -2,38% di tahun 2020. Sementara laba terhadap total ekuitas dari
5,65% di tahun 2019 menjadi -3,3% di tahun 2020. Dan pada tahun 2021 margin laba
terhadap total asset naik signifikan sebesar 22%, margin laba profit naik sebesar 10%, dam
rasio pengembalian asset naik sebesar 12%. Tahun 2021 menjadi tahun kenaikan tajam
pendapatan sebagai akibat dari relaksasi aturan covid.

Dari data diatas, secara keseluruhkan rasio profitabilitas PT Blue Bird Tbk cenderung dalam
kondisi fluktuatif. Hal ini disebabkan karena pandemic covid 19 yang membuat PT Blue Bird
merosot turun di tahun 2020.

PT Blue Bird Tbk berada dalam keadaan “tidak baik” karena besaran rasio yang dihasilkan
masih berada jauh dibawah rata-rata industri sehingga dengan inidapat dikatakan perusahaan
belum tergolong mampu mengoptimalkan atau menggunakan assetdalam menciptakan
penjualan dan menghasilkan laba atau keuntungan, rendahnya hasil rasiopengembalian atas
aset ini disebabkan rendahnya marjin laba karena perputaran aset yang diperoleh kecil atau
rendah akibat pandemic.

Analisis Laporan Porforma

Laporan Posisi Keuangan PT Blue Bird Tbk (BIRD)


Aset 6,598,137,000,000 7,253,114,000,000 7,424,304,000,000
Aset Lancar 1,366,505,000,000 1,241,604,000,000 938,785,000,000
Kas & Setara Kas 945,637,000,000 798,850,000,000 462,947,000,000
Piutang 307,903,000,000 251,057,000,000 306,814,000,000
Persediaan 11,369,000,000 10,401,000,000 16,714,000,000
Aset Tidak Lancar 5,231,632,000,000 6,011,510,000,000 6,485,519,000,000
Aset Tetap 4,938,177,000,000 5,668,030,000,000 6,183,774,000,000
Goodwill 61,036,000,000 61,036,000,000 61,036,000,000
Aset Tak Berwujud Selain Goodwill
Kewajiban 1,548,099,000,000 2,017,591,000,000 2,016,202,000,000
Kewajiban Lancar 565,041,000,000 639,864,000,000 753,515,000,000
Utang Usaha 38,409,000,000 154,967,000,000 144,353,000,000
Utang Jangka Pendek 2,000,000,000 441,074,000,000
Kewajiban Tidak Lancar 885,517,000,000 1,377,727,000,000 1,262,687,000,000
Utang Jangka Panjang 494,049,000,000 924,295,000,000 649,191,000,000
Ekuitas 5,050,038,000,000 5,138,448,000,000 5,309,189,000,000

2021 2020 2019

Proyeksi 2022

Aset 6,651,812,000,000
Aset Lancar 1,534,339,000,000
Kas & Setara Kas 264,124,300,000
Piutang 197,291,000,000
Persediaan 11,523,000,000
Aset Tidak Lancar 5,117,473,000,000
Aset Tetap
Goodwill 61,036,000,000
Aset Tak Berwujud Selain Goodwill
Kewajiban 1,456,546,000,000
Kewajiban Lancar 587,430,000,000
Utang Usaha 35,022,000,000
Utang Jangka Pendek
Kewajiban Tidak Lancar 869,116,000,000
Utang Jangka Panjang 479,701,000,000
Ekuitas 5,097,181,000,000
Laporan Laba Rugi

Proyeksi 2022 2021 2020 2019

Pendapatan 2,434,655,000,000 2,220,841,000,000 2,046,660,000,000 4,047,691,000,000

Depresiasi

Laba Bersih 7,143,000,000 7,714,000,000 -161,353,000,000 314,565,000,000

Proyeksi dan Strategi BIRD

BIRD akan bakal menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp
1,2 triliun. Sumber pendanaannya berasal dari kas internal maupun pinjaman perbankan.
Selain itu, BIRD sempat melakukan penjualan terhadap unit-unit armada perusahaan yang
sudah berumur pada 2020-2021 ini. Lewat ekspansi penambahan armada ini, BIRD berharap
bisa meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Ekspansi ini juga dilakukan dalam
rangka menyambut potensi pemulihan pasar di tahun 2022. Optimisme BIRD didasari
sejumlah faktor, salah satu di antaranya yakni tren pemulihan permintaan yang sudah
dijumpai perusahaan. Pada bulan Desember lalu pendapatan BIRD mencapai kurang lebih
75%-80% pendapatan bulanan BIRD pada kondisi normal sebelum pandemi Covid-19.
Dengan tren yang baik ini, BIRD bahkan optimis untuk mencapai breakeven dan tidak
membukukan kerugian pada tahun ini. BIRD akan mengalami pertumbuhan cukup baik akan
terjadi pada 2022 dan telah melihat peningkatan kinerja yang cukup signifikan sepanjang
semester II/2021. BIRD juga akan mengantisipasi perkembangan pada pandemic covid -19
serta dapat mencapai pendapatan hingga Rp 2.5 triliun.

KESIMPULAN Rasio Propabilitas

Rasio profitabilitas PT Blue Bird periode 2019- 2021 melalui indikator rasio hasil
pengembalian atas asetdan rasio hasil pengembalian atas ekuitas berada dalam kategori “tidak
baik” jika dibandingkan dengan rata-rata industry yang ada karena hasil rasio yang diperoleh
sangat berada jauh dibawah standar rasionya. Sedangkan untuk rasio rasio marjin laba bersih
berada dalam kategori “kurang baik” karena hasil sedikit jauh dibawah standar industry yang
ada. Dengan hasil rasio di atas diharapkan BIRD dapat menilai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dari aktivitas penjualan dari kuartal ke kuartal. Karena Rasio Propabilitas
ini digunakan sebagai salah satu metrik untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Selain
itu, rasio profitabilitas juga bermanfaat bagi investor untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap pendapatan, aset neraca, biaya
operasi, dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu. Rasio profitabilitas
menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan
keuntungan dan nilai bagi pemegang saham. Rasio atau nilai yang lebih tinggi biasanya dicari
oleh sebagian besar perusahaan, karena ini biasanya mengindikasikan bahwa bisnis
berkinerja baik dengan menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas. Rasio paling berguna
ketika dianalisis dibandingkan dengan perusahaan serupa atau dibandingkan dengan periode
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai