Anda di halaman 1dari 4

Hukum Benda

a. Latar belakang kasus


Hak Cipta merupakan salah satu jenis dari Hak Kekayaan Intelektual. Menurut
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, “Hak Cipta
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Mengenai hak cipta, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang


Hak Cipta (UU Hak Cipta) menyatakan bahwa hak cipta dianggap sebagai benda
bergerak. Dengan demikian melihat pada serta pengaturan dalam UU Hak Cipta,
menjadi jelas bahwa hak cipta merupakan benda bergerak, yaitu benda bergerak
karena penetapan undang-undang. [ CITATION Pro \l 1033 ]

Beberapa waktu lalu terdapat kasus tentang pelanggaran Hak Cipta yang
dilakukan oleh Mall Grand Indonesia karena memakai sketsa tugu selamat datang
dijadikan logo tanpa izin pemegang Hak Cipta, yaitu ahli waris Henk Ngantung.

Gugatan pelanggaran hak cipta itu diajukan oleh ahli waris Henk Ngantung, yaitu
Sena Maya Ngantung, Geniati Heneve Ngantung, Kamang Solana, dan Christie
Priscilla Ngantung pada tanggal 30 Juni 2020. Gugatan itu terdaftar dengan nomor
perkara 35/Pdt.Sus-HKI/ Hak Cipta/2020/PN Jkt.Pst.

Henk Ngantung membuat sketsa tugu sepasang pria dan wanita yang sedang
melambaikan tangan pada 1962. Sketsa itu direalisasikan dalam bentuk patung di
Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan diberi nama Tugu Selamat Datang. Sedangkan,
mal Grand Indonesia baru didirikan dan dibuka di dekat Bundaran HI pada 2007 lalu.
Grand Indonesia kemudian menggunakan sketsa Tugu Selamat Datang sebagai logo
mal itu.
b. Undang-undang yang ada dan digunakan dalam kasus tersebut.
Sketsa tersebut dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, lebih tepatnya pada Pasal 40 ayat (1) huruf f yang berbunyi “karya seni
rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung, atau kolase”

Selain itu, sketsa yang digunakan oleh pihak Grand Indonesia sudah memiliki
Sertifikat Hak Cipta nomor 46190 dari Kementrian Hukum dan HAM.

Perlindungan hak cipta seperti yang dikutip dari Pasal 58 huruf f UU Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dinyatakan perlindungan hak cipta atas Ciptaan
berupa karya seni rupa dalam dalam segala bentuk, seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase berlaku selama hidup pencipta dan terus
berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Atas perkara nomor 35/Pdt.Sus-HKI/Hak Cipta/2020/PN Jkt.Pst itu, Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat memutuskan bahwa Grand Indonesia harus membayar denda
sebesar Rp1 miliar kepada ahli waris Henk Ngantung dan wajib mengganti logo Tugu
Selamat Datang tersebut.

c. Analisa kelompok berdasarkan sudut pandang kelompok


Sketsa merupakan karya seni yang dilindungi oleh undang-undang hak cipta.
Pihak Grand Indonesia terbukti melakukan pelanggaran hak ekonomi penggugat
selaku pemegang hak cipta atas sketsa tersebut.

Walaupun sebaiknya penggugat terlebih dahulu mengajukan gugatan


pembatalan atas merek-merek milik tergugat lalu jika tergugat masih
menggunakan milik penggugat baru menuntut tergugat atas pelanggaran Hak
Cipta milik penggugat, sang penggugat tetap melakukan hal yang benar dan
mempunyai hak untuk melakukan tersebut.
Dinyatakan dalam kasus tersebut bahwa pembuat sketsa sudah meninggal
dunia dan yang menuntut adalah ahli waris. Ini tidak menjadi masalah karena hak
tersebut mengikuti diri pencipta atau ahli warisnya. Mengingat sifat dari hak
cipta dapat beralih melalui perwarisan. Sehingga ahli warisnya pun memiliki
wewenang atas karya tersebut dan berhak menuntut jika ada pihak yang
menggunakan karya ciptanya tanpa izin.

Indonesia termasuk dalam negara yang mendukung adanya kepastian hukum


dan perlindungan terhadap hak eksklusif tersebut agar tidak disalahgunakan
demi keuntungan seseorang. Sehingga, pihak Grand Indonesia memang sudah
sewajibnya menaati peraturan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

d. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan kasus ini bahwa sketsa karya milik Henk Ngantung adalah salah
satu karya hak cipta yang masuk dalam karya seni yang dilindung oleh undang-
undang hak cipta. Hak cipta dianggap sebagai benda. Dalam UU Hak Cipta,
menjadi jelas bahwa hak cipta merupakan benda bergerak, yaitu benda bergerak
karena penetapan undang-undang.

Serta bahwa putusan pengadilan sudah tepat karena pihak Grand Indonesia
terbukti melanggar hak ekonomi ahli waris Henk Ngantung karena memakai logo
‘Tugu Selamat Datang’ tanpa izin.

Saran kami bagi para pencipta suatu ciptaan sebaiknya mendaftarkan


ciptaannya agar dapat mencegah pihak lain menggunakan tanpa izin. Kami juga
menyarankan untuk memastikan sebelum menggunakan suatu logo untuk
kepentingan dengan mengecek terlebih dahulu agar tidak terjadi lagi kasus
seperti ini.
Bibliography
Amrikasari S.S., S.H., M.H. , R. (2014, Agustus 28). Hak Cipta sebagai Benda Bergerak.
Retrieved from hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5835/hak-cipta-sebagai-benda-
bergerak/
Prof. Subekti, S. (n.d.). Pokok-Pokok Hukum Perdata . In S. Prof. Subekti, Pokok-Pokok
Hukum Perdata (pp. 61-62).
Saputra , A. (2021, Januari 20). 10 Alasan Hakim Denda Mal GI Rp 1 M karena Pakai Logo
'Tugu Selamat Datang'. Retrieved from detikNews :
https://news.detik.com/berita/d-5341686/10-alasan-hakim-denda-mal-gi-rp-1-m-
karena-pakai-logo-tugu-selamat-datang
Ambadar, S.H., LL.M. , A., & Ganulu, S.H., S. (2021, Januari 29). Pelanggaran Hak Cipta oleh
Mal Grand Indonesia dan Apa yang Seharusnya Kita Pelajari dari Hal Tersebut.
Retrieved from ambadar.co.id: https://ambadar.co.id/copyright/pelanggaran-hak-
cipta-oleh-mal-grand-indonesia-dan-apa-yang-seharusnya-kita-pelajari-dari-hal-
tersebut/

Anda mungkin juga menyukai