Anda di halaman 1dari 6

KASUS PERUSAHAAN TAKSI BLUE BIRD DALAM MENGHADAPI KEHADIRAN

TAKSI ONLINE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengambilan Keputusan Manajerial

Dosen Pengampu : Dr. Heni Rohaeni, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh :

Aldino Febrianto (202010325039)

Alfin Adam (202010325049)

Dhea Septia Rani (202010325063)

Maysaroh (202010325076)

Muhammad Rizky Gemis (202010325082)

Ramara Deva (202010325021)

Zahratulfarhah (202010325053)

Zaqiyah Nur afifah (202010325077)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

2023
1. PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi yang dinamis saat ini konsumen menuntut
adanya kemudahan dalam melakukan pembelian suatu produk. Untuk tetap
mempertahankan konsumennya, menyebabkan setiap perusahaan berlomba-lomba
mencapai keunggulan kompetitif demi memperebutkan pangsa pasarnya. Teknologi
menjadi sarana perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif serta
memudahkan untuk berkomunikasi dengan target konsumennya. Kemajuan teknologi
sangat membawa kemudahan bagi konsumen peminat produk jasa, salah satunya ialah
jasa transportasi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dengan tingkat
kesibukan masyarakat, sarana transportasi mempunyai peranan yang penting sebab
masyarakat memerlukan alat transportasi yang bermutu untuk membantu dalam kegiatan
sehari-hari dalam mengantarkan konsumen dari satu tempat ketempat yang lain. Sarana
jasa transportasi memiliki berbagai macam, seperti kapal laut, commuterline, angkutan
kota, bus kota, dan pesawat terbang. Salah satu bentuk layanan jasa transportasi yang
diminati masyarakat adalah taksi.
Seiring dengan berkembangnya pola pikir dan pemanfaatan kecanggihan
teknologi, transportasi juga mengalami perubahan dimana beberapa tahun terakhir makin
banyaknya perusahaan penyedia jasa taksi berbasis daring yang mampu mem- permudah
konsumen untuk membantu aktivitasnya dalam melakukan pemesanan, menerima
informasi, dan melakukan pembelian dengan perangkat telekomunikasi pribadi.
Perubahan yang terjadi mengakibatkan perusahaan jasa taksi konvensional yang masih
menerapkan argo sebagai tarif yang tidak dapat diprediksi oleh calon konsumen
mengalami bangkrut dan harus berlomba lomba meningkatkan keputusan pembelian agar
dapat bertahan dalam keadaan kondisi bisnis seperti ini
PT. Blue Bird Group merupakan perusahaan asal Indonesia yang didirikan pada
tahun 1972 di Jakarta yang bergerak di bidang jasa transportasi. Pada awalnya PT. Blue
Bird didirikan untuk menyediakan alternatif jasa transportasi yang berkualitas dan
menjadi pelopor penggunaan tarif berdasarkan sistem argo pada taksi. Seiring dengan
perkembangan waktu, Blue Bird menambahkan armadanya yang tersebar di sejumlah
kota besar di Indonesia yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Banten, Yogyakarta,
Solo, Surabaya, Bali, Lombok, Manado, Batam, Medan, Palembang, Padang, dan
Pekanbaru. Pada tahun 2016 lalu PT. Blue Bird meluncurkan aplikasi My Bluebird
sebagai salah satu perusahaan taksi konvensional yang mengembangkan sistem
pemesanan daring melalui perangkat smartphone. My Bluebird merupakan aplikasi yang
digunakan konsumen untuk memesan taksi secara online melalui perangkat
telekomunikasi pribadi. Selain itu, aplikasi My Bluebird telah memiliki fitur baru yaitu
Easy Ride, dimana pelanggan dapat stop taksi di jalan, pangkalan taksi, hotel, dan pusat
perbelanjaan tanpa harus menunggu pesanan 4 taksinya datang serta melakukan
pembayaran dengan tunai maupun non tunai. Dalam penerapannya, My Bluebird
menetapkan tarif harga sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 118
Tahun 2018 mengenai tarif taksi online. My Bluebird mematok tarif minimum sebesar
Rp 20.000,00 dan tarif per kilometer Rp 4.100,00 (https://www.cermati.com/artikel/). Hal
ini berbeda dengan harga yang ditawarkan kompetitornya bernama Grab melalui layanan
Grab Car yaitu tarif minimumnya sebesar Rp. 15.000,00 dan tarif per kilometer Rp.
6.000,00. Penawaran harga yang ditetapkan kepada konsumen membuat Blue Bird
terkenal akan tarifnya yang lebih tinggi dibanding kompetitornya. Dengan penawaran
harga yang lebih tinggi dari pesaingnya, konsumen akan lebih selektif dan menilai
kesesuaian manfaat yang dirasakan setelah melakukan pembelian. Perusahaan harus
mampu menyesuaikan harga yang dibayar sesuai dengan manfaat yang diterima
konsumen setelah memesan jasa taksi My Bluebird.
Promosi penjualan yang diterapkan oleh perusahaan Blue Bird Group untuk
meningkatkan daya tarik konsumen agar menggunakan aplikasi My Bluebird sebagai
pilihan jasa tranportasinya adalah dengan memberikan potongan harga kepada konsumen
yang mendaftarkan kartu kredit/debit tertentu sebagai cara pembayaran tarif perjalanan
dan memberikan diskon perjalanan dalam jangka waktu tertentu. Namun, My Bluebird
masih belum mengoptimalkan saluran promosinya dengan baik yang dilakukan melalui
media sosial dan pemasangan billboard. Sehingga Kurangnya informasi membuat
ketertarikan calon konsumen untuk mengetahui promosi penjualan My Bluebird begitu
rendah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Jogiyanto (2007: 115) Kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana
seorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Kemudahan
penggunaan adalah mudah dipelajari, mudah dipahami, simple dan mudah
pengoprasiannya (Jogiyanto, 2007: 129).
Menurut Rohaeni dalam (Arieca, 2002) menyatakan bahwa, “Promosi sangatlah
penting dalam memperkenalkan sebuah produk dan juga menarik minat konsumen untuk
membeli produk tersebut. Karena dengan promosi, konsumen akan lebih mengenal
tentang produk yang dihasilkan oleh perusahaan.”
Menurut (Naisbit, 2002) mengutip pengertian dari teknologi dari Random House
Dictionary, yang mengatakan bahwa teknologi merupakan sebuah benda dan juga objek,
serta bahan dan juga wujud yang berbeda dibandingkan dengan manusia biasa.
Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan)
dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang
terpenting yaitu pemindahan/pergerakan dan secara fisik mengubah tempat dari barang
(komoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Menurut Mahmud Machfoed (2010) mendefinisikan harga adalah jumlah uang
yang dikenakan pada jasa. Harga secara luas ialah jumlah nilai yang ditukarkan oleh
konsumen untuk memperoleh manfaat kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau
jasa.

3. PEMBAHASAN

PT Blue Bird Tbk adalah sebuah perusahaan transportasi Indonesia yang


berkantor pusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya hingga akhir tahun 2021
perusahaan ini memilki 20.000 armada dan 23.000 karyawan yang beroperasi pada 48
pool di 18 kota. BlueBird awalnya bernama Chandra taksi. Perusahaan BlueBird bergerak
di bisnis transportasi, pergudangan, pos, kurir, pariwisata, perdagangan, jasa persewaan,
agen perjalanan dan jasa keuangan.

BlueBird diawal sejarahnya sudah memiliki saingan yaitu dengan perusahaan bus
Gamadi. Produknya yaitu taksi Gamya, PPD, Taksi Ratax, Solo Bone Agung, taksi
Morante, taksi Syeady safe, Pelita Emas jaya dan taksi Sri Medali. Ditengah persaingan
nya pada tahun 1978 armada BlueBird telah memiliki 500 armada taksi dan mencapai
2000 taksi di tahun 1985. Bertarung dengan perusahaan taksi konvensional lain
merupakan bukan tantangan yang baru untuk BlueBird namun, ketika taksi online muncul
BlueBird barulah menemukan kompetitor yang sangat berat. Kemunculan taksi online
mencuatkan aksi demo karena dianggap mengganggu hajat hidup para supir taksi
konvensional termasuk BlueBird. Akibat dari aksi demo tersebut menimbulkan
kerusuhan, adanya penumpang yang terlantar, dan bentrok dengan ojek online.

Kemudian pada bulan maret 2016 citra BlueBird pun hancur. BlueBird terus
melihat perkembangan Gojek, dengan terus berkembangnya Gojek akhirnya BlueBird
memutuskan untuk bekerjasama dengan PT. Karya Anak Bangsa (Gojek) dengan
meluncurkan versi aplikasi Go-BlueBird. Pembuktian keseriusan BlueBird dalam
mengikuti perkembangan teknologi terbukti dari adanya kaloborasi atau kerjasama
dengan Gojek dalam fitur Go BlueBird pada Maret 2017. Kerjasama ini diambil oleh
manajemen PT.BlueBird dalam rangka mengimplementasikan strategi bisnisnya dalam
menghadapi kendala yang mengancam keberadaannya, dengan munculnya transportasi
online. Kerjasama inipun harus terus dipantau untuk meninjau kembali keuntungan bagi
kedua belah pihak, khususnya bagi PT. BlueBird dalam menghadirkan Go- BlueBird ini
agar tetap relevan dengan kebutuhan konsumen dan merupakan peninjauan kembali atas
kerjasama yang telah dilakukan telah sesuai dengan tujuan dari implimentasi TOC serta
membuka potensi kolaborasi dengan platform selain Gojek.

Menurut kelompok kami keputusan yang diambil oleh pihak manejemen PT


Bluebird untuk berkolaborasi dengan Gojek itu sudah tepat dalam menghadapi kendala
yang mengancam keberadaanya. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan
diantisipasi oleh pihak manajemen Bluebird yaitu apabila suatu waktu pengemudi taksi
online meminta agar Blue Bird dikeluarkan dari fitur layanan antar-jemput GoCar karena
dianggap sebagai kompetitor. Dalam hal ini, pihak manajemen PT Bluebird harus mampu
menganalisis, mengamati, mengevaluasi segala kemudahan, promosi yang digunakan,
teknologi yang digunakan Gojek, sehingga bisa membuat suatu inovasi yang lebih unggul
dari Gojek. Jadi, apabila suatu waktu Blue bird tidak bekerjasama lagi dengan Gojek,
maka Blue bird bisa membuat sistemya sendiri dan siap bersaing dengan transportasi
online lainnya.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari kasus ini adalah Blue bird sangat diuntungkan karena, bisa
bergabung dengan Gojek yang merupakan salah satu di aplikasi ojek online berbasis
kendaraan nomer satu di Indonesia yang sempat dimililiki oleh nadiem makarim, dan
semisalnya Gojek bangkrut, tidak akan sebangkrut blue bird pada awalnya.

SARAN
Saran dari kelompok kami pada kasus kali ini adalah mengkrucut dari kasus blue
bird adalah semisal kita punya usaha dan mengalami kebangkrutan. Alangkah baik nya
kita kerja sama dengan competitor lain, agar supaya kita bisa survive dengan menghadapi
competitor baru lainnya.

5. SUMBER REFERENSI
Hanso, B. (2016). Pengaruh Harga Terhadap Penjualan Sepeda Motor Honda PT Indako Trading Coy.
Perpustakaan Pancabudi, 1-23.

Janosik, S. M. (2005). Janosik, Steven M. NASPA Journal, 1.

Lestari, K. (2022). Literature Review Determinasi Volume Transaksi Di Masa Pandemi Covid 19: Strategi,
Teknologi Dan Mobile Banking. JEMSI: Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 361-369.

Mathematics, A. (2016). 1-23.

Nainggolan, A. C. (2020). Polemik Kebijakan Transportasi Online. JDKP : Jurnal Desentralisasi dan
Kebijakan Publik, 27-34.

Sadewi, B. P. (2009). Bab iv hasil dan pembahasan bab iv hasil dan pembahasan. Pengaruh Penambahan
Additif Polistiren pada Karakteristik Semen Giggi Zinc Oxide Euganol Secara In Vivo, 1-4.

Anda mungkin juga menyukai