Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KASUS ASURANSI JIWASRAYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu : Ardiansyah Japlani

Disusun Oleh :

Trihadi Hermansyah

17610167

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah


tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar
masyarakat Indonesia sudah melakukan perjanjian asuransi dengaii
perusahaan asuransi, baik perusahaan asuransi milik negara maupun
milik swasta nasional.
Menurut H.M.N Purwosutjipto: “Pertanggungan adalah perjanjian
timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana
penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian, dan atau
membayar sejumlah uang (santunan) yang ditetapkan pada waktu
penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang
ditunjuk, pada waktu terjadinya evenement, sedangkan penutup asuransi
mengikatkan diri untuk membayar uang premi”.
Sementara itu, dalam KUHD Pasal 246 menyatakan bahwa:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertaggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Dalam masyarakat yang sudah maju dan sadar akan nilai


kegunaan lembaga asuransi atau pertanggungan sebagai lembaga
pelimpahan risiko, setiap kemungkinan terhadap bahaya menderita
kerugian itu pasti diasuransikan atau dipertanggungkan. Hampir setiap
gerak dan aktivitas baik pribadi atau badan-badan usaha itu selalu
dilindungi oleh suatu peganjian pertanggungan yang mereka adakan, atau
dengan perkataan lain setiap kemungkinan risiko itu selalu
dipertanggungkan; jadi semakin orang merasa makin tidak aman,
semakin pula orang selalu berusaha mengasuransikan segala
kemungkinan risiko yang mungkin timbul makin banyak yang merasa
tidak aman makin banyak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain,
berarti makin banyak peganjian asuransi ditutup. Selanjutnya makin
banyak pula dana yang diserap oleh perusahaan sebagai pembayaran atas
kesedianya mengambil alih risiko pihak tertanggung.
Polis merupakan bukti adanya perjanjian asuransi antara pihak
penanggung dan pihak tertanggung sebagai penutup asuransi. Karena polis
adalah surat yang bernilai uang, maka penggadaian sepucuk polis itu
hanya bisa terjadi dalam hubungan hukum, khususnya mengenai pinjaman
uang, yang dilakukan oleh tertanggung/penutup asuransi kepada
penanggung. Polis yang akan digadaikan itu harus memenuhi syarat yang
telah ditentukan oleh pelaksanaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Asuransi Jiwasraya?
2. Apa permaslahan yang terjadi pada Asuransi Jiwasraya?
3. Bagaimana penanganan dan solusi pada kasus Asuransi Jiwasraya?
4. Apa dasar teori dalam menangani kasus Asuransi Jiwasraya?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Asuransi Jiwasraya
2. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada Asuransi Jiwasraya
3. Mengetahui cara penanganan dan solusi pada kasus Asuransi Jiwasraya
4. Mengetahui dasar teori dalam menangani kasus Asuransi Jiwasraya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi Jiwasraya


PT. Asuransi Jiwasraya adalah Badan Usaha Milik Negara
Indonesia yang bergerak di sektor asuransi. Artinya, pemilik Jiwasraya
adalah pemerintah Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), asuransi adalah pertanggungan yaitu perjanjian antara dua pihak.
Pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya pada pembayar iuran bila
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai
perjanjian yang dibuat. Sejarah singkat PT. Asuransi Jiwasraya:
1. NILLMIJ (31 Desember 1859) Jiwasraya bermula dari
Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente
Maatschappij van 1859 (NILLMIJ) yang berdiri pada 31
Desember 1859. NILLMIJ adalah perusahaan asuransi jiwa
yang pertama kali ada di Indonesia, atau Hindia Belanda pada
saat itu. NILLMIJ didirikan dengan Akte Notaris William
Hendry Herklots Nomor 185.
2. PT Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera (17 Desember
1960) Perusahaan asuransi jiwa milik Belanda yang ada di
Indonesia dinasionalisasi pada 1957. Nasionalisasi perusahaan
asuransi tersebut sejalan dengan program Indonesianisasi
perekonomian Indonesia. Nasionalisasi NILLMIJ van 1859
dilakukan pada 17 Desember 1960 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 1958. NILLMIJ diubah namanya
menjadi PT Pertanggungan Djiwa Sedjahtera.
3. Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera (1 Januari
1961) Sebanyak 9 perusahaan asuransi jiwa milik Belanda
dengan inti NILLMIJ van 1859 dilebur menjadi satu
perusahaan bernama Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka
Sedjahtera. Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 214 Tahun 1961 yang ditetapkan
pada 1 Januari 1961.
4. Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera (1 Januari
1965) Nama Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka
Sedjahtera diubah menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwa
Djasa Sedjahtera. Perubahan nama tersebut berdasarkan
Keputusan Menteri PPP Nomor BAPN 1-3-24 pada 1 Januari
1965. Baca juga: Jokowi soal Jiwasraya: Perlu Proses yang
Agak Panjang.
5. Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja (1 Januari 1966)
Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera berubah
nama menjadi Perusahaan Asuransi Djiwasraja. Dasar hukum
perubahan nama tersebut adalah PP No. 40 Tahun 1965.
Kemudian PT Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional dikuasai
oleh pemerintah Indonesia dan berintegrasi ke dalam
Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja. Integrasi kedua
perusahaan tersebut berdasarkan SK Menteri Urusan
Perasuransian Nomor 2/SK/66 pada 1 Januari 1966.
6. PT. Asuransi Jiwasraya (21 Agustus 1984) Perusahaan Negara
Asuransi Djiwasraya berubah status dan nama menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Jiwasraya. Perubahan
status dan nama tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 1972 pada 23 Maret 1973 dengan Akta
Notaris Mohamad Ali Nomor 12 tahun 1973. Kemudian
Anggaran Dasarnya diubah dan ditambah dengan Akta Notaris
Sri Rahayu Nomor 839 Tahun 1984 Tambahan Berita Negara
Nomor 67 pada 21 Agustus 1984 menjadi PT Asuransi
Jiwasraya.
 Aset Asuransi Jiwasraya
Berdasarkan Laporan Keuangan per 31 Desember 2016, aset
Jiwasraya tercatat mencapai Rp 38,635 triliun. Angka tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya di mana aset Jiwasraya tercatat Rp
25,609 triliun. Berdasarkan data pada 2016, terdapat 17 Cabang, 71
Perwakilan dan 256 Unit Produksi Jiwasraya dengan jumlah karyawan
mencapai 1.135 orang.

B. Permasalahan Asuransi Jiwasraya


Kondisi Jiwasraya pada periode 1980an, Jiwasraya mengalami
peningkatan jumlah nasabah dan penghimpunan dana asuransi. Tercatat,
peserta asuransi Jiwasraya 1.506.631 orang dengan dana asuransi yang
terhimpun mencapai Rp 2,050 triliun pada 1986. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 1.975.908 nasabah dengan jumlah dana asuransi
mencapai Rp 2,879 triliun. Periode 1990an, Jiwasraya sempat membaik
meski terdampak krisis ekonomi pada 1998.
Akibatnya, Jiwasraya menurunkan target pendapatan premi
menjadi Rp 450 miliar. Padahal pendapatan premi mencapai Rp 500 miliar
pada 1997. Periode 2000an, Jiwasraya dituding melakukan korupsi Rp 845
miliar terkait investasi repo saham oleh Kantor Menneg BUMN pada
2005. Jiwasraya mengalami defisit Rp 3,29 triliun per 31 Desember 2006.
Akhir 2008, Jiwasraya defisit Rp 5,7 triliun dan defisit Jiwasraya
meningkat menjadi Rp 6,3 triliun pada 2009.
Meski demikian, memasuki periode 2011-2016, keuangan
Jiwasraya berjalan cukup baik dan mencatatkan keuntungan. Pada 2011
Jiwasraya surplus Rp 1,3 triliun. Hingga akhirnya pada 2018, Jiwasraya
mengalami masalah kembali yaitu gagal bayar polis. Selain itu, laba
perseroan yang diklaim sebesar Rp 2,4 triliun ternyata hanya Rp 360
miliar setelah diaudit.
Catatan OJK, defisit Jiwasraya sebesar Rp10,2 triliun per 31
Desember 2018. Seiring pergantian direksi Jiwasraya di awal 2018,
dilakukan evaluasi kondisi Jiwasraya, termasuk produk.
Jiwasraya memutuskan menghentikan penjualan JS Saving Plan.
Penghentian tersebut dilaksanakan bersamaan saat penurunan kondisi
keuangan Jiwasraya. Imbasnya likuiditas perusahaan pelat merah ini
tertekan.
Pada akhir 2018, kondisi keuangan Jiwasraya semakin parah.
Jiwasraya memutuskan menjual aset investasinya untuk membayar klaim
nasabah.
OJK memprediksi syarat rasio kecukupan modal untuk
menanggung risiko atau risk based capital (RBC) di atas 120 persen baru
tercapai pada 2028. Jiwasraya mengajukan dispensasi untuk mencapai
kesehatan RBC di 2028.
Pemerintah saat ini mengusulkan jalan keluar dengan pembentukan
anak perusahaan bernama Jiwasraya Putra. Membuat holding asuransi.
Terakhir kembali melakukan kerjasama reasuransi. Pemerintah saat ini
sedang mencari investor Jiwasraya Putra. Kabar terbaru 5 investor tertarik
menanamkan modal di anak usaha Jiwasraya tersebut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir,
menjelaskan Jiwasraya salah satu BUMN yang akan direstrukturisasi oleh
pemerintah. Pihaknya, kata dia, akan memberikan beberapa solusi dalam
enam bulan mendatang.
Salah satu solusinya adalah holdingisasi perusahaan asuransi untuk
membantu arus kas. Dia menjelaskan hal tersebut sebagai bagian dari
penyelesaian masalah nasabah Jiwasraya yang sampai sekarang belum
mendapat kepastian.
Solusi salah satunya holdingisasi perusahaan asuransi sehingga
bantu nasabah yang belum dapat kepastian, restruktrurisasi prosesnya pasti
berjalan, sudah gamblang tapi masih proses," kata Menteri Erick.
Sebelumnya, Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko
terlebih dahulu memaparkan mengenai permasalahan dan kondisi
perusahaan yang menyebabkan penundaan pembayaran. Hal ini bermula
dari kondisi keuangan perusahaan yang tercatat negatif.
Di mana dari risk based capital (RBC) atau rasio kecukupan modal
di perusahaan tercatat minus 805 persen. Sementara sesuai aturan Otoritas
Jasa Keuangan modal minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan
asuransi baik umum atau jiwa adalah 120 persen.
Untuk meningkatkan nilai RBC sampai 120 persen maka jumlah
dana yang dibutuhkan adalah Rp32,89 triliun," kata dia di Ruang Rapat
Komisi VI DPR RI, Jakarta.
 12 Fakta permasalahan kasus Asuransi Jiwasraya

1. Menteri Keuangan Sri Mulyani Mencium Adanya Kasus


Kriminal di Jiwasraya

Menteri Keuangan Sri Mulyani menduga adanya kasus


kriminal yang menimpa PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Untuk itu, Sri Mulyani mengajak pihak Kepolisian RI,
Kejaksaan Agung (Kejagung), hingga Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) memeriksa Jiwasraya.

2. Ekuitas Jiwasraya Negatif Mencapai Rp23,92 triliun

Seperti diketahui, data perseroan mencatat ekuitas


Jiwasraya negatif sebesar Rp23,92 triliun per September 2019.
Lantaran liabilitas perseroan mencapai Rp49,6 triliun
sedangkan asetnya hanya Rp25,68 triliun.

Sementara itu, untuk memenuhi rasio solvabilitas atau Risk


Based Capital (RBC) 120%, maka Jiwasraya membutuhkan
dana sebesar Rp32,89 triliun. Jiwasraya juga tercatat
mengantongi rugi sebesar Rp15,89 triliun per September 2019.
Adapun RBC adalah indikator pengukuran kesehatan
finansial perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi dipercaya
dapat memenuhi seluruh kewajibannya kepada nasabah, aset
dan modal melebihi dari total kewajiban yang dimiliki
perseroan.

3. Jiwasraya Sembrono dalam Berinvestasi

Penempatan investasi perseroan yang sembrono terjadi


seiring dengan dijualnya produk JS Saving Plan pada 2014
hingga 2018. Produk ini menawarkan persentase bunga tinggi
yang cenderung di atas nilai rata-rata berkisar 6,5% hingga
10%. Berkat penjualan produk ini, persero memperoleh
pendapatan total dari premi sebesar Rp53,27 triliun.

Anggota Komisi VI DPR Daeng Muhammad mengatakan,


kebijakan investasi yang dilakukan Jiwasraya harus dilakukan
melalui rapat direksi hingga tingkat komisaris.

4. Kerugian Nasabah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera


dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Mencapai Rp50 triliun

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)


mengungkapkan potensi kerugian nasabah Asuransi Jiwa
Bersama (AJB) Bumiputera dan PT Asuransi Jiwasraya
(Persero). Kerugian tersebut mencapai Rp40 triliun-Rp50
triliun. Ditanggung jutaan nasabah Bumiputera dan Jiwasraya.
Tapi, sampai saat ini, baru 20 nasabah dari Bumiputera dan
Jiwasraya yang mengadu ke kami (BPKN).

5. Kementerian BUMN Belum Menerima Surat Pengajuan


Audiensi Nasabah Jiwasraya
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
mengungkapkan belum menerima surat pengajuan audiensi
yang diberikan nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Padahal nasabah perusahaan asuransi jiwa pelat merah itu
sudah memberikan surat pengajuan pada 12 Desember 2019.

6. Persoalan Jiwasraya Sudah Berlangsung 10 tahun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa


persoalan gagal bayar polis asuransi di PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) sudah berlangsung lama. Bahkan, dia menyatakan,
persoalan tersebut sudah berlangsung 10 tahun.

7. Gagal Bayar Polis Jatuh Tempo Nasabah Jiwasraya Diduga


Merupakan Tindak Pidana Korupsi

Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkapkan, persoalan


gagal bayar polis jatuh tempo nasabah PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) diduga merupakan tindak pidana korupsi. Saat ini
kasus ini masuk ke dalam tahap penyidikan.

Perintah tersebut tertuang dalam Surat Perintah Penyidikan


No: Print-33/F2/FD2/12 Tahun 2019 tertanggal 17 Desember
2019.

8. Korupsi di Jiwasraya Diperkirakan Libatkan 13 Perusahaan


Reksadana

Kejagung menduga adanya penyimpangan pada kegiatan


investasi dari dana yang berhasil dihimpun melalui produk
asuransi JS Saving Plan. Burhanuddin bilang, terdapat 13
perusahaan reksadana yang terlibat dalam tindakan yang
membuat tekanan likuditas di perusahaan pelat merah tersebut.
9. Jiwasraya Telah Banyak Melakukan Investasi Pada Aset-aset
dengan Risiko Tinggi

Dia menjelaskan, dalam persoalan ini Jiwasraya telah


banyak melakukan investasi pada aset-aset dengan high risk
(risiko tinggi) untuk mengejar high return (keuntungan tinggi).

Perseroan menempatkan investasi pada saham sebanyak


22,4% senilai Rp5,7 triliun dari aset finansial. Dari jumlah
tersebut, 5% dana ditempatkan pada saham perusahaan dengan
kinerja baik (LQ45) dan sebanyak 95% dana ditempatkan di
saham yang berkinerja buruk.

Kemudian investasi juga dilakukan pada reksadana


sebanyak 59,1% senilai Rp14,9 triliun dari aset finansial. Dari
jumlah tersebut, 2% nya yang dikelola oleh manager investasi
Indonesia dengan kinerja baik (top tier management),
sedangkan 98% dikelola oleh manager investasi dengan kinerja
buruk

10. 89 Orang Diperiksa Terkait Kasus Jiwasraya

Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung


Adi Toegarisman menambahkan, pada dasarnya sebagian kasus
ini telah masuk di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta sejak Juni
2019, sehingga kini penyelidikannya dikembangkan secara
luas. Pihaknya pun telah membuat tim khusus untuk mengusut
kasus dugaan korupsi ini.

11. Masalah Jiwasraya di Era SBY Sudah Selesai, Muncul Lagi di


2018
Eks Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Said Didu mengatakan pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) menerima permasalahan PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) dari dampak krisis 1998.

Menurutnya, perusahaan asuransi jiwa berpelat merah


tersebut pada dampak krisis 1998 mempunyai utang sekitar
Rp6 triliun. Namun semua selesai pada oleh Jiwasraya pada
tahun 2009.

12. Kasus Jiwasraya Membuat Kerugian Negara Mencapai Rp13,7


triliun

Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkapkan, investasi


yang dilakukan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dari dana
kelolaan yang dihimpun melalui produk asuransi JS Saving
Plan, membuat kerugian negara mencapai Rp13,7 triliun hingga
Agustus 2019. Jaksa Agung ST Burhanuddin menyatakan,
perseroan membuat kerugian besar lantaran berinvestasi pada
sebagian aset yang buruk atau dengan risiko tinggi (high risk)
untuk mengejar keuntungan yang tinggi (high return). Investasi
ini pun melibatkan 13 perusahaan reksadana.

C. Penanganan dan Solusi Asuransi Jiwasraya


Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh
Santoso membeberkan dua skenario menyelamatkan Asuransi Jiwasraya:
1. Jiwasraya sudah membentuk anak perusahaan Jiwasraya Putra.
Dan Jiwasraya Putra ini sudah diberikan konsesi untuk
mengcover asuransi beberapa BUMN, Jiwasraya Putra ini akan
melakukan, menarik investor. Karena kan ini bisnisnya sudah
ada, sehingga dengan hasil itu bisa untuk men top up cashflow.
2. Mempersiapkan mitigasi jangka panjang. Dalam hal ini, OJK
telah bekerjasama dengan pemerintah, pemilik dan Kementerian
BUMN untuk memperkuat bisnis Jiwasraya, untuk jangka
panjang yakni sudah lagi dibicarakan dengan pemerintah,
pemilik, bumn bagaimana skenario jangka menengah
panjangnya. Sehingga cashflow jangka pendek teratasi dengan
cara tadi dan ke depan jangka menengah panjang ada program
bagaimana memperkuat bisnis Jiwasraya.

Kemenkeu meyakini masalah keuangan perusahaan bisa


diselesaikan tanpa suntikan uang negara. Perusahaan membutuhkan
tambahan modal Rp 32,89 triliun.
Kementerian Keuangan meyakini masalah keuangan Jiwasraya
bisa ditangani tanpa suntikan uang negara. Direktur Utama Jiwasraya
Hexana Tri Sasongko pun menjelaskan, beberapa skenario sudah
disiapkan guna menangani masalah, dari mulai penjualan anak usaha
hingga pembentukan Lembaga Penjamin Polis perusahaan akan menjual
anak usahanya Jiwasraya Putra. Jiwasraya Putra sama sekali tidak ada
kaitan bawa utang induk, mudah-mudahan bisa.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pernah menyatakan
ada delapan investor asing yang berminat mengakuisisi anak usaha
tersebut. Sekadar gambaran, dalam rapat dengan Komisi XI DPR
terungkap bahwa perusahaan membutuhkan tambahan modal Rp 32,89
triliun untuk memenuhi rasio kecukupan modal berbasis risiko (RBC)
120%.
Hexana membeberkan strategi lain yang disiapkan guna menangani
persoalan keuangan perusahaan yakni pembentukan Lembaga Penjamin
Polis (LPP). Namun, ia tak memaparkan lebih lanjut mengenai LPP dan
perannya ke depan dalam penanganan masalah JIwasraya. Pembentukan
induk BUMN sektor keuangan juga disebutnya sebagai langkah yang bisa
menolong Jiwasraya. Sedangkan dari segi bisnis, ia menyatakan
perusahaan akan terus berupaya menghasilkan dana segar, di antaranya
lewat penerbitan produk-produk asuransi dengan menggandeng
perusahaan reasuransi (Finre).
Hexana optimistis bisa meraup lebih banyak dana segar dari
penjualan produk baru. Sejak menduduki jabatan tersebut pada akhir 2018,
pihaknya bisa menghimpun dana segar hampir Rp 5 triliun. Dana ini dari
hasil reaktivasi aset-aset perusahaan dan transformasi pada produk-produk
asuransi tradisional.
Dirut Jiwasraya Beberkan Penyelesaian Masalah Finansial Tanpa
APBN. Hexana mengakui perusahaan memang tengah menghadapi
persoalan yang serius. Namun, dia mamastikan pihaknya dan pemegang
saham yaitu Kementerian BUMN akan mencari solusi. Ia pun berharap
langkah-langkah yang berencana ditempuh perusahaan bisa menenangkan
nasabah.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan
mengambil langkah membentuk induk usaha di sektor industri alias
holding asuransi untuk mengatasi kasus gagal bayar Jiwasraya. Dipastikan
pembentukkan holding ini akan berlangsung pada tahun 2020 mendatang
setelah direstui oleh Presiden.
Tujuan dari pembentukkan holding asuransi tersebut sebagai solusi
kasus gagal bayar Jiwasraya. Nantinya holding asuransi bisa menghimpun
dana yang bisa digunakan untuk membayar ganti rugi nasabah Jiwasraya,
Saat ini, para nasabah Jiwasraya terus menuntut ganti rugi, termasuk
datang langsung ke Kantor Kementerian BUMN. Bila Presiden
memberikan persetujuan, maka nantinya perusahaan holding tersebut
membutuhkan 1-2 bulan untuk memiliki cukup dana untuk
mengembalikan uang nasabah. Erick menyebut, holding asuransi
merupakan upaya pemerintah melalui BUMN untuk hadir, bertanggung
jawab dan memberi solusi atas persoalan gagal bayar perusahaan pelat
merah. Bayangkan apakah itu (gagal bayar Jiwasraya) menjadi skenario
pemerintah? itu tidak. Itu oknum, tapi pemerintah hadir untuk rakyat,
bertanggungjawab memberikan solusi.
Sementara terkait kasus-kasus hukum Jiwasraya lanjut Erick,
penegak hukum yang akan mengusut tuntas. Namun, dari segi korporasi,
pemerintah akan terus mengupayakan mencari solusi penyelesaian
masalahnya. Erick menyebut, ada kerugian gagal bayar klaim nasabah
asuransi Jiwasraya hingga Rp 2 triliun. Namun dananya masih dalam
perhitungan serta pembahasan antara Kementerian BUMN dan
Kementerian Keuangan.
Di situ mungkin ada kira-kira Rp 1,5 sampai 2 triliun per tahun.
Makanya saya bilang pasti ada rekstrukturisasi. Itu langkah awal. Langkah
kedua dan ketiga juga ada, tapi belum bisa dibicara langkahnya secara
korporasi. Namun ditegaskan kembali, pemerintah akan bertanggungjawab
akan mengganti seluruh uang nasabah Jiwasraya yang hilang. Tapi,
pemerintah pasti akan memberikan solusi supaya ada kepastian.
Bagaimana pun juga kan ini uang publik, uang rakyat.

D. Dasar teori dalam menangani penanganan tersebut


Mengapa kasus Asuransi Jiwasraya harus ditangani?berikut dasar
teori mengapa kasus tersebut harus ditangani.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir
mengakui permasalahan gagar bayar klaim asuransi Jiwasraya bukan
merupakan kasus yang mudah diatasi. Hal itu diakui Erick saat rapat
dengan panitia kerja Jiwasraya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta.
Permasalahan Jiwasraya ini bukan permasalahan yang ringan, cukup
panjang. Erick menjelaskan, permasalahan yang ada di perusahaan plat
merah itu terjadi karena manajemen Jiwasraya sebelumnya tak mengelola
investasi dengan baik. Ini jadi perhatian khusus kami agar bagaimana
proses investasi dan penempatan saham harus diperketat.
Jiwasraya juga menawarkan bunga yang tinggi kepada nasabahnya.
Adapun bunga yang ditawarkan Jiwasraya 9 sampai 13 persen. Jauh
daripada apa yang ada di pasar. Ini jadi hal penting ke depannya, perlu ada
safety investasi tak hanya kejar dari sisi bunga, tapi tentu pensiun jangka
panjang harus dioptimalkan, harus ada kepastian.
Seperti diketahui, skandal investasi PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) terus bergulir. Perusahaan BUMN asuransi ini mengalami gagal
bayar polis kepada nasabah terkait produk investasinya, JS Saving Plan.
Nilai tunggakan pada nasabahnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp
12,4 triliun. Seretnya keuangan Jiwasraya bermula dari jatuhnya nilai
portofolio saham yang dimilikinya.
JS Saving Plan merupakan produk asuransi jiwa sekaligus investasi
yang ditawarkan melalui perbankan atau bancassurance. Berbeda dengan
produk asuransi unit link yang risiko investasinya ditanggung pemegang
polis, JS Saving merupakan investasi non unit link yang risikonya
sepenuhnya ditanggung perusahaan asuransi.
Tujuh bank yang menjadi agen penjual yakni PT Bank Rakyat
Indonesia, Standard Chartered Bank, PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT
Bank QNB Indonesia, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Victoria
International Tbk (BVIC), dan PT Bank KEB Hana. JS Saving Plan yang
ditawarkan dengan jaminan return sebesar 9 persen hingga 13 persen sejak
2013 hingga 2018 dengan periode pencairan setiap tahun. Nilai return ini
jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat daripada bunga yang
ditawarkan deposito bank yang saat ini besarannya di kisaran 5-7 persen.
Untuk itu kasus Asuransi Jiwasraya harus dilakukan penanganan
sebagaimana yang telah dijelaskan pada poin ketiga.
Selain itu juga mengapa kasus Asuransi Jiwasraya harus ditangani
karena Asuransi Jiwasraya memiliki tujuan yang mulai yaitu, Asuransi
Jiwasraya terlahir dengan gagasan mulia: mendidik masyarakat
merencanakan masa depan. Sebuah gagasan besar yang telah lebih dari
152 tahun lalu disadari makna pentingnya oleh para perintis, pendiri dan
penentu kebijakan di Republik ini. Untuk mengemban tugas mulia ini,
Jiwasraya mengerahkan seluruh dedikasi dan keahliannya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat akan asuransi jiwa dan
perencanaan keuangan yang semakin kompleks dan kompetitif.
Komitmen dan semangat untuk terus menjadikan gagasan mulia
tersebut sebagai landasan pelayanan dan panduan gerak laju bisnisnya
mengantarkan Jiwasraya pada berbagai penghargaan kinerja tidak hanya
diakui di Indonesia saja, bahkan dunia. Pada tahun 2011, Jiwasraya untuk
kedua kalinya meraih penghargaan World Finance Award untuk
kategori Insurance Company of The Year. Sebuah apresiasi
membanggakan yang akan memacu lahirnya berbagai inisiatif dan
terobosan penting bagi pencapaian kinerja yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Menjawab ketatnya tantangan kompetisi global, Jiwasraya terus
menata seluruh lini pelayanannya untuk bekerja lebih efisien dan
produktif, seraya mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki. Pada
sisi produk, Jiwasraya tidak pernah berhenti melakukan inovasi
berdasarkan perhitungan dan benchmack yang cermat (new product
development). Sumberdaya dan energi perusahaan juga difokuskan pada
berbagai lini penting agar dapat meningkatkan level produktivitas kinerja
sehingga mampu mendorong pencapaian target. Apek pemasaran sebagai
garda depan penjualan didukung melalui kegiatan promosi yang dilakukan
sejalan dengan peningkatan kualifikasi, keahlian dan jumlah agen untuk
menguatkan penetrasi ke wilayah dan segmen yang belum tergarap
optimal. Jiwasraya juga telah melakukan investasi yang serius untuk
meningkatkan kapasitas kinerja dari sisi teknologi informasi sehingga
mampu memberikan dampak yang signifikan pada percepatan, kehandalan
dan keakuratan pelayanan.
Kasus Asuransi Jiwasraya harus ditangani untuk mencapai tujuan
dari Asuransi Jiwasraya sendiri, melalui berbagai strategi, inisiatif
strategis, sikap, tindakan yang makin profesional, yang dilandasi tujuan
mulia, Jiwasraya memacu langkah menuju 5 (lima) besar perusahaan
asuransi jiwa di Indonesia yang membanggakan Indonesia dan diakui
dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT. Asuransi Jiwasraya adalah Badan Usaha Milik Negara
Indonesia yang bergerak di sektor asuransi. Artinya, pemilik Jiwasraya
adalah pemerintah Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), asuransi adalah pertanggungan yaitu perjanjian antara dua pihak.
Pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya pada pembayar iuran bila
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai
perjanjian yang dibuat.
 Aset Asuransi Jiwasraya
Berdasarkan Laporan Keuangan per 31 Desember 2016, aset
Jiwasraya tercatat mencapai Rp 38,635 triliun. Angka tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya di mana aset Jiwasraya tercatat Rp
25,609 triliun. Berdasarkan data pada 2016, terdapat 17 Cabang, 71
Perwakilan dan 256 Unit Produksi Jiwasraya dengan jumlah karyawan
mencapai 1.135 orang.
 Permasalahan Asuransi Jiwasraya

 Menteri Keuangan Sri Mulyani Mencium Adanya Kasus


Kriminal di Jiwasraya
 Ekuitas Jiwasraya Negatif Mencapai Rp23,92 triliun
 Jiwasraya Sembrono dalam Berinvestasi
 Kerugian Nasabah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Mencapai Rp50 triliun
 Kementerian BUMN Belum Menerima Surat Pengajuan
Audiensi Nasabah Jiwasraya
 Persoalan Jiwasraya Sudah Berlangsung 10 tahun
 Gagal Bayar Polis Jatuh Tempo Nasabah Jiwasraya Diduga
Merupakan Tindak Pidana Korupsi
 Korupsi di Jiwasraya Diperkirakan Libatkan 13 Perusahaan
Reksadana
 Jiwasraya Telah Banyak Melakukan Investasi Pada Aset-aset
dengan Risiko Tinggi
 89 Orang Diperiksa Terkait Kasus Jiwasraya
 Masalah Jiwasraya di Era SBY Sudah Selesai, Muncul Lagi di
2018
 Kasus Jiwasraya Membuat Kerugian Negara Mencapai Rp13,7
triliun

 Penanganan dan Solusi Asuransi Jiwasraya


1. Jiwasraya sudah membentuk anak perusahaan Jiwasraya Putra.
Dan Jiwasraya Putra ini sudah diberikan konsesi untuk mengcover
asuransi beberapa BUMN, Jiwasraya Putra ini akan melakukan,
menarik investor. Karena kan ini bisnisnya sudah ada, sehingga
dengan hasil itu bisa untuk men top up cashflow.
2. Mempersiapkan mitigasi jangka panjang. Dalam hal ini, OJK
telah bekerjasama dengan pemerintah, pemilik dan Kementerian
BUMN untuk memperkuat bisnis Jiwasraya, untuk jangka panjang
yakni sudah lagi dibicarakan dengan pemerintah, pemilik, bumn
bagaimana skenario jangka menengah panjangnya. Sehingga
cashflow jangka pendek teratasi dengan cara tadi dan ke depan
jangka menengah panjang ada program bagaimana memperkuat
bisnis Jiwasraya.

B. Saran
Sebaiknya Asuransi Jiwasraya tidak terlalu memberi bunga yang terlalu
besar kepada nasabah. Dan juga tidak sembrono dalam berinvestasi,
penempatan investasi perseroan yang sembrono membuat Asuransi
Jiwasraya mengalami defisit. kebijakan investasi yang dilakukan
Jiwasraya juga harus dilakukan melalui rapat direksi hingga tingkat
komisaris agar tidak terjadi investasi yang sembrono.

Anda mungkin juga menyukai