Disusun Oleh :
1. Meisya Caroline 1921099
2. Josef Nathaniel 1921084
• Blue Bird merupakan perusahaan transportasi yang beroperasi di Jakarta dan beberapa
kota besar di Indonesia. Pada awal berdirinya pada tahun 1972, armada yang dimiliki
oleh perusahaan ini hanya berjumlah 25 taksi. Ny. Mutiara Djoyokosoetono sebagai
pendiri dulunya terinspirasi oleh dongeng dari Eropa tentang harapan dan doa seorang
gadis untuk mendapatkan kebahagiaan yang akhirnya terkabul berkat kebaikan seekor
burung biru. Blue Bird dicikalbakali oleh perusahaan Golden Bird yang kemudian
dikenal sebagai Chandra Taksi, sebagai sebuah perusahaan penyedia jasa sewa mobil
yang khusus melayani para jurnalis asing serta pelanggan lain yang berkunjung ke
Jakarta. ntuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini
memiliki 16.963 unit taksi reguler, 1.131 unit taksi eksekutif, 5.027 unit mobil, 526
unit bus, dan 161 unit angkutan komputer.
• Blue Bird kemudian memelopori pengenaan tarif taksi berdasarkan sistem argo, serta
melengkapi seluruh armadanya yang ber-AC dengan radio komunikasi. Tidak hanya
itu, setelah mulai berkembang, perusahaan ini mulai merambah ke taksi limousin,
usaha penyewaan mobil, dan bus carter pada tahun 1979. Pada 1993 Blue bird pun
menghadirkan layanan taksi eksekutif Silver Bird. Setelah lebih dari satu dekade,
Blue Bird Group kini memiliki empat divisi utama.
• Kini, Blue Bird melayani lebih dari 8,5 juta penumpang setiap bulannya dengan
26,000 armada yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Kini layanan Blue
Bird Group dapat dinikmati termasuk Jakarta dan sekitarnya, Bali, Bandung, Banten,
Batam, Lombok, Manado, Medan, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya
dan Yogyakarta. Juga di jantung pusat bisnis dan tujuan wisata di seluruh negeri. Blue
Bird juga telah memperluas jenis layanannya, mulai dari taksi eksekutif (Silver bird),
layanan limousine dan penyewaan mobil (Golden bird), bus carter (Big bird), Logistik
(Iron Bird Logistic), Industri (Restu Ibu Pusaka-Karoseri bus & Pusaka Niaga
Indonesia), Properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka Bumi Mutiara), Layanan
Pendukung (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS,
Pusaka Buana Utama-SPBU) dan Alat Berat (Pusaka Andalan Perkasa & Pusaka
Bumi Transportasi).
• Visi
Menjadi perusahaan yang mampu bertahan dan mengedepankan kualitas untuk memastikan
kesejahteraan yang berkelanjutan bagi para stakeholder.
• Misi
Kepemilikan Saham
STRENGTH :
o Mobil yang di gunakan sebagai fasilitas pelayanan
o Promosi dari website atau online dan sudah memiliki brand image
o Ketersediaan waktu untuk menanggapi keluhan penumpang
o Ketepatan waktu penyediaan taksi
o Penggunaan Apliksi my blue bird yang memudahkan pelanggan
o Tersedia di banyak tempat hiburan, Mall dan Perhotelan
o Sistem reservasi dan database pelanggan
WEAKNESS :
o Kemampuan sopir / karyawan untuk memberikan pelayanan secara cepat dan
tepat kepada penumpang masih kurang
o Kurangnya Promosi dan diskon
o Besarnya tarif argo yang di tetapkan oleh perusahaan mengakibatkan
perusahaan Blue Bird Group hanya di gunakan kalangan menengah ke atas
o Keluhan reservasi by phone
o Tidak mencakup seluruh daerah di Indonesia
OPPORTUNITIES :
o Kondisi pendapatan/ekonomi masyarakat banyak yang semakin maju
o Adanya kerjasama dengan pemerintah
o Blue bird merupakan pelopor pengenaan tarif taksi berdasarkan sistem argo
o Sistem yang mulai dikembangkan menggunakan GPS
o Bluebird sangat lebar di indonesia karena para konsumen Sudah percaya
dengan pelayanan terbaik yang diberikan perusahaan
o Perusahaan yang sudah Go Public
THREAT :
o Naiknya harga bensin yang membuat biaya operasional meningkat
o Adanya penipuan yang mengatasnamakan perusahaan dan meresahkan
pelanggan
o Adanya pesaing lain yang mulai bermunculan
o Perusahaan yang serupa seperti perusahaan taksi pesaing yang mengecat
mobilnya seperti taksi blue bird
Lingkungan Umum:
Lingkungan Industri
Kebutuhan akan sarana transportasi mengakibatkan munculnya para pemain baru. Apalagi
dengan berkembangnya layanan transportasi yang menggunakan aplikasi ponsel. Kehadiran
taksi online sangat menarik pangsa pasar karena mereka mengikuti trend saat ini yaitu
memanfaatkan teknologi dalam stategi bisnisnya.
Produk pengganti dalam bisnis ini adalah Gojek. Sebagaimana telah diketahui dengan
maraknya aplikasi pemesanan layanan kendaraan penumpang, tidak lagi taksi yang dapat
menghampiri pelanggan tetapi ojek juga bisa memenuhi permintaan tersebut. Selain itu
penumpang juga memiliki pilihan transportasi masal lain seperti bus, kereta api, atau angkot
dengan tarif yang lebih murah dan dapat menghindari kemacetan.
Pembeli dalam hal ini adalah penumpang taksi sebagai pelanggan. Banyaknya pilihan taksi
yang bisa dipilih selain Blue bird memberi kekuatan kepada pelanggan beralih dari Blue Bird
ke jenis taksi laini jika tidak puas dengan layanan Blue Bird.
4. BARGAINING POWER OF SUPPLIER(Kekuatan tawar menawar pemasok)
Pemasok dalam bisnis ini adalah dealer mobil. Suku cadang kendaraan yang sangat mahal
sehingga pengaruh supplier terhadap Blue Bird sangat besar. Kondisi ini sedikit tidak
menguntungkan pihak Blue Bird apalagi pembiayaan pemeliharaan armada besar persentase
nya dilakukan mandiri oleh Blue Bird.
Pesaing Blue Bird dalam industri ini adalah Taksi Express dikarenakan PT Express Transindo
Utama Tbk sebagai pemain dalam industri taksi yang sama-sama telah go public seperti Blue
Bird Grup Tbk. Dari total armada yang dimiliki Blue Bird sebanyak 23.932 unit di tahun
2014. Persaingan yang berdasar jumlah armada didominasi oleh Blue Bird karena Taksi
Express hanya memiliki armada sebanyak 10.550 unit di tahun 2014
1. Marketing
Blue Bird adalah sebuah perusahaan di bidang transportasi khusunya di bidang taksi dan
menjadi perusahaan yang mampu mengedepankan kualitas yang berkelanjutan. Memiliki
saluran distribusi yang luas dan brand yang dikenal masyarakat yang membuat Blue Bird
semakin terkenal. Blue Bird juga memiliki 26.000 armada dan 18 kota di seluruh tanah air.
2. Keuangan
Keuangan Blue Bird sejak tahun 2020 mengalami keterpurukan akibat pandemi. Dan pada
tahun 2021 kondi keuangan PT Blue Bird Tbk ini sudah mulai mengalami perbaikan dan
mulai tumbuh 80% dibandingkan tahun lalu dan sejak penurunan PPKM masyarakat
memiliki kepercayaan yang tinggi kemampuan BIRD dalam memberikan layanan yang aman,
nyaman, dan higienis sesuai dengan perkembangan kondisi pandemi.
3. SDM
PT Blue Bird telah berfokus kepada peningkatan kinerja dan mempertahankan
keberlangsungan usaha maka SDM yang kompeten sangat dibutuhkan untuk kebutuhan di
masa yang akan datang Pengelolaan SDM harus dilakukan dengan tanggung jawab,
terinetgrasi, terarah. Oleh karena itu, rekrutmen SDM tidak hanya memperhatikan kualitas
namun juga memperhatikan standar yang ditetapkan
4. Operasi
PT Blue bird memiliki ketepatan waktu penyediaan Taksi dengan sistem revervasi yang
mudah dan cepat dan memiliki pelayanan yang sesuai dengan standar secara cepat dan tepat
dalam melayani penumpang serta adanaya Customer service yang siap sedia menanggapi
keluhan pelanggan.
Analisis Ekonomi
Rasio Likuiditas
Rasio yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan debitur untuk melunasi
utang jangka pendek. Analisis Likuiditas PT Blue Bird Tbk pada tahun 2019-2021 cenderung
meningkat selam periode tersebut. Curent Ratio pada 3 tahun tersebut pada tahun 2019
sebesar 1.25 / 124% dan pada tahun 2020 sebesar 1,94 / 194% ada kenaikan 64% dari tahun
2019 dan pada thun 2021 terjadi kenaikan sebesar 2,41/ 241% ada Kenaikan 80% dari tahun
2020
Selain Current Ratio, ada Ratio ceepat yaitu lebih dapat menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya karena memperhitungkan persediaan di dalamnya. Rasio Cepat
Perusahaan Blue Bird ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rasio Cepat Dalam 3
Tahun. Misalnya pada tahun 2019 Rasio Cepat naik hingga 1.22/122%, pada tahun 2020
terjadi kenaikan sebesar 1,92/192% terjadi kenaikan 63,5% dari 2019 dan pada tahun 2021
terjadi kenaikan lagi sebesar 2,4/240% atau Naik 80% dari 2020.
Hasil analisis ini maka dapat dikatakan hasil rasio lancar PT Blue Bird berada pada
kategori “kurang baik”karena rasionya masih berada dibawah rata-rata industry atau
perusahaan hanya memiliki aset lancar sebanyak 1.74 kali dari total kewajiban lancar.
Sehingga dapat dikatakan perusahaan belum mampu membayar hutang jangka pendeknya
dengan aktiva lancar
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah sebuah ukuran yang digunakan untuk menunjukan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka
pendek ataupun kewajiban jangka panjang. Dari data diatas, dapat dilihat secara keseluruhan
bahwa rasio solvabilitas perusahaan PT Blue Bird Tbk mengalami kenaikan pada tahun 2019,
2020,dan 2021.
Debt to Asset Ratio
Perbandingan antara jumlah kewajiban belum dibayar dan total aset perusahaan saat ini. Aset
yang dihitung di sini termasuk aset tak lancar seperti mesin/bangunan dan aset lancar seperti
kas/uang tunai/tabungan bank non-deposito.
D/ A Rasio Blue bird pada 2019 sebesar 27% atau 27% dibiayai oleh utang dan 73%
dibiayai modal. Sedangkan pada tahun 2020 sebesar 28% atau 28% dibiayai oleh utang
sedangkan 72% oleh modal dan pada tahun 2021 menurun sebesar 23,4 % artinya 23,4%
dibiayai utang dan 76,6% dibiayai modal. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama tahun
2019-2021 Blue Bird dalam keadaan “baik” karena besaran rasionya berada di bawah rata-
rata industri atau hasil yang diperoleh lebih kecil dari rata-rata industry sehingga dengan ini
menunjukan kondisi perusahaan yang membaik karena semakin sedikit aktiva yang
dijaminkan untuk membayar hutang
Rasio yang digunakan untuk membandingkan antar seluruh utang ermasuk utang
lancar dengan seluruh equitas. Semakin besar rasio maka akan semakin tidak
menguntungkan, karena kaan semakin besar rasio yang akan ditanggung atas kegagalan yang
terjadi di perusahaan.
DER PT Blue Bird pada tahun 2019 sebesar 37% artinya perusahan memiliki utang
sebanyak 0,37 kali dari total modal, Pada tahun 2020 sebesar 39% artinya perusahhan
memiliki utang sebesar 0,39 kali dari total modal, dan tahun 2021 menurun sebesar 31%
artinya peruahaan memiliki utang sebesar 0,31% dari total modal
Dari hasil tersebut menunjukkan PT Blue Bird Tbk berada dikategori “sangat baik”
maka dapat dikatakan rasio hutang terhadap ekuitas
PT Blue Bird Tbk berada dalam kondisi baik karena besaran rasionya berada jauh
dibawah rata rata industry sehingga dengan ini menunjukkan kondisi perusahaan dalam
membayar hutang sangat baik karena struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak
menggunakan modal atau ekuitas dibandingkan dengan hutang.
Ratio Probailitas
Melihat bahwa kemampuan bisnis atau perusahaan untuk memperoleh laba dari
aktivitas penjualan dan operasionalnya dari waktu ke waktu. . Rasio ini membandingkan
keefektifan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan sumber daya
perusahaan. Tingkat profitabilitas Perseroan diukur melalui perhitungan marjin laba bersih,
laba terhadap total aset dan laba terhadap total ekuitas. Marjin laba bersih Perseroan turun
dari 7,55% di tahun 2019 menjadi -8,43% di tahun 2020. Laba terhadap total aset dari 4,11%
ditahun 2019 menjadi -2,38% di tahun 2020. Sementara laba terhadap total ekuitas dari
5,65% di tahun 2019 menjadi -3,3% di tahun 2020. Dan pada tahun 2021 margin laba
terhadap total asset naik signifikan sebesar 22%, margin laba profit naik sebesar 10%, dam
rasio pengembalian asset naik sebesar 12%. Tahun 2021 menjadi tahun kenaikan tajam
pendapatan sebagai akibat dari relaksasi aturan covid.
Dari data diatas, secara keseluruhkan rasio profitabilitas PT Blue Bird Tbk cenderung dalam
kondisi fluktuatif. Hal ini disebabkan karena pandemic covid 19 yang membuat PT Blue Bird
merosot turun di tahun 2020.
PT Blue Bird Tbk berada dalam keadaan “tidak baik” karena besaran rasio yang dihasilkan
masih berada jauh dibawah rata-rata industri sehingga dengan inidapat dikatakan perusahaan
belum tergolong mampu mengoptimalkan atau menggunakan assetdalam menciptakan
penjualan dan menghasilkan laba atau keuntungan, rendahnya hasil rasiopengembalian atas
aset ini disebabkan rendahnya marjin laba karena perputaran aset yang diperoleh kecil atau
rendah akibat pandemic.
Proyeksi 2022
Aset 6,651,812,000,000
Aset Lancar 1,534,339,000,000
Kas & Setara Kas 264,124,300,000
Piutang 197,291,000,000
Persediaan 11,523,000,000
Aset Tidak Lancar 5,117,473,000,000
Aset Tetap
Goodwill 61,036,000,000
Aset Tak Berwujud Selain Goodwill
Kewajiban 1,456,546,000,000
Kewajiban Lancar 587,430,000,000
Utang Usaha 35,022,000,000
Utang Jangka Pendek
Kewajiban Tidak Lancar 869,116,000,000
Utang Jangka Panjang 479,701,000,000
Ekuitas 5,097,181,000,000
Laporan Laba Rugi
Depresiasi
BIRD akan bakal menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp
1,2 triliun. Sumber pendanaannya berasal dari kas internal maupun pinjaman perbankan.
Selain itu, BIRD sempat melakukan penjualan terhadap unit-unit armada perusahaan yang
sudah berumur pada 2020-2021 ini. Lewat ekspansi penambahan armada ini, BIRD berharap
bisa meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Ekspansi ini juga dilakukan dalam
rangka menyambut potensi pemulihan pasar di tahun 2022. Optimisme BIRD didasari
sejumlah faktor, salah satu di antaranya yakni tren pemulihan permintaan yang sudah
dijumpai perusahaan. Pada bulan Desember lalu pendapatan BIRD mencapai kurang lebih
75%-80% pendapatan bulanan BIRD pada kondisi normal sebelum pandemi Covid-19.
Dengan tren yang baik ini, BIRD bahkan optimis untuk mencapai breakeven dan tidak
membukukan kerugian pada tahun ini. BIRD akan mengalami pertumbuhan cukup baik akan
terjadi pada 2022 dan telah melihat peningkatan kinerja yang cukup signifikan sepanjang
semester II/2021. BIRD juga akan mengantisipasi perkembangan pada pandemic covid -19
serta dapat mencapai pendapatan hingga Rp 2.5 triliun.
Rasio profitabilitas PT Blue Bird periode 2019- 2021 melalui indikator rasio hasil
pengembalian atas asetdan rasio hasil pengembalian atas ekuitas berada dalam kategori “tidak
baik” jika dibandingkan dengan rata-rata industry yang ada karena hasil rasio yang diperoleh
sangat berada jauh dibawah standar rasionya. Sedangkan untuk rasio rasio marjin laba bersih
berada dalam kategori “kurang baik” karena hasil sedikit jauh dibawah standar industry yang
ada. Dengan hasil rasio di atas diharapkan BIRD dapat menilai kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dari aktivitas penjualan dari kuartal ke kuartal. Karena Rasio Propabilitas
ini digunakan sebagai salah satu metrik untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Selain
itu, rasio profitabilitas juga bermanfaat bagi investor untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap pendapatan, aset neraca, biaya
operasi, dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu. Rasio profitabilitas
menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan
keuntungan dan nilai bagi pemegang saham. Rasio atau nilai yang lebih tinggi biasanya dicari
oleh sebagian besar perusahaan, karena ini biasanya mengindikasikan bahwa bisnis
berkinerja baik dengan menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas. Rasio paling berguna
ketika dianalisis dibandingkan dengan perusahaan serupa atau dibandingkan dengan periode
sebelumnya.