Anda di halaman 1dari 8

Nama : Kamelia Rasyid

NIM : 412417020

ASURANSI KERUGIAN CONTOH KASUS DAN CARA PERUSAHAAN


MENGENDALIKAN RESIKO

A. Contoh Kasus Asuransi Kerugian


Jakarta , Setelah dua tahun hilang, Toyota Alphard tahun 2005 milik Yansen
Handoko Lim bisa ditemukan kembali baru-baru ini oleh petugas Polda Metro
Jaya. Namun yang jadi masalah bukan ditemukannya kembali mobil yang
telah memiliki peranti safety canggih itu. Melainkan ketika melaporkan
kehilangan mobil pada 2 tahun lalu kepada pihak asuransi, dinyatakan tidak
bisa mengganti karena tidak ada alasan kuat mobil itu hilang karena dicuri.

Di Pinjam Teman
Ketika terjaring sebuah razia, Alphard itu sudah berubah tampilan, termasuk
nomor polisi yang semula B 33 QT berganti H 8864 AZ. Mobil tersebut kini
masih berada di Polda Metro Jaya, dan tinggal proses untuk bisa diambil
kembali pemiliknya setelah melengkapi dokumen kendaraan seperti STNK
dan BPKB.

"Sebuah keberuntungan saja kalau Alphard yang hilang itu bisa ditemukan
kembali oleh polisi. Namun mestinya pihak asuransi, dalam hal ini Allianz,
mengganti mobil yang hilang karena saya mengambil asuransi dengan
pertanggungan all risk (komprehensif) dengan premi Rp 30 juta selama dua
tahun," ujar Yansen, pemilik bengkel di bilangan Karet Pedurenan, Jakpus.

Bahkan Yansen sudah melaporkan kehilangan itu kepada polisi. Alphard yang
masih dalam pertanggungan leasing itu dipinjam temannya ketika kemudian
hilang di halaman rumah temannya itu yang jaraknya tak jauh dari bengkel
Autowork di bilangan Kuningan, Jaksel. Temannya itu juga menandatangani
surat pernyataan di bawah meterai siap diproses hukum jika terbukti
melakukan rekayasa hilangnya mobil.
Namun pihak PT Asuransi Allianz Utama Indoneesia (AZUI) menyatakan
bahwa dengan berat hati tidak bisa mengganti kehilangan itu. Sebab kejadian
hilangnya Alphard ini dianggap kategori pengecualian, seperti yang tercantum
dalam polis standar asuransi kendaraan bermotor Indonesia (PSAKBI) bab II
pasal 3 ayat 4.

Di situ disebutkan bahwa pertanggungan asuransi tidak menjamin kerugian


atas kendaraan bermotor yang disebabkan oleh penggelapan, penipuan,
hipnotis dan sejenisnya, kendaraan tidak digunakan sesuai kesepakatan
dalam polis awal asuransi. Termasuk tindak kejahatan yang dilakukan oleh
nasabah sendiri, suami/istri, anak, orang tua, saudara sekandung dan teman
tertanggung dengan sepengetahuan atau seizin tertanggung.

"Meminjamkan kunci mobil kepada teman itu termasuk dalam klausul tadi.
Selain itu, kami juga telah melakukan investigasi, tidak ada bukti yang
menguatkan mobil itu hilang karena dicuri. Apalagi dengan teknologi
immobilizer, dimungkinkan mobil itu tidak bisa dicuri pihak lain karena Alphard
hanya bisa dioperasikan dengan kunci mobil yang sama," ujar Agung
Priambadha, Head of Corporate Communications AZUI.

Kemudian juga dikuatkan oleh Toyota-Astra Motor bahwa Alphard sudah


dilengkapi fitur immobilizer, yang tidak memungkinkan dibobol maling tanpa
menggunakan kunci mobil asli.

"Tapi keputusan untuk tidak mengganti kerugian pihak nasabah, atas


kehilangan mobilnya, juga harus didasarkan pada hasil investigasi polisi
melalui surat laporan kepolisian setempat. Tidak bisa hanya berpatokan pada
klaim ATPM, yang menyatakan kalau mobil itu tidak mungkin dicuri maling,"
ungkap Laurentius Iwan Pranoto Sutanto, Head Marketing Communication
&PR PT Asuransi Astra Buana (Garda Oto).

"Memang kecil kemungkinannya kalau mobil yang sudah dilengkapi teknologi


immobilizer seperti smart key atau keyless entry bisa dengan mudah dijebol
maling. Kalaupun bisa, pasti ada yang menduplikasi master kuncinya," beber
Adhi Prasojo, Warranty Head PT Chrysler Indonesia.

Yansen sendiri menyatakan ketika ditemukan pihak kepolisian baru-baru ini,


sudah menggunakan kunci mobil yang berbeda, lebih bulat dan tanpa alarm.
Sedang kunci aslinya sendiri masih dipegang temannya yang meminjam
Alphard itu.

Berangkat dari kondisi tadi, ada kemungkinan terjadi permainan kotor yang
bisa saja dilakukan oknum tertentu. Pasalnya menurut Adhi, untuk bisa
membuat duplikat kunci immobilizer harus membawa serta master atau kunci
asli, dan wajib menyertakan fotokopi STNK dan BPKB dengan menunjukkan
dokumen yang asli. "Duplikasi ini pun hanya bisa dilakukan pada dealer
authorized mobil tersebut," tandas pria ramah ini. 

B. Cara Perusahaan Menanggulangi Resiko

Manajemen Risiko dan ASuransi


1. Metode-metode identifikasi resiko :
Dalam mengidentifikasikan risiko ada beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain :
a. Menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk menganalisis
risiko, yang dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut
diharapkan dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang dinamika
informasi khusus, yang dapat dirancang secara sistematis tentang
risiko yang menyangkut kekayaan maupun operasi perusahaan.
b. Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisis neraca,
laporan pengoperasian dan catatan-catatan pendukung lainnya, akan
dapat diketahui/diidentifikasi semua harta kekayaan, utang-piutang,
dan sebagainya.
c. Membuat flow-chart aliran barang mulai dari bahan mentah sampai
menjadi barang jadi sehingga dapat diketahui risiko-risiko yang
dihadapi pada masing-masing tahap dari aliran tersebut.
d. Dengan pemeriksaan/inspeksi langsung di tempat, artinya dengan
mengadakan pemeriksaan secara langsung di tempat operasi/aktivitas
perusahaan.
e. Mengadakan interaksi dengan departemen/bagian-bagian dalam
perusahaan. Adapun cara-cara yang dapat ditempuh :
o Dengan mengadakan kunjungan ke departemen/bagian-bagian
Manajer Risiko dapat meraih/memupuk saling pengertian antara kedua
belah pihak.
o Dengan menerima, mengevaluasi, memonitor dan menanggapi
laporan-laporan dari departemen/bagian-bagian.
f. Mengadakan interaksi dengan pihak luar yaitu mengadakan hubungan
dengan individu ataupun perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-
pihak yang dapat membantu perusahaan dalam penanggulangan
risiko.
g. Melakukan analisis terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan
pihak lain.
h. Membuat dan menganalisis catatan/statistik mengenai bermacam-
macam kerugian yang telah pernah diderita.
i. Mengadakan analisis lingkungan, yang sangat diperlukan untuk
mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensial,
seperti konsumen, pemasok, penyalur, pesaing, desamuan pemerintah
(pembuat peraturan/perundang-undangan).

2. Bank Indonesia Mengeluarkan Peraturan No. 5/8/PBI/2003 Mengenai


Penerapan Pengelolaan Risiko Untuk Bank Umum Di Indonesia. Risiko-
Risiko Usaha Yang Dihadapi Oleh Intermediasi Keuangan
1). Risiko Kredit, Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai
kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun
counter-party untuk memenuhi kewajibannya terhadap Bank. Risiko
kredit timbul dalam pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan dan
merupakan bagian dari aktivitas Bank sehari-hari.
2) Risiko Pasar, Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena
adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki Bank,
yang dapat merugikan Bank. Variabel pasar mencakup suku bunga
dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut.
Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi,
kegiatan pembiayaan dan pendanaan, serta kegiatan pembiayaan
perdagangan.
3) Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, atau problem eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat berdampak
pada kerugian keuangan secara langsung, ataupun secara tidak
langsung berupa kerugian potensial atau hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan.
4) Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan
tidak dapat memenuhi pembayaran jangka pendek atau pengeluaran
tak terduga.
5) Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena
perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di
lingkungan perbankan dikenal dengan resiko kepatuhan.
6) Risiko reputasi berkaitan dengan potensi hancurnya nama baik
perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja
dan komunikasi dengan pihak eksternal.
7) Risiko fidusia akan timbul apabila intermediasi keuangan dalam
usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat,
baik individu badan usaha.
8) Risiko persaingan, persaingan antar intermediasi keuangan lebih
terfokus pada kemampuannya dalam memberikan layanan kepada
nasabah secara baik dan profesional dikarenakan produk-produk yang
ditawarkan oleh intermediasi keuangan hamper seluruhnya bersifat
homogen.
3. Metode-metode pengukuran resiko :
 Pengukuran Frekuensi Kerugian
Pengukuran frekuensi kerugian potensial adalah untuk
mengetahui berapa kali suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis
objek yang bisa terkena peril selama suatu jangka waktu tertentu, yang
umumnya satu tahun.

 Pengukuran Kegawatan Kerugian


Pengukuran kerugian petensial dari dimensi kegawatan adalah
untuk mengetahui beberapa besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya
dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama
kondisi finansialnya.
4. Pendekatan untuk menanggulangi resiko :
a. Risk Retention adalah perusahaan menanggung sendiri resiko yang
muncul (menahan resiko tersebut). Jika resiko benar-benar terjadi,
perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung resiko
tersebut.
Alat/metode/cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini, yaitu :
 Dana cadangan, perusahaan menyisihkan dana tertentu secara
periodik yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari resiko
tersebut.
 Self insurance dan captive insurers : Self insurance, pengelolaan dana
cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk
internal perusahaan sendiri. Self insurance bisa dilakukan jika
(1)eksposur di perusahaan cukup besar sehingga skala ekonomisnya
bisa tercapai, (2)resiko bisa diprediksi dengan baik. Captive insurers,
pengelolaan dana cadangan yang dilakukan dengan mendirikan anak
perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Ada
beberapa alasan captive insurers menjadi menarik, yaitu
(1) di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga
menguntungkan untuk membuat captive insurers (pajak bisa
dibayarkan lebih kecil),
(2) kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan
dengan pihak internal.
b. Risk Transfer adalah perusahaan memindahkan resiko ke pihak lain
(mentransfer resiko ke pihak lain) yang biasanya mempunyai
kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan resiko, baik karena
skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan
resiko lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan
manajemen resiko lebih baik.
    Alat/metode/cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini,
yaitu :
 Asuransi, kontrak perjanijian antara yang diasuransikan (insured) dan
perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan
kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan dan
pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai
balasannya.
 Hedging atau lindung nilai, perusahaan mentransfer resiko kepada
pihak lain yang lebih bisa mengelola resiko lebih baik melalui
transaksi instrumen keuangan.
 Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan
alternatif transfer resiko, karena kewajiban pemegang saham dalam
perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan
dimana kewajiban tersebut tidak akan sampai pada kekayaan pribadi.
C. PROSES MANAJEMEN RISIKO
LANGKAH-LANGKAH PROSES PENGELOLAAN RISIKO :
1. Mengidentifikasi terlebih dahulu objektif/tujuan yang ingin dicapai melalui
pengelolaan risiko. Misalnya penghasilan yang stabil, kedamaian hati, dan
sebagainya.
2. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/peril atau
mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi.
3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang
dievaluasi dan diukur adalah :
a. Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi
selama suatu periode tertentu (frekuensinya).
b. Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan
perusahaan/keluarga (kegawatannya)
c. Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul.
4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat, dan
paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
akibat terjadinya suatu peril. Upaya-upaya tersebut antara lain :
- Menghindari kemungkinan terjadinya peril
- Mengurangi kesempatan terjadinya peril
- Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain (mengasuransikan)
- Menerima dan memikul kerugian yang timbul (meretensi)
5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang
telah diambil untuk menanggulangi risiko. Misalnya membuat perlindungan
yang layak terhadap kecelakaan kerja, menghubungi, memilih dan
menyelesaikan pengalihan risiko kepada perusahaan asurans
6. Mengadministrasi, memonitor, dan mengevaluasi semua langkah-langkah
atau strategi yang telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini
sangat penting terutama untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan risiko di
masa mendatang.

SUMBER :
http://mobil.otomotifnet.com/read/2011/10/31/324862/127/7/Kasus-Alphard-Hilang-
Kala-asuransi-Menolak-Ganti
http://www-asuransi.com/cara-mengelola-resiko/
http://lolypopblossom.blogspot.com/2011/10/manajemen-risiko-dan-asuransi.html
http://rizkiaulfah17.blogspot.co.id/2014/10/asuransi-kerugian-contoh-kasus-dan-
cara.html
http://rizkiaulfah17.blogspot.co.id/2014/10/asuransi-kerugian-contoh-kasus-dan-
cara.html

Anda mungkin juga menyukai