Disusun oleh:
FadlahUrfanisa
(E11171002)
Iin Indriani
(E11171004)
Assalamualaimum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena
dengan pertolongannya saya dapat menyelesaikan makalah ini.dalam makalah ini
saya ajuakan mengucapkan terimaksih kepada baapk atau ibu dosen yang telah
membimbing saya makalah ini ,orang tua dan teman teman yang mendukung saya
dalam menyelasaikan makalah ini
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar monopolli adalah salah satu jenis pasar persaingan tidak
sempurna dimana di dalamnya hanya terdapat satu produsen/penjual yang
menguasai pasar untuk melayani konsumen. Menurut Sadon Sukirno
adalah pasar dimana hanya terdapat suatu penjual saja dan penjual barnag
yang tak memiliki barang pengganti yang sangat dekat. Menurut Bodiono
pengertian pasar monopoli menurut ia adalah pasar dimana hanya ada satu
penjal sehingga tak ada orang lain yang bisa menyainginya.
Monopoli pemerintah dan negara dilakukan oleh negara untuk
cabang-cabang produksi penting dengan tujuan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat mereka tidak mengutamakan keuntungan dalam
menjalankan kegiatan ekonominya.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa bentuk masalah pada kasus ini?
2. Bagaimana pasal pendukung pada Undang-Ungang KUHP?
3. Bagaimana Analisis Kasus pada perkara khusus ini?
4. Bagaimana Kesimpulan perkara kasus ini?
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sukirni, 2000 dalam
Zayinul Fata, 2010):
1) Fungsi Distribusi
4
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara
konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki
fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada
konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang
hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya. Melalui transaksi jual beli
itu pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat.
3) Fungsi Promosi
5
C. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar
6
BAB III
Melawan
7
Nomor 5 Tahun 1999) menyatakan :
“Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima putusan
tersebut”
3. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan
dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku
usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan
melalui website KPPU”
4. Bahwa Pasal 1 ayat (4) PERMA Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan:
“Hari adalah hari kerja”
5. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (19) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 menyatakan: “Pengadilan Negeri adalah pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di
tempat kedudukan hukum dan usaha pelaku Usaha”
6. Bahwa Pasal 2 ayat (1) PERMA Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan:
“Keberatan terhadap putusan KPPU hanya dilakukan oleh pelaku
usaha terlapor kepada Pengadilan Negeri di tempat kedudukan hukum
dan usaha pelaku usaha tersebut”
Kasus monopoli yang mengarah pada Praktek Monopoli atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat
BUMN PT. X merupakan pemegang hak monopoli pengusahaan gas.
Di samping melalui salah satu anak perusahaannya (yaituPT. Y), PT.
X juga bekerjasama dengan rekanan (yang tidak terafiliasi) dalam
mendistribusikan gas di berbagai daerah;
Dalam mendistribusikan gas di wilayah yang padat populasinya,
BUMN PT. X tidak memberikan kesempatan kepada distributor yang
lain (yang memiliki kompetensi sama) untuk menawarkan pola
kerjasama dengan BUMN PT.X selain itu dalam prakteknya juda
menerapkan pelayanan menurut konsumen mengecewakan.
8
Ketika PT. X menunjuk PT. Y (yang merupakan anak perusahaannya)
untuk memonopoli distribusi gas di wilayah yang padat populasinya,
tanpa memberikan kesempatan perusahaan lain yang sejenis untuk
menawarkan bentuk kerjasama yang kompetitif.
Di dalam perkara ini fakta hukum menunjukkan bahwa Turut
Termohon Kasasi (semula Turut Termohon Keberatan), PT. Angkasa
Pura I telah melimpahkan sebagian hak monopolinya kepada Pemohon
Kasasi (semula Pemohon Keberatan) tanpa proses tender, atau dengan
proses penunjukan langsung. Masalahnya adalah: apakah penunjukan
langsung yang dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap
Pemohon Kasasi dapat dibenarkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku.
Selain itu, sebelum dilakukannya penunjukan langsung yang dilakukan
oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi, pada tahun
2011 telah terdapat ketentuan yang berlaku bagi Turut Termohon
Kasasi yaitu Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero) Nomor
KEP.88/KB.03/2011 tentang Kegiatan Komersial dan Pengembangan
Usaha di Lingkungan API (selanjutnya disebut“Kepdir API Nomor
88/2011”), yang pada Pamenyatakan bahwa Turut Termohon Kasasi
dalam menyeleksi calon mitra usaha yang akan melakukan kegiatan
usaha di lingkungan Bandar Udara dapat dilaksanakan dengan cara
penunjukkan langsung untuk kerjasama atas prakarsa eksternal (vide
bukti T23).
B. Putusan Hakim
MENGADILI
Menolak permohonan Kasasi PT. EXECUJET INDONESIA tersebut
Menghukum Permohonan Kasasi/Pemohon Keberatan untuk
membayar biaya perkara tingkat kasasi yang ditetapkan sebeasar Rp.
500.000,00
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
9
C. Pasal-pasal Pendukung
Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (untuk
selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999)
menyatakan : “Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
menerima putusan tersebut”
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 3
Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan dalam tenggang waktu
14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku usaha menerima
pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui website
KPPU”
10
BAB IV
ANALISISA PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Dalam kasus monopoli yang mengarah pada Praktek Monopoli atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat, setelah kami membaca dan memahami
kasus ini dalam mendistribusikan gas di wilayah yang padat populasinya,
BUMN PT. X tidak memberikan kesempatan kepada distributor yang lain
(yang memiliki kompetensi sama) untuk menawarkan pola kerjasama
dengan BUMN PT.X selain itu dalam prakteknya juda menerapkan
pelayanan menurut konsumen mengecewakan.
Ketika PT. X menunjuk PT. Y (yang merupakan anak perusahaannya)
untuk memonopoli distribusi gas di wilayah yang padat populasinya, tanpa
memberikan kesempatan perusahaan lain yang sejenis untuk menawarkan
bentuk kerjasama yang kompetitif.
Di dalam perkara ini fakta hukum menunjukkan bahwa Turut
Termohon Kasasi (semula Turut Termohon Keberatan), PT. Angkasa Pura
I telah melimpahkan sebagian hak monopolinya kepada Pemohon Kasasi
(semula Pemohon Keberatan) tanpa proses tender, atau dengan proses
penunjukan langsung. Masalahnya adalah: apakah penunjukan langsung
yang dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi
dapat dibenarkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
Selain itu, sebelum dilakukannya penunjukan langsung yang
dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi, pada
tahun 2011 telah terdapat ketentuan yang berlaku bagi Turut Termohon
Kasasi yaitu Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero) Nomor
KEP.88/KB.03/2011 tentang Kegiatan Komersial dan Pengembangan
Usaha di Lingkungan API (selanjutnya disebut“Kepdir API Nomor
88/2011”), yang pada Pamenyatakan bahwa Turut Termohon Kasasi.
11
B. Analisis Putusan Hakim
Dalam kasusu ini kami menganalisi putusan hakim dengan ini hakim
memutuskan sebagai berikut :
MENGADILI
Menolak permohonan Kasasi PT. EXECUJET INDONESIA tersebut
Menghukum Permohonan Kasasi/Pemohon Keberatan
Bahwa dengan ini telah menyatakan putusan hakim telah sesuai dengan
pasal pendukung yaitu dalam undang undang yang berlaku dan bahwa
dengan adanya pasal yang terkait membuktikan kebenaran bahwa tergugat
telah melawan hukum atas dasar pelanggaran yang dilanggar oleh pihak
terkait.
Bahwa berdasarkan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999)
menyatakan : “Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
menerima putusan tersebut”
Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku usaha
menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui
website KPPU” Bahwa Pasal 1 ayat (4) PERMA Nomor 3 Tahun 2005
menyatakan: “Hari adalah hari kerja”
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu
persusahaan saja. Dan perusahaan ini meghasilkan barang pengganti
yang sangat dekat. Dan juga larangan monopoli pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat serta merugikan
orang banyak. Selepas dari larangan dari monopoli ada juga monopoli
yang tidak dilarang yaitu, Monopoli by Law dan Monopoli by license
meskipun begitu nyatanya ini juga kurang efektif dan bertentangan
dengan teori ekonomi klasik dan hukum syariat islam.
13