PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank sebagai lembaga keuangan, disamping memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang, usaha pokok bisnisnya adalah memberikan pelayanan kredit kepada para
nasabahnya.
Sejak terjadinya Paket Juni 83 pada masa perkembangan industri perbankan, yaitu perbankan
menghapus pagu kredit, menentukan sendiri suku bunga dalam rangka meningkatkan
mobilisasi dana dari masyarakat, dan mengurangi ketergantungan dari BI, bank dari berbagai
jenis kepemilikannya dapat memberikan keleluasaan kredit kepada nasabahnya. Sehingga
masyarakat berbondong bondong mendatangi bank dengan harapan mendapat pinjaman
modal untuk membangun usaha atau bisnis, ataupun meningkatkan usaha yang sudah ada.
Setelah kredit yang merajalela di masyarakat khususnya di lingkungan pengusaha menengah
ke atas, banyak bank yang menyimpang dari aturan dalam pemberian kredit karena persaingan
yang ketat dalam penarikan nasabah. Selain itu banyak kelalaian yang dilakukan bank dalam
menganalisis pemberian kredit, dan pemberian jumlah pinjaman yang tidak sesuai dengan
kemampuan nasabah bank, sehingga terjadilah kredit macet pada nasabah.
Dengan demikian diperlukan cara penyelesaian kredit macet yang akan dibahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka timbul masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kredit bermasalah
2. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah
3. Bagaimana cara penyelesaian kredit bermasalah
4. Menjelaskan restrukturisasi kredit
5. Membuat jurnal-jurnal tentang kredit bermasalah
6. Menjelaskan pengertian penyisihan kerugian kredit
7. Menjelaskan tentang ketentuan penyisihan kerugian kredit sesuai dengan
kolektibilitasnya dan persentase pencadangan
8. Menghitung penyisihan kerugian kredit yang wajib dilakukan oleh bank
9. Membuat jurnal-jurnal tentang penyisihan kerugian kredit
10. Membukukan penghapusan kredit
11. Menjurnal pembayaran atas kredit yang telah dihapus buku bila ada setoran dari
debitur
C. Tujuan Penulisan
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan
kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-bank di Indonesia
maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia bulan Juni
1992, 80% dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa kredit yang disalurkan baik
kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain pihak, penyaluran kredit
mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena itu, pengelolaan
kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap bank.
Dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (PAKMEI 1993), di Indonesia
dikenal dua golongan kredit bank, yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Di mana kredit
bermasalah digolongkan menjadi tiga, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Kredit bermasalah inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan
mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan
usaha bank.
Kredit bermasalah atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan
debitur. (Siamat, 1993, hal: 220).
Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana: (Sutojo, 1997, hal: 331)
1. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit diragukan;
atau
2. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan
semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha
penyelamatan kredit; atau
3. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada
pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan
permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
Sejak krisis keuangan yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak
tahun 1997, penyelesaian kredit macet bank-bank di Indonesia ditangani oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Berkaitan dengan kasus kredit macet di Indonesia Menko Ekuin, Kwik Kian Gie mengatakan
bahwa sampai saat ini jumlahnya sudah mencapai Rp 600 trilyun (InfoBank, Edisi Nomor
245, Januari 2000, hal:14). Menurut hemat kami hal ini tampaknya lebih disebabkan karena
faktor kesengajaan. Betapa tidak, sebagian besar dana kredit yang dimiliki bank disalurkan
kepada debitur kelompok usahanya sendiri, yang disebut perusahaan terafiliasi. Dimana
dalam penyalurannya kurang atau mungkin tidak didasarkan pada studi kelayakan (feasibility
study), dan bahkan besarnya kredit yang mereka ajukan jumlahnya telah di mark up terlebih
dahulu. Sebagai contoh adalah Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) dan Bank Umum
Nasional (BUN), yang masing-masing secara berurutan menyalurkan 90,7% dan 78,4%
(Kwik Kian Gie, 1999, hal: 124) untuk kepentingan kelompok usahanya sendiri.
Faktor faktor Penyebab Munculnya Kredit Bermasalah
Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi
secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit macet dapat disebabkan
baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Faktor-faktor penyebab yang merupakan
kesalahan pihak kreditur adalah:
Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang diakibatkan karena kesalahan pihak debitur
antara lain:
Dengan mencermati gejala-gejala terjadinya kredit macet tersebut, maka bukanlah sesuatu
yang mustahil untuk mencegah terjadinya kredit macet, atau paling tidak dapat
mengurangi/menekan sekecil mungkin kasus-kasus kredit macet yang ada.
Mengurangi atau Mencegah Kemungkinan Kredit Bermasalah
Setiap penyaluran kredit oleh bank tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan
kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan
kondisi lingkungan yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini.
Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh bank dalam menekan atau mengurangi
seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya, adalah:
Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5 C + 1C,
yang meliputi:
a) Character
Character atau watak debitur sangat menentukan kemauan untuk membayar kembali kredit
yang telah diterimanya. Namun demikian, untuk mengetahui character seseorang itu tidak
mudah. Oleh karena itu, penilaian atas character debitur perlu dilakukan secara hati-hati dan
secermat mungkin. Informasi dari keluarga dan teman-teman dekat dari debitur, serta
informasi dari bank pemberi kredit sebelumnya adalah sangat penting.Untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran yang jelas tentang watak calon debitur ini, dapat dilakukan usaha-
usaha seperti: melakukan interview langsung terhadap calon debitur; meneliti daftar riwayat
hidupnya, mengetahui reputasi calon debitur berdasarkan informasi dari lingkungan
usahanya, serta meneliti kegiatan dan pengalaman-pengalaman usahanya.
b) Capacity
Capacity mengandung arti kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya. Dengan
demikian, capacity berkaitan erat dengan kemampuan calon debitur dalam melunasi
kreditnya. Unsur-unsur yang dinilai untuk mengetahui kemampuan calon debitur antara lain
meliputi penilaian terhadap:
1) Proyeksi arus kas;
2) Proyeksi laporan keuangan;
3) Pusat informasi krdit;
4) Kemampuan manajemen;
5) Kemampuan pemasaran;
6) Kemampuan teknis;
7) Kewajiban kewajiban pada pihak lainnya.
c) Capital
Informasi mengenai besar kecilnya modal (capital) perusahaan calon debitur adalah sangat
penting bagi bank. Modal yang dimaksudkan disini adalah modal sendiri (networth) atau nilai
kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan, yang merupakan selisih antara total aktiva dengan
total kewajiban (utang). Semakin besar modal yang dimiliki perusahaan merupakan cerminan
keberhasilan perusahaan di masa lalu, dan ini tentunya semakin baik dihadapan bank.
Mengingat kredit bank hanya merupakan pelengkap atau tambahan bagi pembiayaan kegiatan
operasional perusahaan. Posisi modal suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan
keuangannya. Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang modal perusahaan, maka
bank harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama paling tidak tiga
tahun periode akuntansi sebelumnya.
d) Collateral
Collateral (jaminan kredit) merupakan setiap aktiva atau barang-barang yang diserahkan
debitur sebagai jaminan atas kredit yang diperoleh dari bank. Manfaat jaminan ini bagi bank
adalah sangat penting, sebagai back up atas kredit yang diberikan kepada debitur. Tujuannya
adalah agar bank dapat memperoleh pelunasan kembali atas kredit yang diberikan kepada
debitur, apabila kelak debitur tidak mampu melunasi kreditnya atau pun ingkar janji (wan
prestasi). Atas jaminan yang diberikan oleh debitur, maka perlu diperhatikan cara
pengikatannya sesuai dengan hukum yang berlaku, untuk menghindari sengketa yang
kemungkinan muncul di kemudian hari.
e) Conditions
Yang dimaksud conditions disini adalah keadaan perekonomian secara umum dimana
perusahaan tersebut beroperasi. Kondisi perekonomian sangat menentukan keberhasilan
maupun kegagalan suatu perusahaan. Oleh karena itu, bank atau dalam hal ini analis kredit,
harus mempertimbangkan keadaan perekonomian, dan proyeksi perekonomian selama jangka
waktu kredit yang diberikan.
f) Constraint
Dalam pemberian kredit, bank perlu juga mengetahui dan mempertimbangkan hambatan
(constraint) yang mungkin muncul di lapangan. Bank perlu mengetahui tanggapan masyarakat
setempat terhadap rencana investasi yang akan dilakukan oleh calon debiturnya, karena bisa
saja masyarakat setempat menolak rencana investasi tersebut. Sebagai contoh seorang debitur
mengajukan kredit untuk membangun sebuah peternakan babi misalnya. Nah, pihak bank
perlu mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat setempat, apakah menerima atau menolak
kehadiran peternakan tersebut.
Setelah bank memutuskan untuk memberikan kredit kepada debiturnya, bukan berarti bahwa
tugas bank sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula
tugas bank yang sesungguhnya dalam penyaluran kredit. Bank senantiasa harus memantau
kredit yang telah disalurkannya. Apakah debitur benar-benar menggunakan kreditnya sesuai
dengan permohonan semula, atau digunakan untuk keperluan lain? Bagaimana perkembangan
dan prospek usaha debitur? Bagaimana keadaan perekonomian nasional secara keseluruhan,
kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur? Dan pertanyaan-pertanyaan lain
berkaitan dengan prospek kredit yang telah disalurkan oleh bank. Pertanyaan-pertanyaan ini
penting dijawab, dalam rangka mengantisipasi kemungkinan tersendat atau macetnya kredit
yang telah disalurkan bank.
3. Jaminan Kredit
Jaminan kredit (collateral) atau agunan sebenarnya tidaklah mutlak sifatnya, tetapi perlu, guna
mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang disalurkan bank. Di samping status
dan kondisi jaminan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh bank adalah dalam
cara pengikatannya. Pengikatan jaminan kredit ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Hal ini berkaitan dengan eksekusi jaminan, apabila kelak debitur ingkar janji (wan
prestasi) atau tidak mampu melunasi kreditnya.
Restrukturisasi kredit
Restrukturisasi kredit merupakan upaya yang dilakukan bank dalm kegiatan usaha perkreditan
agar debitur dapat memenuhi kewajibanya.Restrukturisasi kredit :
KREDIT BERMASALAH
1. Pada tanggal 10 April 07 Bank Bima mencairkan kredit kepada Annisa sebesar Rp
120.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun dan bunga 6% pa flat. Angsuran dilakukan
setiap bulan dimulai sejak tanggal 10 Mei 2007-10 April 2012. Denda atas
pembayaran angsuran sebesar 1% dari total angsuran.Pertanyaan :
Buatlah jurnal-jurnal sebagai berikut :
a. Pada 10 Mei Annisa dapat membayar angsuran, akan tetapi pada tanggal 10 Juni
07 dan seterusnya menunggak
b. Pada 10 Okt semua tunggakan dibayar
Jawaban :
a. Angsuran pokok = 120.000.000/60 Rp 2.000.000
Bunga = (0,5%)(120.000.000) 600.000
Angsuran/bln Rp 2.600.000
10 April 07
Jurnal pencairan kredit
10April Kredit yg diberikan Rp 120.000.000
Tabungan/kas/giro Annisa Rp120.000.000
2007
30 April 07
Jurnal pencairan kredit
30Pendapatan.
April bunga kredit yg akn Rp 420.000
2007
diterima
Pendapatan bunga kredit Rp 420.000
10-30 Apr = (21/30)(600.000) = 420.000
30 April 07
Penyesuaian pendapatan provisi
30Provisi
Aprilditerima di muka Rp 20.000.000
Pendapatan provisi Rp 20.000.000
2007
10 Mei 07
Jurnal pembayaran angsuran
10Tabungan/kas/giro
Mei 2007 Annisa Rp 2.600.000
Kredit yg diberikan Rp 2.000.000
Pendapatan bunga kredit Rp.600.000
Perhitungan :
Angsuran pokok/bln = 120.000.000/60 Rp 2.000.000
Bunga/bln = (6%)(1/12)(120.000.000) 600.000
Tot. Angsuran Rp 2.600.000
Perhitungan :
Angsuran pokok/bln = 120.000.000/60 2.000.000
Pendptn. Bunga kredit yg akn diterima 420.000
Pendapatan bunga kredit 180.000
Tot. Pembayaran 2.600.000
31 Mei 07
Penyesuaian pendapatan provisi
31Pen.
MeiProvisi diterima di muka Rp 20.000
Pendapatan provisi Rp 20.000
2007
(1/60)(1.200.000) = 20.000
01 Juni 07
Jurnal koreksi pengakuan bunga
01Pendapatan
Juni bunga kredit Rp 425.806
Pen. Bunga kredit yg akn Rp 425.806
2007
diterima
10 Jun 07
Jurnal tunggakan pembayaran angsuran
10Pen. Jun
Bunga kredit yg akn Rp 600.000
2007
diterima
Pendapatan bunga kredit Rp 600.000
b. 10 Okt 07
Jurnal pembayaran tunggakan
10Tabungan/kas/giro
Okt Annisa Rp 2.626.000
Kredit yg akn diberikan Rp 2.000.000
2007
Pen. Bunga kredit yg akn Rp 600.000
diterima
Pendapatan denda Rp 26.000
Perhitungan :
Tunggakan pokok 2.000.000
Tunggakan bunga 600.000
Tot. Angsuran 2.600.000
Denda keterlambatan = (1%)(2.600.000) 26.000
Tot. Pembayaran 2.626.000
10 Okt 07
Jurnal pembayaran angsuran
10Tabungan/kas/giro
Okt Annisa Rp 2.600.000
Kredit yg diberikan Rp 2.000.000
2007
Pendapatan bunga kredit Rp 600.000
2. Kredit macet PT Bayubiru sebesar Rp 900.000.000 tunggakan bunga sampai saat ini
Rp 100.000.000 dengan jangka waktu kredit 2 tahun dan sisa jangka waktunya masih
1 tahun, suku bunga 12% pa effective rate. Bank telah memperhitungkan penyisihan
kerugian kredit sebesar Rp 200.000.000 pada 10 April 07 disepakati untuk
restuktrurasi kredit dengan modifikasi persyaratan kredit antara lain; suku bunga
diturunkan menjadi 6% pa effective rate, tunggakan bunga dihapus, jangka waktu
diperpanjang menjadi 3 tahun setelah restrukturasi kredit. (Sisa jangka waktu 1 tahun
dan dirubah menjadi 3 tahun). Setelah restrukturasi, kolektibilitas kredit nasabah
meningkat dari kredit macet menjadi kredit kurang lancar. Penyisihan kerugian kredit
setelah restrukturasi sebesar 15% dari nilai sekarang outstanding credit.
Pertanyaan :
Buatlah perhitungan restrukturasi kredit dan jurnalnya
Jawaban :
Restruktur Kredit
No Ket. Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Total
.
Untuk Debitur
1 Pokok setelah restrukturasi 300 300 300 900
2 Bunga setelah restrukturasi 54 36 18 108
3 Arus kas masuk (pokok & 354 336 318 1.008
bunga)
4 Arus kas masuk (pokok & 354 336 318 1.008
bunga)
5 Nilai sekarang (12%) 316 268 226 810
6 Kredit sebelum restrukturasi 900
7 Penyishan rest kredit (6-5) 90
8 PPAP = (15%)(nilai sekarang) 122
9 Kelebihan
No. PPAPKet.
(PPAP-8) Sebelum Sesudah78
10
1 Kerugian rest
Tunggakan kredit (9-7)
pokok 900.000.000 (12)
900.000.000
11
2 Amortisasi
Tunggakan bungakerugian rest (4) (4)
100.000.000 (4) (12)
3 Persyaratan
(33,3%)(10)kredit
a. Jangka waktu 1 3
b. Bunga 12% 6%
4 Kualitas kredit Macet Kurang lancar
5 PPAP tersedia (harus dibentuk) 200.000.000 122.000.000
6 Kelebihan PPAP 78.000.000
7 Penyisihan restrukturisasi 90.000.000
8 Kerugian restrukturasi (12.000.000)
01 April 07
Jurnal sebelum restrukturisasi
01Kredit
Aprilyg diberikan Rp 900.000.000
Giro PT Banyubiru Rp 900.000.000
07
01Beban
April
penyisihan kerugian kredit Rp 200.000.000
Penyisihan kerugia kredit Rp 200.000.000
07
01Biaya
April
amortisasi KRK Rp 12.000.000
Biaya ditangguhkan KRK Rp 12.000.000
07
(amortisasi tahun 1)
25 April 07
Jurnal pengambilalihan agunan
25Agunan
April yang diambil alih Rp 290.000.000
Kredit yg diberikan Rp 30.000.000
07
Pendapatan bunga kredit yg Rp 260.000.000
ditangguhkan
25 April 07
25Rek.
April
Lawan-tagihan kontigensi Rp 260.000.000
Pendapatan bunga kredit dlm Rp 260.000.000
07
penyelesaian
25 Agustus 07
Jurnal penjualan agunan
Perhitungan:
Harga jual agunan Rp 260.000.000
Nilai bersih agunan 290.000.000
Kerugian 30.000.000
25 Agustus 07
25Kas Rp 260.000.000
Kerugian penjualan agunan Rp.30.000.000
Agustus
Agunan yg diambil alih Rp 290.000.000
07 Pendapatan bunga kredit Rp 30.000.000
Penggolongan Kredit
Kualitas Nominal Agunan Harga Pasar Usia
Kredit Penilaian
Lancar 10.000.000. Rumah 500 12.000.000. 3 bulan
DPK 000 m2 000 6 bulan
Tanah
Kurang 2.000.000.0 3.000.000.0 15 bulan
a Rumah500
Lancar 00 00 -
2
2.000.000.0 m b 2.300.000.0 24 bulan
Diragukan 00 Deposito 00 29 bulan
Macet BPKB 200.000.000
500.000.000 600.000.000
Tanah 1000
500.000.000 600.000.000
m2
Total 15.000.000. 18.700.000.
000 000
Buatlah jurnal yang dibuat oleh PT Bank Bima Surabaya
Penggolongan Kredit
Kol Tarif Saldo Kredit Agunan yg Saldo Kredit Penyisiha
dipergunak setelah n
an Agunan
Lancar 1% 10.000.000. - 10.000.000. 100.000.0
DPK 5% 000 - 000 00
Kurang 15% 2.000.000.0 1.200.000. 2.000.000.0 100.000.0
Lancar 10% 00 000 00 00
Diragukan 100 2.000.000.0 180.000.00 800.000.000 120.000.0
Macet % 00 0 320.000.000 00
500.000.000 - 500.000.000 160.000.0
500.000.000 00
500.000.0
00
Total 980.000.0
00
Perhitungan nilai agunan:
D : 600.000.000 x 30) %
M : 300.000.000 x 0%
Penyisihan kerugian yg wajib dibentuk sebesar Rp. 980.000.000.- .
Penyisihan kerugian kredit yg telah dibentuk sebesar Rp
700.000.000,- . Dengan demikian , maka pada tanggal 31 Desember
2007, masih terdapat kekurangan pembebanan penyisihan kerugian
kredit sebesar Rp. 280.000.000 dengan perhitungan:
280.000.000
31 Maret RekeningLawan-Tagihan Rp
2007 kontingensi 100.000.000
Pendapatan bunga Rp
kredit dalam penyelesaian 100.000.000
Jurnal memorial penghapusan kredit, 31 Maret 2007
5 Kas Rp 200.000.000
Penyisihan kerugian kredit Rp 200.000.000
septemb
er 2007
5 Rekening Lawan-kredit Rp
septemb 250.000.000
Memorial kredit yang di Rp
er 2007
write of 250.000.000
Kredit yang dijamin oleh perusahaan asuransi atau lembaga penjamin.
Kredit yang di write of mendapat ganti rugi asuransi/lembaga
penjamin.
5 Kas Rp
septemb 200.000.000
er 2007 Penyisihan kerugian Rp
kredit 100.000.000
Ganti rugi asuransi/ Rp
lenbaga penjamin 100.000.000
5 Kas Rp 50.000.000
Pendapatan bunga kredit Rp 50.000.000
septemb
er 2007
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kredit bermasalah atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan
debitur.
Faktor faktor penyebab dari kredit bermasalah itu sendiri dapat disebabkan oleh pihak
kreditur (bank) ataupun debitur (nasabah). Kesalahan dari pihak kreditur seperti : keteledoran
bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan; terlalu mudah
memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar
kelayakan permintaan kredit yang diajukan; konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur
atau sektor usaha yang beresiko tinggi; dan lain lain. Sedangkan faktor yang disebabkan
oleh debitur diantaranya : menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan
merosotnya kondisi ekonomi umum dan/atau bidang usaha dimana mereka beroperasi;
adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang
berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani; problem keluarga, misalnya
perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu
atau beberapa orang anggota keluarga debitur; dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh
usaha-usaha sebagai berikut :
1. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
2. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
3. Restructuring (Penataan Ulang)
4. Liquidation (Liquidasi)
Restrukturisasi kredit merupakan upaya yang dilakukan bank dalm kegiatan usaha
perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibanya.
Penyisihan kerugian kredit pun penting adanya untuk mengetahui sejauh mana kerugian
yang tidak bisa terbayarkan
Saran
Dengan adanya pengalaman perbankan dalam masalah perkreditan diantaranya kredit macet,
bank sebaiknya lebih hati hati dan selektif dalam pemberian kredit kepada nasabah, dan
disertai pengamatan jaminan kredit yang sesuai dari nasabah agar dapat meminimalisasi
adanya kredit bermasalah dan menghindarkan bank dari kepailitan.
Daftar Pustaka
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)
Buku Drs.Ismail MBA.Akuntansi Bank
Buku Taswan Akuntansi Bank