PERTEMUAN 3:
ANGGARAN PENJUALAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini Anda harus mampu:
3.1. Menjelaskan pengertian & kegunaan anggaran penjualan.
3.2. Menyusun anggaran penjualan.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 3.1:
Pengertian & Kegunaan Anggaran Penjualan
barang atau jasa karena ada sebagian jenis barang atau jasa yang hanya
diproduksi atas dasar pesanan dari pelanggan. Barang atau jasa yang
diproduksi secara spekulasi harus dicarikan pemasarannya.
a. Pengertian Anggaran Jualan
Anggaran jualan berarti anggaran hasil penjualan atau anggaran hasil
proses menjual. Menjual (sell) berarti menyerahkan sesuatu kepada pembeli
dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Penjualan (selling) berarti
proses kegiatan menjual, yaitu dari kegiatan penetapan harga jual sampai
produk didistribusikan ke tangan konsumen (pembeli). Jualan (sales)
badalah hasil penjualan atau hasil proses menjual. Jadi, penjualan memiliki
arti yang berbeda dengan jualan. Anggaran jualan disusun oleh fungsi
penjualan (dalam hal ini fungsi manajer penjualan atau yang lebih luas lagi
fungsi manajer pemasaran). Anggaran jualan merupakan rencana tertulis
yang dinyatakan dalam angka dari produk yang akan dijual perusahaan pada
periode tertentu. Jualan merupakan unsur dapatan (revenues) yang disebut
dapatan jualan (sales revenues). Jualan terdiri atas jualan kotor dan jualan
bersih. Jualan bersih diperoleh setelah dikurang dengan potongan dan retur
jualan.
Retur jualan (sales return) adalah dikembalikannya sejumlah barang
yang dijual oleh pembeli kepada penjual akibat tidak sesuai dengan pesanan,
misalnya terdapat cacat tersembunyi, tidak sesuai ukuran, dan kualitas tidak
sesuai.
Potongan penjualan (sales discount) adalah potongan harga jual yang
diberikan penjual kepada pembeli, misalnya mendapat potongan karena
membeli dalam jumlah yang besar atau membayar secara tunai.
b. Manfaat Anggaran Jualan
Anggaran jualan merupakan dasar penyusunan anggaran lainnya dan
umumnya disusun terlebih dahulu sebelum menyusun anggaran lainnya.
Oleh karena itu, anggaran jualan sering disebut dengan anggaran kunci.
Berhasil tidaknya sebuah perusahaan tergantung pada keberhasilan
bagian penjualan dalam meningkatkan jualan. Jualan merupakan ujung
tombak dalam mencapai tujuan perusahaan mencari laba secara maksimal.
sebaliknya. Misalkan saat ini perusahaan mampu menjual 1.000 unit dengan
harga jual per unit Rp100, harga pokok per unit Rp80, dan beban usaha
sebulan Rp15.000, modal usaha yang diperlukan Rp20.000. Setelah itu
perusahaan ingin meningkatkan jualan menjadi 1.200 unit, modal usaha
menjadi meningkat Rp25.000, dan beban usaha meningkat menjadi
Rp18.000. Harga jual dan harga pokok tidak berubah. Pertanyaannya apakah
dengan meningkat jualan dapat meningkatkan rentabilitas ekonomis?
Perhitungan rentabilitas ekonomis semula sebagai berikut.
Jualan 1.000 unit @ Rp100 = Rp100.000
Harga pokok barang terjual 1.000 unit x Rp80 = Rp 80.000
Laba kotor = RP 20.000
Beban usaha = Rp 15.000
Laba usaha = Rp 5.000
2013 36 37 38 39 150
2014 40 40 42 43 165
2015 44 41 41 44 170
Jumlah 180 185 195 200 760
Rata-rata 36 37 39 40 -
% 23,68 24,34 25,66 26,32 100
Ramalan jualan kecap tahun 2016 sebanyak 182 botol untuk daerah
Banjarmasin dan Martapura dengan perbandingan 2 : 1.
Banjarmasin 2/3 x 182 = 121 botol
Martapura 1/3 x 182 = 61 botol +
Jumlah = 182 botol
Banjarmasin
Kecap sedang 50% x 121 = 61 botol
Kecap manis 30% x 121 = 36 botol
Kecap asin 20% x 121 = 24 botol +
Jumlah 121 botol
Martapura
Kecap sedang 50% x 61 = 31 botol
Kecap manis 30% x 61 = 18 botol
Kecap asin 20% x 61 = 12 botol +
Jumlah 61 botol
Total 182 botol
Banjarmasin:
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% x 61 = 14 botol) x Rp500 = Rp 7.000
Kecap manis (23,68% x 36 = 9 botol) x Rp600 = Rp 5.400
Kecap asin (23,68% x 24 = 6 botol) x Rp500 = Rp 3.000
Jumlah I = 29 botol = Rp15.400
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% x 61 = 15 botol) x Rp500 = Rp 7.500
Kecap manis (24,34% x 36 = 9 botol) x Rp600 = Rp 5.400
Kecap asin (24,34% x 24 = 6 botol) x Rp500 = Rp 3.000
Jumlah II = 30 botol = Rp15.900
Triwulan III
Kecap sedang (25,66% x 61 = 16 botol) x Rp500 = Rp 8.000
Kecap manis (25,66% x 36 = 9 botol) x Rp600 = Rp 5.400
Kecap asin (25,66% x 24 = 6 botol) x Rp500 = Rp 3.000
Jumlah III = 31 botol = Rp16.400
Triwulan IV
Kecap sedang (26,32% x 61 = 16 botol) x Rp500 = Rp 8.000
Kecap manis (26,32% x 36 = 9 botol) x Rp600 = Rp 5.400
Kecap asin (26,32% x 24 = 6 botol) x Rp500 = Rp 3.000
Jumlah IV = 31 botol = Rp16.400
Martapura:
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% x 31 = 7 botol) x Rp600 = Rp 4.200
Kecap manis (23,68% x 18 = 4 botol) x Rp750 = Rp 3.000
Kecap asin (23,68% x 12 = 3 botol) x Rp600 = Rp 1.800
Jumlah I = 14 botol = Rp 9.000
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% x 31 = 8 botol) x Rp600 = Rp 4.800
Kecap manis (24,34% x 18 = 4 botol) x Rp750 = Rp 3.000
Kecap asin (24,34% x 12 = 3 botol) x Rp600 = Rp 1.800
Jumlah II = 15 botol = Rp 9.600
Triwulan III
Kecap sedang (25,66% x 31 = 8 botol) x Rp600 = Rp 4.800
Kecap manis (25,66% x 18 = 5 botol) x Rp750 = Rp 3.750
Kecap asin (25,66% x 12 = 3 botol) x Rp600 = Rp 1.800
Jumlah III = 16 botol = Rp10.350
Triwulan IV
Kecap sedang (26,32% x 31 = 8 botol) x Rp600 = Rp 4.800
Kecap manis (26,32% x 18 = 5 botol) x Rp750 = Rp 3.750
Kecap asin (26,32% x 12 = 3 botol) x Rp600 = Rp 1.800
Jumlah IV = 16 botol = Rp10.350
D. DAFTAR PUSTAKA
M. Narafin. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.