Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KASUS ANTI MONOPOLI PERSAINGAN CURANG


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Hukum Bisnis

Disusun oleh:
FadlahUrfanisa
(E11171002)
Iin Indriani
(E11171004)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2018
1
KATA PENGANTAR

Assalamualaimum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena
dengan pertolongannya saya dapat menyelesaikan makalah ini.dalam makalah ini
saya ajuakan mengucapkan terimaksih kepada baapk atau ibu dosen yang telah
membimbing saya makalah ini ,orang tua dan teman teman yang mendukung saya
dalam menyelasaikan makalah ini

Dalam makalah ini saya membahas tentang “KASUS ANTI MONOPOLI


PERSAINGAN CURANG ” karena seperti kita ketahui bersama bahwa dalam
melakuakn suatu kegiatan haruslah di perhatikan aturan _aturan yang berlaku dalam
hokum yang dalam suatu negara .maka di buatlah makalah ini untuk menjelasakan
tentang hikum _hukum yang berlaku.saya hanya berharap bahwa makalah ini dapat
menjadi bacaan yang baik dan bermanfaat.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar monopolli adalah salah satu jenis pasar persaingan tidak
sempurna dimana di dalamnya hanya terdapat satu produsen/penjual yang
menguasai pasar untuk melayani konsumen. Menurut Sadon Sukirno
adalah pasar dimana hanya terdapat suatu penjual saja dan penjual barnag
yang tak memiliki barang pengganti yang sangat dekat. Menurut Bodiono
pengertian pasar monopoli menurut ia adalah pasar dimana hanya ada satu
penjal sehingga tak ada orang lain yang bisa menyainginya.
Monopoli pemerintah dan negara dilakukan oleh negara untuk
cabang-cabang produksi penting dengan tujuan untuk memenuhi
kepentingan masyarakat mereka tidak mengutamakan keuntungan dalam
menjalankan kegiatan ekonominya.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa bentuk masalah pada kasus ini?
2. Bagaimana pasal pendukung pada Undang-Ungang KUHP?
3. Bagaimana Analisis Kasus pada perkara khusus ini?
4. Bagaimana Kesimpulan perkara kasus ini?

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pasar Monopoli

Menurut Mankiw (2007) pasar adalah sekumpulan pembeli dan


penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah
kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual
sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Zayinul
Fata, 2010).

Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana


pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan
transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga
terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang mejadi
objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat
dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang
diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan
penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk
membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.

Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat yaitu adanya


penjual, adanya pembeli, tersedianya barang yang tempat transaksi jual beli
antara penjual (pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan
fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

B. Fungsi Pasar Monopili

Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sukirni, 2000 dalam
Zayinul Fata, 2010):

1) Fungsi Distribusi

4
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara
konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki
fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada
konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang
hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya. Melalui transaksi jual beli
itu pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat.

2) Fungsi Pembentukan Harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar


menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli.
Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah pihak (antara
pembelidan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga, atau
disebut harga pasar.

3) Fungsi Promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi, karena di


pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan brosur
penawaran, membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli,
dan sebaginya.

5
C. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar

1) Jumlah penjual atau produsen

Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalamsuatu


industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang memproduksi barang
yang sama maka akan semakin keras persaingan dalam pasar. Hal ini akan
mendorong produsen bekerja secara efisien, atau kualitas produknya
semakin unggul. Meskipun produk yang dihasilkan sama tetapi orang
dapat membedakan karena merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar
yang demikian ini tetap dalam persaingan yang sering disebut persaingan
monopolistik. Jika dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar
monopoli. Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat
cukup banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli. Jenis atau sifat
barang yang dihasilkan perusahaan akan menentukan pula struktur sifat
atau jenis barang yang mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang
yang dihasilkan sama dan homogin atau berbeda dan tidak dapat diganti
dengan produk yang dihasilkan oleh produsen lain.

6
BAB III

KASUS MONOPOLI PERSAINGAN

A. Kasus Monopoli Persaingan Curang


PT. EXECUJET INDONESIA, yang diwakili Para Direktur, Selby
Nugraha Rachman dan Soeharjo Soedarjo, berkedudukan di Plaza Permata
Lantai 7, Jalan M.H. Thamrin Nomor 57, Jakarta Pusat

Melawan

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK


INDONESIA (KPPU) yang diwakili oleh Ketua Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Muhammad Syakawi berkedudkan di Jakarta Pusat.
Dan PT. ANGKASA PUTRA I (PERSERO) yang diwakili oleh Presiden
Direktur Tommy Setiono berkedudukan di Kota Baru Bandar Kemayoran
Jakarta Pusat.

Tentang duduk perkara :


A. Bahwa Permohonan Keberatan Pemohon Diajukan Dalam Jangka
Waktu Yang Ditentukan

1. Bahwa Pemohon Keberatan menerima pemberitahuan secara resmi


atas putusan Termohon Keberatan pada tanggal 16 April 2015
sebagaimana ternyata dari Pemberitahuan Petikan Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 13/KPPU-I/2014
tertanggal 16 April 2015
2. Bahwa berdasarkan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang

7
Nomor 5 Tahun 1999) menyatakan :
“Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima putusan
tersebut”
3. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan
dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku
usaha menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan
melalui website KPPU”
4. Bahwa Pasal 1 ayat (4) PERMA Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan:
“Hari adalah hari kerja”
5. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (19) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 menyatakan: “Pengadilan Negeri adalah pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, di
tempat kedudukan hukum dan usaha pelaku Usaha”
6. Bahwa Pasal 2 ayat (1) PERMA Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan:
“Keberatan terhadap putusan KPPU hanya dilakukan oleh pelaku
usaha terlapor kepada Pengadilan Negeri di tempat kedudukan hukum
dan usaha pelaku usaha tersebut”
Kasus monopoli yang mengarah pada Praktek Monopoli atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat
BUMN PT. X merupakan pemegang hak monopoli pengusahaan gas.
Di samping melalui salah satu anak perusahaannya (yaituPT. Y), PT.
X juga bekerjasama dengan rekanan (yang tidak terafiliasi) dalam
mendistribusikan gas di berbagai daerah;
Dalam mendistribusikan gas di wilayah yang padat populasinya,
BUMN PT. X tidak memberikan kesempatan kepada distributor yang
lain (yang memiliki kompetensi sama) untuk menawarkan pola
kerjasama dengan BUMN PT.X selain itu dalam prakteknya juda
menerapkan pelayanan menurut konsumen mengecewakan.
8
Ketika PT. X menunjuk PT. Y (yang merupakan anak perusahaannya)
untuk memonopoli distribusi gas di wilayah yang padat populasinya,
tanpa memberikan kesempatan perusahaan lain yang sejenis untuk
menawarkan bentuk kerjasama yang kompetitif.
Di dalam perkara ini fakta hukum menunjukkan bahwa Turut
Termohon Kasasi (semula Turut Termohon Keberatan), PT. Angkasa
Pura I telah melimpahkan sebagian hak monopolinya kepada Pemohon
Kasasi (semula Pemohon Keberatan) tanpa proses tender, atau dengan
proses penunjukan langsung. Masalahnya adalah: apakah penunjukan
langsung yang dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap
Pemohon Kasasi dapat dibenarkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku.
Selain itu, sebelum dilakukannya penunjukan langsung yang dilakukan
oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi, pada tahun
2011 telah terdapat ketentuan yang berlaku bagi Turut Termohon
Kasasi yaitu Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero) Nomor
KEP.88/KB.03/2011 tentang Kegiatan Komersial dan Pengembangan
Usaha di Lingkungan API (selanjutnya disebut“Kepdir API Nomor
88/2011”), yang pada Pamenyatakan bahwa Turut Termohon Kasasi
dalam menyeleksi calon mitra usaha yang akan melakukan kegiatan
usaha di lingkungan Bandar Udara dapat dilaksanakan dengan cara
penunjukkan langsung untuk kerjasama atas prakarsa eksternal (vide
bukti T23).
B. Putusan Hakim
MENGADILI
Menolak permohonan Kasasi PT. EXECUJET INDONESIA tersebut
Menghukum Permohonan Kasasi/Pemohon Keberatan untuk
membayar biaya perkara tingkat kasasi yang ditetapkan sebeasar Rp.
500.000,00
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
9
C. Pasal-pasal Pendukung
Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (untuk
selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999)
menyatakan : “Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
menerima putusan tersebut”
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 3
Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan dalam tenggang waktu
14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku usaha menerima
pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui website
KPPU”

10
BAB IV

ANALISISA PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus
Dalam kasus monopoli yang mengarah pada Praktek Monopoli atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat, setelah kami membaca dan memahami
kasus ini dalam mendistribusikan gas di wilayah yang padat populasinya,
BUMN PT. X tidak memberikan kesempatan kepada distributor yang lain
(yang memiliki kompetensi sama) untuk menawarkan pola kerjasama
dengan BUMN PT.X selain itu dalam prakteknya juda menerapkan
pelayanan menurut konsumen mengecewakan.
Ketika PT. X menunjuk PT. Y (yang merupakan anak perusahaannya)
untuk memonopoli distribusi gas di wilayah yang padat populasinya, tanpa
memberikan kesempatan perusahaan lain yang sejenis untuk menawarkan
bentuk kerjasama yang kompetitif.
Di dalam perkara ini fakta hukum menunjukkan bahwa Turut
Termohon Kasasi (semula Turut Termohon Keberatan), PT. Angkasa Pura
I telah melimpahkan sebagian hak monopolinya kepada Pemohon Kasasi
(semula Pemohon Keberatan) tanpa proses tender, atau dengan proses
penunjukan langsung. Masalahnya adalah: apakah penunjukan langsung
yang dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi
dapat dibenarkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
Selain itu, sebelum dilakukannya penunjukan langsung yang
dilakukan oleh Turut Termohon Kasasi terhadap Pemohon Kasasi, pada
tahun 2011 telah terdapat ketentuan yang berlaku bagi Turut Termohon
Kasasi yaitu Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero) Nomor
KEP.88/KB.03/2011 tentang Kegiatan Komersial dan Pengembangan
Usaha di Lingkungan API (selanjutnya disebut“Kepdir API Nomor
88/2011”), yang pada Pamenyatakan bahwa Turut Termohon Kasasi.

11
B. Analisis Putusan Hakim
Dalam kasusu ini kami menganalisi putusan hakim dengan ini hakim
memutuskan sebagai berikut :
MENGADILI
Menolak permohonan Kasasi PT. EXECUJET INDONESIA tersebut
Menghukum Permohonan Kasasi/Pemohon Keberatan
Bahwa dengan ini telah menyatakan putusan hakim telah sesuai dengan
pasal pendukung yaitu dalam undang undang yang berlaku dan bahwa
dengan adanya pasal yang terkait membuktikan kebenaran bahwa tergugat
telah melawan hukum atas dasar pelanggaran yang dilanggar oleh pihak
terkait.
Bahwa berdasarkan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999)
menyatakan : “Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
menerima putusan tersebut”
Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 3 Tahun 2005 menyatakan: “Keberatan diajukan dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku usaha
menerima pemberitahuan putusan KPPU dan atau diumumkan melalui
website KPPU” Bahwa Pasal 1 ayat (4) PERMA Nomor 3 Tahun 2005
menyatakan: “Hari adalah hari kerja”

12
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu
persusahaan saja. Dan perusahaan ini meghasilkan barang pengganti
yang sangat dekat. Dan juga larangan monopoli pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat serta merugikan
orang banyak. Selepas dari larangan dari monopoli ada juga monopoli
yang tidak dilarang yaitu, Monopoli by Law dan Monopoli by license
meskipun begitu nyatanya ini juga kurang efektif dan bertentangan
dengan teori ekonomi klasik dan hukum syariat islam.

13

Anda mungkin juga menyukai