Anda di halaman 1dari 16

MATERI HUKUM PERBANKAN

Sistem Keuangan (Financial System)


• Suatu kesatuan sistem yang terdiri dari Lembaga-lembaga keuangan dan kegiatan
utamanya di bidang keuangan (moneter)
• Suatu tatanan dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran terutama dalam
menyediakan fasilitas jasa-jasa dibidang keuangan oleh Lembaga-Lembaga keuangan
penunjanglainnya, mis. Pasar Uang & Pasar Modal
Lembaga Keuangan, dibagi menjadi:
- Bank
- Lembaga Keuangan bukan bank (ada UU sendiri yang mengaturnya), misal. Perusahaan
Asuransi, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun.
Pengertian Lembaga Keuangan
Semua badan yang melakukan kegiatan-kegiatan dibidang keuangan secara langsung maupun
tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan
menyalurkannnya ke masyarakat, terutama guna membiayai investasi-investasi perusahaan
(SK Menkeu No. Kep. 729/MK/12/1970, Pasal 1.a)
Q: mengapa Menkeu mengeluarkan peraturan tsb?
A: Karena merupakan bagian dari kewenangannya

Pengertian Bank
Pasal 1 UU Perbankan
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Note: yang dihighlight merupakan unsur penting darib pengertian bank.
Badan Usaha
Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan.
Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan walaupun pada kenyataannya berbeda.
Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah lembaga, sementara perusahaan adalah tempat
dimana Badan Usaha itu mengelola usahanya.
Hukum Perbankan
Hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan.
Hukum Perbankan juga mengatur lembaga keuangan bank yakni semua aspek Perbankan atau
sebagai segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, yang didalamnya mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, dan cara serta proses melaksanakan kegiatan usaha.
UNSUR PENTING DARI PENGERTIAN HUKUM PERBANKAN
• Perangkat Peraturan
• Mengatur Hubungan antara Bank dengan nasabahnya
• Dalam Usaha Menghimpun dan/atau menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat
• Usaha-usaha berbasis keuangan lainnya
• Serta semua aspek perbankan
SUMBER HUKUM PERBANKAN
• UU No 7 Tahun Tahun 1992 jo UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
• UU No. 23 Tahun 1999 jo UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia
• UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
• UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
• UU No. 24 TAHUN 2004 jo UU No. 3 TAHUN 2008 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS)
• PP No. 25 Tahun 1999 jo PP No. 32 Tahun 2005 tentang Likuidasi dan Pencabutan Izin
bank
• Peraturan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan peraturan- peraturan terkait
Lainnya

SISTEM PERBANKAN
Pengertian sistem perbankan:
• Sebagai suatu jaringan yang terintegrasikan dengan Lembaga-lembaga perbankan yang
terdiri dari BI, Bank Umum dan BPR.
• Sebagai satu jaringan yang terintegrasi di bank-bank (Bank Umum dan BPR) yang
terdiri dari sejumlah bank
SISTEM PERBANKAN YANG BERLAKU DI INDONESIA
Unit Banking System:
Suatu sistem yang menyebutkan bahwa berlakunya pola operasional perbankan pada ruang
lingkup tertentu saja, berdiri sendiri dan mempunyai kewenangan yang mencakup kegiatan
sebatas di bank bersangkutan. Pada bank yang menganut sistem ini ciri-ciri organisasinya
relatif kecil, ruang lingkup operasi terbatas, delegasi wewenang masih terbatas, keputusan
kredit lebih cepat, prosedur tidak berbelit-belit. contoh : Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Branch Banking System:
Suatu sistem perbankan yang terdiri kantor pusat, kantor cabang dengan manajemen modern
yang terpadu, terencana, dan ada desentralisasi kewenangan yang luas serta wilayah
operasionalnya sangat luas/tidak terbatas pada wilayah tertentu saja. contoh : Bank Umum
(konvensional, syariah).
(ASAS)PRINSIP, TUJUAN, & FUNGSI BANK
1. (Asas) Prinsip Perbankan
Asas Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian
Demokrasi: mempunyai hak yang sama

Prinsip Perbankan:
Prinsip Hubungan Kepercayaan (Fiduciary Relation Principles)
Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principles)
Prinsip Kerahasiaan
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Consumer Principles)

Note: Prinsip sifatnya abstrak karena tidak dapat dilihat peimplementasiannya karena
berwujud nilai.
Implementasi prinsip dapat dilihat setelah ada aturannya/pasal-pasal yang
menerjemahkannya

1) Prinsip Hubungan Kepercayaan (Fiduciary Relation Principles)


Pasal 29 Ayat 3 UU No. 10 Tahun 1998
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh caracara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
bank”
2) PRINSIP KEHATI-HATIAN (Prudential Principles)
Pasal 2 UU No 7 Tahun 1992
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian
Pasal 29 Ayat 2
Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

3) PRINSIP KERAHASIAAN BANK


Pasal 40-47
”Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali sebagaimana yang disebut dalam Pasal-pasal… (terkait
dengan Pajak, Pembuktian di pengadilan)
Kerahasiaan:
• Keterangan mengenai nasabah
• Simpanan nasabah

4) PRINSIP MENGENAL NASABAH


Peraturan Bank Indonesia No.5/21/PBI/2003 tentang Perubahan kedua atas PBI No.
3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Prinsip yang diterapkan Bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau
kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.
Dalam menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah, bank wajib:
a. menetapkan kebijakan penerimaan Nasabah;
b. menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi Nasabah;
c. menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan
transaksi Nasabah;
d. menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
Penerapan Prinsip-Prinsip Perbankan dalam Pengajuan Kredit
Prinsip 5C
1. Character/Karakter
2. Capacity/Kemampuan
3. Capital/Modal
4. Collatera/Agunan (Jaminan)
5. Condition /Kondisi
Prinsip 5P
1. Porty/ Para Pihak
2. Purpose/ Tujuan
3. Prospect/ Peluang
4. Payment/ pembayaran
5. Protection/ Perlindungan
Prinsip 3R
1. Return/Pengembalian
2. Repayment/Pengembalian kembali
3. Risk/Risiko

2. Fungsi Perbankan
Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun (Surplus Spending Unit (SSP) dan
penyalur (Deficit Spending Unit (DSU)) dana dari masyarakat
3. Tujuan Perbankan
Tujuan perbankan Indonesia adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

JENIS BANK
Pasal 5 ayat (1) UU Perbankan
Bank terdiri dari 2 jenis:
- Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran
- Bank Perkreditan Rakyat (BPR): bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
PERBEDAAN BANK UMUM & BPR
1. Bentuk Hukum
2. Kepemilikan
3. Modal
Bentuk Hukum
Bank Umum
Bentuk Hukum Bank Umum diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Yaitu:
- Perseroan Terbatas (PT)
- Koperasi
- Perusahaan Daera
BPR
Bentuk hukum BPR diatur dalam Pasal 21 ayat (2) yaitu:
- Perusahaan Daerah,
- Koperasi,
- Perseroan Terbatas (PT)
- Bentuk lain yang ditetapkan oleh Pemerintah

Kepemilikan
Bank Umum
- WNI
- Badan Hukum Indonesia
- WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia dengan warga negara asing dan/atau Badan
Hukum Asing (secara kemitraan/joint venture)
BPR
- WNI
- Badan Hukum Indonesia
- WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia dengan warga negara asing dan/atau Badan
Hukum Asing (secara kemitraan/joint venture)
MODAL
Bank Umum: PBI No. 2/27/PBI/2000 jo PBI No. 6/22/PBI/2004 tentang Bank Umum
Modal BPR:
- PBI No.8/26/PBI/2006 ttg Bank Perkreditan Rakyat
- OJK No. 5/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum & Pemenuhan Modal
Inti Minimum BPR

BANK SYARIAH
Dasar Hukum:
- UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
- Pasal 6 dan Pasal 13 UU Perbankan
- PP No. 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi hasil
Bank Syariah:
- adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (UU Perbankan Syariah).
- Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
- BPR Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran
- Bank yang menjalankan sistem operasional dengan tidak menggunakan sistem bunga.
- Lembaga Perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
Al-Qur’an dan Hadist
- Lembaga Perbankan yang usaha pokoknya menghimpun dana, memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan Prinsip syariat Islam

KARAKTERISTIK SISTEM SYARI’AH


- Universal
- Adil
- Transparan
- Seimbang
- Maslahat
- Variati
-
PERIZINAN & PROSEDUR PENDIRIAN BANK
Perizinan
• Pasal 16
ayat (1) UU Perbankan:
“Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana
dari masyarakat dimaksud di atur dengan undang-undang tersendiri”
Ayat (2):
“Izin pendirian Bank Umum maupun BPR baru diberikan setelah memenuhi persyaratan
sekurang-kurangnya tentang : 1. Susunan organisasi dan kepengurusan 2. Permodalan 3.
Kepemilikan 4. Keahlian dibidang perbankan 5. Kelayakan rencana kerja”.

Prosedur pendirian bank


DASAR HUKUM PENDIRIAN BANK
- Pasal 16 ayat (1) UU Perbankan
- Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1992 tentang Bank Umum;
- Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 1992 tentang BPR
- PBI No. 2/27/PBI/2000 jo PBI No. 6/22/PBI/2004 ttg Bank Umum
- PBI No.8/26/PBI/2006 ttg Bank Perkreditan Rakyat
- UU OJK & Peraturan Pelaksana (POJK)
SYARAT PENDIRIAN BANK UMUM
Bank umum hanya dapat didirikan dan menjalankan usaha dengan izin Pimpinan Bank
Indonesia ….. (Pasal 16 UU Perbankan)
• Syarat Pendirian:
- Bentuk hukum Bank Umum & BPR menurut uu;
- Kepemilikan Bank Umum & BPR menurut uu;
- Modal disetor untuk mendirikan Bank Umum ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar
Rp 3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah);
- Modal BPR Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) – Modal disetor bagi Bank yang
berbentuk badan hukum Koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
sebagaimana diatur dalam undangundang tentang Perkoperasian;
- Modal disetor yang berasal dari Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka (2) huruf b setinggi-tingginya sebesar 99
% (Sembilan puluh sembilah persen) dari modal disetor bank
Tahapan Pendirian Bank:
- Pengurusan Izin Prinsip/ Izin Persetujuan
- Pengurusan Izin Usaha
Izin Prinsip Bank Umum:
- adalah izin untuk melakukan persiapan pendirian bank umum.
- Permohonan untuk mendapatkan izin prinsip diajukan sekurangkurangnya oleh seorang
calon pemilik kepada Bank Indonesia dengan melengkapi persyaratan yang telah
ditetapkan:
1. Rancangan AD;
2. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
3. Rancangan susunan organisasi;
4. Rencana kerja;
5. Bukti penyetoran sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal disetor;

Izin Usaha
- adalah izin yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan setelah benar-benar siap atau
mendapatkan Izin Prinsip.
- Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan kepada Menteri Keuangan (direksi
Bank Indonesia) dengan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan:
1. AD yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
2. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
3. Susunan organisasi, sistem dan prosedur kerja;
4. Bukti pelunasan seluruh modal disetor;

Syarat Pendirian BPR


Syarat Umum:
- BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Menteri
Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia;
- Bentuk badan hukum sesuai dengan aturan uu;
- BPR hanya dapat didirikan oleh: Warga Negara Indonesia yang seluruh kepemilikannya
oleh Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya
oleh Warga Negara Indonesia, Pemerintah Daerah; atau Dua pihak atau lebih
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf;

Tahapan Pendirian BPR:


- Pengurusan Izin Prinsip/ Izin Persetujuan
- Pengurusan Izin Usaha
IZIN PRINSIP
- adalah izin untuk melakukan persiapan pendirian BPR
- Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurangkurangnya oleh
seorang calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia dengan melengkapi persyaratan
yang telah ditetapkan:
1. Rancangan AD;
2. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
3. Rancangan susunan organisasi;
4. Rencana kerja;
5. Bukti penyetoran sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal disetor;
Izin Usaha
- adalah izin yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan setelah benar-benar siap atau
mendapatkan Izin Prinsip.
- Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan kepada Menteri Keuangan (direksi
Bank Indonesia) dengan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan:
1. AD yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
2. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
3. Susunan organisasi, sistem dan prosedur kerja;
4. Bukti pelunasan seluruh modal disetor;

PENGGABUNGAN BANK
DASAR HUKUM
- UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
- UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
- PP No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
Pengertian (liat di UU Perbankan)
- Merger
- Konsolidasi
- Akuisisi
Pasal 28 UU Perbankan - Penggabungan Sukarela :
– Bank memerlukan izin Pimpinan Bank Indonesia untuk melakukan Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi
Pasal 37 ayat (2) UU Perbankan – Penggabungan Imperatif :
– Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya,
maka BI dapat melakukan beberapa tindakan agar bank melakukan merger, atau konsolidasi
dengan bank lain, atau bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih semua aset
dan kewajiban bank tersebut.
MENGAPA BANK MELAKUKAN PENGGABUNGAN?
Tujuan Utamanya adalah:
- Memperbaiki kinerja bank dan memastikan bank menjadi sehat (merger dalam rangka
Rescue Program), atau
- untuk pertumbuhan dan pengembangan bank (Improving Business)
MODEL-MODEL PENGGABUNGAN BANK
1. PENGGABUNGAN YANG MENGHASILKAN NEW ENTITY
Merger yang menghasilkan new entity (semua bank peserta merger dilikuidasi dan
suatu bank baru diciptakan untuk mengambil alih seluruh aktiva dan pasiva) Contoh:
Penggabungan 4 bank pemerintah menjadi Bank Mandiri (Bank Pembangunan
Indonesia, Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya, dan Bank Eksport Impor)
2. PENGGABUNGAN YANG MENGHASILKAN SURVIVING ENTITY
Suatu Bank dipilih untuk melakukan pembelian (akuisisi) atas bankbank lain peserta
merger. Contoh: Bank Danamon mengakuisisi 8 bank/Bank Take over (BTO)
KONSEKUENSI HUKUM DARI PENGGABUNGAN BANK
- Pemegang saham dari bank yang melakukan Penggabungan, akan menjadi pemegang
saham bank hasil penggabungan;
- Aktiva dan Pasiva bank yang melakukan penggabungan beralih karena hukum kepada
bank hasil penggabungan.
PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGGABUNGAN BANK
KEWENANGAN BI DALAM PENGGABUNGAN BANK
Dalam PP No. 28/1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi, Bank Indonesia berwenang:
Mengambil langkah-langkah bagi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan bank tanpa
melalui RUPS (Khususnya apabila ada kondisi RUPS tidak dapat dilalksanakan)
LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH BI DALAM PENGGABUNGAN
BANK
- Mendorong agar bank melakukan Merger atau Konsolidasi dengan bank lain;
- Melakukan upaya agar bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih
seluruh kewajiban bank tersebut;
- Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain;
- Menjual seluruh harta dan kewajiban bank kepada bank lain;
- Menjual sebagian harta bank kepada bank atau pihak lain.

SUMBER PENDANAAN BANK


- Dana Sendiri
- Dana dari Masyarakat
- Dana Pinjaman dari Bank Sentral
- Pinjaman dari Lembaga Keuangan lainnya
Dana Sendiri
- Dana berbentuk modal setor yang berasal dari para pemegang saham
- Cadangan laba (keuntungan yang tidak digunakan bank dan ditempatkan sebagai dana
cadangan),
- Keuntungan bank yang belum dibagikan kepada pemegang Saham.
Dana dari Masyarakat (Nasabah)
- Simpanan Giro (Demand Deposit)
- Deposito berjangka (Time Deposit)
- Sertifikat Deposito
- Tabungan

Dana dari Bank Sentral


Dana yang bersumber dari Bank Indonesia adalah dana yang dikucurkan oleh Bank Indonesia
kepada bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dengan jaminan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan.
Kredit Likuiditas BI (KLBI)
- Kredit yang diberikan oleh BI untuk membiayai Kredit bagi program pemerintah, yang
disalurkan melalui Bank Umum.
- Pasal 74 UU BI “…pengalihan KLBI kepada BUMN”
- PBI No. 5/1999 tentang Kredit Likuiditas BI dalam Rangka Kredit Porgram pada masa
peralihan
- PBI No. 24/17/PBI/2022 tentang Pencabutan Peraturan BI Mengenai KLBI terkait kredit
program dan peraturan pelaksananya
Bantuan Likuiditas BI (BLBI)
- Dana yang dikucurkan oleh BI kepada bank- bank yang mengalami Kesulitan dalam
operasionalnya sehari-hari.
- BLBI adalah fasilitas yang diberikan oleh BI kepada Bank untuk menjaga kestabilan
sistem pembayaran dalam sektor Perbankan.
Pinjaman dari Lembaga Keuangan
- Pinjaman antar bank, yaitu dana talangan atau tambahan yang bersumber dari lembaga
keuangan bank
- Pinjaman Dana dari bank yang berada dari luar negeri
- Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dimana pihak bank menerbitkan SBPU dan
kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik pada perusahaan keuangan
maupun perusahaan non-keuangan

PERAN BANK INDONESIA & OJK DALAM PENGATURAN & PENGAWASAN


BANK
DASAR HUKUM BANK INDONESIA
- UU No. 10 Tahun 1998.
- UU No. 23 Tahun 1999 Jo UU No. 3 Tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2009.
- UU No. 21/2011
KEWENANGAN BANK INDONESIA (diatur dlm UUBI)
1. Kewenangan Memberi Izin (Power to licence);
2. Kewenangan untuk Mengatur (Power to regulate);
3. Kewenangan untuk mengendalikan/mengawasi (Power to control);
4. Kewenangan untuk Mengenakan Sanksi.
TUGAS BI BERDASARKAN KEWENANGAN
- Menetapkan peraturan perbankan dan ketentuan-ketentuan perbankan;
- Memberikan dan mencabut izin (atas kelembagaan dan usaha tertentu dari bank);
- Melakukan pengawasan bank (langsung atau tidak langsung, melakukan sendiri atau
miminta pihak lain untuk melakukan.
TUGAS BI
- Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara, sebagian atau seluruh kegiatan
transaksi tertentu.
- Mengatur dan mengembangkan sistem informasi.
- Mengenakan sanksi
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
OJK berfungsi : Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Tugas OJK : Tugas utama OJK yaitu melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap :
- Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Perbankan
- Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal
- Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan
lembaga jasa keuangan lainnya
Hubungan OJK dengan Bank Indonesia
Berdasarkan pasal 39 UU Nomor 21 tahun 2011, OJK dan Bank Indonesia dapat berkoordinasi
dalam pengaturan dan pengawasan Perbankan, misalnya dalam hal kewajiban pemenuhan
modal minimum bank, kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, dan hal lain yang terkait.
BI dan OJK juga dapat bersinergi dalam hal :
- Koordinasi dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan. Hal ini
dimaksudkan agar tercapainya kesamaan persepsi antara BI dan OJK.
- BI dan OJK berkoordinasi dalam tukar menukar informasi Perbankan, sehingga
informasi tersebut dapat menunjang efektivitas pelaksanaan tugas kedua lembaga.
- BI dan OJK akan terus melakukan hubungan timbal balik dalam hal pemeriksaan
Perbankan, sehingga penanganan yang tepat dapat diambil dengan cepat
Perbedaan BI dan OJK
- BI akan berfokus pada menjaga kestabilan nilai rupiah, sedangkan OJK berfokus pada
pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan di Indonesia.
- BI mengatur Perbankan secara makro melalui berbagai peraturan BI, SE (Surat Edaran)
dan Undang-Undang yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kestabilan moneter. OJK akan mengatur Perbankan secara langsung (mikro) melalui
kegiata
- pengawasan, peraturan OJK, SE dan Undang-undang yang berdampak terhadap
Perbankan. Nasabah yang mengalami keluhan terhadap pelayanan terkait industri
keuangan dapat melaporkannya ke OJK, bukan ke BI. Termasuk keluhan terhadap
pelayanan Bank, Leasing, Pasar Modal, hingga Investasi Bodong. Karena salah satu
tugas utama OJK adalah melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
- Per 1 Januari 2018, BI Checking akan dialihkan ke SLIK OJK (Sistem Layanan
Informasi Keuangan) OJK.

LATIHAN:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan?
Jawab:
Sistem Keuangan adalah Suatu kesatuan sistem yang terdiri dari Lembaga-lembaga
keuangan dan kegiatan utamanya di bidang keuangan (moneter)
2. Apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan?
Jawab:
Lembaga Keuangan:
Semua badan yang melakukan kegiatan-kegiatan dibidang keuangan secara langsung
maupun tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas
berharga dan menyalurkannnya ke masyarakat, terutama guna membiayai investasi-
investasi perusahaan (SK Menkeu No. Kep. 729/MK/12/1970, Pasal 1.a)
3. Apa yang dimaksud dengan bank?
Jawab:
Pasal 1 UU Perbankan
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
4. Apa saja yang termasuk lembaga keuangan bukan bank?
Jawab:
Perusahaan Asuransi, Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun
5. Apa yang dimaksud dengan hukum perbankan dan sebutkan sumber-sumber hukum
perbankan?
Jawab:
Hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan. Hukum
Perbankan juga mengatur lembaga keuangan bank yakni semua aspek Perbankan atau
sebagai segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, yang didalamnya mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, dan cara serta proses melaksanakan kegiatan usaha.
6. Mengapa penting memahami hukum perbankan dalam menjalankan aktifitas bank
Jawab:
Agar dapat memahami segala aspek dan proses bank dalam menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat
7. Bagaimana bank menerapkan prinsip kehati-hatian dan prinsip mengenal nasabah
melalui norma-norma yang terdapat dalam undang-undang
Prinsip Mengenal Nasabah:
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) sebagaimana terakhir diubah
dengan PBI No. 5/21/PBI/2003.43 Yang dimaksud dengan Prinsip Mengenal Nasabah
dalam PBI ini adalah “prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas
nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang
mencurigakan.
Dalam PBI tsb dapat dipahami bahwa melalui penerapan prinsip mengenal nasabah
diharapkan bank secara dini dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan,
untuk meminalisir berbagai risiko, seperti risiko operasional (operasional risk), risiko
hukum (legal risk), risiko terkonsentrasinya transaksi (concentration risk), dan risiko
reputasi (reputational risk).

Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) adalah suatu asas atau prinsip yang
menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib
bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang
dipercayakan padanya termasuk dalam penyaluran dana yang berasal dari dana yang
dihimpun tersebut.
Dalam rangka mendukung atau menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan
dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian, bank wajib memiliki
dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam bentuk self regulations dengan
membuat suatu standar operasional prosedur dalam penanganan segala kegiatan
perbankan baik dalam operasional maupun kredit dengan berpedoman pada peraturan
yang ada. Khususnya dalam pemberian kredit kepada nasabah bank harus dapat lebih
hati-hati dan dapat lebih mengenal nasabah dengan cara 5C yakni character, collateral,
capacity, capital dan condition of economic.
Apa dasar hukum pendirian bank umum dan BPR?
Jawab:
• Pasal 16 ayat (1) UU Perbankan
• Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1992 tentang Bank Umum;
• Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 1992 tentang BPR
• PBI No. 2/27/PBI/2000 jo PBI No. 6/22/PBI/2004 ttg Bank Umum
• PBI No.8/26/PBI/2006 ttg Bank Perkreditan Rakyat
• UU OJK & Peraturan Pelaksana (POJK)

8. Bagaimana prosedur pendirian bank umum dan BPR?


Jawab:
Bank Umum
Bank umum hanya dapat didirikan dan menjalankan usaha dengan izin Pimpinan Bank
Indonesia ….. (Pasal 16 UU Perbankan)
• Syarat Pendirian:
a. Bentuk hukum Bank Umum & BPR menurut uu;
b. Kepemilikan Bank Umum & BPR menurut uu;
c. Modal disetor untuk mendirikan Bank Umum ditetapkan sekurang-
kurangnya sebesar Rp 3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah);
d. Modal BPR Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) – Modal disetor
bagi Bank yang berbentuk badan hukum Koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undangundang
tentang Perkoperasian;
e. Modal disetor yang berasal dari Warga Negara Asing dan/atau badan hukum
asing, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka (2) huruf b setinggi-
tingginya sebesar 99 % (Sembilan puluh sembilah persen) dari modal disetor
bank

BPR
• Syarat Umum:
a. BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia;
b. Bentuk badan hukum sesuai dengan aturan uu;
c. BPR hanya dapat didirikan oleh: Warga Negara Indonesia yang seluruh
kepemilikannya oleh Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia yang
seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara Indonesia, Pemerintah Daerah;
atau Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf;

9. Jelaskan tahapan pendirian bank umum dan BPR?


Jawab:
Tahapan Pendirian Bank:
• Pengurusan Izin Prinsip/ Izin Persetujuan
Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan
sekurangkurangnya oleh seorang calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia
dengan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan:
a. Rancangan AD;
b. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
c. Rancangan susunan organisasi;
d. Rencana kerja;
e. Bukti penyetoran sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal disetor;

- Pengurusan Izin Usaha


Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan kepada Menteri Keuangan (direksi
Bank Indonesia) dengan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan:
1. AD yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
2. Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan komisaris;
3. Susunan organisasi, sistem dan prosedur kerja;
4. Bukti pelunasan seluruh modal disetor;

10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Izin Prinsip dan Izin Usaha?
Jawab:
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1992
Pemberian izin usaha Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
dilakukan dalam 2 tahap :
a. persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian
Bank Umum;
b. izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah persiapan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a selesai dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai