Beberapa waktu lalu terdapat kasus tentang pelanggaran Hak Cipta yang
dilakukan oleh Mall Grand Indonesia karena memakai sketsa tugu selamat datang
dijadikan logo tanpa izin pemegang Hak Cipta, yaitu ahli waris Henk Ngantung.
Gugatan pelanggaran hak cipta itu diajukan oleh ahli waris Henk Ngantung, yaitu
Sena Maya Ngantung, Geniati Heneve Ngantung, Kamang Solana, dan Christie
Priscilla Ngantung pada tanggal 30 Juni 2020. Gugatan itu terdaftar dengan nomor
perkara 35/Pdt.Sus-HKI/ Hak Cipta/2020/PN Jkt.Pst.
Henk Ngantung membuat sketsa tugu sepasang pria dan wanita yang sedang
melambaikan tangan pada 1962. Sketsa itu direalisasikan dalam bentuk patung di
Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan diberi nama Tugu Selamat Datang. Sedangkan,
mal Grand Indonesia baru didirikan dan dibuka di dekat Bundaran HI pada 2007 lalu.
Grand Indonesia kemudian menggunakan sketsa Tugu Selamat Datang sebagai logo
mal itu.
b. Undang-undang yang ada dan digunakan dalam kasus tersebut.
Sketsa tersebut dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, lebih tepatnya pada Pasal 40 ayat (1) huruf f yang berbunyi “karya seni
rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung, atau kolase”
Selain itu, sketsa yang digunakan oleh pihak Grand Indonesia sudah memiliki
Sertifikat Hak Cipta nomor 46190 dari Kementrian Hukum dan HAM.
Perlindungan hak cipta seperti yang dikutip dari Pasal 58 huruf f UU Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dinyatakan perlindungan hak cipta atas Ciptaan
berupa karya seni rupa dalam dalam segala bentuk, seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase berlaku selama hidup pencipta dan terus
berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Serta bahwa putusan pengadilan sudah tepat karena pihak Grand Indonesia
terbukti melanggar hak ekonomi ahli waris Henk Ngantung karena memakai logo
‘Tugu Selamat Datang’ tanpa izin.