Disusun dalam rangka memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Manajemen Investasi yang diampu oleh :
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2020/2021
A. Deskripsi Bisnis PT Blue Bird Tbk.
Dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa pada tahun 2016 Lembaga
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) telah melakukan
survei, dan terlihat bahwa 132,7 juta dari total penduduk sebanyak 256,2 juta
orang Indonesia telah terhubung ke internet. Data tersebut mengalami
kenaikan sebesar 51,8 persen jika dibandingkan dengan jumlah pengguna
internet pada tahun 2014 yang hanya mencapai 88 juta orang. (diakses dari
tekno.kompas.com, pada tanggal 01/06/2021).
D. Analisis Keuangan
Dalam menjalankan suatu perusahaan tentunya sangat dibutuhkan
adanya laporan keuangan untuk memudahkan berbagai pihak baik eksternal
maupun internal yang membutuhkan informasi akan keuangan perusahaan,
termasuk pada PT Blue Bird Tbk. Adanya laporan keuangan tersebut tentu
harus dilakukan analisis terhadapnya agar dapat menilai kinerja yang telah
dilakukan oleh perusahaan. Berikut merupakan analisis keuangan PT Blue
Bird Tbk selama 3 tahun belakang, yaitu tahun 2018–2020:
Ratio 2018 2019 2020
Rasio Likuiditas
Current Ratio 174,28% 124,59% 194,04%
Quick Ratio 172% 61% 192,42%
Cash Ratio 93,64% 122% 124,85%
Rasio Solvabilitas
Debt to Asset Ratio 24,30% 27,16% 27,82%
Debt to Equity Ratio 32,10% 37,28% 38,54%
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin 10,96% 7,55% -7,98%
Return On Asset 6,65% 4,11% -2,25%
Return On Equity 8,78% 5,65% -3,12%
Dari data diatas, diketahui bahwa pada rasio likuiditas pada PT Blue
Bird Tbk pada tahun 2018–2020 mengalami peningkatan pada tahun 2020,
akan tetapi secara keseluruhan masih berada dibawah standar rasio yang
berlaku, yaitu 200%. Oleh karena itu, PT Blue Bird Tbk dihimbau agar dapat
terus memantau manajemen perusahaan agar dapat terus berjalan dan
bertahan di industi dan era saat ini. Berbeda pada rasio solvabilitas
perusahaan ini. Pada rasio solvabilitas PT Blue Bird Tbk terpantau terus
mengalami peningkatan dan semakin membaik yang menandakan bahwa
tidak semua sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan ini berasal dari
modal asing seperti halnya kebanyakan perusahaan lain yang saat ini sangat
mengandalkan modal dari perusahaan asing. Sedangkan pada rasio
profitabilitas perusahaan, PT Blue Bird Tbk mengalami penurunan yang
cukup signifikan pada tahun 2020. Apabila hal ini terus dibiarkan dan tidak
segera ditangani, maka dapat mengancam kelangsungan usaha perusahaan
kedepannya.
E. Valuasi
Blue Bird Group merupakan operator taksi terbesar di Indonesia.
Penyebab utama dominasi Blue Bird di bidang ini ialah karena adanya high
barrier to entry yang berlaku dalam industri taksi, yang artinya sangat sulit
sekali bagi pemain baru yang terjun di industri ini memperoleh izin
Pemerintah untuk mengoperasikan armada taksi mereka. Oleh karena itu,
secara tidak langsung Blue Bird dikatakan relatif aman dari kemungkinan
banyaknya persaingan oleh kompetitor baru. Munculnya kompetitor-
kompetitor baru pada bidang jasa transportasi yang kini memberikan inovasi
dengan memanfaatkan teknologi tersebut sangat menarik pangsa pasar
dikarenakan mereka mengikuti trend yang sedang berlangsung saat ini.
Adanya persaingan ini membuat saham Blue Bird turun, dan dengan melihat
penurunan harga saham tersebut, Blue Bird dapat dikategorikan memiliki
saham yang buruk (bad stock) pada saat ini.
F. Ringkasan Investasi
Berikut merupakan tabel harga sham BIRD selama satu tahun terakhir :
Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa dalam satu tahun terakhir,
harga saham PT Blue Bird Tbk (Bird) tertinggi terjadi pada Desember 2020
yang mencapai Rp1.300. Kenaikan yang cukup signifikan ini diduga
disebabkan oleh harga saham yang memang sudah menurun dengan seiring
dengan merosotnya kinerja pada PT Blue Bird Tbk. Hal lain yang
menyebabkan kenaikan tersebut ialah adanya isu merger Go-jek dan Grab.
Alhasil, saham PT Blue Bird Tbk. inipun ikut menguat seiring dengan adanya
sikap optimisme oleh investor terhadap pasar modal Indonesia.
G. Risiko Investasi
1. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang menjalankan bisnis untuk suatu jenis
industri yang meliputi adanya perubahan terhadap target pasar
perusahaan, perubahan pada lingkungan ekonomi politik yang akan
berdampak pada perusahaan dari waktu ke waktu, Salah satunya yaitu
dengan adanya perubahan pada kehadiran taksi online yang membuat
pangsa pasar taksi konvensional seperti PT. Blue Bird Tbk (Bird) tergerus.
Akan tetapi dalam menghadapi kondisi ini, PT. Blue Bird memanfaatkan
untuk menjalin kerja sama dengan PT Gojek Indonesia dalam hal
pemesanan kendaraan. Lewat aplikasi Gojek ini, konsumen dapat
memesan taksi Blue Bird melalui fitur Go-BlueBird meskipun Blue Bird
sendiri telah punya aplikasi pemesanan sendiri dengan nama My Blue
Bird.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan fluktuasi pasar yang secara keseluruhan
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang timbul karena
adanya penurunan nilai suatu investasi yang disebabkan oleh pergerakan
pada faktor-faktor pasar. Salah satu faktornya ialah munculnya resesi
ekonomi yang diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19 dan
memberikan dampak yang cukup signifikan pada berbagai sektor salah
satunya yaitu sektor transportasi. Adanya resesi ekonomi ini membuat
banyak investor yang menjual saham Bird sehingga sehingga
menyebabkan penurunan yang drastis.
3. Risiko Inflasi
Keadaan inflasi yang meningkat akan mengurangi adanya kekuatan
daya beli mata uang rupiah sehingga risiko ini juga bisa dikatakan sebagai
risiko daya beli. Risiko ini diduga memiliki potensi yang cukup besar untuk
merugikan daya beli masyarakat dikarenakan adanya kenaikan harga
konsumsi. Seperti contohnya yaitu tarif transpotasi yang cenderung lebih
tinggi untuk taksi konvensional seperti Blue Bird jika dibandingkan dengan
tarif transportasi online yang kini kerap diminati oleh masyarakat. Hal ini
secara langsung akan mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap
taksi konvensioal salah satunya Blue Bird menjadi rendah. Dan dengan
adanya pandemi saat ini tentunya akan membuat laju inflasi yang semakin
tinggi terhadap harga saham BIRD, dan secara otomatis harga sahamnya
akan menurun.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial merupakan risiko yang pasti dihadapi oleh suatu
perusahaan terkait dengan urusan finansial, salah satunya yaitu saat
perusahaan mengalami kerugian atau ketika perusahaan harus
mengeluarkan biaya ekstra karena yang disebabkan oleh suatu hal. Dan
risiko finansial ini biasanya mengacu pada arus kas perusahaan yang
memungkinkan munculnya kerugian finansial. Dan yang termasuk dalam
risiko finansial salah satunya ialah utang. Semakin besar utang yang
dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin besar pula risiko yang akan
diterima oleh perusahaan tersebut. Manajemen Bird menyampaikan
bahwa dampak dari adanya pandemic saat ini telah mengganggu
pemenuhan kewajiban pokok utang senilai Rp 484.59 miliar. Per Juni
2020, Blue Bird memiliki liabilitas jangka pendek sebanyak Rp 627.93
miliar. Selain itu, Blue Bird juga memiliki utang jangka panjang Rp 1,12
triliun. Total liabilitas Bird per akhir Juni 2020 mencapai Rp 2,31 triliun. Hal
ini disebabkan juga karena adanya penurunan pendapatan Blue Bird
secara year-on-year akibat banyak orang yang WFH sehingga tidak
bepergian keluar rumah. Maka dari itu PT Blue Bird Tbk mengadakan
kesepakatan relaksasi pembayaran pokok pinjaman atau restrukturisasi
pinjaman kepada kreditur guna mempertahankan kelangsungan usaha di
masa pandemi.
Nafsiah, Wuwun. 2014. Valuasi mahal, harga saham Blue Bird turun. (Online),
(https://investasi.kontan.co.id/news/valuasi-mahal-harga-saham-blue-bird-turun),
diakses pada 1 Juni 2021.
Adithia, Akhmad Rizaldi. 2016. Analisis Fundamental Saham Bird "Good Company
Bad Stock". (Online),
(https://www.kompasiana.com/zaldiadh/5850d973a7afbd2f14406c75/analisis-
fundamental-saham-bird-good-company-bad-stock?page=all), diakses pada 1 Juni
2021.
Lusyana. 2019. ANALISIS RASIO KEUANGAN PT. BLUE BIRD TBK PERIODE
2016-2018. (Online),
(http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22274/162101007.pdf?
sequence=1&isAllowed=y), diakses pada 2 Juni 2021.