Anda di halaman 1dari 35

PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA

YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN X


TERHADAP PEKERJA

I. LATAR BELAKANG

Sebetulnya, tidak ada masalah dengan jumlah angkatan kerja yang


banyak. Hanya saja, jumlah perusahaan Indonesia tidak terlalu banyak dan
daya serap mereka pun juga sedikit. Padahal, pemerintah mengharapkan
bahwa setiap perusahaan mampu menjaring angkatan – angkatan kerja yang
banyak serta berpotensi menjadi tenaga kerja. Bila hal ini tidak diatasi,
angka pengamngguran akan semakin bertambah dan mengakibatkan
pembangunan ekonomi di Indonesia cenderung stagnan bahkan mengalami
penurunan. Pemerintah perlu melakukan strategi yang tepat untuk
menangani masalah kuantitas angkatan kerja tersebut.
Kesempatan kerja masih terbatas, hal ini merupakan suatu kejadian
yang menggambarkan adanya ketersediaan lapangan kerja bagi tenaga kerja.
Kesempatan kerja dapat membuat angkatan kerja menjadi produktif dapat
menyejahterakan dirinya dan negara. Sektor pekerjaan yang menjadi
kesempatan kerja paling diminati tenaga kerja Indonesia adalah sektor
pertanian,industri,perdagangan, dan jasa. Sayangnya sektor tersebut tidak
mampu memberi kesempatan kerja yang luas bagi para tenaga kerja yang
berjumlah banyak. Hal ini akan membuat mereka tidak memiliki
penghasilan, sehingga tingkat kesejahteraan hidup mereka kian merendah
Pertumbuhan lapangan kerja yang lambat, kurangnya tenaga kerja
yang berkualitas juga berpengaruh kepada pihak perusahaan, mengakibatkan
perusahaan kurang berkembang karena mempunyai tenaga kerja yang
berkualitas sangat sedikit. Selain itu perusahaan juga tidak berani membuka
lapangan pekerjaan yang besar karena khawatir mendapat pekerja
berkualitas rendah. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan bisa
mengadakan pelatihan calon tenaga kerja (training), hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja agar sesuai dengan kualiatas yang
diinginkan
Mungkin pemerintah bisa melakukan hal-hal sebagai berikut
seperti mengadakan transmigrasi ke daerah – daerah terpencil (cara ini bisa
digunakan sebagai cara mengatasi persebaran penduduk di Indonesia),
mengadakan pelatihan kerja pada calon tenaga kerja, mengadakan pelatihan
manajerial di daerah terpencil agar dapat membangun daerahnya sendiri
serta mampu mengolah SDM dengan baik, membuat kebijakan yang tepat
mengenai ketenagkerjaan, mendorong tenaga kerja untuk berwirausaha,
melakukan pemagangan kerja bagi calon tenaga kerja, membenahi gaji dan
upah tenaga kerja, peningkatan gizi dan kesehatan tenaga kerja,
mengambangkan industri padat karya, meningkatkan permodalan di dalam
negri, mengembangkan pekerjaan umum seperti proyek pembangunan jalan,

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 1


pembuatan saluran air, irigasi, pembuatan jalan, serta perbaikan jalan raya,
pengembangan sektor usaha informal di daerah – daerah terpencil .
Dan akhirnya lahirnya perusahaan – perusahaan swasta menjadi
angin segar bagi para pemburu kerja, di tengah kondisi ekonomi Indonesia
saat ini. Harapan besar dimiliki oleh sebagian besar masyarakat dengan
lahirnya berbagai perusahaan swasta baru, khususnya bagi pemilik usia
produktif yang selalu menunggu kesempatan kerja, dengan impian
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang dicitakan.
Memperoleh penghidupan yang lebih mapan, dengan gaji yang lumayan
besar, dan pekerjaan yang menyenangkan. Berbekal ijazah dan keterampilan
yang dimiliki, tak kurang sebagian besar dari mereka adalah lulusan sarjana.
Banyak diantaranya yang memiliki tidak hanya satu, melainkan
segudang keterampilan, tentu saja hal ini akan menjadi alasan bagi mereka
untuk modal mendapatkan pekerjaan yang sesuai angan. Tidak sedikit angka
kelulusan sarjana yang semakin tahun terus saja bertambah, namun tidak
diiringi bertambahnya lapangan kerja. Fakta yang terjadi di masyarakat
inilah yang akhirnya menjadi kesempatan bagi para pengusaha – pengusaha
baru untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang bergerak di berbagai
bidang agar dapat merengkuh mereka yang menantikan kesempatan kerja.
Pemerintah pun merasa senang dengan banyaknya perusahaan –
perusahaan baru yang lahir, menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
angka pengangguran yang juga akan berdampak menambah angka
pendapatan negara lewat pajak.
Namun masalah tak berhenti sampai disitu. Kenyataan yang terjadi
setelah menjadi pekerja, sebagian pekerja mengalami hal – hal yang tidak
menyenangkan. Bahkan beberapa diantaranya ada yang sampai tidak
mendapatkan hak pekerja sebagaimana mestinya. Dari perlakuan perusahaan
yang tidak seluruhnya memberikan hak – hak jaminan sebagai pekerja.
Seharusnya dari Pemerintah tidak bisa hanya diam menangani
kasus ini, harus ada perlakuan untuk menangani kasus seperti tersebut.
Masalah keternagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang
harus dihapadi oleh negara – negara berkembang seperti halnya Indonesia.
Jumlah penduduk yang terus meningkat tanpa diikuti tambahan lapangan
pekerjaan selalu menjadi pemicu menjamurnya pengangguran.

(ditulis oleh : Fanny – NIM. 17051185)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 2


II. KRONOLOGI KASUS

Salah satu contoh kasus penyimpangan hukum terhadap


ketenagakerjaan terjadi pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
kredit uang. Sebut saja dengan nama yang telah disamarkan yaitu
perusahaan X. Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan cukup besar
yang bergerak di bidang simpan pinjam uang untuk rakyat dengan agunan
surat berharga dan memiliki beberapa kantor cabang atau unit. Perusahaan
X ini Kantor Pusatnya berada di Jakarta.Yang menjadi obyek observasi
kami adalah kantor unit atau cabang Yogyakarta. Pusat Perusahaan X
sendiri beralamatkan di Jalan Magelang.
Awal dari kami mengangkat kasus ini adalah berdasarkan
pengalaman pribadi salah seorang anggota kelompok kami yaitu Nisa, yang
pernah bekerja di Perusahaan X dalam beberapa periode, namun tidak
bertahan lama, sampai akhirnya mengundurkan diri atau keluar dari
pekerjaan tersebut. Hal ini membuat kami berusaha mencari berita terkait
alasan orang tersebut memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.
Mengingat Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang cukup
familiar dan besar di kalangan masyarakat diantara merebaknya perusahaan
– perusahaan leasing atau kredit lainnya. Dari pengalaman Nisa tersebut
kami menemui beberapa fakta yang terjadi di Perusahaan X, yang menurut
kami telah terjadi penyimpangan hukum dalam memperlakukan hak – hak
para pekerjanya.
Berikut rangkaian kronologi pengalaman Nisa selama bekerja di
kantor cabang Perusahaan X,
a. Gaji yang tidak sesuai
Pada tanggal 2 Oktober 2017. Nisa mendapat panggilan interview
disalah satu Kantor Cabang sebuah Perusahaan X. Kantor Cabang
tersebut ada di Gedong Kuning. Saat interview selesai Nisa
dinyatakan diterima bekerja. Kepala Kantor Cabang tersebut
menyebutkan jika gaji dikantor cabang sudah UMR, tetapi
kenyataannya setelah Nisa bekerja sampai bulan Desember jumlah
gaji yang Nisa terima totalnya hanya Rp 3.300.000 yang seharusnya
± Rp 4.200.000 itu pun dibayarkan setelah Nisa memilih untuk risign.
b. Bonus target dibayarkan selalu terlambat
Kejadian ini berawal dari rapat bulanan, gabungan dari semua
Kepala Cabang dan tim marketing di Kantor Pusat. Saat sedang
menunggu ruangan rapat siap digunakan, beberapa karyawan (tim
marketing) saling curhat jika bonus belum dibayarkan padahan sudah
lewat dari tanggal yang dijanjikan, akhirnya saat rapat berlangsung
ada salah satu tim marketing yang protes ke bagian HO dan saat itu
HO pun berjanji akan segera membayarkannya.
c. Target marketing dibeberapa Kantor Cabang
Kejadian ini terjadi saat akhir bulan (31 November 2017), saat itu
Nisa dan beberapa tim marketing sedang melakukan tugasnya masing-
masing, Nisa membroadcasting ke beberapa data nasabah dan

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 3


beberapa tim marketing lainnya menelphone nasabah. Di Kantor
Cabang kami mendapat target dari Kantor Pusat agar dalam sebulan
harus mendapatkan 66 nasabah sedangkan saat itu Kantor kami baru
mendapat nasabah 64. Akhirnya untuk memenuhi target tersebut
Kepala Cabang di Kantor Nisa mengambil kebijakan sendiri, yaitu
menawarkan pinjaman kredit uang pada bawahannya padahal mereka
saat itu sedang tidak membutuhkan uang dalam jumlah yang bisa
dibilang besar. Pada siang itu Kepala Kantor Cabang kami mencoba
menghubungi adiknya dengan melakukan penawaran kredit yang
serupa. Mulanya adiknya tidak tertarik tetapi setelah diiming-imingi
mendapat 1 kali potongan angsuran akhirnya adiknya menyetujui
penawaran kredit tersebut. Menjelang sore kepala Kantor Cabang
tersebut kebingungan karena targetnya kurang 1 dan malamnya jam 9
harus sudah mengirim data nasabah untuk closingan. Kepala Cabang
tersebut kembali menawarkan kredit tersebut, kali ini Kepala Cabang
tersebut sedikit memaksa Mbak Okky (Admin) untuk menerima
tawaran kredit tersebut (karena saat itu yang ada BPKBnya hanya
mbak okky yang lain sudah melakukan pengajuan kredit tersebut
bulan sebelum-sebelumnya termasuk Kepala Kantor Cabang tersebut).
Akhirnya mbak okky menerima tawaran tersebut dengan bunga
ditanggung Kantor Cabang. Hal ini dilakukan agar target terpenuhi
dan Kepala Cabang tidak dipindahtugaskan ke kantor Pusat.
d. Meminjam uang pada Admin
Pagi itu salah satu tim marketing mendapat nasabah yang ingin
pengajuan kredit, setelah persyaratan lengkap dan nasabah sudah
mengisi data, karena uang untuk pencairan belum diberikan dari
Kantor Pusat mereka menjanjikan saat siang kira-kira jam 1 bisa cair.
Tetapi sampai jam 1 dan Admin sudah mengecek ke ATM belum ada
uang masuk dari Kantor Pusat. Akhirnya Kepala Cabang tersebut
meminjam sejumlah uang pribadi ke mbak okky selaku Admin. Kala
itu uang untuk pencairan sisa 2 juta, sedangkan untuk pencairan
nasabah siang itu 8 juta. Akhirnya untuk kekurangannya kepala
cabang meminjam uang sebesar 6 juta ke Admin. Siang itu kepala
cabang menjanjikan besok uang akan segera dikembalikan tetapi
kenyatannya uang itu ditransfer 2 hari kemudian.
e. Nama yang diinput tidak sesuai
Kejadian ini terjadi saat Nisa ijin tidak masuk kerja dikarenakan
sedang sakit, padahal saat itu ada nasabah yang ingin pengajuan kredit
dengan Nisa akhirnya Nisa menelphone Kepala Cabang agar baiknya
gimana, Kepala Cabang tersebut bilang nanti ada salah satu tim
marketing yang membantu. Akhirnya Nisa memberikan nomor
telephon nasabah yang akan melakukan pengajuan kredit untuk
melakukan proses pengisian data dengan marketing lain. Besoknya
saat Nisa masuk kerja Nisa bingung karena di chat group untuk
seluruh tim marketing nama Nisa berada dikolom merah padahal hari
sebelumnya Nisa sudah mendapatkan nasabah, ternyata Nisa baru

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 4


sadar jika data yang diinput bukan atas nama Nisa melainkan nama
salah satu tim marketing yang membantu. Hal ini jelas sangat
merugikan Nisa karena Nisa telah kehilangan perolehan untuk target.
Pada akhirnya hari itu juga Nisa harus segera mendapatkan nasabah
agar tidak mendapat sanksi karena jika nama Nisa berada dikolom
merah dua hari berturut-turut Nisa akan dialih tugaskan ke kantor
pusat dengan melakukan broadcast dan menelphone data calon
nasabah sampai berhasil mendapat daftar nasabah baru untuk
melakukan pengajuan kredit baru lagi.
f. Broadcast sms menggunakan pulsa pribadi
Ini terjadi saat Nisa baru mulai aktif kerja dan diberi data-data
calon nasabah baru. Saat itu Nisa mengira broadcast akan difasilitasi
dengan menggunakan hp kantor ternyata tidak, untuk
broadcast/pemberitahuan lewat SMS di Kantor Cabang ternyata
memakai pulsa pribadi dan tidak diganti oleh perusahaan. Padahal
untuk sebulan masing-masing tim marketing bisa menghabiskan
kurang lebih Rp 150.000 untuk membeli pulsa. Hal ini dirasa sangat
merugikan untuk Nisa.
g. Gaji tidak turun selama 3 bulan
Ini terjadi saat awal Nisa kerja sampai Nisa memilih untuk risign,
padahal untuk kasus keterlambatan gaji untuk karyawan sebelum-
sebelumnya hanya telat satu sampai satu setengah bulan. Seminggu
sebelum Nisa risign Nisa mendesak kepala cabang tersebut agar
segera membayarkan hak Nisa dan akhirnya kepala cabang tersebut
memberi Nisa uang cast sebesar Rp 800.000 tetapi setelah Nisa benar-
benar risign hak Nisa masih juga belum dibayarkan. Seminggu setelah
Nisa risign Nisa menghubungi kepala cabang tersebut untuk segera
membayarkan hak gaji Nisa dan dijanjikan untuk menunggu selama
seminggu dan dengan kenyataan yang sama gaji Nisa belum
dibayarkan juga. Akhirnya Nisa memilih menghubungi lewat chat jika
tidak segera membayarkan hak Nisa, Nisa akan melaporka ke Polisi.
Sorenya Nisa mendapat notifikasi transfer sebesar Rp 2.500.000
jumlah gaji ini tidak sesuai dengan dengan yang dijanjikan saat
interview. Tetapi untuk semua itu Nisa bersyukur masih diberikan hak
gaji Nisa daripada selama tiga bulan Nisa bekerja untuk sesuatu yang
sia-sia. Ternyata ini menjadi salah satu alasan mengapa beberapa
karyawan sebelumnya memilih risign karena gaji yang selalu telat
bahkan dibayarkan setelah risign.

(ditulis oleh : Nisa – NIM. 17051264)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 5


Berdasarkan urutan kronologi pengalaman Nisa di atas dapat
ditemukan beberapa pelanggaran perusahaan terhadap hak pekerja
diantaranta sebagai berikut,
a. Besaran gaji yang diberikan kepada pekerjanya berbeda jumlah
dengan kesepakatan gaji pada saat interview awal perekrutan
pekerja. Dan Gaji tersebut cenderung menurun jauh dari angka
kesepakatan gaji.
b. Bonus pekerja yang didapat dari pemenuhan perolehan target
marketing diberikannya selalu terlambat.
c. Perusahaan X menerapkan aturan pemenuhan target marketing
tiap bulannya pada setiap masing – masing unit atau cabang
perusahaan. Namun jika target tersebut belum terpenuhi, maka
Kepala Cabang akan mengambil kebijakan sendiri, yaitu
menawarkan pinjaman kredit uang pada bawahannya,
meskipun sebenarnya bawahannya tersebut sedang tidak
membutuhkan uang dalam jumlah besar. Yang dimaksud
dengan tawaran ini adalah berupa penawaran pada pekerja
untuk mengajukan pinjaman kredit uang dengan jaminan surat
BPKB kendaraan yang dimiliki pribadi pekerja tersebut,
kemudian nantinya pembayaran kredit uang akan dibayar oleh
pekerja itu sendiri dengan beban angsuran pokoknya
ditanggung oleh pekerja tersebut dan angsuran bunga pokoknya
akan dibayarkan oleh atasan Kepala Unit yang meminta
bantuan tersebut. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan perusahaan cabang dengan terpenuhinya target
marketing pada bulan tersebut. Sehingga Kepala Cabang tidak
dipindahkan tugas dari kantor cabang ke kantor pusat sebagai
salah satu konsekuensinya jika Kantor Cabang tidak
mememuhi target marketing tiap bulannya, maka Kepala Unit
akan dialihkan tugas ke Kantor Pusat selama satu minggu.
Namun hal tersebut dapat terhindarkan dengan kebijakan
sendiri tersebut oleh Kepala Unit, meskipun kebijakan tersebut
merugikan bawahannya. Karena secara tidak langsung dipaksa
melakukan pinjaman kerdit uang.
d. Jika pengajuan kredit nasabah dari Kantor Cabang belum cair
atau belum diberikan uang dari Kantor Pusat. Maka Kepala
Unit mengambil kebijakan sendiri yaitu dengan meminjam
sejumlah uang pribadi karyawannya, biasanya yang menjabat
sebagai Admin agar bisa menalangi dahulu uang kredit nasabah
Kantor Unit. Sehingga nasabah tidak lama menunggu proses
pencairan dari Kantor pusat karena sudah ditalangi dahulu.
Pada saat Kepala Unit tersebut meminjam sejumlah uang pada
admin, dia berjanji akan segera mengembalikan uang segera
setelah uang untuk nasabah tersebut cair dari Kantor Pusat cair.
Namun kenyataannya selalu terlambat bahkan sampai beberapa
hari.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 6


e. Misalkan pada suatu saat ada salah satu tim marketing yang
izin tidak masuk kerja karena sakit (alasan mendesak), padahal
dia memiliki nasabah yang harus segera diproses pengajuan
kreditnya. Kemudian ada tim marketing lain yang
menggantikan pekerjaannya karena hal tersebut, maka pada
saat menginput data pengajuan kredit nasabah tersebut, petugas
marketing yang bertanggung jawab terhadap nasabah tersebut
akan diisi oleh nama petugas pengganti, bukan oleh nama
petugas yang izin sakit. Hal ini tentu dirasa akan merugikan
pihak marketing yang izin sakit atau kepeerluan mendesak.
Karena dia telah kehilangan perolehan nasabah barunya.
Padahal ada target marketing yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan nasabah baru. Pada akhirnya petugas yang izin
tersebut tidak memenuhi target marketingnya, sehingga
mendapat sanksi dari Kantor Pusat. Sanksi berupa alih tugas
dari Kantor Cabang ke Kantor Pusat menjadi petugas yang
menyebarkan Broadcast pada daftar calon nasabah, dan
menelphone para calon nasabah tersebut sampai berhasil
mendapat daftar nasabah baru, untuk melakukan pengajuan
kredit baru lagi.
f. Pemberitahuan lewat SMS kepada nasabah berupa broadcasting
pemberitahuan informasi terkait Perusahaan seharusnya
difasilitasi oleh Perusahaan karena untuk keperluan
Perusahaan. Namun kenyataannya menggunakan pulsa pribadi
karyawan dan tidak mendapat ganti dari Perusahaan.
g. Pernah terjadi Gaji tidak turun dalam waktu beberapa bulan
hampir 3 bulan waktu itu. Karyawan sudah mendesak
Perusahaan untuk segera memberikan gajinya, namun tidak
berhasil. Sampai akhirnya beberapa karyawan mengancam
akan melaporkan kejadian tersebut sebagai penipuan ke pihak
Polisi. Akhirnya Perusahaan memenuhi tuntutan karyawan, dan
memberikan gaji karyawan.

(ditulis oleh : Ria Ayu Pintaloka – NIM. 17051255)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 7


III. LEGAL OPINION

Setelah mendengar pengalaman Nisa tersebut, kami mencatat dan


memberikan beberapa Legal Opinion terhadap setiap kasus diantaranya,

No. Posisi kasus Legal opinion


1. Bahwa , pada tanggal 2 1. Pada dasarnya gaji yang
Oktober 2017. Nisa mendapat dibayarkan harus menurut
panggilan interview disalah perjanjian kerja, kesepakatan.
satu Kantor Cabang sebuah Sebagaimana yang tertulis
Perusahaan X. Kantor pada Pasal 1 ayat 30 UU No.
Cabang tersebut ada di 13 Tahun 2003 tentang
Gedong Kuning. Saat Ketenagakerjaan, Upah
interview selesai Nisa adalah hak pekerja/buruh
dinyatakan diterima bekerja. yang diterima dan dinyatakan
Kepala Kantor Cabang dalam bentuk uang sebagai
tersebut menyebutkan jika imbalan dari pengusahaan
gaji dikantor cabang sudah atau pemberi kerja kepada
UMR, tetapi kenyataannya pekerja/buruh yang
setelah Nisa bekerja sampai ditetapkan dan dibayarkan
bulan Desember jumlah gaji menurut suatu perjanjian
yang Nisa terima totalnya kerja, kesepakatan, atau
hanya Rp 3.300.000 yang peraturan perundang-
seharusnya ± Rp 4.200.000 undangan, termasuk
itu pun dibayarkan setelah tunjangan bagi pekerja/buruh
Nisa memilih untuk risign. dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan.
2. Besaran upah yang diberikan
pengusaha tidak boleh lebih
rendah dari kesepakatan
perjanjian kerja.
Sebagaimana tertuang dalam
Pasal 90 ayat 1 UU No. 13
tahun 2003. Pengusaha
dilarang membayar lebih
rendah dari ketentuan upah
minimum yang telah
ditetapkan pemerintah
setempat. Bahkan bila
pengusaha memperjanjikan
pembayaran upah yang lebih
rendah dari upah minimum.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 8


3. Kesepakatan tersebut batal
demi hukum karena upah
yang lebih rendah dari upah
minimum. Sebagaimana
diatur dalam Pasal 91 ayat 2
UU No. 13 tahun 2003 yang
mengatakan bahwa ...
Bahkan bila pengusaha
memperjanjikan pembayaran
upah yang lebih rendah dari
upah minimum, maka
kesepakatan tersebut batal
demi hukum.
2. Kejadian ini berawal dari Pemberian bonus harus diberikan
rapat bulanan, gabungan dari secara tepat dan tidak boleh
semua Kepala Cabang dan terlambat. Sebagaimana diatur
tim marketing di Kantor dalam a) pasal 88 ayat 1 UU
Pusat. Saat sedang menunggu no. 13 tahun 2003 dijelaskan
ruangan rapat siap digunakan, bahwa Setiap pekerja/buruh
beberapa karyawan (tim berhak memperoleh penghasilan
marketing) saling curhat jika yang memenuhi penghidupan
bonus belum dibayarkan yang layak bagi kemanusiaan.
padahan sudah lewat dari Berdasarkan undang – undang
tanggal yang dijanjikan, tersebut pemerintah mengambil
akhirnya saat rapat kebijakan mengenai pengupahan
berlangsung ada salah satu yang melindungi pekerja/buruh
tim marketing yang protes ke meliputi:
bagian HO dan saat itu HO 1. upah minimum
pun berjanji akan segera 2. upah kerja lembur
membayarkannya. 3. upah tidak masuk kerja
karena berhalangan
4. upah tidak masuk kerja
karena melakukan kegiatan
lain di luar pekerjaannya;
5. upah karena menjalankan
hak waktu istirahat
kerjanya;
6. bentuk dan cara
pembayaran upah
7. denda dan potongan upah;
8. hal-hal yang dapat
diperhitungkan dengan
upah;
9. struktur dan skala
pengupahan yang
proporsional;

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 9


10. upah untuk pembayaran
pesangon; dan
11. upah untuk perhitungan
pajak penghasilan.
3. Bahwa, saat akhir bulan (31 Perusahaan tidak boleh memaksa
November 2017), saat itu karyawan untuk melakukan
Nisa dan beberapa tim pinjaman demi menyelamatkan
marketing sedang melakukan target perolehan nasabah unit
tugasnya masing-masing, kantor cabang perusahan.
Nisa membroadcasting ke Sebagaimana tertuang dalam a)
beberapa data nasabah dan Peraturan Menteri Tenaga
beberapa tim marketing Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
lainnya menelphone nasabah. PER. 16/MEN/XI/2011
Di Kantor Cabang kami (Permenakertrans Nomor 16
mendapat target dari Kantor Tahun 2011) sebagai pengganti
Pusat agar dalam sebulan Permenakertrans Nomor
harus mendapatkan 66 PER.08/MEN/III/2006 dan
nasabah sedangkan saat itu Kepmenakertrans Nomor
Kantor kami baru mendapat KEP.48/MEN/IV/2004 tentang
nasabah 64. Akhirnya untuk Tata Cara Pembuatan dan
memenuhi target tersebut Pengesahan Peraturan Perusahaan
Kepala Cabang di Kantor serta Pembuatan dan Pendaftaran
Nisa mengambil kebijakan Perjanjian Kerja Bersama.
sendiri, yaitu menawarkan mengenai peraturan kepegawaian
pinjaman kredit uang pada maka dapat ditarik beberapa
bawahannya padahal mereka fungsi dari peraturan kepegawaian
saat itu sedang tidak pada suatu perusahaan yaitu :
membutuhkan uang dalam (a) Peraturan kepegawaian
jumlah yang bisa dibilang menjamin kinerja karyawan;
besar. Pada siang itu Kepala setiap karyawan dalam
Kantor Cabang kami menjalankan tugasnya harus
mencoba menghubungi sesuai job deskripsi yang
adiknya dengan melakukan sudah ditentukan perusahaan.
penawaran kredit yang Ini berguna untuk mengatur
serupa. Mulanya adiknya harmonisasi perusahaan. Job
tidak tertarik tetapi setelah deskripsi merupakan bagian
diiming-imingi mendapat 1 dari peraturan kepegawaian
kali potongan angsuran yang mengatur kinerja
akhirnya adiknya menyetujui perusahaan.
penawaran kredit tersebut. (b) Peraturan kepegawaian
Menjelang sore kepala Kantor menjaga hak dan kewajiban.
Cabang tersebut kebingungan Pengusaha dan karyawan
karena targetnya kurang 1 memiliki kepentingan
dan malamnya jam 9 harus masing-masing. Pengusaha
sudah mengirim data nasabah membutuhkan karyawan
untuk closingan. Kepala untuk membantu kinerja

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 10


Cabang tersebut kembali perusahaan, karyawan
menawarkan kredit tersebut, menerima gaji sebagai
kali ini Kepala Cabang haknya dari hasil kinerjanya.
tersebut sedikit memaksa Agar hak dan kewajibannya
Mbak Okky (Admin) untuk berjalan baik, maka perlu
menerima tawaran kredit diikat dalam peraturan
tersebut (karena saat itu yang kepegawaian.
ada BPKBnya hanya mbak (c) Peraturan kepegawaian
okky yang lain sudah menjamin kepastian hukum
melakukan pengajuan kredit baik bagi pengusaha maupun
tersebut bulan sebelum- karyawan; dengan adanya
sebelumnya termasuk Kepala peraturan kepegawaian maka
Kantor Cabang tersebut). akan dapat terhindar dari
Akhirnya mbak okky berbagai macam gangguan.
menerima tawaran tersebut Setiap ada pelanggaran akan
dengan bunga ditanggung ditindak tegas. Jika perlu ada
Kantor Cabang. Hal ini sanksi sesuai tingkat
dilakukan agar target kesalahan. dan sebaliknya
terpenuhi dan Kepala Cabang apabila ada karyawan yang
tidak dipindahtugaskan ke berprestasi dapat diberikan
kantor Pusat. penghargaan.
Dari uraian peraturan tersebut di
atas maka Perusahaan tidak
seharusnya meminta atau
memaksa pekerjanya untuk
mengambil pinjaman guna
memenuhi target pimpinan,
karena hal tersebut tidak tercatat
dalam job deskripsi pekerja.
4. Bahwa terjadi saat salah satu Tidak boleh melakukan
tim marketing mendapat penundaan gaji. Sebagaimana
nasabah yang ingin pengajuan Menurut pasal 95 Undang –
kredit, setelah persyaratan Undang Nomor 13 tahun 2003
lengkap dan nasabah sudah ditulis bahwa penguasaha yang
mengisi data, karena uang karena kesengajaan atau
untuk pencairan belum kelalaiannya mengakibatkan
diberikan dari Kantor Pusat keterlambatan pembayaran upah,
mereka menjanjikan saat dikenakan denda sesuai dengan
siang kira-kira jam 1 bisa persentase tertentu dari upah
cair. Tetapi sampai jam 1 dan pekerja. Maka seharusnya pada
Admin sudah mengecek ke saat pengusaha membayar upah
ATM belum ada uang masuk kerja pada pekerjanya ditambah
dari Kantor Pusat. Akhirnya dengan denda tersebut, namun
Kepala Cabang tersebut juga tidak dilakukan oleh
meminjam sejumlah uang perusahaan X.
pribadi ke mbak okky selaku Apalagi jika perusahaan X sampai

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 11


Admin. Kala itu uang untuk memakai uang yang seharusnya
pencairan sisa 2 juta, menjadi upah pekerja untuk
sedangkan untuk pencairan menalangi pinjaman nasabah yang
nasabah siang itu 8 juta. belum cair sehingga membuat
Akhirnya untuk penundaan pemberian gaji.
kekurangannya kepala cabang
meminjam uang sebesar 6
juta ke Admin. Siang itu
kepala cabang menjanjikan
besok uang akan segera
dikembalikan saat gaji
diberikan tetapi kenyatannya
uang itu ditransfer 2 hari
kemudian.
5. Bahwa terjadi saat Nisa ijin Perusahaan X harus mengatur
tidak masuk kerja konsekuensi jika karyawan tidak
dikarenakan sedang sakit, masuk kerja dengan tidak
padahal saat itu ada nasabah merugikan hak karyawan.
yang ingin pengajuan kredit Sebagaimana Undang-Undang
dengan Nisa akhirnya Nisa No. 3 Tahun 1992 tentang
menelphone Kepala Cabang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
agar baiknya gimana, Kepala mengatur mengenai pemeliharaan
Cabang tersebut bilang nanti kesehatan diartikan sebagai upaya
ada salah satu tim marketing penanggulangan dan pencegahan
yang membantu. Akhirnya gangguan kesehatan yang
Nisa memberikan nomor memerlukan pemeriksaan,
telephon nasabah yang akan pengobatan, dan perawatan,
melakukan pengajuan kredit termasuk pemeriksaan kehamilan
untuk melakukan proses dan pertolongan persalinan.
pengisian data dengan Dalam undang – undang tersebut
marketing lain. Besoknya saat jelas diatur tentang perlindungan
Nisa masuk kerja Nisa pekerja jika pekerja sakit. Maka
bingung karena di chat group seharusnya bukan hanya jaminan
untuk seluruh tim marketing perlindungan kesehatan saja yang
nama Nisa berada dikolom diberikan. Namun seharusnya
merah padahal hari perusahaan X juga mengatur
sebelumnya Nisa sudah kebijakan mengenai tanggung
mendapatkan nasabah, jawab kerja sementara disaat
ternyata Nisa baru sadar jika pekerja izin disaat sakit. Sehingga
data yang diinput bukan atas pekerja tidak dirugikan. Seperti
nama Nisa melainkan nama yang terjadi di perusahaan X yang
salah satu tim marketing yang kemudian melimpahkan perolehan
membantu. Hal ini jelas nilai target nasabah kepada
sangat merugikan Nisa karena pekerja lain yang masuk kerja.
Nisa telah kehilangan Tentu hal ini akan merugikan
perolehan untuk target. Pada pekerja yang izin sakit, karena

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 12


akhirnya hari itu juga Nisa yang telah mengupayakan untuk
harus segera mendapatkan memperoleh nasabah.
nasabah agar tidak mendapat
sanksi karena jika nama Nisa
berada dikolom merah dua
hari berturut-turut Nisa akan
dialih tugaskan ke kantor
pusat dengan melakukan
broadcast dan menelphone
data calon nasabah sampai
berhasil mendapat daftar
nasabah baru untuk
melakukan pengajuan kredit
baru lagi.
6. Bahwa terjadi saat Nisa baru Hal – hal yang berhubungan
mulai aktif kerja dan diberi dengan operasional untuk
data-data calon nasabah baru. kepentingan perusahaan
Saat itu Nisa mengira seharusnya diperhitungkan
broadcast akan difasilitasi nilainya dan diganti oleh
dengan menggunakan hp perusahaan. Sebagaimana tertulis
kantor ternyata tidak, untuk dalam Sebagaimana diatur dalam
broadcast/pemberitahuan pasal 88 ayat 1 UU no. 13 tahun
lewat SMS di Kantor Cabang 2003 dijelaskan bahwa Setiap
ternyata memakai pulsa pekerja/buruh berhak memperoleh
pribadi dan tidak diganti oleh penghasilan yang memenuhi
perusahaan. Padahal untuk penghidupan yang layak bagi
sebulan masing-masing tim kemanusiaan. Berdasarkan
marketing bisa menghabiskan undang – undang tersebut
kurang lebih Rp 150.000 pemerintah mengambil kebijakan
untuk membeli pulsa. Hal ini mengenai pengupahan yang
dirasa sangat merugikan melindungi pekerja/buruh
untuk Nisa.
7. Bahwa terjadi saat awal Nisa Denda berupa penambahan gaji
kerja sampai Nisa memilih karena keterlambatan pemberian
untuk risign, padahal untuk hak gaji harusnya diberikan
kasus keterlambatan gaji kepada karyawan. Sebagaimana
untuk karyawan sebelum- diatur dalam pasal 95 Undang –
sebelumnya hanya telat satu Undang Nomor 13 tahun 2003
sampai satu setengah bulan. ditulis bahwa penguasaha yang
Seminggu sebelum Nisa karena kesengajaan atau
risign Nisa mendesak kepala kelalaiannya mengakibatkan
cabang tersebut agar segera keterlambatan pembayaran upah,
membayarkan hak Nisa dan dikenakan denda sesuai dengan
akhirnya kepala cabang persentase tertentu dari upah
tersebut memberi Nisa uang pekerja. Maka seharusnya pada
cast sebesar Rp 800.000 saat pengusaha membayar upah

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 13


tetapi setelah Nisa benar- kerja pada pekerjanya ditambah
benar risign hak Nisa masih dengan denda tersebut, namun
juga belum dibayarkan. juga tidak dilakukan oleh
Seminggu setelah Nisa risign perusahaan X.
Nisa menghubungi kepala
cabang tersebut untuk segera
membayarkan hak gaji Nisa
dan dijanjikan untuk
menunggu selama seminggu
dan dengan kenyataan yang
sama gaji Nisa belum
dibayarkan juga. Akhirnya
Nisa memilih menghubungi
lewat chat jika tidak segera
membayarkan hak Nisa, Nisa
akan melaporka ke Polisi.
Sorenya Nisa mendapat
notifikasi transfer sebesar Rp
2.500.000 jumlah gaji ini
tidak sesuai dengan dengan
yang dijanjikan saat
interview. Tetapi untuk
semua itu Nisa bersyukur
masih diberikan hak gaji Nisa
daripada selama tiga bulan
Nisa bekerja untuk sesuatu
yang sia-sia. Ternyata ini
menjadi salah satu alasan
mengapa beberapa karyawan
sebelumnya memilih risign
karena gaji yang selalu telat
bahkan dibayarkan setelah
risign.
Segala aturan hukum yang berlaku diatas seharusnya
dilaksanakan karena hak dan kewajiban di dalam hukum sebagai warga
negara Indonesia telah diatur sebagaimana dalam batang tubuh UUD
1945, antara lain :
a) Menurut UUD 1945 Pasal 27, ayat (1) Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
Artinya bahwa segala aturan yang berlaku di Negara Republik
Indonesia wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua warga
negara Indonesia dengan tidak terkecuali, termasuk bahwa
didalamnya segala aturan tentang ketenagakerjaan, wajib
dipatuhi dan dijalankan oleh pengusaha dan pekerja.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 14


b) Menurut UUD 1945 Pasal 27, ayat (2) Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Artinya bahwa pekerja pun berhak mendapatkan jaminan kerja,
perlindungan kerja dan penghidupan yang sejatera dari
pekerjaan yang dijalaninya. Dan itu semua dijamin oleh
perusahaan sesuai perjanjian kerja.
c) Menurut UUD 1945 Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
Pasal 28C Ayat (2) Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Artinya setiap pekerja berhak untuk memperjuangkan haknya
yang belum didapat jika dalam pekerjaannya tidak mendapat
hak pekerja sebagaimana mestinya.
d) Menurut UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Artinya negara akan melindungi pekerja dan menjamin untuk
mendapatkan keadilan yang belum didapatkan sebagai pekerja
di perusahaannya. Jika memang terdapat ketidakadilan di
tempatnya bekerja.
e) Menurut UUD 1945 Pasal 28D Ayat (2) Setiap orang berhak
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
Artinya hak pekerja untuk mendapatkan perlakuan yang layak
sebagai pekerja dan mendapatkan hak yang semestinya sebagai
pekerja dijamin penuh oleh negara.

IV. PENDAPAT AHLI

Menurut seorang Ahli Hukum Perjanjian yaitu Prof. Subekti, S.H.


beliau menyatakan dalam bukunya Aneka Perjanjian, disebutkan bahwa
perjanjian kerja adalah : “ Perjanjian antara seorang “buruh” dengan
seorang “majikan” perjanjian mana ditandai dengan ciri ciri ; adanya
suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu
hubungan diperatas yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang
satu (majikan) berhak memberikan perintah perintah yang harus di taati
oleh pihak yang lain”.
Menurut praktisi hukum lainnya yaitu M. Yahya Harahap,
perjanjian maksudnya adalah hubungan hukum yang menyangkut hukum
kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak
dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 15


Dikatakan bahwa syarat – syarat sahnya suatu perjanjian menurut
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diantaranya
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
3. Mengenai Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal
Dalam Hukum Perjanjian ada 3 sebab yang membuat perizinan tidak bebas,
yaitu :
1. Paksaan;
2. Kekhilafan;
3. Penipuan;
Perjanjian dibagi dalam tiga macam :
1. Perjanjian untuk memberikan menyerahkan suatu barang;
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu;

Sebagaimana penjelasan tentang Perjanjian di atas. Jelaslah bahwa


perjanjian kerja termasuk salah satu perjanjian yang berkekuatan hukum dan
memiliki norma. Adapun norma suatu perjanjian, yaitu : Undang-undang,
kebiasaan dan kepatutan yang diatur dalam :
Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian
tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam
perjanjian, tetapi juga untuk “segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian
diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang”.
Dalam hal ini perusahaan X telah melakukan perjanjian kerja
dengan karyawannya. Namun dalam pelaksanaannya terdapat kelalaian atau
wanprestasi. Karena salah satu pihak yaitu perusahaan X yang mengadakan
perjanjian, tidak melakukan apa yang diperjanjikan. Diantaranya,
1. Tidak melaksanakan isi perjanjian.
2. Melaksanakan isi perjanjian, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan.
3. Terlambat melaksanakan isi perjanjian.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.
Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas
perjanjian yang telah dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian, dapat dimintakan pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu
pihak yang melakukan perjanjian itu tidak memenuhi syarat subyektif yang
tercantum pada syarat sahnya perjanjian.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 16


Menurut Prof. Subekti permintaan pembatalan perjanjian yang
tidak memenuhi syarat subyektif dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
(i) Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian tersebut di depan
hakim;
(ii) Secara pembelaan maksudnya adalah menunggu sampai digugat di
depan hakim untuk memenuhi perjanjian dan baru mengajukan
kekurangan dari perjanjian itu.
Dengan demikian karyawan berhak untuk mengajukan tuntuan
hukum atas keadilan karena telah dirugikan akibat pelanggaran perusahaan
X terhadap surat perjanjian kerja yang disepakati.

(ditulis oleh : Mery – NIM. 17051252)

Dari kumpulan berbagai pendapat ahli diatas jelas bahwa telah


terjadi kesepakatan atau perjanjian kerja antara perusahaan X dengan
pegawainya. Dalam perjanjian kerja telah jelas dikatakan dan diatur
mengenai hak dan kewajiban pekerja. Namun dalam pelaksanaannya telah
terjadi pelanggaran dari isi perjanjian kerja tersebut oleh perusahaan X
diantaranya seperti yang tersebut di atas. Sebagaimana aturan hukum yang
telah mengatur tentang perjanjian kerja, dalam hal ini karyawan dirugikan
dan berhak mendapat pembelaan atas hukum. Karena setiap warga negara
Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama dalam hukum. Maka
tentunya karyawan juga akan mendapat perlindungan hukum sesuai apa
yang menjadi tuntutan karyawan atas perusahaan X tersebut. Jadi dalam
kasus ini dapat di simpulkan bahwa karyawan punya hak asasi dalam
berargumen untuk kasus tersebut, pembelaan kepada diri sendiri. Dan
dengan adanya pembelaan tersebut.
Terlambat menerima gaji adalah salah satu lika liku dunia kerja
yang mungkin pernah juga dialami oleh pekerja lain. Entah karena sistem
pembayaran yang sedang down atau memang ada masalah keuangan, yang
jelas saji terlambat diberikan. Sebagai pekerja, sangat wajar rasanya kalau
menjadi kesal. Apalagi kalau banyak tagihan yang tanggal pembayarannya
sudah mendekati batas akhir.
Normalnya pembayaran gaji harus sesuai dengan kontrak kerja
yang telah disepakati. Artinya, jika pada lembar kesepakatan kerja tertulis
tanggal pembayaran adalah tanggal tiga, ya berarti pembayaran gaji harus
tepat pada tanggal tersebut. Karena sebetulnya kontrak adalah dokumen
yang memiliki kekuatan hukum sehingga setiap orang yang terlibat di
dalamnya harus taat.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 17


Bagaimana jika gaji kita yang terlambat, hal pertama yang harus
dilakukan adalah menanyakan pada pihak yang memiliki informasi akurat
mengapa gaji kira-kira bisa terlambat. Baik itu supervisor atau bagian
keuangan. Usahakan tanyakan secara terperinci mengapa gaji bisa telat, apa
kendalanya, dan yang paling kira-kira sampai kapan kita harus menunggu
gaji cair. Jangan sampai ada perasaan tak enak. Ingat, gaji adalah hak yang
wajib dibayarkan oleh perusahaan kepada setiap karyawannya.
Terkadang ada kalanya kita dihadapkan oleh kenyataan bahwa
perusahaan cukup bandel dalam melakukan kewajiban membayar
karyawannya. Bila kamu sudah bertanya dan menegur keterlambatan gaji
tapi tidak diperdulikan, ini saatnya menggunakan Undang-Undang untuk
menegur mereka.

(ditulis oleh : Ossy – NIM. 17051266)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 18


V. REKOMENDASI
4.1. ISI
Bisa kita lihat dari berbagai pendapat para ahli, bahwa apa
yang terjadi pada Perusahaan X sangatlah tidak manusiawi dan
menyimpang dari aturan perundang-undangan. Pada saat
wawancara kerja, segala sesuatu yang diperbincangan merupakan
janji dan harus dilaksanakan ketika kita sudah bekerja di
perusahaan tersebut. Apalagi jika sudah diperkuat dengan SK(Surat
Keputusan) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan pada
kenyataannya tidak sesuai dengan SK maka itu termasuk
pelanggaran dan menyimpang. Perusahaan yang terlambat
membayar gaji karyawan akan dikenakan denda. Pengenaan denda
tersebut tidak menghilangkan kewajiban persentase tertentu dari
upah pekerja/buruh.
Pasal 93 ayat 2 UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UUK) mengatakan, Pengusaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase
tertentu dari upah pekerja/buruh.
Denda yang dimaksud dikenakan dengan ketentuan Pasal
55 ayat 1 Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 tentang
Pengupahan /PP Pengupahan:
a. Mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan
terhitung tanggal seharusnya upah dibayar, pengusaha
dikenakan denda sebesar 5% untuk setiap hari
keterlambatan dari upah yang seharusnya dibayarkan.
b. Sesudah hari kedelapan, apabila upah masih belum
dibayar, pengusaha dikenakan denda keterlambatan
sebagaimana dimaksud point a ditambah 1% untuk
setiap hari keterlambatan dengan ketentuan satu bulan
tidak boleh melebihi 50% dari upah yang seharusnya
dibayarkan.
c. Sesudah sebulan, apabila upah masih belum dibayar,
maka pengusaha dikenakan denda keterlambatan
sebagaimana dimaksud point a dan b ditambah bunga
sebesar suku bunga yang berlaku pada bank
pemerintahan.
Selain tentang upah gaji, di Perusahaan X juga melakukan
penyimpangan tentang pemenuhan target marketing setiap
bulannya pada setiap masing-masing unit atau cabang Perusahaan,
yaitu dengan menawarkan atau lebih memaksa kepada karyawan
untuk mengambil pinjaman kredit. Meskipun sebenarnya
bawahannya tersebut sedang tidak membutuhkan uang dalam
jumlah besar, kepala cabang akan memaksa dan memberikan
iming-iming dengan memotong satu bulan angsuran atau beban
bunga tidak ditanggung kreditur dan akan dibayarkan oleh kepala

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 19


cabang. Hal ini akan membuat karyawan tertekan dan tidak
mempunyai pilihan lain selain menerima tawaran tersebut.
Sehingga satu persatu karyawan lebih memilih resign dari pada
harus tertekan dan terus terbebani dengan aturan perusahaan
tersebut.
Didalam sebuah perusahaan khususnya perusahan yang
bergerak dibidang marketing, seharusnya pelayanan menjadi acuan
utama dalam perusahaan tersebut. Kesiapan sebuah perusahaan
ketika membuka usaha khususnya dibidang pelayanan, segala
sesuatu harus sudah dipersiapkan dan tidak membebankan
karyawan. Walau hanya hal sepele seperti pulsa, itupun harus di
difasilitasi dari perusahaan. Bukan dari pihak karyawan yang
mengisi kan, karena itu merupakan keperluan kantor.
Di perusahaan marketing pastinya mempunyai target
kepada setiap karyawan dibagian marketingnya. Setiap marketing
pasti mempunyai tanggung jawab kepada masing-masing nasabah,
apabila dari salah satu karyawan marketing tidak bisa masuk kerja
dan kebetulan dihari itu harus bertemu dengan salah satu
nasabahnya. Seharusnya bisa diwakilkan atau ditangani oleh
petugas lain atau nasabahnya dijanjikan dihari lain. Pada kasus di
Perusahaan X, apabila marketing yang bertugas berhalangan hadir
maka nasabah di ambil alih oleh petugas lain. Maka itu sangat
merugikan petugas marketing yang berhalangan hadir tersebut,
karena dia yang sudah susah payah mencari nasabah tetapi dengan
mudah diganti/diambil alih oleh petugas yang lain dan itu akan
membuat susah untuk mencapai target.
Dari berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh
Perusahaan X, sebenarnya hanya didasari atau dimulai dari
tindakan Kepala Cabangnya saja. Karena pada cabang lain tidak
menerapkan kebijakan seperti itu. Demi mempertahankan
kedudukannya, segala sesuatu akan ditempuh walau merugikan
pihak lain. Karena jika Perusahaan X tersebut tidak memenuhi
target setiap bulannya, maka kepala cabang akan dipindah ke
kantor pusat dan kemungkinan jabatannya akan turun. Sehingga
segala sesuatu akan ditempuh supaya targetnya terpenuhi.
Sistem kerja di Perusahaan X tidak melihat kondisi
disekitarnya (karyawan). Mereka (Kepala Cabang) hanya memburu
target tanpa mempedulikan resiko-resiko yang akan terjadi. Terlalu
banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di Perusahaan X
ini. Mulai dari upah gaji, upah lemburan, target marketing, dsb.
Kita sebagai karyawan sudah menjalankan tugasnya, tetapi dari
pihak perusahaan tidak segera memberikan hak yang seharusnya
kita terima setiap bulannya. Bahkan yang diterima tidak sesuai
dengan Surat Keputusan yang sudah ditanda tangani. Pastinya kita
sebagai karyawan merasa sangat tidak dihargai hasil kerja selama
bekerja disana. Tidak salah jika dari salah satu teman kami lebih

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 20


memilih untuk keluar dari perusahaan tersebut dan mencari
pekerjaan yang lebih baik lagi dan memperhatikan karyawannya.

(ditulis oleh : Zulva Elviyana – NIM. 17051199)

4.2. PROSES
Setelah sebelumnya telah kita ulas mengenai kronologi
kasus, legal hukum yang terkait dengan kronologi kasus, pendapat
para ahli mengenai kasus tersebut dan penjelasan
hukum/sanksi/denda yang harusnya diperoleh perusahaan X (yang
sudah disampaikan di bagian rekomendasi isi), maka
proses/langkah yang harusnya ditempuh karyawan untuk
menyelesaikan kasus-kasus di atas adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan pembayaran gaji yang tidak sesuai
dengan kontrak kerja awal, pemberian bonus yang
selalu terlambat dan bahkan pembayaran gaji yang
terlambat hingga 3 (tiga) bulan. Maka harusnya
karyawan/kayawati tersebut malakukan langkah/jalur
hukum berikut :
1) Perundingan Birpatit, yaitu membicarakan kasus /
permasalahan tersebut dengan pengusaha terkait
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangka
waktu penyelesaian perselisihan atau
permasalahan ini adalah 30 (tiga puluh) hari kerja
dari dimulainya perundingan tersebut. Untuk
selanjutnya, setelah atau sebelum terjadinya
kesepakatan penyelesaian maka, pihak-pihak
yang terkait wajib membuat laporan/berita
acara/risalah perundingan yang memuat (Nama
lengkap dan alamat para pihak; Tanggal dan
tempat perundingan; Pokok masalah atau alasan
perundingan; Pendapat para pihak; Kesimpulan
dan hasil perundingan; Tanggal dan tandatangan
para pihak yang melakukan perundingan) yang
kemudian dilaporkan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah para
pihak mengadakan Perjanjian Bersama. Jika
sudah terjadi kesepakatan penyelesaian maka,
kedua belah pihak harus mengikuti/mematuhi
kesepakatan yang telah ditandatangani. Namun,
jika belum terjadi kesepakatan penyelesaian,
maka akan dilanjutkan ke perundingan yang lebih
tinggi yaitu Perundingan Tripatit.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 21


2) Jalur Tripartit adalah merupakan suatu
penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan
pengusaha, dengan ditengahi oleh mediator yang
berasal dari Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi. Untuk perselisihan hak, yang dapat
dilakukan adalah melakukan mediasi. Mediasi
Hubungan Industrial adalah penyelesaian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih mediator yang netral. Langkah yang diambil
adalah salah satu atau kedua belah pihak
mencatatkan perselisihannya kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan
bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui
perundingan bipartit telah dilakukan sebelumnya.
3) Jalur Pengadilan Hubungan Industrial adalah jalur
terakhir yang ditempuh jika dalam kedua proses
jalur sebelumnya belum terjadi kesepakatan
penyelesaian. Jalur ini adalah jalur yang ditempuh
oleh pekerja/pengusaha melalui mekanisme
gugatan yang didaftarkan di Pengadilan
Hubungan Industrial yang mewilayahi tempat
kerja Anda dengan dasar gugatan Perselisihan
Hak berupa upah pekerja yang tidak dibayarkan
oleh perusahaan.
b. Permasalah penyalahgunaan wewenang perusahaan,
baik dalam pemenuhan target marketing kantor
cabang, perseorangan (marketing) dan administrasi
(izin keberangkatan). Hal yang harusnya dilakukan
karyawan adalah sebagai berikut :
1) Ketika kantor cabang tidak memenuhi target,
harus ada laporan detail mengenai kendala yang
ada baik di lapangan atau intern kantor, sehingga
bisa direview oleh kantor pusat. Sehingga
karyawan tidak dipaksa untuk mengambil kredit
di perusahaan tersebut.
2) Setelah terjadi review dari pusat, maka salah satu
permasalahan yaitu dana cair yang terhambat
harusnya bisa diselesaikan tanpa harus
menggunakan uang pribadi karyawan.
3) Selain itu permasalahan dari sisi administrasi
yaitu tentang izin keberangkatan karyawan.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 22


Semua karyawan memiliki hak untuk bisa
mengambil izin/digantikan oleh cuti yang tersisa.
Sehingga, segala macam kegiatan yang
bersangkutan dengan karyawan tersebut harusnya
bisa di backup oleh karyawan penggantinya,
tanpa mengubah hak dan tanggung jawab
karyawan tersebut. Dalam kasus di perusahaan X,
hak target yang harusnya didapatkan tidak
terpenuhi padahal sudah melakukan
kewajibannya untuk mencari nasabah. Hal ini
bisa menjadi faktor tidak tercapainya target
cabang karena proses administrasi yang tidak
sportif.
c. Permasalahan fasilitas perusahaan yang diberikan.
Jika memang fasilitas peusahaan yang diberikan tidak
sesuai dengan fasilitas yang sebelumnya sudah
disepakati, harusnya karyawan bisa mengajukan
protes/melakukan jalur birpatit (penyelesaian secara
musyawarah dengan pengusaha). Hal ini dilakukan
agar perusahaan X tetap berjalan dengan lancar.
Segala langkah yang ditempuh ini juga harus mengacu
pada peraturan yang ada di perusahaan tersebut (SOP). Setelah
meninjau kembali peraturan perusahaan (terpusat) yang ada di
perusahaan X, dan ternyata memang pada perusahaan cabang X
tidak menaati peraturan tersebut, maka karyawan tersebut wajib
memproses sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan
diatas tadi.
(ditulis oleh : Mei Priskyta R. – NIM. 17051253)

4.3. RENCANA TINDAK LANJUT

Kami telah melakukan wawancara dengan pihak lain


yang juga bekerja di kantor unit cabang perusahaan X tepatnya di
wilayah Surakarta. Namanya orang tersebut adalah Chandra, dia
sudah bekerja pada kantor cabang unit tersebut selama ± 1 tahun,
dari Bulan Juni 2016. Menurut pengakuan Chandra, selama dia
bekerja di tempat tersebut, dia tidak mengalami kendala
permasalahan seperti yang diceritakan Nisa. Setelah kami
menyampaikan pengalaman yang terjadi pada Nisa di kantor unit
cabang perusahaan X tempatnya bekerja dulu. Chandra
menjelaskan bahwa menurutnya hal tersebut bisa saja terjadi karena
dalam pelaksanaan operasional dan kebijakan setiap kantor cabang
perusahaan X memang dari kantor pusat diserahkan kepada Kepala
kantor cabang tersebut. Jadi Kepala kantor cabang akan mengambil
kebijakan sendiri untuk kantor cabang agar tetap terjaga
operasional kantor cabangnya.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 23


Berdasarkan pengamatan kami lebih lanjut, sebenarnya
standar operasional (SOP) perusahaan X pun ada dan mengatur
tentang kebijakan antara perusahaan dan pekerja sesuai perjanjian
kerja. Namun dalam kenyataannya kantor cabang sering
mengambil kebijakan yang melanggar perjanjian kerja. Sebenarnya
dalam hal ini kantor cabang seharusnya diberikan sanksi/
peringatan oleh kantor pusat untuk tidak bertindak mengambil
kebijakan diluar perjanjian kerja. Karena hal tersebut jelas
melanggar hukum dan patut di tuntut melalui jalur hukum. Namun
sepertinya kantor pusat pun berupaya menutupi hal tersebut dan
tidak memperkarakannya. Mungkin karena untuk menjaga image
perusahaan X yang sudah terlanjur besar di masyarakat. Dan tentu
hal ini akan menjadi buruk jika sampai tersiar keluar perusahaan.
Sehingga perusahan X tetap mendiamkan hal ini terjadi. Karena
mereka lebih mengutamakan bisnis untuk memperoleh keuntungan
sebesar – besarnya. Adapun saran kami untuk karyawan yang
masih bekerja di kantor cabang unit tersebut, jika perusahaan masih
melakukan tindakan – tindakan yang merugikan karyawannya
maka karyawan seharusnya mengambil langkah sebagaimana yang
diatur dalam Undang – Undang nomor 2 tahun 2004, tentang
bagaimana tata cara menyelesaikan perselisihan industrial. Adapun
saran kami adalah sebagai berikut :
a. Langkah kesatu yaitu mediasi intern antara kedua
pihak terkait.
Dari langkah awal ini sembari melihat adakah
respon baik atau tindakan nyata dari perusahaan
untuk memperbaiki sistem operasionalnya sesuai
dengan perjanjian kerja awal. Sesuai dengan langkah
yang sebelumnya kami sebutkan di bagian
rekomendasi. Jika langkah ini tidak membuahkan
kesepakatan yang berarti maka dilanjutkan langkah
berikutnya.
b. Langkah kedua yaitu melalui arbitrase, dengan
dibantu oleh Arbiter yang berwenang menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial, Arbiter yang telah
ditetapkan oleh Menteri. Namun perselisihan
hubungan industrial melalui arbiter dilakukan atas
dasar kesepakatan para pihak yang berselisih. Jika
langkah ini tidak membuahkan kesepakatan yang
berarti maka dilanjutkan langkah berikutnya.
c. Langkah ketiga yaitu mengajukan tuntutan ke
pengadilan.
d. Langkah keempat yaitu mengambil keputusan.

Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Bung Karno


dalam pidato lahirnya Pancasila, yaitu pidato tak tertulis Soekarno

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 24


di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai pada tanggal 1 Juni 1945
ketika sidang membicarakan "Dasar (Beginsel) Negara kita".
Dalam kutipan pidato Bung Karno dikatakan bahwa “... prinsip
kesejahteraan , prinsip: tidak akan ada kemiskinan di dalam
Indonesia Merdeka. Saya katakantadi: prinsipnya San Min Chu I
ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism,
democracy,sosialism. Maka prinsip kita harus: Apakah kita mau
Indonesia Merdeka, yang kaum kapitalnya merajalela, ataukah
yang semua rakyat sejahtera, yang semua orang cukup makan,
cukup pakaian,hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh
Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya?
Mana yang kita pilih, saudara-saudara? Jangan saudara kira,
bahwa kalau Badan Perwakilan Rakyat sudah ada, kita dengan
sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini...” apa yang
dikatakan oleh Bung Karno tersebut merupakan prinsip keempat
dari rumusan Pancasila. Prinsip kita sebagai warga Indonesia yang
sebenarnya sudah merdeka dan harus selalu memperjuangkan
kesejahteraan bersama. Seharusnya diperjuangkan bersama,
dibangun dan diciptakan bersama. Namun yang terjadi kaum
kapitalislah yang merajalela sehingga membuat kesejahteraan
rakyat tidak merata hanya dirasakan oleh kaum kapitalis saja,
karena kaum kapitalis yang menguasai sumber daya alam,
memonopoli sedemikian caranya untuk mendapat keuntungan
sebesar – besarnya tanpa melihat apalagi memikirkan rakyat.

(ditulis oleh : Mery – NIM. 17051252)

4.4. HASIL PRESENTASI KASUS

Kami melakukan pendekatan lagi dengan Chandra yang


masih menjadi karyawan di kantor cabang perusahaan X.
Wawancara kami lakukan dengan menunjukan hasil tulisan
sebelumnya mengenai kasus yang dialami Nisa. Dan kami
menunjukkan lagi dasar hukum pada setiap kasus yang dialami
Nisa atau karyawan sebelumnya bahwa hal tersebut memang terjadi
ketidakadilan dan pelanggaran hukum.
Kelompok kami menceritakan dan memberikan
penjelasan awal kasus Nisa pada Chandra, mengenai pemberian
gaji yang tidak sesuai dengan perjanjian awal. Dan pemberian gaji
pun sering terlambat dipenuhi bahkan bisa sampai 3 bulan,
pemberian bonus yang tidak sesuai perjanjian, dan disampaikan
pula jika biaya komunikasi (pulsa) dengan calon nasabah juga
ditanggung oleh karyawan. Kemudian Chandra memberi tanggapan
mengenai kasus Nisa di perusahaan yang sama namun beda cabang,
bahwa biaya komunikasi yang diberikan pada masing-masing
departemen berbeda, contohnya : marketing BPKB akan

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 25


memperoleh claim by komunikasi senilai pulsa 25rb ketika dalam
satu hari memperoleh 3 nasabah yang mengambil pencairan dana,
namun di marketing MMC (motor baru) walaupun deal 3 nasabah
dalam satu hari tidak memperoleh claim by komunikasi. Karena
menurut Chandra tidak ada anggaran untuk marketing MMC,
bahkan menurut keterangan Chandra alat tulis kantor pun tidak
disediakan, dan terpaksa harus dibiayai dengan uang sendiri. Selain
itu bonus baik overtime atau target tidak terpenuhi, dan hasil
overtime pun tidak sesuai dengan standart bonus yang seharusnya
diberikan. Selain itu Chandra juga menuturkan bahwa jumlah gaji
yang diterimanya lebih kecil dibandingkan dengan gaji karyawan
baru yang bekerja di cabang perusahaan X dengan posisi dan
jabatan yang sama. Padahal bisa dibilang, porsi pekerjaan yang
dikerjakan Chandra lebih banyak dibandingkan karyawan baru
tersebut.

(ditulis oleh : Ria Ayu Pintaloka – NIM. 17051255)

Setelah itu kelompok kami menceritakan mengenai kasus


Nisa, dimana di suatu hari berhalangan hadir/sakit, padahal ada
customer yang akan taken kontrak, sampai pada akhirnya nasabah
tersebut dimasukkan ke pencapaian target karyawan lain pengganti
Nisa. Kemudian Chandra menceritakan bahwa system tersebut
sebelumnya juga pernah diterapkan di kantor cabangnya, namun
saat ini system tersebut sudah tidak diberlakukan, sehingga jika
memang marketing yang bertanggung jawab untuk taken kontrak
nasabah tersebut sedang berhalangan hadir, maka proses taken
kontrak tetap dilakukan penggantinya namun penanggungjawab
nasabah tersebut tetap marketing pihak pertama.
Kemudian mengenai pencairan dana nasabah yang belum
cair dari kantor kemudian harus menggunakan uang pribadi milik
marketing/ karyawan yang ada dikantor, Chandra menyampaikan
jika di kantor cabangnya yang digunakan adalah uang kasir, karena
jika pencairan dana tidak on time otomatis nasabah akan hilang.
Mengenai pemenuhan target cabang yang belum
mencapai target, maka karyawan cabang tersebut diusulkan oleh
kepala kantor cabang untuk mengambil pinjaman agar target
terpenuhi. Mengenai hal ini, Chandra menyampaikan bahwa
menurut cerita karyawan sebelumnya memang ada system tersebut,
namun pada saat Chandra masuk bejerja sudah tidak ada system
tersebut. Namun, ada kejadian di kantor anak cabang lain, dimana
kepala unitnya hanya menuntut ke marketingnya untuk target tanpa
mengetahui alur/proses kerja baik secara administrasi ataupun
lapangannya.
Sebenarnya ada inisiatif dari para karyawan yang ada di
kantor cabang tempat Chandra bekerja untuk memprotes mengenai

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 26


keluhan – keluhan yang mereka alami kepada kepala cabang,
namun tanggapan kepala cabang kantor tersebut hanya meng-
iyakan saja tanpa adanya perubahan baik segi kesejahteraan dan
kesenjangan karyawan yang ada di lingkungan kantor tersebut.
Porsi gaji yang diberikan oleh kantor cabang tempat
Chandra bekerja pun tidak sesuai janji perusahaan yang mengacu
pada standart UMR daerah setempat, misalkan kantor cabang
klaten yang memiliki standart gaji UMR Rp 1.600.000 namun
kenyataan gaji yang diberikan hanya Rp 1.200.000 ditambah
tunjangan kehadiran yang jika karyawan tersebut selalu hadir maka
akan mendapatkan tambahan Rp 500.000, namun jika ada izin atau
tidak hadir maka tunjangan kehadiran tersebut juga akan dipotong.
Di akhir percakapan kelompok kami menyarankan untuk
melaporkan pelanggaran yang terjadi di perusahaan tersebut ke
pihak Depnaker, jika mediasi yang dilakukan dengan pimpinan
perusahaan masih tidak membuahkan hasil baik. Namun Chandra
beserta karyawan lainnya belum ada tindakan sampai kesana.
Walaupun sebenarnya sudah terlihat pelanggaran hukum yang
terjadi. Dan hal itu harusnya bisa ditindaklanjuti ke tahap yang
lebih tinggi, jika dari perusahaan sendiri tidak memberikan
penyelesaian. Hal ini terjadi karena Chandra sudah tidak mau
berurusan lagi dengan kantor tersebut. Namun kelompok kami
tetap menyarankan agar Chandra tetap menuntut hak gajinya
diberikan secara penuh sebelum resign yang diajukannya disetujui.
Dan Chandra pun mengiyakan, dia akan tetap mengupayakan
perusahaan memberikan hak gajinya secara penuh.

(ditulis oleh : Mei Priskyta R. – NIM. 17051253)

Dari hasil percakapan dengan Chandra di atas, kami


menemukan beberapa fakta pelanggaran lainnya yang terjadi di
perusahaan X. Berikut kami paparkan kronologi kasus yang terjadi
di cabang perusahaan X tempat Chandra bekerja.
1. Gaji yang tidak sesuai.
Untuk dicabang ini, tidak lagi mempermasalahkan gaji
yang tidak sesuai ketika interview dan saat dia menerima gaji.
Tetapi ada hal yang lebih mencolok dan membuat Chandra sedikit
iri, dikarenakan gaji yang dia terima lebih sedikit dari gaji
karyawan yang baru masuk. Jabatan Chandra dan karyawan baru
tersebut sama, tetapi porsi kerja Chandra lebih banyak katimbang
karyawan yang baru.
Chandra yang sudah bekerja di kantor cabang perusahaan
X selama 2 tahun, kemudian masuk karyawan baru yang langsung
menempati jabatan yang sama dengan Chandra, namun porsi
pekerjaannya berbeda, lebih berat Chandra. Saat pembagian gaji
Chandra sangat kaget karena gaji yang diberikan pada karyawan

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 27


baru tersebut jumlahnya sama dengan gaji yang diterimanya selama
ini, padahal Chandra bekerja lebih berat dan masa kerjanya pun
lebih lama di perusahaan tersebut.
2. Bonus target dan overtime yang tidak sesuai
Di kantor cabang tempat Chandra bekerja bonus yang
diberikan untuk bonus target maupun bonus lembur kerja
(overtime) tidak pernah sesuai dengan kenyataannya, bisa dibilang
lebih sedikit dengan jumlah yang seharusnya diberikan. Menurut
beban kerjanya, jam kerja Chandra berakhir pukul 16.00 (empat
sore), namun dikarenakan ada pekerjaan diminta harus segera
diselesaikan maka Chandra melanjutkan pekerjaannya sampai
pukul 9 malam. Dari waktu bekerja Chandra yang seharusnya,
Chandra memiliki waktu lembur/ overtime 5 jam. Misalkan saja
dihitung 1 jamnya dinilai Rp 7.000,- dikalikan 5 jam diperoleh
Rp 35.000,- per harinya. Jika lembur yang dilakukan dalam satu
bulan sejumlah 24 hari, maka perkiraan bonus lemburnya berkisar
Rp 840.000,- namun kenyataan yang diterima oleh Chandra adalah
Rp 90.000,- itupun diberikan setelah 3 bulan. Dan hanya diberikan
1 bulan.
3. Biaya komunikasi yang berbeda setiap departemen
Contoh : marketing BPKB akan memperoleh claim biaya
komunikasi senilai pulsa 25rb ketika dalam satu hari memperoleh 3
nasabah yang mengambil pencairan dana, namun di marketing
MMC (motor baru) walaupun deal 3 nasabah dalam satu hari tidak
memperoleh claim biaya komunikasi. Karena menurut pihak kedua
tidak ada anggaran untuk marketing MMC, bahkan menurut
keterangan pihak kedua alat tulis kantor pun tidak disediakan, dan
terpaksa harus dibiayai dengan uang sendiri.
Kasus-kasus yang terjadi di cabang pihak kedua tidak
terlalu banyak, seperti yang terjadi di cabang pihak pertama.
Mengenai kasus pihak pertama yang jika hari itu berhalangan
hadir/sakit, dan ada cutomer yang akan taken kontrak maka
nasabah tersebut dimasukkan ke pencapaian target pengganti pihak
pertama. kemudian disampaikan pula oleh pihak kedua, bahwa
system tersebut sebelumnya juga terjadi di kantor cabangnya,
namun saat ini system tersebut sudah tidak berjalan, sehingga jika
memang marketing yang bertanggung jawab untuk taken kontrak
nasabah tersebut sedang berhalangan hadir, maka proses taken
kontrak tetap dilakukan penggantinya namun penanggungjawab
nasabah tersebut tetap marketing pihak pertama.
Kemudian mengenai pencairan dana nasabah yang belum
cair dari kantor kemudian harus menggunakan uang pribadi milik
marketing/ karyawan yang ada dikantor, pihak kedua
menyampaikan jika di kantor cabangnya yang digunakan adalah
uang kasir, karena jika pencairan dana tidak on time otomatis
nasabah akan hilang.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 28


Mengenai pemenuhan target cabang yang belum
mencapai target, maka karyawan cabang tersebut diusulkan oleh
kepala kantor cabang untuk mengambil pinjaman agar target
terpenuhi. Mengenai hal ini, pihak kedua menyampaikan bahwa
menurut cerita karyawan sebelumnya memang ada system tersebut,
namun di zaman pihak kedua masuk sudah tidak ada system
tersebut. Namun, ada kejadian di kantor anak cabang lain, dimana
kelapa posnya hanya menuntut ke marketingnya untuk target tanpa
mengetahui alur/proses kerja baik secara administrasi ataupun
lapangannya.

(ditulis oleh : Zulva Elviyana – NIM. 17051199)

Dari cerita kasus yang dialami oleh Chandra tersebut


kami memiliki beberapa legal opinion diantaranya sebagai berikut,

No. Posisi kasus Legal opinion


1. Chandra yang sudah bekerja 1. Sebagaimana tertulis dalam
di kantor cabang perusahaan Hak yang diatur dalam pasal
X selama 2 tahun, kemudian 6 UU No 13 Tahun 2003
masuk karyawan baru yang yang berbunyi “setiap
langsung menempati jabatan pekerja/buruh berhak
yang sama dengan Chandra, memperoleh perlakuan yang
namun porsi pekerjaannya sama tanpa diskriminasi dari
berbeda, lebih berat Chandra. pengusaha”. Artinya,
Saat pembagian gaji Chandra Pengusaha harus memberikan
sangat kaget karena gaji yang hak dan kewajiban pekerja
diberikan pada karyawan baru tanpa memandang suku, ras,
tersebut jumlahnya sama agama, jenis kelamin, warna
dengan gaji yang diterimanya kulit, keturunan, dan aliran
selama ini, padahal Chandra politik. Artinya upah harus
bekerja lebih berat dan masa disesuaikan beban pekerjaan
kerjanya pun lebih lama di bukan alasan lainnya seperti
perusahaan tersebut. tersebut di atas.
2. Pada dasarnya Struktur dan
skala Upah sebagaimana
dimaksud, wajib
diberitahukan kepada
Pekerja/Buruh. Upah harus
berdasar satuan hasil yang
ditetapkan sesuai dengan
hasil pekerjaan yang telah
disepakati sebagaimana
diatur dalam PP Nomor 78
Tahun 2015, Pasal 14 ayat

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 29


(1,2) disebutkan bahwa
“Penetapan besarnya Upah
berdasarkan satuan waktu
sebagaimana dimaksud
dilakukan dengan
berpedoman pada struktur
dan skala Upah, yang disusun
oleh Pengusaha dengan
memperhatikan golongan,
jabatan, masa kerja,
pendidikan, dan kompetensi,”
2. Menurut beban kerjanya, jam 3. Sebagaimana diatur dalam
kerja Chandra berakhir pukul Pasal 78 UU No 13 Tahun
16.00 (empat sore), namun 2003
dikarenakan ada pekerjaan
diminta harus segera  Pengusaha yang
diselesaikan maka Chandra mempekerjakan
melanjutkan pekerjaannya pekerja/buruh melebihi
sampai pukul 9 malam. Dari waktu kerja sebagaimana
waktu bekerja Chandra yang dimaksud dalam UU No.
seharusnya, Chandra 13 Tahun 2003 Pasal 77
memiliki waktu lembur/ ayat 2 harus memenuhi
overtime 5 jam. Misalkan saja syarat:
dihitung 1 jamnya dinilai Rp
7.000,- dikalikan 5 jam 1. ada persetujuan
diperoleh Rp 35.000,- per pekerja/buruh yang
harinya. Jika lembur yang bersangkutan; dan
dilakukan dalam satu bulan 2. waktu kerja lembur hanya
sejumlah 24 hari, maka dapat dilakukan paling
perkiraan bonus lemburnya banyak 3 (tiga) jam dalam
berkisar Rp 840.000,- namun 1 (satu) hari dan 14 (empat
kenyataan yang diterima oleh belas) jam dalam 1 (satu)
Chandra adalah Rp 90.000,- minggu.
itupun diberikan setelah 3
bulan. Dan hanya diberikan 1  Pengusaha yang
bulan. mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi
waktu kerja wajib
membayar upah kerja
lembur.
 Ketentuan waktu kerja
lembur tidak berlaku bagi
sektor usaha atau
pekerjaan tertentu.
 Ketentuan mengenai
waktu kerja lembur dan

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 30


upah kerja lembur
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Keputusan
Menteri.

Pada dasarnya upah lembur


merupakan kompensasi yang
wajib dibayar oleh pengusaha
yang mempekerjakan
karyawan melebihi waktu
kerja, pada waktu istirahat
mingguan atau pada hari
libur resmi. Dalam
Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor
KEP. 102 MEN VI 2004
Pasal 1, perusahaan harus
membayar uang lembur
untuk karyawan yang:
a. Bekerja lebih dari 7
jam sehari dan 40 jam
seminggu untuk 6 hari
kerja
b. Bekerja lebih dari 8
jam sehari dan 40 jam
seminggu untuk 5 hari
kerja
c. Bekerja pada hari
istirahat mingguan dan
hari libur nasional

Seperti halnya yang tertulis dalam


PP no. 78 tahun 2015 tentang
kebijakan pengupahan, Pasal 3
ayat 1 dan 2 disebutkan tentang
kebijakan pengupahan termasuk
didalamnya disebutkan upah
lembur
3. marketing BPKB akan Sebagaimana diatur dalam PP
memperoleh claim biaya no.78 tahun 2015 Pasal 5 ayat (4)
komunikasi senilai pulsa 25rb bahwa sudah semestinya ada uang
ketika dalam satu hari pengganti fasilitas kerja, apalagi
memperoleh 3 nasabah yang yang menunjang keuntungan
mengambil pencairan dana, perusahaan.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 31


namun di marketing MMC
(motor baru) walaupun deal 3
nasabah dalam satu hari tidak
memperoleh claim biaya
komunikasi. Karena menurut
pihak kedua tidak ada
anggaran untuk marketing
MMC, bahkan menurut
keterangan Chandra alat tulis
kantor pun tidak disediakan,
dan terpaksa harus membeli
dengan uang sendiri.

4.5. REKOMENDASI FINAL

Setelah kami menyimpulkan beberapa pelanggaran yang


terjadi di perusahaan X beserta dasar hukum yang menjadi
dasarnya. Kemudian memaparkan hasil temuan kami kepada pihak
karyawan perusahaan X yaitu Chandra. Kami melanjutkan dengan
menunjukan hasil tulisan kami ini pada ahli hukum untuk
mendapatkan kesesuaian dan pembenaran terhadap apa yang sudah
kami tuliskan berdasarkan fakta di lapangan.
Menurut ahli hukum yang kami datangi dan kami mintai
konsultasi tentang masalah ini, mengatakan bahwa apa yang kami
tulis sudah benar dan dasar hukum yang kami pakai sudah sangat
relevan. Sudah bisa digunakan sebagai dasar menuntut
ketidakadilan atas kasus yang terjadi pada Nisa maupun Chandra.
Langkah – langkah rekomendasi untuk menuntut ketidakadilan
juga sudah sesuai urutannya pada rekomendasi awal kami. Hanya
saja bisa ditambahkan tentang perundangan terbaru tentang
ketenaga kerjaan. Yaitu diantaranya PP no. 78 tahun 2015 (sudah
kami tambahkan dalam legal opinion) dan juga Permenaker no. 1
tahun 2017 (pengganti Kep.Menakertrans no.
KEP.49/MEN/IV/2004) tentang struktur dan skala upah. Dianggap
perlu ditambahkan karena kasus mengacu pada skala upah secara
khususnya baik keterlambatan gaji, upah bonus/ lembur, dsb.
Permenaker no. 1 tahun 2017 merupakan peraturan yang
baru saja diresmikan oleh pemerintah pada bulan Maret lalu.
Adapun diterbitkannya aturan ini untuk menggantikan peraturan
sebelumnya yang juga terkait pengupahan, yakni
Kep.49/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah,
yang mana aturan ini dibentuk oleh Kementerian Tenaga Kerja.
Dengan diberlakukannya Permenaker No. 1 Tahun 2017, maka
aturan sebelumnya menjadi tidak berlaku.

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 32


Aturan tersebut mengatakan bahwa masing-masing
perusahaan wajib menyusun struktur dan skala upah berdasarkan
jabatan, golongan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi masing-
masing karyawan. Bahkan ada sanksi untuk perusahaan yang tidak
menerapkan struktur dan skala upah berdasarkan Permenaker
tersebut. Dalam menyusun struktur dan skala upah ini, perusahaan
harus melakukannya melalui tiga tahapan, yakni menganalisa
jabatan, mengevaluasi jabatan dengan membandingkannya satu
sama lain, dan terakhir, menentukan struktur dan skala upah
dengan mematok upah minimum yang akan diberikannya
berdasarkan kemampuan perusahaan. Tidak hanya menyusun upah,
perusahaan juga wajib menyampaikannya kepada para karyawan.
Perusahaan yang tidak menyusun struktur dan skala upah akan
dikenakan sanksi administratif seperti yang diatur dalam Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif. Adapun
sanksi administratif dapat berupa:
1. Teguran tertulis – peringatan tertulis atas pelanggaran
yang dilakukan oleh pengusaha terhadap peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang
pengupahan.
2. Pembatasan kegiatan usaha – merupakan sanksi
administratif yang meliputi: (1) Pembatasan kapasitas
produksi baik berupa barang maupun jasa dalam waktu
tertentu; (2) Penundaan pemberian izin di salah satu
atau beberapa lokasi bagi perusahaan yang memiliki
proyek di beberapa lokasi.
3. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat
produksi – merupakan sanksi administratif untuk tidak
menjalankan sebagian atau seluruh alat produksi baik
berupa barang maupun jasa dalam waktu tertentu.
4. Pembekuan kegiatan usaha – merupakan kegiatan
administratif untuk menghentikan seluruh proses
produksi barang dan jasa di perusahaan dalam waktu
tertentu.

(ditulis oleh : Mery – NIM. 17051252)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 33


Berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang
berakibat diberikannya sanksi administratif kepada pengusaha,
yaitu:
– Tidak membayar THR keagamaan kepada karyawan
– Tidak membagikan uang service kepada karyawan
– Tidak menyusun struktur dan skala upah serta tidak
memberitahukannya kepada seluruh karyawan
– Tidak membayar upah sampai melewati jangka waktu
– Tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda
– Melakukan pemotongan upah lebih dari 50% dari setiap
pembayaran upah yang diterima karyawan

Sekian dari apa yang bisa kami sampaikan tentang


kenyataan yang masih terjadi di perusahaan dengan ketidakadilan
yang diterima oleh beberapa pekerjanya. Semoga kedepannya nanti
perusahaan X khususnya dan perusahaan – perusahaan lainnya
yang masih memperlakukan pekerjanya secara tidak adil, akan
senantiasa mengedepankan kesejahteraan bersama. Menetapkan
dan menjalankan perjanjian kerja serta SOP yang sesuai kaidah –
kaidah norma serta aturan hukum yang berlaku, sehingga tidak
terjadi lagi ketidakadilan yang hampir serupa baik di tempat
perusahaan X maupun ditempat lainnya.

(ditulis oleh : Nisa – NIM. 17051264)

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 34


VI. DAFTAR PUSTAKA

- Undang – undang no. 13 Tahun 2003


- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.
16/MEN/XI/2011
- Undang-undang No. 3 Tahun 1992
- R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1989, Hal.1
- Ahmad ichsan, Hukum Perdata IB, IP. Pembimbing Masa, Bandung,
1982, hal.6.
- M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung,
1982,hal.6.
- Undang – undang nomor 2 tahun 2004
- PP no. 78 tahun 2015
- Permenaker no. 1 tahun 2017

Study Kasus Aspek Hukum Bisnis halaman 35

Anda mungkin juga menyukai