PENDAHULUAN
Di Zaman sekarang ini banyak resiko dimasa depan dapat terjadi kepada siapa saja
dalam kehidupan sehari-hari mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas, misalnya
yang terjadi dalam kecelakaan, kematian maupun sakit semua itu dapat menimpa seseorang
yang membuat kerugian besar bagi yang mengalaminya. Oleh karena itu setiap resiko yang
dihadapi oleh seseorang harus ditanggulangi sebelum mengalami kerugian yang leih besar
lagi. Salah satunya cara menanggulanginya adalah dengan menggunakan jasa asuransi.
Saat ini perusahaan asuransi sudah banyak di Indonesia hal-hal apa pun bisa diasuransikan.
Saat ini PT. Asuransi Jiwasraya (persero) adalah satu-satunya perusahaan asuransi jiwa
milik Negara , yaitu memberikan jaminan faidah : (i) asuransi hari tua, (ii) meninggal
dunia, (iii) kesehatan dan kecelakaan baik dalam bentuk pertanggungan perorangan
produk yang kompetetif di setiap situasi dan kondisi, mampu membawa PT asuransi
Jiwasraya (Persero) tetap menjadi pemain yang diperhitungkan dalam percaturan industri
asuransi jiwa di Tanah Air. Sejak berdiri pada 31 Desember 1859 dengan
kemudian beralih menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 1973, PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) terus mengalami dinamika dan perkembangan bisnis yang positif. Hal
itu, tentu tak lepas dari kejelian manajemen Jiwasraya dalam menyiasati perkembangan
zaman dengan produk-produk yang kompetetif di setiap situasi dan kondisi. Sebagai
asuransi ternama dan berpengalaman di Indonesia, Jiwasraya tetap menjadi pemain yang
diperhitungkan dalam percaturan industri asuransi jiwa di negeri ini. Wajar kalau kemudian
kepiawaian direksi Jiwasraya ini mendapatkan acungan jempol. Jiwasraya mampu keluar
mencapai sekitar Rp7,6 triliun, lalu mampu bangkit dari terpaan krisis keuangan pada 1998,
karena bisa menyelesaikan masalah keuangannya selama 25 tahun, namun dalam waktu 10
tahun bisa dituntaskan. Jiwasraya melakukan upaya peningkatan performa bisnis yang
signifikan. Saat ini, Jiwasraya memiliki jaringan kantor layanan yang cukup besar terdiri
atas 17 kantor regional, 71 kantor cabang, serta 412 kantor area dengan dukungan sekitar
10.000 agen. Jiwasraya yang konsisten memperkuat produk konvensional dan terus
yang membanggakan.
Di tengah kebanggan yang terus ditunjukan dari pihak Jiwaraya sendiri harus
runtuh secara tiba-tiba karena seiring berjalannya waktu terungkap pula banyak kasus
melalui banyak media massa yang akhirnya membuat jiwasraya memiliki kesan buruk di
mata masyarakat. Dilansir dari Berita diambil dari berita Harian TEMPO,Kamis, 19
Desember 2019 08:50 WIB mengenai berita yang sedang dibahas oleh banyak kalangan
saat ini yaitu ”Gagal Bayar Polis, Jiwasraya Tak Hati-hati Berinvestasi”.
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencatat jumlah klaim polis yang jatuh tempo
pada periode Oktober-Desember 2019 sebesar Rp 12,4 triliun. Namun, Direktur Utama
Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menyatakan perusahaan tak dapat membayar klaim polis.
Hexana tak dapat memastikan kapan pembayaran klaim polis yang sudah jatuh tempo itu
karena perusahan masih berada dalam tekanan likuiditas. "Tentu tidak bisa, saya tidak bisa
memastikan kapan tanggalnya," kata Hexana, saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi
VI DPR, di Jakarta, Senin (16/12). Ia menjelaskan, untuk keluar dari tekanan likuditas
diperlukan beberapa opsi penyelesaian kemelut Jiwasraya. Pertama, mencari investor yang
akan membeli saham anak usaha PT Jiwasraya Putra. Jiwasraya menargetkan menemukan
investor pada kuartal I 2020 sehingga dana masuk dapat digunakan untuk membayar utang
klaim. (Baca: Bayar Tunggakan, Jiwasraya Putra Diharap Dapat Investor Kuartal I 2020)
Kedua, melakukan restrukturisasi dan mengubah model bisnis dengan tujuan mendapatkan
profit dan memperbaiki likuiditas. "Ini harus restrukturisasi total dan mengganti model
bisnis biar untung. Juga perlu digitalisasi biar bisa efisien," kata dia. Sementara Jaksa
persen dana di saham yang berkinerja buruk. "Sebagaimana tertuang dalam laporan hasil
pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas pengelolaan bisnis asuransi, investasi, pendapatan,
dan biaya operasional. Hal ini terlihat pada pelanggaran prinsip kehati-hatian dengan
berinvestasi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya yang telah banyak melakukan
investasi pada aset-aset dengan risiko tinggi untuk mengejar high grade atau keuntungan
tinggi antara lain yang pertama adalah penempatan saham sebanyak 22,4 persen senilai Rp
5,7 triliun dari aset finansial dan jumlah tersebut 5 persen dana ditempatkan pada saham
perusahaan dengan kinerja baik dan sebanyak 95 persen dana ditempatkan di saham yang
berkinerja buruk," ucap ST Burhanuddin saat jumpa pers di Kejagung, Jakarta Selatan,
Rabu (18/12/2019). Selain itu, Burhanuddin menduga PT Jiwasraya juga tak hati-hati
dalam penempatan reksa dana senilai Rp 14,9 triliun. Menurutnya, dari dana tersebut, 98
persennya dikelola manajer investasi dengan kinerja buruk. "Yang kedua adalah
penempatan reksa dana sebanyak 59,1 persen senilai Rp 14,9 triliun dari aset finansial. Dari
jumlah tersebut, 2 persen yang dikelola oleh manager investasi Indonesia dengan kerja baik
dan 98 persen dikelola oleh manajer investasi dengan kinerja buruk," ungkapnya. Karena
itu, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dinilai melanggar prinsip tata kelola yang baik
dalam pengelolaan dana yang berhasil dihimpun melalui program asuransi, sehingga
mengalami gagal bayar. Dalam kasus ini, Kejagung juga akan mengusut kasus saham
'gorengan'. Adapun tersangka dalam kasus ini belum ada, namun Burhanuddin memastikan
"Kalau namanya kasus, pasti ada calon tersangkanya. Tapi kapan kami sampaikan ada SOP
yang di kami, ketika fakta dan bukti sudah memadai kemudian perhitungan kerugian
negaranya sudah ada kepastian dan kita tentukan siapa yang bertanggung jawab pasti nanti
1. Bagaimana bentuk analisis SWOT yang bisa diambil dari kasus yang terjadi pada
PT.Jiwasraya?
2. Bagaimana penerapan kajian ilmu yang sesuai dilihat dari kasus PT Jiwasraya?
1. Untuk mengetahui analisis SWOT yang bisa diambil dari kasus yang terjadi pada
PT.Jiwasraya
2. Untuk melihat bagaimana penerapan kajian ilmu sesui dengan kasus yang sedang
PEMBAHASAN
perusahaan asuransi jiwa bernama NILLMIJ. Hal ini berdasarkan akte notaris William
Hery Herklots nomor 185 tanggal 31 Desember 1859. “NILLMIJ VAN 1859” Inilah yang
akhirnya menjadi PT. Asuransi jiwasraya (Persero) setalah melalui berbagai peraturan
pemerintah Republik Indonesia. Pada masa pertengahan abad ke 19 itu muncul beberapa
perusahaan asuransi jiwa yang membuka usaha di Indonesia (Hindia Belanda). Tetapi pada
berpusat di negeri Belanda, sejak tahun 1959 dalam rangka nasionalisasi perusahaan-
jiwa milik Belanda tersebut di kenakan nasionalisasi. Pada tanggal 1 Januari 1961,
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 214 tahun 1961 didirikan suatu Perusahaan
Negara Asuransi Jiwa dengan nama “Eka Sedjahtera”. Eka Sedjahtera merupakan
gabungan dari 9 perusahaan asuransi jiwa milik Belanda tersebut diatas, dengan inti utama
NILLMIJ VAN 1859 (PT. Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera). Kemudian PN.
Eka Sedjahtera ini digabung dalam perusahaan negara yang baru bernama PN. Asuransi
nomor 40 tahun 1965. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Perasuransian nomor
2/SK/66, tertanggal 1 Januari 1966, Sebuah perusahaan asuransi jiwa milik swasta yang
bernama PT. Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional dikuasai oleh Pemerintah, kemudian
diintregasikan kedalam PN. Asuransi Djiwasraya. Pada tanggal 25 Maret 1975, PN.
Asuransi Djiwasraya yang merupakan peleburan dari 9 buah perusahaan asuransi bekas
milik Belanda dan sebuah perusahaan Nasional Indonesia tersebut, berdasarkan akte
notaris Mohammad Ali nomor 12 tahun 75 perusahaan status dari Perusahaan Negara
menjadi Perseroan Terbatas (Persero) melalui tahap peralihan sejak tanggal 8 Desember
Setelah membaca kasus diatas dan mencoba memahami dengan kemampuan yang kami
miliki dapat kami simpulkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam pengelolaan perusahaan
oleh beberapa unit yang terkait didalamnya. Dalam menjalankan bisnis asuransi, klaim
pembayaran atas polis merupakan hak dari nasabah itu sendiri. Apabila Hexana iri
sasongko sebagai seorang direktur utama menyatakan bahwa perusahaan tidak mampu
membayar klaim polis berarti ada yang salah dalam internal perusahaan sebagai seorang
direktur HTS tidak dapat menjalankan atau mengerjakan profesinya dengan baik hal itu
dapat kami simpulkan dengan berkaca dari pengertian profesi itu sendiri yang merupakan
bidang pekerjaan yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan khusus serta
dibutuhkan penguasaan dibidang yang ditekuni. Seharusnya sebagai seorang direktur HTS
pastinya memiliki kemampuan dan keahlian dibidang yang dijabatnya saat ini. Dilihat juga
dari background pendidikan dan karir seorang HTS yang malang melintang disektor
industry jasa keuangan seharusnya hal seperti melanggar prinsip ke hati-hatian dalam hal
berinvestasi tidaklah harus terjadi. Ditinjau juga dari sisi strategic manajemen PT.
Jiwasraya seharusnya dapat mempersiapkan solusi jangka panjang terhadap produk yang
mereka pasarkan seperti produk JS Saving Plan yang saat ini sedang mengalami gagal
bayar polis kepada nasabah. JS Saving Plan sendiri adalah produk asuransi sekaligus
investasi yang ditawarkan melalui perbankkan atau bancassurance . JS Saving Plan yang
ditawarkan dengan jaminan return sebesar 9 persen hingga 13 persen sejak 2013 hingga
2018 dengan periode pencairan setiap tahun. Nilai return ini jauh lebih tinggi atau hampir
dua kali lipat daripada bunga yang ditawarkan deposito bank yang saat ini besarannya di
kisaran 5-7 persen ( Nilai Return pada umumnya ) Kesalahan manajemen lama dalam
penempatan dana investasi nasabah ini jadi penyebab utama pembayaran polis kepada
nasabah macet.bukan hanya itu saja, dilihat dari dakumen rahasia upaya penyehatan
jiwasraya yang tak kunjung usai; dari tahun 2006-2012 kondisi keuangan perusahaan
selalu mengalami dfiisit. Salah satu penyebabnya adalah asset jiwasraya yang jauh lebih
pendapatan pasti atau guaranted return setara atau bahkan di atas deposito namun OJK
mengingatkan Jiwasraya agar mengevaluasi produk saving plan dan menyesuaikan dengan
kemampuan pengelolaan investasi. Selain daripada itu dari tahun 2018-sekarang kondisi
Berdasarkan kondisi penanganan yang kurang tersebut maka penulis mulai menganalisa
Oportunities, Threats) agar memudahkan bagi manajer untuk mencari solusi menghadapi
hambatan dan membuat kebijakan yang memanfaatkan peluang. Analisis SWOT adalah
sebuah metode analisis yang dikembangkan oleh Kearns yang mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh kepada performa organisasi. Faktor internal
tersebut terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Kekuatan (streght)
adalah sumber daya yang dimiliki organisasi yang dapat mendukung organisasi untuk
mencapai tujuan sedangkan kelemahan (weaknesses) adalah hal penghambat yang berasal
dari internal organisasi yang dapat menggangu upaya pencapaian tujuan organisasi. Faktor
keberadaan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Faktor eksternal itu terdiri dari
peluang (oportunities) dan ancaman (threats). Peluang (oportunities) merupakan hal di luar
organisasi yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan membawa manfaat bagi organisasi
untuk mencapai tujuan. Sedangkan ancaman (threats) merupakan hal di luar organisasi
yang daoat memberikan hambatan bagi organisasi dalam mencapai tujuan. Adapun analisis
1. Strengths (Kekuatan)
Jiwasraya Indonesia agar tidak terjadi fraud dalam pengelolaan dana perusahaan
Mempersiapkan solusi jangka panjang agar siap apabila terjadi kegagalan dalam
berinvestasi
2. Weaknesses (Kelemahan)
buruk
Memberikan nilai return yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 2x lipat dari nilai
Jumlah asset yang dimiliki perusahaan tidak sebanding atau jauh lebih kecil
3. Opportunities ( Peluang)
plan. Produk ini masih jarang dikeluarkan asuransi jiwa lainya, sehingga bisa
terbukti dari meningkatnya pendapatan tahun 2017 diawal dikeluarkan produk ini.
jiwasrayanya sendiri karena return yang ditawarkan 9%-13% jauh lebih tinggi dari
4. Threats (Ancaman)
Jika kegagalan pembayaran klaim polis ini terus dibiarkan maka akan memberikan
berkurang hal itu akan membuat para pemegang polis berhenti berasuransi di
Jiwasraya
Apabila tidak ada lagi nasabah yang menginvestasikan dananya maka perusahaan
akan menghadapi kondisi terburuk yaitu pailid karena jumlah asset yang terus
Jika diukur menggunakan diagram analisis SWOT, PT Jiwasraya berada pada kuadran III,
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar yaitu masih jarangnya produk
asuransi yang disertai dengan investasi dengan return yang lebih besar 2x lipat
dibandingkan dengan nilai return pada umunya tetapi di lain pihak, perusahaan
investasi yang tidak hati-hati. Posisi ini menandakan, sebuah perusahaan yang lemah
namun sangat berpeluang. Fokus strategi perusahaan Jiwasraya ini adalah meminimalkan
berinvestasi sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih besar atau dengan cara
Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
Setelah melihat permasalahan diatas dan dilakukan kajian atas masalah tersebut ternyata
1. Audit
Seperti di kutip dari artikel online dengan judul “Kronologi Kemelut Jiwasraya dari
(https://katadata.co.id/berita/2019/12/22/kronologi-kemelut-jiwasraya-dari-masa-
sby-hingga-jokowi)
2007 KAP Soejatna, Mulyana dan Rekan tetap memberikan opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) pada laporan keuangan. Sementara
BPK menilai disclaimer atau keuangan Jiwasraya tak dapat
diandalkan untuk mendukung kewajiban manfaat polis. 2008
Berdasarkan laporan keuangan pada 31 Desember
2008 defisit semakin lebar menjadi Rp 5,7 triliun. KAP Soejatna, Mulyana
dan Rekan menyebut Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Pada
tahun ini, dipilih Direktur Utama Hendrisman Rahim yang
menggantikan Herris Simanjuntak. Hendrisman dibantu oleh Indra
Catarya Situmeang sebagai Direktur Pertanggungan, De Yong
Adrian sebagai Direktur Pemasaran, dan Hary Prasetyo sebagai
Direktur Keuangan.
2009 Perusahaan mengalami defisit Rp 6,3 triliun karena aset jauh lebih
kecil dari kewajibannya kepada para pemegang polis. Jiwasraya
meminta suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada
Kementerian BUMN, namun ditolak. Direksi yang di bawah
pimpinan Hendrisman dan Hary kemudian mengambil langkah
reasuransi atau menjual sebagian besar klaim polis kepada
perusahaan asuransi internasional di Amerika Serikat untuk masa
beberapa tahun. Langkah reasuransi ini membuat kewajiban klaim
asuransi Jiwasraya menjadi Rp 4,7 triliun dari yang seharusnya Rp
10,7 triliun. Dalam laporan keuangan perusahaan tercatat laba Rp
800 miliar. Ketika itu KAP Soejatna, Mulyana dan Rekan
memberikan opini WTP.
2010- Direksi melanjutkan skenario reasuransi. Dua perusahaan akuntan
2012 memberikan opini WTP, yakni KAP Soejatna, Mulyana dan Rekan
dan KAP Hertanto, Sidik dan Rekan.
dalam artikel ini dimuat rangkuman dokumen hasil audit laporan keuangan
pelaporan audit dimana ada ketidaksesuaian aset dan kewajiban dalam laporan
keuangan tahun 2017 sehingga pada tahun 2018 diputuskan untuk melakukan audit
ulang Ternyata hasil audit ulang menyatakan laba bersih Jiwasraya tahun lalu tidak
mencapai Rp 2,4 triliun atau naik 37,64%, melainkan hanya Rp 360 miliar.
Seperti yang kita ketahui untuk mengetahui kondisi sebuah perusahaan maka
laporan keuangan yang disajikan pula harus sesuai dengan kondisi keuangan
perusahaan tersebut, namun dari kasus ini pihak Jiwasraya seperti sengaja
opini audit yang akan diberikan. Jelas hal ini sangat menyimpang dari prinsip
Dikutip dari berita online yang diterbitkan oleh cnbc Indonesia dengan judul artikel
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20191219075233-17-124297/ekuitas-
yang berbunyi “Alhasil dengan kondisi ini, RBC minus 805%. RBC adalah salah
menuju 120% dalam hal ini menyelamatkan perusahaan dibutuhkan dana Rp 32,89
Menurut kami perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang mampu mengukur
kekayaan yang dimiliki perusahaan atau kita sebut sebagai rasio solvabilitas.
ditetapkan sekarang bagi rasio tersebut adalah 120%, satu peningkatan sejak
ketentuan minimum rasio tersebut dikenalkan sebesar 15% di tahun 1999. Jadi
sebuah perusahaan asuransi harus memiliki tingkat RBC minimal sebesar 120%.
Dan semakin tinggi RBC sebuah perusahaan asuransi, maka bisa dikatakan bahwa
perusahaan asuransi tersebut semakin baik dan sehat. Dilihat dari rasio solvabilitas
yang dimiliki perusahaan Jiwasraya dapat kami simpulkan bahwa perusahaan tidak
pendek maupun jangka panjang dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki
perusahaan Karena memiliki tingkat presentasi RBC yang jauh di bawah standur
3. Manajemen Keuangan
Dikutip dari berita online yang diterbitkan oleh katadata.co.id dengan judul berita
https://katadata.co.id/berita/2020/01/06/hasil-investigasi-bpk-manajemen-risiko-
Jiwasraya (Persero) pada Rabu (8/1) nanti. Namun, Ketua BPK Agung Firman
tersebut terkait business capital yang kami dalami, masalah manajemen risiko,"
kesuksesan, setiap orang maupun organisasi perlu dan juga harus mengambil risiko
dalam perjalanan menuju kesuksesannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
tentang risiko apa yang akan dihadapi, mengawasi potensi risiko tersebut dan
mencari jalan dan tindakan untuk mengatasinya. Proses manajemen risiko yang
belum efektif, Tindakan pencegahan dini tidak terjadi walau sudah ada indikasi
risiko tinggi dari salah satu produk yang dikeluarkan yaitu JS Saving Plan.
Jiwasraya juga tidak berkaca dari hasil audit dan laporan keuangan mereka yang
setiap tahunnya terus mengalami deficit serta kondisi asset mereka yang jauh lebuh
oleh pihak Jiwasraya sebelum mengeluarkan produk JS Saving Plan yang beresiko
tinggi terhdap keuangan perusahaan karena memiliki nilai return yang besar,
peristiwa ini dapat menjadi peringatan bagi pelaku industri asuransi jiwa di
Indonesia seperti Jiwasraya untuk selalu waspada terhadap berbagai risiko yang
dihadapi, termasuk risiko investasi yang bila sekali terjadi ‘mismatch’ dengan
kewajiban klaim perusahaan, dapat menciptakan krisis, dan bahkan bencana bagi
perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan