Anda di halaman 1dari 97

SILABUS

HUKUM SURAT SURAT BERHARGA

Disusun oleh:
Nama: Muhammad Haswad
Nim: 170711257
1. PENDAHULUAN
1. Latar belakang surat berharga
Latar Belakang Penerbitan Surat BerhargaTerbitnya surat berharga
dilatarbelakangi oleh transaksi misalnya antara penjual danpembeli yang telah
mengadakan kesepakatan bahwa dalam melaksanakanpembayaran akan dibayar
tidak secara tunai, melainkan dengan menerbitkan suratberharga. Jadi surat
berharga yang diterbitkan oleh pembeli sebagai penerbit itu,mempunyai nilai
atau harga sebesar yang diperjanjikan dalam transaksi yang telahmereka adakan
sebelumnya.Timbulnya kewajiban membayar dengan menerbitkan surat berharga
karena adanyaperjanjian terlebih dahulu di antara para pihak, yang mana
perjanjian tersebut disebut„perikatan dasar . Tanpa adanya perikatan dasar tidak
mungkin diterbitkan surat‟berharga.

2. Sejarah lahirnya surat berharga


Berdasarkan fakta sejarah yang menyatakan, bahwa KUHP dan KUHD
diberlakukan di Indonesia melalui asas .konkordasi dari burgerlijk weetbook dan
weetbook van koophandel yang merupakan kitab hukum milik Belanda,. Demikian
halnya dengan kitab kodifikasi hukum yang dimiliki oleh Belanda, yang kemudian
diberlakukan di Indonesia juga diberlakukan dengan asas konkordansi Code Civil
dan Code de Comerrce Perancis. Oleh karena itu, isi dan bentuknya hampir sama.
Adapun mengenai sejarah pengaturan surat berharga ini, dikenal tiga
macam sistem pengaturan yang berlainan satu sama lain, yaitu:

1. Pengaturan Menurut sistem Perancis


Berdasarkan pendapat para sarjana hukum perancis seperti Pothier dan Domat
(pendapat mereka merupakan dasar dari penyusunan Code de Commerce
Perancis 1807). Menurut pendapat para sarjana hukum tersebut sebagaimana
dikutip oleh Abdulkadir Muhammad adalah sebagai berikut[9]:
“Perjanjian wesel itu adalah perjanjian penukaran uang (contract de change). Jika
A memberikan uang kepada B di suatu tempat, maka B akan membayar uang
tersebut kepada A di tempat lain. Pembayaran oleh B dilakukan dengan
menerbitkan sepucuk surat wesel. Surat wesel itu berlaku sebagai bukti dari
perjanjian penukaran uang tadi. Jadi dalam surat wesel selalu ada klausula valuta
(sebagai dasar perjanjian penukaran uang). Dalam contoh tadi B bertindak
sebagai penerbit, sedangkan A bertindak sebagai pemegang pertama. Karena
surat wesel berfungsi sebagai alat bukti penukaran uang, maka A sebagai
pemegang pertama dapat memindahtangankan surat tersebut kepada orang lain,
dengan uang pula.
Konsekuensi dari pendapat ini adalah apabila terdapat cacat dalam surat wesel
tersebut, maka pemegang surat wesel tidak dapat menjadikannya sebagai alat
bukti bagi penarikan sejumlah uang. Sistem ini kemudian dianut di Negara
Perancis, Belanda, Indonesia, Belgia, Spanyol, Rumania, dan Negara-negara
Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Berdasar penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut sistem Perancis
pengaturan mengenai surat berharga ini di awali dengan adanya pengaturan surat
wesel sebagai pendapat dua sarjana di atas yang kemudian diadopsi dalam Code
de Commerce.

2. Pengaturan Menurut Sistem Jerman


Pengaturan menurut sisten Jerman ini didasarkan pada pendapat sarjana Jerman,
seperti Einert dan Thol. Pendapat mereka ini dijadikan dasar dari pembentukan
“Algemenie Deutsche Wechselordnung” yaitu undang-undang tentang surat
wesel tahun 1848. Ajaran mereka ini menyatakan bahwa, perjanjian surat wesel
ini terlepas dari perjanjian dasarnya, artinya dengan adanyan surat wesel ini para
pihak telah melepaskan dari perjanjian dasarnya. Ajaran ini dikenal dengan “
ajaran abstraksi”.[10]
3. Pengaturan Menurut Sistem Inggris
Pengaturan menurut sistem Inggris ini dapat diketahui dari undang-undang yang
bernama “ Bill of Exchange Act.1882” yang sebelumnya merupakan rancangan
undang-undang yang disusun oleh Sir Machenzie D. Chaimers. Undang-undang ini
kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat dalam “Negoitable Instruments law
1897”.[11]
Sistem ini merupakan jalan tengah antara sistem Peracis dan Jerman, sistem ini
menolak ajaran abstraksi pada sistem Jerman, dan memperhatikan perikatan
dasar yang melatatbelakangi penerbitan surat wesel, serta memberikan
perlindungan kepada pemegang surat wesel yang jujur, walaupun dalam surat
wesel terdapat cacat. Sistem ini dianut oleh negara-negara yang pada umumnya
berbahasa Inggris seperti Amerika Serikat dan Irlandia.

3. Surat berharga dan perjanjian


Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya
sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak pihak yang memegang surat tersebut,
baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, Perseroan Terbatas, saham,
obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal ataupun pasar uang.

Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dalam surat
berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.

Fungsi Surat Berharga


Alat pembayaran (contoh: cek, bilyet giro, dan wesel bayar)
Surat bukti investasi, yang di bagi lagi dalam: (i) investasi yang berbentuk utang
(contoh: promes dan obligasi) (ii) investasi yang bersifat ekuitas (contoh : surat
saham)
Surat bukti hak tagih
Cara peralihan surat berharga

Berdasarkan jenisnya, surat berharga memiliki cara peralihan yang berbeda yaitu:

Bagi surat berharga An Order maka pemindahtanganannya hanya bisa dilakukan


oleh siapa saja yang memegangnya
bagi surat berharga AN to order, maka peralihannya dilakukan cukup dengan
menyerahkan fisik surat berharga saja.
Jenis Surat Berharga Dalam KUHD
Terdapat beberapa jenis surat berharga yang dapat diperjualbelikan atau
dipindahtangankan menurut KUHD

Ketentuan ketentuan mengenai surat berharga di atur dalam Buku I titel 6 dan
titel 7 KUHD yang berisi tentang

wesel
Surat sanggup, cek
Kwitansi – kwitansi
Saham
konosemen/Bill of Lading
Delivery order (DO)
Surat Wesel
Wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, diberikan
tanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si penerbit memberi
perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayar – membayar
sejumlah Uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau
penggantinya di suatu tempat tertentu.

Wesel adalah surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitnya,


yang merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik untuk membayar kepada
pihak pemegang atau ditunjuk oleh pemegang tersebut.

Surat sanggup/Promes (Promissory Notes)


Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata “aksep” atau promes
dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada
orang yang disebut dalam surat berharga itu atau penggantinya atau
pembawanya pada hari bayar.

Cek
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana
penerbitannya memerintahkan kepada Bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya
pada saat ditunjukkan.

Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening
giro (current account), kepada tertarik, dalam hal ini Bank, untuk membayar
tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat ditunjukkan, yang
berfungsi sebagai alat pembayaran tunai.
Kwitansi kwitansi dan promes atas Tunjuk
Kwitansi atas tunjuk yang dimaksud oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh
Emy pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penandatanganannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran yang
ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas unjuk) pada waktu diperlihatkan.

Dalam kwitansi atas unjuk tersebut tidak diisyaratkan tentang selalu adanya
klausula atas unjuk.

Saham
Saham dapat didefenisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas . Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham .

Konosemen/ Bill of Lading


Berdasarkan pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal yang
dibuat oleh pangangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), yang menerangkan
bahwa ia telah menerima barang barang (dari pengirim) untuk diangkut orang
tertentu (penerima), surat nama di dalamnya juga menerangkan mengenai syarat
syarat penyerahan barang dimaksud.

Pihak pihak yang terlibat dalam konosemen.


Penerbit, dalam ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nakhoda kapal.
Pihak penerima atau penggantinya.
Penerima yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Orang yang namanya di tunjuk dalam konosemen.


Kepada orang penggantinya pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh
pengirim (kepada pengganti).
Kepada orang penggantinya pihak ketiga atau kepada orang yang ditunjuk oleh
pihak ketiga (kepada pengganti).
Kepada orang yang namanya disebut dalam konosemen atau pembawa (kepada
pembawa).
Kepada orang yang membawa surat konosement itu(kepada pembawa).

Delivery Order
Pasal 510 KUHD menentukan bahwa pemegang yang sah berhak menuntut
penyerahan barang di tempat tujuan sesuai dengan isi konosemennya, kecuali
bila ia menjadi pemegang tidak sah menurut hukum.

Surat surat yang oleh pemegang konosemen dikeluarkan kepada pihak ketiga,
dengan maksud agar dengan itu diterima bagian dari barang barang yang
tersebut dalam konosemennya, tidak memberikan hak tersendiri kepada para
pemegangnya atas penyerahan terhadap pengangkut.
Surat Berharga di Luar KUHD
Ada beberapa jenis surat berharga yang dikenal dan diatur dalam KUHD, yaitu:
Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah tak bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan
bentuknya kepada bank penyimpanan dan untuk memindahkan sejumlah dana
dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan
namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya.

Dengan demikian, pembayaran dana Bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan
uang tunai dan tidak dapat dipindahkan melalui endosemen.

Bilyet giro adalah surat perintah tanpa syarat dari penerbitnya untuk
memindahbukukan sejumlah uang yang ada pada bank dimana penerbit memiliki
rekening giro dan dana dalam jumlah yang cukup kerekening milik pihak yang
namanya tersebut dalam bilyet giro tersebut

Pihak pihak dalam bilyet giro

Penarik
Bank penyimpan dana/tertarik
Bank penerima
Pemegang
Kedudukan giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah lat
pembayaran tunai sedangkan bilyet giro adalah merupakan alat pembayaran yang
sifatnya giral, dengan cara memindahbukukan sejumlah dana dari si penerbit.
Kelemahan bilyet giro adalah yang bisa menerima hanya orang tertentu saja
dengan alasan si penerima harus mempunyai rekening di bank tempat
pemindahbukuan.

Syarat formal giro adalah sebagai berikut:

Bilyet giro menyebut istilah Bilyet giro ditambah dengan nomor seri yang
mempunyai nominal yang terdiri dari angka dan huruf.
Bilyet giro memuat perintah tanpa syarat pemindahbukuan.
Bilyet giro harus mencantumkan siapa penerima beserta alamat (dalam bilyet giro
P1 sekaligus merupakan pemegang terakhir).
Harus disebutkan berapa jumlah dana.
Harus mencantumkan tanda tangan seorang penarik (penerbit dan cap kalu
sebuah perusahaan berbadan hukum).
Harus menyebutkan dimana dan kapan penarikan (penerbit). Hal ini dimaksudkan
untuk menentukan hukuum mana yang berlaku, dan tanggal untuk masalah
daluwarsa dan masalah kecakapan hukum.
Harus mencantumkan tanggal efektif berlakunya, dan tanggal efektif hari
bayar/hari pemindahbukuan.
Harus dapat menyebutkan bank penerima (kalau ada), dalam peraktik perlu
dilakukan.
Dari sembilan syarat diatas dapat disimpulkan bahwa bilyet giro adalah sebagai
surat perintah nasabah yang sudah distandarisasikan bentuknya kepada bank
penyimpan dana/tertarik (tersangkut) untuk memindahbukukan sejumlah dana
dari rekening yang bersangkutan (penerbit) kepada penerima (pemegang) yang
disebutkan namanya kepada bank yang sama/bank yang berbeda.

Beberapa alasan orang menggunakan bilyet giro


Karena bebas biaya materai.
Karena lebih aman, karena kalau tercecer tidak bisa diuangkan karena surat
tersebut jadi berharga jika namanya tercantum.
Karena orang tidak mungki mengajukan sebelum tanggal efektif.
Bila menggunakan bilyet giroorang merasa sudah sampai kepada sasaran, karena
bilyet giro tidak mungkin dipindahtangankan.
Bilyet giro dapat dibatalkan sebelum tanggal efektif.
Tanggal dan batas waktu berlaku dalam bilyet giro.

Bilyet giro memiliki batas waktu atau tidak berlaku selama – lamanya. Oleh sebab
itu, pada bilyet giro terdapat hal hal sebagai berikut:

Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal bilyet giro) adalah tanggal mulai
berlakuknya tenggang wakut penarikan. Apabila tidak ditulis dalam bilyet giro
maka tanggal penerbitan sama dengan tanggal efektif.
Tenggang waktu penarikan selama – lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan.
Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu
penarikan.
Pihak pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan bilyet giro adalah
sama dengan pihak pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek.

Travel cheque
Travel cheque atau cek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh
sebuah bank, yang mengandung nilai, di mana bank penerbit sanggup membayar
sejumlah uang sebesar nilai nominal kepada orang yang tanda tangannya tertera
di cek perjalanan itu.

Apabila diterliti fungsinya dan peran cek perjalanan adalah sebagai berikut:

Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membayar uang tunai
dalam jumlah yang banyak.
Orang tersebut akan merasa aman dari resiko perampokan dan kehilangan uang
Syarat syarat formal yang biasanya terdapat dalam suatu cek perjalanan, adalah
sebagai berikut:

Nama travel cheque secara tersendiri.


Nilai nominal dari travel cheque.
Nama bank yang mengeluarkan.
Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.
Tanda tangan orang yang bepergian pada waktu pembelian TC tanda tangan pada
waktu penguangan cek perjalanan.
Perintah membayar tanpa syarat.
Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.
Tanda tangan dari bank penerbit.

Credit card/Kartu kredit


Salah satu produk surat berharga yang populer saat ini adalah credit card. Credit
card atau kartu kredit kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer yaitu bank atau
lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uang tunai.
Miscelleaneous Charger Order disingkat MCO
MCO adalah salah satu dokumen yang dikeluarkan oleh masing masing meskapai
penerbangan yang beroperasi secara internasional, sebagai alat perintah
membayar, untuk mengisi kembali ticket, balance pembayaran, dan lain lain.

Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah untuk penukaran, pemberian service


kepada orang yang memanfaatkan pesawat udara dan merupakan pengamanan
keuangan orang perorangan/group yang menggunakan fasilitas angkutan udara
itu

Letter of Credit
Letter of Credit adalah sebagai suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas
permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir diluar negeri yang menjadi
relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu menarik
wesel-wesel atas importir yang bersangkutan.

Pengertian lain yang lebih luas adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan oleh
bank untuk merpertaruhkan credit (tingkat kepercayaan) akan dirinya yang telah
cukup dikenal baik, sebagai pengganti credit terhadap importir tersebut, yang
mungkin baik juga tetapi tidak begitu dikenal.

Sertifikat Deposito atau Cod


Berdasarkan Undang undang perbankan deposito adalah deposito berjangka yang
bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Sedangkan menurut Black Law
Dictionary yaitu: pengakuan tertulis dari bank kepada penyimpan, atau
penggantinya.
Sertifikat Bank Indonesia
SBI adalah sertifikat yang diterbitkan BI dengan sistem true discount yang dibeli
melalui lelang (primary market) atau melalui pasar uang (secendary market)

Ciri ciri SBI sebagai berikut:

Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan (saat ini hanya ada 28 hari dan 88 hari)
Jumlah awal adalah senilai 1 meliar dan selanjutnya, apabila penambahan,
sebesar kelipatan 50 juta
Pihak pihak yang terlibat

Penerbit yaitu, BI sebagai debitur


Pembeli, atau pemegang adalah investor atau kreditur yang membeli SBI
Mediator adalah bank bank yang melakukan pembelian untuk nasabahnya
Beberapa istilah yang di jumpai berkaitan dengan SBI

Bilyet depo simpanan adalah bukti kepemilikan atas SBI, yang diterbitkan BI.
Net proceed, adalah harga beli atau harga jual atas SBI, baik pada primary atau
secondary market.
Sertifikat Reksadana
Sertifikat reksadana atau juga lazim disebut unit penyertaan yang ditunjuk atas
unjuk, adalah bukti yang menjelaskan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan
oleh perusahaan reksadana untuk kemudian akan dikelola dalam bentuk
pembelian surat berharga seperti saham, obligasi, atau simpanan dalam bentuk
deposito berjangka.

Lazimnya, setiap 6 bulan selama jangka waktu pengelolaan dana, investor atau
pemodal akan memperoleh deviden, atau capital gain.

Comercial Paper (CP)


Adalah bahwa CP merupakan negoitable instrument untuk pembayaran uang,
seperti cek, wesel, promissory notes. Selanjutnya dijelaskan dalam CP adalah
short term unsecured promissory notes, yang lazim diterbitkan oleh large, wel-
know corperation dan finance companies

Dalam praktik, sebagai surat utang jangka pendek, CP sama dengan promissory
notes, namun pada umumnya diterbitkan oleh perusahaan perusahaan yang
lembaga non bank.

Pihak pihak yang terlibat dalam transaksi menggunakan CP adalah

Penerbit (issuer, penandatanganan, debtor) adalah debitur.


Pemegang (kreditur, holder, investor), adalah kreditur.
Endosant (indorser) adalah pemegang yang mengalihkan hak tagihnya kepada
pemegang lainnya dengan cara endosemen.
Avalist (guarantor) adalah penjamin dari penerbit.
Obligasi (Bonds)
Obligasi didefinisikan sebagai :

Suatu sertifikat surat bukti hutang, yang mana perusahaan penerbit atau badan
pemerintah berjanji untuk membayar sejumlah bunga untuk satu jangka waktu
panjang tertentu kepada pemegang.
Instrumen utang jangka panjang yang berisikan janji untuk membayar kepada
kreditur sejumlah bunga secara periodik dan membayar utang pokok pada saat
jatuh tempo.
Flooating Rate Note (FRN)/Medium Term Note (MTN)
Pada dasarnya FRN dan MTN merupakan obligasi dengan jangka waktu
menengah. FRN adalah notes dengan bunga floated, yang lazim diterbitkan dan
dipasarkan di luar negari, sedangkan atas MTN berlaku tingkat suku bunga fixed
yang lazim dipasarkan di Indonesia.

Warrant
Warrant, atau stocks warrant dalam Black’s Law Dictionary didefinisikan sebagai
sertifikat yang membuktikan kepemilikan hak untuk membeli saham dalam
jumlah, waktu, dan pada harga tertentu.

Pihak pihak yang terlibat dalam warrant

Penerbit (emiten) adalah PT yang menerbitkan warrant


Pemegang warrant
A. PERJANJIAN PADA UMUMNYA
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing
pihak. Perjanjian adalah sumber perikatan.
A.1. Azas-azas Hukum Perjanjian
Ada beberapa azas yang dapat ditemukan dalam Hukum Perjanjian, namun ada
dua diantaranya yang merupakan azas terpenting dan karenanya perlu untuk
diketahui, yaitu:
1. Azas Konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang
timbul telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak
dalam perjanjian tidak menentukan lain. Azas ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian.
1. Azas Kebebasan Berkontrak, yaitu bahwa para pihak dalam suatu
perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari perjanjian sepanjang
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan.
Azas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
A.2. Syarat Sahnya Perjanjian
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata disebutkan, untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, artinya bahwa para pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat atau setuju mengenai
perjanjian yang akan diadakan tersebut, tanpa adanya paksaan, kekhilafan
dan penipuan.
1. Kecakapan, yaitu bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian harus
cakap menurut hukum, serta berhak dan berwenang melakukan perjanjian.
Mengenai kecakapan Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap orang
cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang dinyatakan
tidak cakap. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap
untuk membuat suatu perjanjian yakni:
– Orang yang belum dewasa.
Mengenai kedewasaan Undang-undang menentukan sebagai berikut:
(i) Menurut Pasal 330 KUH Perdata: Kecakapan diukur bila para pihak yang
membuat perjanjian telah berumur 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi
sudah menikah dan sehat pikirannya.
(ii) Menurut Pasal 7 Undang-undang No.1 tahun 1974 tertanggal 2 Januari
1974 tentang Undang-Undang Perkawinan (“Undang-undang Perkawinan”):
Kecakapan bagi pria adalah bila telah mencapai umur 19 tahun, sedangkan bagi
wanita apabila telah mencapai umur 16 tahun.
– Mereka yang berada di bawah pengampuan.
– Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang
(dengan berlakunya Undang-Undang Perkawinan, ketentuan ini sudah tidak
berlaku lagi).
– Semua orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
1. Mengenai suatu hal tertentu, hal ini maksudnya adalah bahwa perjanjian
tersebut harus mengenai suatu obyek tertentu.
1. Suatu sebab yang halal, yaitu isi dan tujuan suatu perjanjian haruslah
berdasarkan hal-hal yang tidak bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban
Syarat No.1 dan No.2 disebut dengan Syarat Subyektif, karena mengenai orang-
orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat No.3
dan No.4 disebut Syarat Obyektif, karena mengenai obyek dari suatu perjanjian.
Apabila syarat subyektif tidak dapat terpenuhi, maka salah satu pihak mempunyai
hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta
pembatalan itu, adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan
sepakatnya (perizinannya) secara tidak bebas.
Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu akan terus mengikat kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan
pihak yang berhak meminta pembatalan tersebut.
Sedangkan apabila syarat obyektif yang tidak terpenuhi, maka perjanjian itu akan
batal demi hukum. Artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian
dan tidak pernah ada suatu perikatan.
A.3. Kelalaian/Wanprestasi
Kelalaian atau Wanprestasi adalah apabila salah satu pihak yang mengadakan
perjanjian, tidak melakukan apa yang diperjanjikan.
Kelalaian/Wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dapat berupa empat
macam, yaitu:
1. Tidak melaksanakan isi perjanjian.
2. Melaksanakan isi perjanjian, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Terlambat melaksanakan isi perjanjian.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
A.4. Hapusnya Perjanjian
Hapusnya suatu perjanjian yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Pembayaran
Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian secara
sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata dimungkinkan menggantikan hak-
hak seorang kreditur/berpiutang. Menggantikan hak-hak seorang
kreditur/berpiutang dinamakan subrogatie. Mengenai subrogatie diatur dalam
pasal 1400 sampai dengan 1403 KUH Perdata. Subrogatie dapat terjadi karena
pasal 1401 KUH Perdata dan karena Undang-undang (Pasal 1402 KUH Perdata).
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan uang
atau barang pada Panitera Pengadilan Negeri
Adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang
(kreditur) menolak pembayaran utang dari debitur, setelah kreditur menolak
pembayaran, debitur dapat memohon kepada Pengadilan Negeri untuk
mengesahkan penawaran pembayaran itu yang diikuti dengan penyerahan uang
atau barang sebagai tanda pelunasan atas utang debitur kepada Panitera
Pengadilan Negeri.
Setelah penawaran pembayaran itu disahkan oleh Pengadilan Negeri, maka
barang atau uang yang akan dibayarkan itu, disimpan atau dititipkan kepada
Panitera Pengadilan Negeri, dengan demikian hapuslah utang piutang itu.
c. Pembaharuan utang atau novasi
Adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menggantikan suatu perjanjian
lama. Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam cara melaksanakan suatu
pembaharuan utang atau novasi, yaitu yang diganti debitur, krediturnya
(subyeknya) atau obyek dari perjanjian itu.
d. Perjumpaan utang atau Kompensasi
Adalah suatu cara penghapusan/pelunasan utang dengan jalan memperjumpakan
atau memperhitungkan utang piutang secara timbal-balik antara kreditur dan
debitur. Jika debitur mempunyai suatu piutang pada kreditur, sehingga antara
debitur dan kreditur itu sama-sama berhak untuk menagih piutang satu dengan
lainnya.
Menurut pasal 1429 KUH Perdata, perjumpaan utang ini dapat terjadi dengan
tidak membedakan darimana sumber utang-piutang antara kedua belah pihak itu
telah terjadi, kecuali:
(i) Apabila penghapusan/pelunasan itu dilakukan dengan cara yang
berlawanan dengan hukum.
(ii) Apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau
dipinjamkan.
(iii) Terdapat sesuatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah
dinyatakan tak dapat disita (alimentasi).
e. Percampuran utang
Adalah apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang
berutang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum
suatu percampuran utang dengan mana utang-piutang itu dihapuskan, misalnya:
debitur menikah dengan krediturnya, atau debitur ditunjuk sebagai ahli waris
tunggal oleh krediturnya.
f. Pembebasan utang
Menurut pasal 1439 KUH Perdata, Pembebasan utang adalah suatu perjanjian
yang berisi kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari segala
kewajibannya.
g. Musnahnya barang yang terutang
Adalah jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak lagi dapat
diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, jika barang tadi musnah atau hilang di
luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.
h. Batal/Pembatalan
Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas perjanjian yang telah
dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, dapat dimintakan
pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu pihak yang melakukan perjanjian
itu tidak memenuhi syarat subyektif yang tercantum pada syarat sahnya
perjanjian.
Menurut Prof. Subekti permintaan pembatalan perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(i) Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian tersebut di depan hakim;
(ii) Secara pembelaan maksudnya adalah menunggu sampai digugat di depan
hakim untuk memenuhi perjanjian dan baru mengajukan kekurangan dari
perjanjian itu.
i. Berlakunya suatu syarat batal
Menurut pasal 1265 KUH Perdata, syarat batal adalah suatu syarat yang apabila
terpenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada
keadaan semula seolah-olah tidak penah terjadi perjanjian.
j. Lewat waktu
Menurut pasal 1946 KUH Perdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu
upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang.
Dalam pasal 1967 KUH Perdata disebutkan bahwa segala tuntutan hukum, baik
yang bersifat kebendaan, maupun yang bersifat perseorangan hapus karena
daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun. Dengan lewatnya waktu
tersebut, maka perjanjian yang telah dibuat tersebut menjadi hapus.
B. STRUKTUR PERJANJIAN
Struktur atau kerangka dari suatu perjanjian, pada umumnya terdiri dari:
1. Judul/Kepala
2. Komparisi yaitu berisi keterangan-keterangan mengenai para pihak atau
atas permintaan siapa perjanjian itu dibuat.
3. Keterangan pendahuluan dan uraian singkat mengenai maksud dari para
pihak atau yang lazim dinamakan “premisse”.
4. Isi/Batang Tubuh perjanjian itu sendiri, berupa syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan dari perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
5. Penutup dari Perjanjian.
C. BENTUK PERJANJIAN
Perjanjian dapat berbentuk:
 Lisan
 Tulisan, dibagi 2 (dua), yaitu:
– Di bawah tangan/onderhands
– Otentik
C.1. Pengertian Akta
Akta adalah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan
bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani pihak yang membuatnya.
Berdasarkan ketentuan pasal 1867 KUH Perdata suatu akta dibagi menjadi 2
(dua), antara lain:
a. Akta Di bawah Tangan (Onderhands)
b. Akta Resmi (Otentik).
Akta Di bawah Tangan
Adalah akta yang dibuat tidak di hadapan pejabat yang berwenang atau Notaris.
Akta ini yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yang
membuatnya. Apabila suatu akta di bawah tangan tidak disangkal oleh Para
Pihak, maka berarti mereka mengakui dan tidak menyangkal kebenaran apa yang
tertulis pada akta di bawah tangan tersebut, sehingga sesuai pasal 1857 KUH
Perdata akta di bawah tangan tersebut memperoleh kekuatan pembuktian yang
sama dengan suatu Akta Otentik.
Perjanjian di bawah tangan terdiri dari:
(i) Akta di bawah tangan biasa
(ii) Akta Waarmerken, adalah suatu akta di bawah tangan yang dibuat dan
ditandatangani oleh para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena
hanya didaftarkan, maka Notaris tidak bertanggungjawab terhadap materi/isi
maupun tanda tangan para pihak dalam dokumen yang dibuat oleh para pihak.
(iii) Akta Legalisasi, adalah suatu akta di bawah tangan yang dibuat oleh para
pihak namun penandatanganannya disaksikan oleh atau di hadapan Notaris,
namun Notaris tidak bertanggungjawab terhadap materi/isi dokumen melainkan
Notaris hanya bertanggungjawab terhadap tanda tangan para pihak yang
bersangkutan dan tanggal ditandatanganinya dokumen tersebut.
Akta Resmi (Otentik)
Akta Otentik ialah akta yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang yang
memuat atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau
suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pejabat umum pembuat akta
itu. Pejabat umum yang dimaksud adalah notaris, hakim, juru sita pada suatu
pengadilan, pegawai pencatatan sipil, dan sebagainya.
Suatu akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para
pihak beserta seluruh ahli warisnya atau pihak lain yang mendapat hak dari para
pihak. Sehingga apabila suatu pihak mengajukan suatu akta otentik, hakim harus
menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan di dalam akta itu sungguh-
sungguh terjadi, sehingga hakim itu tidak boleh memerintahkan penambahan
pembuktian lagi.

4 .RUANG LINGKUP SURAT BERHARGA


1. Abdulkadir Muhammad
Menurut Abdulkadir Muhammad, pengertian surat berharga adalah surat yang
oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu
prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak
dilakukan dengan menggunakan mata uang tunai, melainkan dengan
menggunakan alat bayar lain.
2. Wirjono Projodikoro
Menurut Wirjono Projodikoro pengertian surat berharga adalah surat-surat yang
bersifat seperti uang tunai, yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran.
Surat-surat itu juga dapat diperdagangkan, agar sewaktu-waktu dapat ditukarkan
dengan uang tunai (negotiable instruments).
3. Heru Supraptomo
Menurut Heru Supraptomo pengertian surat berharga adalah surat yang dapat
diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap hutang yang telah ada.
4. Rasjim Wiraatmadja
Menurut Rasjim Wiraatmadja, pengertian surat berharga adalah surat yang
memiliki sifat dan nilai seperti uang tunai serta dapat dipertukarkan dengan uang
tunai.
Manfaat Surat Berharga
Fungsi dan manfaat dari surat berharga dapat dilihat dari sisi, yaitu dari segi
Yuridis dan segi fungsinya.
1. Secara Yuridis
Manfaat surat berharga secara Yuridis adalah sebagai:
 Alat pembayaran
 Alat pemindahan hak tagih (karena diperjual-belikan)
 Surat legitimasi (Surat Bukti Tagih)
2. Dari Segi Fungsinya
Manfaat surat berharga dilihat dari segi fungsinya adalah sebagai:
 Surat yang sifatnya hukum kebendaan (zakenrechtelijke papieren)
 Surat tanda keanggotaan dari persekutuan (lidmaatschaps papieren)
 Surat tagihan hutang (schuldvorderingspapieren)
Ciri-Ciri Surat Berharga
Secara umum surat berharga mempunyai kesamaan dalam karakteristik dan
persyaratannya. Berikut ini adalah ciri-ciri dan syarat surat berharga tersebut:
 Surat berharga berbentuk dokumen tertulis.
 Surat berharga harus memiliki nama.
 Terdapat beberapa tanda tangan dari pihak terkait.
 Surat berharga merupakan perinta atau janji tanpa syarat.
 Di dalam surat berharga terdapat akta perinta atau janji membayar.
 Di dalam surat berharga terdapat nama orang yang membayar.
 Terdapat keterangan waktu pembayaran yang harus dilakukan.

2. HALA HAL UMUM TENTANG SURAT BERHARGA


1. Pengertian surat berharga

 Menurut Abdulkadir Muhammad


Pengertian surat berharga ialah surat yang oleh penerbitnya sengaja
diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang
berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak
dilakukan dengan menggunakan mata uang tunai, melainkan dengan
menggunakan alat bayar lain.
 Menurut Wirjono Projodikoro
Pengertian surat berharga ialah surat-surat yang bersifat seperti uang
tunai, yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran. Surat-surat itu
juga dapat diperdagangkan agar sewaktu-waktu dapat ditukarkan
dengan uang tunai “negotiable instruments”.
 Menurut Heru Supraptomo
Pengertian surat berharga ialah surat yang dapat diperdagangkan dan
merupakan alat bukti terhadap hutang yang telah ada.
 Menurut Wiraatmadja
Pengertian surat berharga ialah surat yang memiliki sifat dan nilai
seperti uang tunai serta dapat dipertukarkan dengan uang tunai.

2. Fungsi surat berharga

1. Sebagai alat pembayaran atau alat tukar uang


2. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih yakni dapat diperjualbelikan
dengan mudah.
3. Sebagai surat bukti hak tagih atau surat Legitimasi: adalah surat bukti
diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak.
3. Pengaturan surat berharga
Diantaranya:
1. UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
2. PP No. 45 tahun 1995 tentang penyelenggaran pasar modal
3. PP No. 46 tahun 1995 tentang pemeriksaan dibidang pasar modal
4. Kepemenkeu No.90 tahun 2001 tentang pemilikan saham perusahaan efek
oleh pemodal asing
5. Keputusan ketua BAPEPAM No.7 tahun 2001 tentang pedoman hak
memesan efek terlebih dahulu
6. Keputusan ketua bapepam No. 2 tahun 2001 tentang transaksi material dan
perubahan kegiatan usaha utama dan keputusan –keputusan ketua
bapepam lainnya,
7. Peraturan-peraturan BEJ/BES
8. Peraturan custodian sentral efek Indonesia (KSEI)
9. PERATURAN kliring penjaminan cttnkul adedidikirawanefeek indoneseia
(KPEI)
10. Peraturan perundang-undangan yang mendukung masalah otonomi daeah
11. Peruuan yang mendukung masalah privatisasi BUMN

4. Pengertian surat yang mempunyai harga

 Surat berharga.

Dalam bahasa Belanda disebut Waarde Papier, atau di Negara-negara Anglo


Saxon dikenal dengan istilah Negotiable Instruments.
Yaitu surat yang yang diadakan oleh seseorang sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi, yang merupakan pembayaran harga sejumlah
uang.
Contoh : Wesel, Cek, Sertifikat deposito, Bilyet giro, Kartu kredit, Kartu
ATM, dsb.

 Surat yang berharga.

Dalam bahasa Belanda disebut Papier Van Waarde atau dalam bahasa
Inggrisnya Letter of Value.
Yaitu surat yang berisikan identitas diri seseorang dan tidak dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan.
Contoh : Ijazah, Piagam, Sertifikat, akta otentik, dsb.

3. Syarat-syarat surat berharga


1. Syarat-syarat umum surat berharag
 Nama surat
 Perintah atau janji tanpa syarat
 Nama orang yang harus membayar
 Hari gugur
 Tempat pembayaran
 Nama orang kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran harus
dilakukan
 Tanggal, tempat surat diterbitkan
 Tanda tangan penerbit

2. Syarat-syarat khusus surat berharga

Selanjutnya syarat khusus surat berharga dapat kita lihat dari


bentuk surat berharga itu sendiri. Syarat ini merupakan syarat
yang membedakan surat berharga dengan surat lain dan menjadi
cirri khas setiap surat berharga. Misalnya perintah yang berbunyi
“bayarlah surat wesel ini kepada…”. Surat sanggup ada
kesanggupan membayar yang berbunyi, “saya berjanji akan
membayar sejumlah uang kepada…dst”.

Syarat khusus ini dapat kita ketahui dari setiap surat berharga
adalah “nomor seri”. Setiap surat berharga apapun bentuknya
memiliki nomor seri penerbitan sendiri sehingga surat berharga
satu dengan yang lainnya tidak akan memiliki kesamaan. Nomor
seri ini sebagai alat kontrol baik bagi penerbit maupun bagi
tersangkut.

3. Arti penting syarat perintah atau janji tanpa syarat yang

terdapat dalam surat berharga


Sekilas tentang Surat Berharga
Surat berharga merupakan dokumen yang memiliki nilai, dilindungi oleh
hukum dan diakui oleh negara. Biasa surat berharga erat kaitannya dengan
kepentingan transaksi perdagangan, penagihan, pembayaran, dan
sebagainya.
Dewasa ini, tidak hanya uang yang memiliki nilai dalam suatu transaksi.
Beberapa hal, terutama dalam transaksi modern, surat berharga juga kerap
digunakan sebagai alat pembayaran, terutama di kalangan pengusaha.
Penggunaan surat ini sebagai alat transaksi perdagangan ini dianggap lebih
praktis dan aman.
Selain itu, fungsi surat berharga ini juga sebagai bukti legitimasi bagi pemilik
surat yang memiliki hak tertentu atas surat tersebut.
Ciri-Ciri Surat Berharga
Terdapat ciri-ciri khusus dari surat berharga yang perlu Anda ketahui.
Berikut ini ciri-ciri serta syaratnya secara umum:
 Harus memiliki nama.
 Bentuk surat berupa dokumen tertulis.
 Adanya tanda tangan dari pihak-pihak terkait.
 Terdapat akta perintah atau janji membayar.
 Terdapat nama orang yang bertanggung jawab untuk membayar di dalam
dokumen.
 Adanya keterangan jatuh tempo atau waktu pembayaran yang harus
dilakukan.
Macam-Macam Surat Berharga
Ada beberapa macam surat berharga yang perlu Anda ketahui. Masing-
masing surat berharga tersebut memiliki ciri dan syarat yang mirip secara
umum, namun kegunaan dan fungsinya berbeda-beda. Mari simak macam-
macam surat berharga tersebut di bawah ini.

1. Wesel
Wesel merupakan surat berharga yang di dalamnya memuat kata wesel,
tanggal, dan ditandatangani oleh penerbit yang memberikan perintah
tanda syarat kepada pihak terkait perihal hari pembayaran kepada
penerima yang telah ditunjuk penerbit maupun penggantinya di suatu
tempat. Ada pun syarat-syarat wesel sesuai dengan pasal 100 KUHD,
sebagai berikut:
 Tertera kata wesel yang jelas pada dokumen.
 Pemerintah tidak memiliki syarat sejumlah uang yang sudah ditentukan.
 Tertera nama orang yang bertanggung jawab untuk membayar.
 Adanya ketentuan tanggal pembayaran, tempat pembayaran akan
dilakukan, dan nama orang yang akan menerima uang.
 Tempat dan tanggal surat wesel ditarik.
 Terdapat tanda tangan dari pihak yang menerbitkan wesel atau penerima.

2. Surat Sanggup
Surat sanggup atau dikenal juga dengan promes adalah surat berharga yang
memuat kata accept atau promes yang mana penerbit menyanggupi untuk
melakukan pembayaran kepada pihak yang juga disebutkan dalam surat
berharga tersebut, maupun penggantinya pada hari pembayaran.
Mengapa dikatakan surat sanggup? Karena surat ini merupakan janji
kesanggupan untuk melakukan pembayaran. Bedanya dengan wesel, pada
surat sanggup, tidak ada perintah melainkan pernyataan menyanggupi.
Nah, berikut ini ketentuan dalam surat sanggup:
 Keterangan terkait yang menyebutkan bahwa sanggup dalam menanggung
pembayaran.
 Adanya penetapan waktu dan tempat pembayaran.
 Adanya tanggal surat sanggup yang ditandatangani.
 Adanya tanda tangan orang yang membuat atau mengeluarkan surat.

3. Saham
Pengertian tentang saham ini sudah diatur dalam 40 KUHD yang berarti
modal perseroan dibagi atas saham-saham atau sero-sero atau nama atau
blanko. Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang maupun badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas.
Bentuk dari saham sendiri merupakan selembar kertas yang berisi
keterangan bahwa pemilik dokumen tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat saham tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan dari
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Dari segi perpajakan, pajak atas transaksi nilai penjualan saham bersifat
final dengan besaran 0,1% dari nilai bruto transaksi penjualan saham.

4. Cek
Surat berharga ini mungkin sudah sering Anda dengar. Cek merupakan
salah satu surat berharga yang sifatnya sebagai alat bayar. Berikut ini ciri-
ciri cek secara umum:
 Nama harus tertulis dengan jelas.
 Adanya perintah untuk membayarkan sejumlah uang.
 Tertera nama badan hukum atau bank yang wajib membayar.
 Sudah ditetapkan tanggal, tempat pembayaran, dan tempat mengeluarkan
cek.
 Semua syarat atau ciri di atas ini harus terpenuhi. Jika tidak, maka cek
dikatakan tidak sah.
 Cek dapat dikeluarkan secara atas tunjuk, atas perintah, atas bawa,
dan/atau atas nama.
5. Kuitansi atas Tunjuk
Kuitansi atas tunjuk merupakan surat berharga yang berisi
penandatanganan untuk suatu pembayaran sejumlah uang/dana dan waktu
yang sudah ditentukan kepada petunjuk (atas tunjuk).

6. Konosemen/Bill of Lading
Konosemen (Bill of Lading) merupakan surat bertanggal yang dibuat oleh
pengangkut. Pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan pelayaran yang
menerangkan bahwa pihak tersebut sudah menerima barang dari pengirim
untuk diangkut pihak tertentu (penerima). Di dalam surat ini ada nama dan
keterangan mengenai syarat-syarat penyerahan barang yang dikirim.
Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah penerbit yang dalam hal
ini perusahaan pelayaran yang diwakili oleh nahkoda kapal dan pihak
penerima/penggantinya. Penerima yang dimaksud adalah:
 Orang yang namanya ada dalam konosemen.
 Orang pengganti pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim.
 Orang pengganti pihak ketiga atau orang yang ditunjuk namanya oleh pihak
ketiga.
 Orang yang disebut dalam konosemen atau pembawa.
 Orang yang membuat konosemen itu.

7. Delivery Order (DO)


Dalam pasal 520 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia,
delivery order merupakan pemegang yang sah dan berhak menuntut
penyerahan barang di tempat sesuai dengan ini konosemennya, kecuali
pihak tersebut menjadi pemegang tidak sah menurut hukum.

8. Surat Utang
Surat utang dapat dibagi menjadi 3 jenis, di antaranya: obligasi, Surat Utang
Negara (SUN), dan Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN). Obligasi
merupakan jenis surat utang jangka menengah hingga panjang yang dapat
dipindahtangankan. Obligasi sendiri berisi janji untuk membayar imbalan
berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Obligasi dapat diterbitkan
oleh korporasi atau negara.
Surat utang negara merupakan surat pengakuan utang yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara sesuai masa berlakunya.
SUN juga digunakan pemerintah dalam membiayai defisit APBN dan
menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.
Surat berharga syariah nasional disebut juga sukuk negara diterbitkan oleh
pemerintah berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sukuk negara merupakan
instrumen utang piutang tanpa riba.
Surat Berharga dan Perpajakan
Surat berharga tentu dikenakan pajak, baik dalam transaksi penjualan atau
penerimaan bunganya. Misalnya, pengenaan tarif PPh Final atas bunga
surat utang atau obligasi dari suatu proyek infrastruktur. Dalam hal ini,
wajib pajak dalam negeri dikenakan tarif PPh Final 15%, sedangkan wajib
pajak luar negeri dikenakan tarif sebesar 20% sesuai dengan PP No. 100
Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Berupa Bunga Obligasi.

4. Kalusula kalusula dalam surat berharga atas pengganti


1. Klausula-klausula dalam surat berharga atas pembawa
Peralihan surat berharga didasari atas beberapa faktor, seperti, jual-beli, warisan,
hibah, dan lain sebagainya. Surat berharga diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) Buku I Bab VI dan Bab VII (Ps: 100 – 229).
Dalam hal peralihan, 3 kalusula Surat berharga memiliki langkah yang berbeda-beda:

• Klausula Atas Tunjuk (Aan toonder)


Klausula atas tunjuk atau yang artinya pemegang surat berharga yang akan
memperoleh tagihan, tidak cukup hanya dengan membawa surat itu. Namun harus
menunjukkan atau memperlihatkan kepada debitur.
Atas klausula ini, peralihan cukup hanya dengan menyerahkan surat berharga tersebut
kepada pihak yang menerima peralihan. Artinya, tidak ada perbuatan hukum yang lain
yang harus dilakukan.
• Klausula Pengganti (Aan Order)
Klausula pengganti atau yang juga dikenal dengan Surat Tertunjuk memiliki langkah
peralihan yang sedikit berbeda. Jika pada Klausula Aan Toonder penjual cukup
menyerahkan surat berharga tersebut. Maka pada klausula in, penjual harus melakukan
perbuatan hukum berupa Endosmen.

• Klausula Atas Nama (Aan Opname)


Klausula ini mewajibkan dua perbuatan hukum dalam hal peralihan surat berharga.
Berbeda dengan Klausula Pengganti dan Klausula Atas Tunjuk, klausula ini sedikit
rumit langkah peralihannya. Yaitu, penjual harus membuat akta jual-beli atau yang
dikenal dengan istilah Cessie.

Setelah Cessie dibuat, penjual harus melapor atau menerahkan akta jual-beli itu
kepada penerbit surat berharga. Tujuannya agar penerbit mengetahui bahwa surat
berharga yang ia terbitkan sudah beralih.

Endosmen pada langkah peralihan Klausula Pengganti merupakan perbuatan hukum


yang dilakukan oleh penjual dengan cara membuat pernyataan pada bagian surat
berharga. Selain itu, penjual harus menandatangani pernyataan itu.
Jika langkah-langkah itu tidak dipenuhi oleh penjual terhadap pembeli, maka peralihan
surat berharga batal demi hukum. Dalam hal ini, pembeli atau penerima peralihan akan
dirugikan. Oleh sebab itu pahamilah langkah-langkah peralihan surat berharga agar
tidak terjadi perselisihan dikemudian hari.

2. Klausula-klausula dalam surat berharga atas pengganti

Klausula atas tunjuk berasal dari bahasa Belanda Aan Toonder dan Bahasa
Inggris To Bearer yang berarti pemegang yang akan memperoleh tagihan
tidak cukup hanya dengan membawa surat itu tanpa menunjukkan atau
memperlihatkan kepada pihak terkait. Pihak terkait baru akan
membayarnya apabila pemegang surat itu menunjukkan dan
menyerahkannya. Jadi, menunjukkan dalam arti yuridis menurut Hukum
Dagang berarti memintakan pembayaran, siapa saja yang memegang dan
menunjukkan surat itu, dialah yang berhak mendapatkan pembayaran. Aan
Onder atau yang lebih tepat disebut atas pengganti karena pihak yang
menerima peralihan dari pemegang sebelumnya itu bukanlah karena
ditunjuk atau diberi kuasa, melainkan semata-mata adalah sebagai
pengganti. Jadi disamping penguasaan (bezit) dari surat itu, haknya
(eigendom/ownership) juga berpindah.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat persamaan antara surat atas tunjuk dan
surat atas pengganti merupakan sama-sama alat untuk memindahkan hak
tagih. Artinya, dapat diperjual-belikan atau dipindah-tangankan kepada
pemegang berikutnya setiap saat apabila dikehendaki oleh pemegangnya.
Pemindahtangannan ini cukup dengan menyerahkan surat saja atau dengan
menulis keterangan pada surat itu bahwa hak tagihnya dipindahkan
kemudian ditandatangani dan diserahkan.
Perbedaan Surat atas Tunjuk (Aan Toonder) dan Surat atas Pengganti
(Aan Order)
o Surat atas Tunjuk (Aan Toonder) :
- Adanya suatu klausula atas tunjuk pada sepucuk surat maka surat
tersebut dinamakan surat atas tunjuk.
- Klausula atas tunjuk pada sepucuk surat berharga berarti surat
tersebut dapat diperalihkan dari tangan ke tangan.
- Merupakan surat yang menjanjikan sesuatu bila ditunjukkan untuk
memberikan barang, pembayaran sejumlah uang, atau pelaksanaan suatu
bentuk hak lain.
- Dalam klausula atas tunjuk siapa saja yang memegangnya adalah
sebagai pemegang hak
- Undang-undang menentukan peralihan surat itu berikut hak-hak
yang tercakup dalam surat itu adalah samadengan peralihan benda-benda
bergerak, sehingga penyerahannya dan dengan demikian peralihan hak-hak
yang terkandung di dalamnya dapat dilakukan secara tindak penyerahan
(delivery) belaka dan tidak perlu disertai suatu “endossement”.
- Surat atas tunjuk tidak menunjukkan siapa yang menjadi kreditur
tetapi pemegang surat itu
o Surat atas Pengganti ( Aan Order) :
- Adanya suatu klausula atas pengganti pada sepucuk surat maka surat
tersebut dinamakan surat atas pengganti .
- Surat berharga yang mengandung klausula atas pengganti akan
berarti bahwa surat berharga tersebut hanya dapat diperalihkan kepada
orang pengganti dari orang yang disebut namanya pada surat berharga itu
dengan cara endossement dan menyerahkan surat tersebut.
- Merupakan surat yang mengandung suatu perintah kepada pihak lain
untuk memberikan barang, pembayaran sejumlah uang, atau pelaksanaan
suatu bentuk hak lain.
- Dalam klausula atas pengganti pemegangnya yang disebut namanya
dinyatakan sebagai yang berhak
- Surat atas pengganti menunjukkan seorang kreditur tertentu yang
mempunyai wewenang untuk mengalihkan hak yang terkandung dalam
surat itu kepada pihak ketiga dan disini ditetapkan siapa yang mendapatkan
“order” itu sedangkan pemegang “order” ini dengan cara yang sama dapat
pula mengalihkan hak tersebut kepada orang lain

3. Klausula-klausula dalam surat berharga atas nama


• Klausula Atas Nama (Aan Opname)
Klausula ini mewajibkan dua perbuatan hukum dalam hal peralihan surat berharga.
Berbeda dengan Klausula Pengganti dan Klausula Atas Tunjuk, klausula ini sedikit
rumit langkah peralihannya. Yaitu, penjual harus membuat akta jual-beli atau yang
dikenal dengan istilah Cessie.

Setelah Cessie dibuat, penjual harus melapor atau menerahkan akta jual-beli itu
kepada penerbit surat berharga. Tujuannya agar penerbit mengetahui bahwa surat
berharga yang ia terbitkan sudah beralih.

Endosmen pada langkah peralihan Klausula Pengganti merupakan perbuatan hukum


yang dilakukan oleh penjual dengan cara membuat pernyataan pada bagian surat
berharga. Selain itu, penjual harus menandatangani pernyataan itu.
Jika langkah-langkah itu tidak dipenuhi oleh penjual terhadap pembeli, maka peralihan
surat berharga batal demi hukum. Dalam hal ini, pembeli atau penerima peralihan akan
dirugikan. Oleh sebab itu pahamilah langkah-langkah peralihan surat berharga agar
tidak terjadi perselisihan dikemudian hari.

5. Dasar mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam


penerbitan surat berharga
1. Empat macam tiori dasar mengikat pihak-pihak dalam
penerbitan surat berharga

 Teori kreasi atau penciptaan (Creatietheorie),


Teori ini awalnya dikemukakan oleh Einert seorang Sarjana Hukum
Jerman pada tahun 1839, kemudian diteruskan oleh Kuntze dalam
bukunya Die lehre von den inhaberpapieren tahun 1857, menurut
teori ini, yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat berharga
antara penerbit dan pemegang adalah pada perbuatan
“menandatangani” surat berharga itu.
 Teori kepantasan (Redelijkheidstheorie)
Teori ini pertama kali dikemukakan seorang sarjana hukum Jerman
bernama Grunhut, yang menyatakan bahwa penerbit yang
menandatangani surat itu tetap terikat untuk membayar kepada
pemegang, meskipun pemegang yang tidak jujur.

 Teori perjanjian (Overeenkomstheorie)


Teori ini dikemukakan oleh seorang sarjana hukum asal Jerman
bernama Thoi, dalam bukunya Das Handelsrecht tahun 1987,
menurut teori ini dasar hukum yang mengikatnya surat berharga
antara penerbit dan pemegang adalah surat perjanjian yang dibuat
oleh kedua belah pihak yaitu penerbit yang menandatangani dan
pemegang pertama yang menerima surat berharga itu.
Dalam perjanjian, disetujui bahwa pemegang pertama mengalihkan
surat itu kepada pemegang berikutnya, penerbit tetap terikat dan
bertanggungjawab untuk membayar.

 Teori penunjukan (Vertoningstheorie)


Teori ini dikemukakan oleh sarjana hukum terkenal, yaitu Land dalam
bukunya Beginseleen van het Hedendaagsche Wisselrecht tahun
1881, Wittenwall dalam bukunya Het Toonderpapier tahun 1893, dan
Jerman oleh Rieser.
Menurut teori ini yang menjadi dasr hukum mengikatnya surat
berharga antara penerbit dan pemegang yaitu perbuatan
penunjukkan surat berharga itu kepada debitur. Debitur yang
pertama adalah penerbit, oleh siapa surat berharga itu disuruh
dipertunjukkan pada hari bayar, saat itulah timbul perikatan dan
penerbit selaku debitur wajib membayarnya.

2. Perbedaan keempat macam tiori tersebut


 Teori kreasi atau penciptaan
Namun pernyataan sepihak dengan tanda tangan saja tidak mungkin
menimbulkan perikatan. Untuk itu agar supaya timbulnya perikatan harus
ada 2 pihak yang mengadakan persetujuan, sebab tanpa persetujuan tidak
akan mungkin ada kewajiban.
Dengan demikian, jika surat berharga itu jatuh ke tangan orang yang tidak
berhak dan tidak jujur, penerbit yang menandatangani tetap terikat untuk
membayar. Padahal pada pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata telah
menyebutkan seorang yang kehilangan surat karena dicuri masih berhak
menuntut kembali surat tersebut dari si pencuri atau penemunya selama
tenggang waktu 3 (tiga) tahun, kecuali pemegang memperolehnya dari
pasar umum.

• Teori kepantasan
teori ini masih berdasarkan pada teori penciptaan, bahwa
penandatanganan surat berharga itu menimbulkan perikatan. Karena pada
prinsipnya pernyataan sepihak tidak mungkin menimbulkan perikatan jika
tidak ada persetujuan dari pihak lainnya.

• Teori perjanjian
teori ini tidak memberikan penyelesaian yang memuaskan jika surat
berharga itu beredar secara tidak normal, misalnya hilang atau dicuri.

• Teori penunjukan
teori ini tidak sesuai dengan fakta karena pembayaran adalah pelaksanaan
dari suatu perjanjian atau perikatan, dengan demikian perikatan tersebut
harus sudah ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya. Teori ini pun
dikatakan terlau jauh bertentangan dengan KUHD.
Didalam KUHD menentukan bahwa perikatan itu sudah ada sebelum hari
bayar dan sebelum menunjukkan surat berharga itu. Dalam Pasal 142 KUHD
yang menyatakan bahwa pemegang surat wesel bisa melaksanakan hak
regresnya kepada para endosan, penerbit dan para debitur wesel lainnya
pada hari bayarnya apabila terjadi nonpembayaran, bahkan sebelum hari
pembayarannya.
3. Keberatan-kebaratan terhadap keempat macam tiori-tiori
tersebut

• Teori perjanjian
Keberatan teori ini adalah ketidakmampuan memberikan penyelesaian
beberapa hal yang timbul pada peredaran surat berharaga itu. Dalam
keadaan normal,teori ini dapat di terima,akan tetapi dalam,keadaan tidak
normal,teori tidak dapat di terima misalnya karena hilang atau di curi surat
berharga yang bersangkutan. Dalam hal ini penerbit masih bertanggung
jawab atas pemegang atau pembawa surat yang memperoleh secara tidak
normal.
• Teori kepantasan

Yang di ajukan terhadap teori kreasi mengenai orang yang memperoleh


surat berharga secara tidak jujur yang berhak menagih. Sehinnga menurut
teori ini masih harus di tambah dalil,yakni hanya orang yang memperoleh
surat yang telah di tanda tangani dan di peroleh secara pantas (redelijik)
yang mendapat perlindungan. Artinya kalo cara perolehan surat yang di
tandatangan secara pantas, maka debitur menjadi terikat,teteapi,teori ini masih
tetap berpedoman pada perbuatan sepihak saja sudah dapat menimbulkan
perikatan.

• Teori penunjukan
Menurut Abdul kadir Muhammad tidak sesuai dengan fakta dan terlalu jauh
bertentangan dengan undang undang. Di katakana tidak sesuai dengan fakta,
karena pembayaran itu adalah pembayaran dari suatu perikatan.

4. Perikatan dasar yang menjadi dasar penerbitan surat berharga

Latar belakang Penerbitan Surat Berharga


Timbulnya kewajiban membayar dengan menerbitkan Surat Berharga
karena adanya perjanjian lebih dahulu antar pihak, perjanjian mana yang
menerbitkan kewajiban untuk membayar sejumlah uang. Penerbitan Surat
Berharga adalah sebagai pelaksanaan dari kewajiban membayar dengan
kata lain, perjanjian adalah perikatan dasar, tanpa ada perikatan dasar tidak
mungkin diterbitkan Surat Berharga. Jadi, penerbitan Surat Berharga, bukan
perbuatan yang berdiri sendiri lepas dari perikatan dasarnya.

Surat Berharga sebagai Surat Legitimasi


Surat Legitimasi maksudnya sebagai bukti diri bagi pemegangnya yang sah/ orang
yang berhak atas tagihan yang tersebut di dalamnya. Asas Legitimasi: untuk
memperlancar peredarannya dalam lalu lintas pembayaran sesuai dengan fungsi
dan penerbitan Surat Berharga. Ada 2 jenis Surat Legitimasi menurut KUHD:

Legitimasi Formil
Adalah bukti bahwa Surat Berharga itu dianggap sebagai orang yang berhak atas
tagihan yang di dalamnya dianggap ,karena bila pemegang tidak dapat
menunjukkan bukti secara formil yang diatur oleh UU maka ia tidak dapat
dikatakan sebagai pemegang sah.

Legitimasi Materiil
Adalah bukti pemegang Surat Berharga yang sesungguhnya adalah orang yang
berhak atas tagihan tersebut.

5. Empat macam ajaran atau teori dasar perikatan dasar

1. Perikatan Bersyarat (Voorwaardelijk); Perikatan yang digantungkan pada


suatu kejadian dikemudian hari (Yang belum tentu atau tidak akan timbul
satu pihak dianggap suatu syarat). Dan Pembatalannya dicantumkan dalam
perjanjian (Pasal 1266 BW).

2. Perikatan Tanggung Renteng (Hoofdelijk); Dalam satu perikatan terdapat


beberapa orang secara bersama-sama sebagai pihak berhutang,
berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan, atau sebaliknya ada
beberapa orang berpiutang berhadapan dengan satu orang berhutang
(tetapi ini jarang terjadi). Perikatan ini harus dilakukan dengan tegas dan
tertulis, tidak boleh dilakukan secara diam-diam.
3. Perikatan Yang Dapat Dibagi & Tidak Dapat Dibagi; Pada intinya bila tidak
diperjanjikan antara pihak-pihak, suatu perikatan tidak boleh dibagi-bagi,
sebab si berpi- utang selalu berhak menuntut pemenuhan perjanjian untuk
sepenuhnya. Tetapi dapat terjadi dengan mening- galnya satu pihak yang
menyebabkan dia digantikan oleh ahli waris dalam hak-haknya juga
pembayaran hutang- hutangnya. Dalam hal ini pemenuhan hutang harus
dipenuhi oleh ahli

4. Perikatan Dengan Penetapan Hukuman (Stafbending); Untuk menghindari


adanya wan prestasi, maka dalam perikatannya sudah harus ditentukan
bahwa si berhutang tidak memenuhi kewajibannya akan dikenakan hukuman,
biasanya berupa sejumlah uang yang merupakan pembayaran kerugian, dari
semula sudah ditetapkan sendiri oleh para pihak.

6.upaya tangkisan dalam dalam surat berharga

1. Upaya tangkisan absolute dan relative

Upaya tangkisan absolute

Dapat di gunakan debitur oleh semua pemegang


Timbul dari surat berharga itu sendiri dan di anggap sudah diketahui
oleh umum

Keadaan yang dapat di timbulkan


Cacat bentuk surat berharga
 Tidak memenuhi ketentuan undang undang
 Tidak ada tanda tangan,tanggal penerbit,ketidakcakapan
penandatanganan untuk melakukan perbuatan huium

Lampau waktu dari surat berharga


 Sesuai dengan jenis surta berharga
 Surat wesel (169 KUHD)
Kelainan formalitas dalam hal melakukan reges
 Penolakan akseptas atau penolakan pembayaran pada hari yang
sudah di tentukan
 Pemegang dapat menggunakan hak reges, akta protes non
akseptasi/pembayaran,otentik (143.1)

Upaya tangkisan relative

 Tidak dapat di lihat dari bentuk surat berharga


 Hubungan hukum yang terjadi antara penerbit dan salah seorang
endosan yang mendahului pemegang terakhir
 Tidak boleh di gunakan debitur untuk menolak pembayaran terhadap
pemegang sebelumnya
 Larangan upaya tangkisan (109 ,116 , 199)
 Boleh di gunakan apabila:
>semua bantahan yang bersumber pada hubungan dasar
>di sebebkan karena adanya paksaan, sesat dan penipuan pada
Perjanjian penerbit dan penerima

2. Upaya-upaya lain yang dalam surat berharga

Pengaturan mengenai Surat Berharga itu sendiri sesungguhnya masih


berdasar atas Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (“KUHD”) yang
sudah sejak lama berlaku. Namun pada perkembangannya beberapa
jenis Surat Berharga juga telah diatur secara khusus dalam peraturan
– peraturan seperti Surat Edaran Bank Indonesia (“SEBI”) khususnya
SEBI No. No. 28/32/UPG tentang bilyet giro dan SK Direksi No.
28/32/KEPDIR tentang bilyet giro.
Pembahasan selanjutnya adalah tentang cara peralihan Surat
Berharga. Bahwa telah diketahui sebelumnya sifat dari Surat
Berharga adalah mudah dialihkan. Terkait cara peralihan dari Surat
Berharga sangat bergantung pada bentuk dan klausa yang terdapat
dalam Surat Berharga tersebut. Berdasarkan Pasal 613 KUHD
terdapat 2 cara peralihan Surat Berharga yaitu:

 Atas Pengganti (aan order, to order)

Biasanya dalam Surat Berharga tersebut tercantum nama kreditur


dan tambahan kata – kata “dan pengganti”, pada surat berharga jenis
ini peralihannya dilakukan dengan “endosemen” dan penyerahan
Surat Berharga. Endosemen artinya adalah memberikan keterangan
bahwa telah dialihkan ke pemegang berikutnya. Endosemeen pada
dasarnya harus dilakukan tanpa syaratm sehingga apabila ternyata
terdapat syarat maka syarat tersebut akan dianggap tidak ada.

 Atas Bawa (aan toonderm to bearer)

Pada Surat Berharga ini biasanya nama kreditur tidak disebutkan


dalam Surat Berharga, namun apabila disebutkan maka akan ada
tambahan kata “atau pembawa”. Cara peralihan ini adalah yang
paling mudah, yaitu cukup dengan menyerahkan Surat Berharganya
saja. Sehingga resiko yang sering terjadi adalah apabila Surat
Berharganya hilang atau dicuri dan kemudian sebelum dilakukannya
pelaporan kepada Bank terkait Pihak yang menemukan atau mencuri
sudah terlanjur mencairkan Surat Berharga tersebut.

Pada prakteknya pelaku bisnis sering sekali menggunakan Surat


Berharga sebagai dasar pengalihan dana, karena memang sifat dari
Surat Berharga yang mudah untuk dialihkan. Sekian informasi yang
dapat Kami sampaikan, apabila masih terdapat pertanyaan maka
mohon untuk segera menghubungi Customer Service LEGALKU agar
segera dihubungkan kepada ahli terkait.
3. Apa yang dimaksud dengan surat berharga cacat dan
hubungan hukum yang menyimpang dalam penerbitan surat
berharga

tentang adanya cacat bentuk dari surat berharga (tidak memenuhi


syarat surat berharga).
Contoh :
o Tentang tanda tangan (kalau kosong tanda tangannya berarti
surat berharga tersebut jadi tidak berharga)
o Tanda tangan ada yang tidak sama
o Tanggal penerbitan sifatnya menentukan masa beredarnya suatu
surat berharga, untuk melihat masa berlaku atau daluwarsa suatu
surat berharga
o Salah satu pihak tidak cukup, apakah waktu surat berharga
tersebut diterbitkan dia telah dewasa

Daluwarsa
Contoh : cek masa edar 70 hari, kalau sudah 71 hari, maka dianggap
batal dan bank berhak menolak untuk mencairkan.

Karena ada kelainan Formalitas protes


Menurut UU Protes harus menggunakan akta

7. Penggolongan dan bentuk-bentuk surat berharga


1. Penggolangan surat berharga

– Surat-Surat yang Mempunyai Sifat Kebendaan (Zaken-rechtelijke


Papieren); surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan memiliki ciri
ialah : bahwa isi dari perikatan surat adalah bertujuan untuk penyerahan
barang, misal ceel, bahwa orang yang menerima penyimpanan barang-
barang pada sebuah veem mengikatkan diri untuk menyimpan dan
menyerahkan barang itu untuk diangkut selanjutnya, demikian juga dengan
konosemen (cognosemen)

– Surat-surat Tanda keanggotaan (limaatschaps Papieren), yaitu berupa


saham-saham dari Perseroan Terbatas atau persekutuan lainnya yang
memakai sistem saham. Perikatan yang diwujudkan atau terdapat di dalam
surat seperti ini ialah perikatan antara persekutuan tersebut dengan
pemegang sahamnya, berdasarkan perikatan itu, maka pemegang-
pemegangnya dapat memakai haknya untuk memberikan suaranya
menurut bagian dari keuntungan dan sebagainya.

– Surat-surat Tanda tagihan Utang (Schulvorderings Papieren).

Yang tergolong dalam golongan surat- surat ini adalah semua surat-surat
atas tunjuk atau atas penganti yang mewujudkan suatu perikatan yang
tidak termasuk ke dalam golongan Surat-surat Tanda keanggotaan dan
Surat-Surat yang Mempunyai Sifat Kebendaan

– Surat Pembebasan (kwijting), adalah tanda bukti bahwa seseorang telah


melaksanakan kewajiban terhadap orang lain, misalnya dalam hal
pelunasan pembayaran hutang seperti kwitansi atas tunjuk.

2. Bentuk-bentuk surat berharga


– Ceel
– Surat Obligasi
– Sertifikat
– Sertifikat deposito
– Sertifikat bank Indonesia
– Bilyet Giro
– Surat Berharga Komercial (Commercial paper/CP)
– Kartu Kredit.
3. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan

Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan yaitu


konosemen karena konosemen diterbitkan atas nama, atas
pengganti atau atas pembawa dan konosemen tidak hanya
merupakan tanda bukti penerimaan barang-barang dari
pengirim kepada pengangkut, tetapi merupakan surat
berharga yang dapat diperdagangkan dengan mudah dan
setiap pemegang konosemen berhak menuntut penyerahan
barang sebagaimana yang tercantum dalam konosemen di
kapal mana saja barang itu berada sedangkan yang
mempunyai sifat keanggotaan adalah saham.

4. Bentuk surat berharga dan surat yang mempuyai harga

Surat berharga yang diatur dalam KUHD meliputi :

– Surat Wesel : adalah surat yang memuat kata-kata wesel di


dalamnya, ditanggali dan ditandatangani di suatu tempat, penerbit
memberi perintah tanpa syarat kepada tersangkut untuk pada hari
bayar membayar sejumlah uang kepada orang (penerima) yang
ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat tertentu.

– Surat Sanggup : adalah surat berharga yang memuat kata aksep


atau promes, penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah uang
kepada orang yang disebutkan dalam surat saanggup itu atau
pengantinya atau pembawanya pada hari bayar.

– Surat Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek,


penerbitnya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar
sejumlah uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek,
pengantinya atau pembawanya pada saat diunjukkan.
– Carter partai adalah surat berharga yang memuat kata charter
partai, yang membuktikan tentang adanya perjanjian pencarteran
kapal, dalam mana si penandatangan mengikatkan diri untuk
menyerahkan sebagian atau seluruh ruangan kapal kepada pencarter
untuk dioperasikan, sedangkan pencarter mengikatkan diri untuk
membayar uang carter.

– Konosemen, adalah surat berharga yang memuat kata konosemen


atau bill of lading, yang merupakan tanda bukti penerima barang dari
pengirim, ditandatangani pleh pengangkut dan yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-barang
yang disebutkan dalam konosemen itu.

– Delivery-order adalah surat berharga yang mencantumkan kata


delivery-order (d/o) di dalamnya dan merupakan surat perintah dari
pemegang konosemen kepada pengangkut agar kepada pemegang
d/o diserahkan barang-barang sebagai yang disebut dalam d/o, yang
diambil dari konosemennya.

– Surat Saham

– Promes atas unjuk atau promes pembawa adalah surat berharga


yang ditanggali dimana penandatangannya sendiri berjanji akan
membayar sejumlah uang yang ditentukan di dalamnya kepada
tertunjuk, pada waktu diperlihatkan pada suatu waktu tertentu

Dalam prakteknya, surat berharga (waarde paiper) kadang


disesilishpahamkan dengan surat yang mempunyai harga (paiper van
waarde). Surat berharga berbeda dengan surat yang mempunyai
harga,surat yang berharga diterbitkan bukan sebagai alat pengganti
pembayaran tunai,melainkan sebagai bukti bahwa pemegangnya
adalah orang yang berhak atas apa yang di nyatakan di dalamnya.
Misalnya surat pengakuan hutang yang di buat oleh seorang debitur
untuk kepentingan krediturnya,merupakan alat bukti bahwa debitur
mempunyai hutang kepada kreditur. Surat pengakuan utang itu
bukan alat pengganti pembayaran hutang debitur kepada
krediturnya, dan juga surat itu tidak dapat di alihkan kepada pihak
lain.
Debitur adalah pihak yang satu satunya yang berkewajiban
membayar hutangnya kepada krediturnya.jika kreditur mengalihkan
hak tagihanya kepada hak lain, maka pengalihan hak tagihan itu
wajib di beritahukan kepada debitur.

8. Surat kesanggupab membayar

1. Pengertian surat sanggup

Istilah surat sanggup berasal dari istilah aslinya dalam


bahasa Belanda
orderbrieffe, bahasa Perancisnya billet a orde, bahasa Inggrisnya
promissory note.
Dalam undang-undang juga dikenal dengan istilah promesse
aan order. Surat
Sanggup juga disebut surat aksep. Kata aksep berasal
dari bahasa Perancis
“accept”, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju itu
mengandung suatu janji
untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak
penandatangan untuk membayar
sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada
waktu tertentu. Jadi
surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda sanggup atau
setuju membayar
sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari
tertentu(Abdulkadir Muhammad, 2003 :155).
Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau
definisi surat
sanggup. Tetapi dalam pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat
formal sepucuk
surat sanggup. Syarat-syarat formal tersebut dapat dirumuskan
dari pengertian
atau definisi surat sanggup itu “sebagai surat yang memuat
kata sanggup atau
promesse aan order, yang ditandatangani pada tanggal
dan tempat tertentu,
dengan mana penandatangan menyangupi tanpa syarat untuk
membayar sejumlah
uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada
tanggal dan tempat
tertentu”

2. Syarat formal surat sanggup

1. Memuat kata : “surat sanggup” atau “Promes atas” (kepada) pengganti.


2. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu
3. Penunjukkan hari bayarnya
4. Penetapan di mana pembayaran harus terjadi
5. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh,
pembayaran harus dilakukan
6. Tanggal dan tempat surat sanggup ditandatangani
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup
(penandatangan)

3. Penerbitan surat sanggup

Perdagangan Commercial Paper dilakukan dengan mekanisme dealer ship


yaitu suatu mekanisme dimana calon penerbit Commercial Paper akan
menghubungi pengatur penerbitan atau sebaliknya. Karena pada saat telah
ada lembaga pemeringkat yang melakukan penilaian atas resiko kredit
suatu perusahaan maka pengatur penerbitan akan menghubungi lembaga
pemeringkat untuk mengetahui tingkat kreabilitas calon penerbit
Commercial Paper. Perusahaan yang akan melakukan penerbitan dan
perdagangan Commercial Paper harus mempunyai tingkat kesehatan dan
permodalan yang tergolong sehat dalam 12 bulan terakhir. Lembaga
pemeringkat akan menilai apakah calon penerbit dan pernyataan peringkat
Commercial Paper akan diserahkan oleh Lembaga Pemeringkat kepada
pengatur penerbitan.

Setelah memperoleh sertifikat pemeringkat Commercial Paper maka


pengaturan penerbitan akan menerbitkan memorandum informasi yang
objektif mengenai calon penerbit melalui media cetak. Informasi yang
disiapkan sekurang-kurangnya harus memuat laporan keuangan tahun
buku terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik dengan kualifikasi
wajar tanpa syarat. Disamping itu perlu pula disajikan laporan keuangan
kwartalan yang terbaru, anggaran dasar penerbit, tanggung jawab hukum
dari semua pihak yang terlibat dalam transaksi dan peringakt Commercial
Paper. Kegiatan sebagai pengatur menyampaikan laporan kepada bank
Indonesia dengan format yang telah ditetapkan dalam Surat Edarab Bank
Indonesia No. 28/49/UPG tanggal 11 Agustus 1995.

4. Bentuk bentuk surat sanggup


Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan
surat sanggup kepada pembawa atau untuk memudahkan menyebutkan
surat sanggup kepada pengganti dengan “surat sanggup” seja, sedangkan
surat sanggup kepada pembawa disebut “surat promes”.

5. Peralihan surat sanggup

peralihan Commercial Paper melalui sanggup diatur dalam pasal 110


sampai dengan Pasal 119 KUHD. Untuk mengetahui bagaimana cara
peralihan melalui surat sanggup terlihat dari klausula yang terdapat dalam
surat sanggup tersebut. Klausula yang terdapat dalam surat sanggup adalah
hanya “atas pengganti. Berdasarkan Pasal 110 KUHD bahwa surat berharga
yang berklausa atas pengganti dan cara peralihan dengan jalan
“endosemen”. Endosemen adalah lembaga pemindahan hak milik atas
tagihan pada surat berharga yang berklausula atas pengganti. Dalam
melakukan endosemen harus tidak bersyarat, setiap persyaratan yang
dimasukkan kedalamnya dianggap tidak ada, dan apabila endosemen
dilakukan untuk sebagian maka endosemen tersebut batal, sedangkan
endosemen atas tunjuk berlaku sebagai endosemen blanko (Pasal 111
KUHD).

6. Hari gugur,lampau waktu surat sanggup

Promes atas unjuk adalah suatu promes yang tidak


mencantumkan tanggal jatuh tempo pembayaran di mana
pembayaran harus dilakukan setiap saat apabila diminta oleh
pemberi pinjaman. Biasanya sipemberi pinjaman akan
mengirimkan pemberitahuan dengan tenggang waktu beberapa
hari sebelum tanggal pembayaran yang diinginkan.

Dalam hal pinjam meminjam uang antar perorangan, penanda


tanganan promes ini adalah suatu cara terbaik guna kepentingan
perpajakan dan pembuktian.
Promes adalah berbeda dari surat pengakuan hutang biasa di
mana pada surat pengakuan hutang hanya merupakan bukti atas
hutang seseorang, tetapi dalam promes tertera adanya suatu
persetujuan untuk melakukan pembayaran atas jumlah yang
tercantum pada promes tersebut.

Kegunaan lain dari promes yaitu untuk pembiayaan atas


kebutuhan dana suatu perusahaan yaitu melalui penerbitan
atapun pengalihan surat berharga.

10. Surat perintah membayar

1. Pengertian surat wesel dan cek

Pengertian Wesel

Surat wesel adalah ”Syarat yang memuat kata ”wesel” di dalamnya,


ditanggali dan di tandatangani di suatu tempat, dalam mana
penerbitannya memberi perintah tidak bersyata kepada tersangkut
untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar kepada orang yang
ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya di suatu tempat
tertentu”.Dalam perundang-undangan tidak terdapat perumusan
atau definisi tentang surat wesel. Tetapi dalam Pasal 100 KUHD
dimuat syarat-syarat formal sepucuk surat wesel.
Pengertian Cek

Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik


atau mengambil uang direkening giro. Fungsi lain dari cek adalah
sebagai alat untuk melakukan pembayaran.
Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah
kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya
atau kepada pemegang cek tersebut.

2. Mekanisme penerbitan surat wesel dan cek

Penerbitan surat wesel


Pembelian barang dagangan atau pembelian aset tetap
menggunakan wesel boleh dilakukan.

Wesel tersebut juga dapat diterbitkan oleh kreditor untuk melunasi


utang usaha si penerbit wesel untuk sementara waktu.

Notes payable juga dapat diterbitkan saat memperoleh pinjaman


uang dari bank.

Walaupun ketentuannya dapat bermacam-macam, banyak bank akan


menerima notes payable yang dikenakan bunga atas jumlah yang
dipinjam.

Penerbitan surat cek


Pada mulanya istilah “Cek” berasal dari kata “cheque” (bahasa
Perancis), istilah
tersebut juga digunakan Belanda dan Inggris. Definisi tentang cek
sebenarnya tidak
dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan ketentuan
mengenai syaratsyarat formal cek terdapat di dalam Pasal 178 KUHD
Pengertiannya adalah surat
yang memuat kata cek, diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu
dimana
penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk
membayar sejumlah
uang tertentu kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu.

3. Syarat-syarat formal surat wesel dan cek

Syarat syarat formal surat wesel


1. Kata “surat wesel” yang dimuat dalam teks dan dituliskan dalam bahasa
yang dipakai tersebut
2. Perintah tanpa syarat untuk membayara sejumlah uang tertentu
3. Nama tertarik
4. Tanggal pembayaran
5. Penetapan tempat pembayaran
6. Nama orang kepadanya/kepada orang yang ditunjuknya wesel tersebut
harus dibayar
7. Tanggal dan tempat wesel ditarik/diterbitkan
8. Tanda tangan penerbit

Syarat syarat formal cek


 Nama "Cek" harus termuat dalam teks;
 Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
 Nama pihak yang harus membayar (tertarik);
 Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan;
 Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik;

4. Bentuk-bentuk surat wesel dan cek

Bentuk bentuk surat wesel


1. Wesel Atas Pengganti Penerbit
Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to own order) dimungkinkan oleh
Pasal 102 ayat 1 KUHD yang menyatakan bahwa penerbit dapat menerbitkan surat wesel yang
berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya penerbit menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai
pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat wesel semacam ini ialah bahwa kedudukan penerbit
sama dengan kedudukan pemegang pertama.
2. Wesel Atas Nama Penerbit Sendiri
Menurut ketentuan Pasal 102 ayat 2 KUHD surat wesel dapat diterbitkan atas penerbit sendiri.
Maksudnya penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk membayar, jadi penerbit
menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak tersangkut. Kekhususannya ialah kedudukan penerbit
sama dengan dengan kedudukan tersangkut. Jika wesel ini diakseptasi, penerbitnya terikat baik
sebagai penghutang regres maupun sebagai akseptan. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan
oleh kantor pusat, yang memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang kepada
pemegang surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini biasanya dilakukan dalam satu
lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan perbankan. Penerbit dan tersangkut berada dalam
satu lingkungan perusahaan.

Bentuk bentuk surat cek

a. Surat cek atas pengantian penerbit


Kekhususan bentuk ini adalah nama pemegang pertama (penerima) tidak
disebutkan sehingga penerbit sama denga pemegang pertama (penerima). Surat
cek bentuk ini berklausula atas pengantian (aan order).
b. Surat cek atas penerbit sendiri
Kekhususan bentuk ini ialah penerbit sama dengan tersangkut. Jadi perintah
pembayaran itu dari bankir kepada bankir.
c. Surat cek untuk perhitungan orang ketiga
Yang membuka kemungkinan timbulnya bentuk ini adalah pasal 183 ayat 2
KUHD, yang menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas perhitungan
orang ketiga, namun demikian adakalanya terjadi bahwa penerbit dianggap
telah menerbitkan surat cek atas perhitungan diri sendiri , jika dari surat cek
tersebut atau dari surat advisnya tidak ternyata untuk perhitungan siapa surat
itu diterbitkan.
d. Surat cek inkaso
Berdasarkan pasal 183a ayat 1 KUHD yang menyatakan bahwa jika dalam
surat cek penerbit memuat kata-kata harga untuk dipungut atau inkaso atau
dalam pemberian kuasa” atau kata-kata lainya yang berarti memberi perintah
untuk menagih semata-mata penerima boleh melaksanakan segala hak yang
timbul dari surat cek tersebut.
e. Surat cek berdomisili
Berdasarkan pasal 185 KUHD, yang menyatakan bahwa setiap surat cek dapat
dinyatakan dibayar ditempat tinggal orang ketiga baik di tempat tersangkut
berdomisili atau di tempat lain.

5. Penyimpangan-penyimpangan dalam penerbitan surat


wesel dan cek

Penyimpangan dalam penertiban surat wesel

Letter of Credit merupakan sebuah instrumen yang


dikeluarkan oleh sebuah bank atas nama salah satu
nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah
perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel
atas bank yang bersangkutan atau atas salah satu bank
korespondennya bagi kepentingannya, berdasarkan kondisi
atau persyaratan yang tercantum pada instrumen tersebut.
Peraturan mengenai Letter of Credit ini, diatur secara
Internasional oleh Kamar Dagang Internasional atau
Internasional Chamber of Commerce ialah UCPDC (Uniform
Customs and Practice for Commercial Documentary Credits)
yang di Indonesia, melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.
26/34/ULN tanggal 15 Desember 1993 telah menegaskan
berlakunya pelaksanaan UCPDC 500 di seluruh bank devisa
di Indonesia. Dalam Letter of Credit melibatkan 4 pihak ialah
Importir-Eksportir-langsung Bank Advising Bank, sehingga
dalam praktek pelaksanaannya dapat terjadi penyimpangan-
penyimpangan dalam pengiriman dokumen yang tidak
sesuai dengan syarat Letter of credit. Penyimpangan Ini lebih
dikenal dengan Istilah Discrepancy. Discrepancy Ini dapat
digolongkan dalam 2 bentuk, Ialah: Minor Discrepancy,
merupakan penyimpangan yang disebabkan oleh kekeliruan
kecil dan bersifat dapat diperbaiki, seperti keterangan salah
dalam Ivoice, kesalahan tanggal, keterangan salah dalam
wesel. Mayor Discrepancy, merupakan penyimpangan yang
dianggap besar dan tidak dapat diperbaiki lagi, seperti
barang yang dikapalkan salah, barang yang dikapalkan
terlambat, barang yang dikapalkan ke pelabuhan yang salah.

Penyimpangan dalam surat cek

Tujuan dilakukannya peneliotian ini adalah untuk


mengetahui bagaimana proses penggunaan cek dalam
sistem pembayaran dan apa saja manfaat cek sebagai sistem
pembayaran. Dengan menggunakan metode penelitian
yuridis normatif disimpulkan: 1. Dalam penggunaan cek
sebagai sistem pembayaran yang hendak diuangkan diubah
menjadi alat pembayaran tunai dan yang tersangkut
didalamnya adalah penerbit/tersangkut atau bank,
pemegang yaitu orang yang diberi hak untuk menerima
pembayaran, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran yang membawa dan memperlihatkan kepada
bankir. Pengganti yaitu orang yang menggantikan
kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen.
Pembayaran surat cek ini hanya dapat dibayarkan oleh Bank
yang terkait yang tertera dalam surat cek dalam waktu yang
telah ditentukan didalam surat cek tersebut. 2. Peneribit
surat cek terjadi karena perikatan dasar dan manfaat yang
didasarkan dalam lalu lintas pembayaran sangat membantu.
Selain sebagai surat perintah pembayaran sejumlah uang,
cek itu dimanfaatkan sebagai surat tagihan hutang. Dari
setiap manfaat penggunaan surat cek di simpulkan bahwa
surat cek lebih sederhana, praktis, aman jika digunakan
dalam lalu lintas pembayaran apalagi dengan jumlah
pembayaran yang besar dibanding menggunakan uang
tunai, karena surat cek sebagai alat pembayaran yang sah
sebagai pengganti uang tunai dapat diuangkan dan merubah
status pembayaran giral dan pembayaran tunai. Kata kunci:
Cek, sistem pembayaran.
Surat-surat berharga adalah sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu
prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat pembayaran yang di dalamnya
berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-
pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang
diberikan surat berharga oleh penerbitnya atau pihak ketiga
kepada siapa surat berharga tersebut telah dialihkan.3 Perlu
diketahui surat berharga memiliki karakteristik pada masing-
masing jenisnya mereka terdiri dari wesel, surat sanggup,
cek, bilyet giro, saham, obligasi dan promes atas tunjuk.
Beberapa dari jenis surat berharga tersebut, salah satunya
cek inilah yang akan menjadi topik dalam penulisan ini. Pada
pembayaran menggunakan cek, bank memegang peranan
penting, bukan hanya pembayaran dengan uang kartal,
melainkan juga pembayaran secara giral. Awalnya seseorang
mempercayakan penyimpanan dana pada bank, sifatnya
sama seperti perjanjian penitipan sebagaimana dalam Pasal
1694 KUHPerdata menyatakan bahwa penitipan barang
terjadi apabila orang menerima barang orang lain dengan
janji untuk menyimpannya dan kemudian
mengembaikannya dalam keadaan yang sama. Sebagaimana
diketahui, dalam penyelesaian kewajiban pembayaran di
antara anggota masyarakat di Indonesia terdapat
penggunaan berbagai cara atau media. Selain menggunakan
mata uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah,
dapat juga menggunakan sesuatu warkat berdasarkan
kesepakatan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan
penyelesaian kewajiban pembayaran itu.4 Kemajuan
ekonomi dan perdagangan khususnya dalam sistem
pembayaran, yang menuntut hal yang lebih praktis dan
efisien, sehingga para pelaku usaha lebih cenderung
menggunakan cek sebagai alat pembayaran.
11. Bilyat Giro

1.Dasar Hukum dan kedudukan

SEBI No4/670/UPPB/PBB, tanggal 24 Januari 1972 jo SK Direktur BI


No.28/32/KEP/DIR, tanggal 4 Kuli 1995. Kedudukan Bilyet Giro dengan cek
hampir sama, hanya bedanya cek adalah alat pembayaran tunai sedangkan
bilyet
giro merupakan alat pembayaran yang bersifat giral, dengan cara
memindah
bukukan sejumlah dana dari si penerbit.
2.Pengertian

Pasal 1 huruf d SK BI No.28/32/KEP/DIR/1995, Bilyet Giro adalah surat


perintah
dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan
sejumlah
dana dari rekening yang bersangkutan pada rekening pemegang yang
disebutkan
namanya.

3.Syarat Formil [Pasal 2 SKBI No.28/32/KEP/DIR/1995]

- nama bilyet giro dan nomor bilyet giro yang bersangkutan


- nama tertarik
- perintah yang jelas tanpa syarat yang memindahbukukan dana atas beban
rekening penarik
- nama dan nomor rekening pemegang
- nama bank penerima
- jumlah data yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam
huruf
selengkap-lengkapnya
- tempat dan tanggal penarikan
- tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap/stempel sesuai
dengan
persyaratan pembukuan rekening.
- dapat dicantumkan tanggal efektif dengan ketentuan harus dalam
tenggang
waktu penawaran. Bila tidak ada maka tanggal penarikan Bilyet Giro
berlaku
sebagai tanggal efektif.

4.Kewajiban dan tanggung jawab Penerbit

- Penerbit harus bertanggung jawab terhadap pemegangBilyet Giro yang ia


terbitkan dapat dipindahbukukan pada tanggal efektif.
- penerbit juga wajib membuat catatan mengenai keadaan keuangan dalam
rekeningnya sehingga dapat diketahui kemampuan untuk memenuhi
kewajiban
sehubungan dengan penarikan Bilyet Giro.

5.Tenggang waktu Penawaran Bilyet Giro

- Tenggang 70 hari sejak tanggal penerbitan [pasal 6 ayat 1]. Yaitu antara
tanggal
penerbitan dan tanggal efektif. Penerbit diberi kesempatan untuk
mengusahakan
dana dan memindahbukukan.
- Bilyet Giro yang ditawarkan pada bank sebelum tanggal efektif atau
sebelum
tanggal penarikan harus ditolak oleh bank.
- Bilyet Giro yang diterima oleh bank setelah tanggal berakhir tenggang
waktu
penawaran dapat dilaksanakan perintahnya sepanjang tersedia dan tidak
dibatalkan oleh penarik [pasal 6 ayat 2 dan 3].
6.Penolakan dan Pembatalan

Terjadi atau dapat dilakukan setelah tanggal berakhirnya tenggang waktu


penawaran denan surat pembatalan. Menurut pasal 7 ayat 1, penarik tidak
boleh
membatalkan bilyet giro selama dalam tenggang waktu penawaran 70 hari.
SEBI No.28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995, dapat ditolak bank jika
- tidak memenuhi syarat formal [pasal 3 ayat 1]
- Ditawarkan pada bank sebelum tanggal penarikan atau sebelum tanggal
efektif
[pasal 6 ayat 2]
- Tanggal efektif tidak dicantumkan tidak dalam tenggang waktu penawaran
[pasal 2 ayat 2]
- Terdapat perubahan tapi tidak ditanda tangani oleh penarik di tempat
kosong
terdekat dengan perubahan [pasaal 9]
- Telah daluwarsa
- Saldo rekening penarik tidak cukup
- Ditawarkan pada tertarik setelah penawaran dan telah diterima surat
pembatalan
Bilyet Giro oleh bank yang bersangkutan dari penarik [pasal 7 ayat 2]
Prosedur :
- Dikembalikan pada pemegang dengan surat keterangan penolakan dalam
rangkap 3, masing-masing untuk pemegang, penarik, dan arsip bank yang
bersangkutan.
Isi surat pembatalan :
– Nomor bilyet giro
– Tanggal penarikan
– Jumlah dana yang dipindahbukukan

7.Bilyet Giro Kosong

SKBI No.28/122/KEP/DIR/1996 pasal huruf i, bilyet giro yang diajukan


kepada
bank tidak mencukupi untuk membayar atau memenuhi amanat pada
Bilyet Giro
yang bersangkutan atau yang ditolak pada tenggang waktu adanya
kewajiban
penyedia dana oleh penarik karena dananya tidak cukup.
SEBI No.28/137/UPG/1966, penatausahaan Bilyet Giro : penolakan
pembayaran
terhadap tiap-tiap Bilyet Giro oleh bank, baik karena dananya tidak cukup
maupun karena alasan lain, harus disertai dengan surat keterangan
penolakan
[SKP].
Muatan SKP :
- Nama
- Alamat
- Nomor rekening
- NPWP
- Bila nasabah termasuk suatu Fa, CV, PT, Koperasi, Yayasan, Perkumpulan
maka selain dicantumkan nama perusahaan dicantumkan nama penarik.
Bank dalam hal Bilyet Giro Kosong :
- SP-I, untuk penolakan pertama
- SP-II, untuk penolakan kedua
- Surat Pemberitahuan Penutupan Rekening [SPPR] untuk nasabah [pasal 7]
- Tiap bank yang mengirim SP-I, SP-II, SP-III, SPPR pada nasabah, 1
tembusan
pada Bank IndonesianBagian Lalu Lintas Pembayaran Giral bagi bank di
Jakarta
atau diluar Jakarta
- Permohonan pembatalan atas bilyet giro dengan alas an kosong diajukan
secara
tertulis pada Bank Indonesia dengan melampirkan bukti – bukti yang
mendukung
kesalahan administrasi bank.
- Permohonan diajukan paling lambat 1 bulan sejak tanggal penolakan,
pelampauan terhadap batas waktu tersebut diselesaikan secara kasus per
kasus.
Konsekuensi :
- Bagi penerbit mendapat sanksi administrasi berupa pencantuman nama
nasabah
dalam “Daftar Hitam Penarikan Bilyet Giro Kosong”
- Nasabah diwajibkan mengembalikan sisa blanko Bilyet Giro yang belum
digunakan
- Nama nasabah yang masuk daftar hitam akan terhapus sendiri setelah
masa
berlaku daftar hitam berakhir dan akan diterima kembali sebagai nasabah
bank
- Si penerbit Bilyet Giro Kosong yang diindikasikan dan patut diduga dalam
penyelidikan terdapat unsur penipuan dapat dijatuhkan sanksi pidana
sesuai
KUHP

12. Surat berharga yang diterbitkan lembaga perbankan

Apa itu Sertifikat Deposito?


Sertifikat Deposito adalah produk yang ditawarkan oleh bank dan credit
union yang memberikan premi suku bunga sebagai imbalan bagi pelanggan
yang
setuju untuk meninggalkan setoran lump-sum tanpa tersentuh untuk
jangka waktu
yang telah ditentukan sebelumnya. Hampir semua lembaga keuangan
menawarkannya, meskipun tergantung pada masing-masing bank syarat
Sertifikat
Deposito yang ingin ditawarkannya, seberapa besar nilainya akan
dibandingkan
dengan produk tabungan dan pasar uang bank, dan peraturan apa yang
diberlakukan untuk penarikan awal. Sertifikat Deposito juga bisa dibilang
investasi yang lebih aman dan lebih konservatif daripada saham dan
obligasi.
Menawarkan peluang pertumbuhan yang lebih rendah, tetapi dengan
tingkat
pengembalian yang dijamin tidak fluktuatif. Membuka Sertifikat Deposito
sangat
mirip dengan membuka rekening bank standar apa pun. Ada 3 hal yang
harus
diperhatikan ketika akan membuka Sertifikat Deposito, antara lain:

1. Suku Bunga
Suku bunga yang ditetapkan haruslah positif karena memberikan tingkat
pengembalian yang jelas dan dapat diprediksi selama periode waktu
tertentu.
Bank nanti tidak dapat mengubah kurs dan hal ini berpengaruh pada
penghasilan.

2. Jangka Waktu
Ini adalah jangka waktu untuk untuk menghindari penalti (misalnya,
Sertifikat
Deposito 6 bulan, 1 tahun, 18 bulan, dll). Jangka waktu ini berakhir pada
"tanggal
jatuh tempo," ketika Sertifikat Deposito telah sepenuhnya jatuh tempo dan
maka
dana dapat ditarik tanpa terkena penalti.

3. Institusi
Pilihlah bank atau credit union yang terpercaya, karena hal ini akan sangat
berpengaruh pada keamanan sertifikat deposito yang dimiliki.
Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah surat berharga yaitu dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3
bulan)
dengan sistem diskonto/bunga.
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia
untuk
mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia
dapat
menyerap kelebihan uang primer yang beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI
menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga SBI), yaitu BI
mengumumkan
target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa
periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku
pasar
dalam mengikuti pelelangan.
- SBI, SBIS dan SDBI memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari
kerja pada saat second leg transaksi repo.
Peserta & Perantara Operasi Moneter
Pihak yang dapat menjadi counterparty Bank Indonesia dalam pelaksanaan
operasi moneter di pasar keuangan domestik, baik yang melibatkan
transaksi
rupiah maupun valuta asing harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Peserta Operasi Moneter

1. Peserta Operasi Moneter terdiri dari :

Peserta OPT, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang


ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
Peserta Standing Facilities, yaitu bank

2. Persyaratan peserta Operasi Moneter adalah sebagai berikut:


Berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BIRTGS;
Tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara
untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter;
Wajib memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
Wajib memiliki rekening giro valuta asing di Bank
Indonesia dalam hal peserta operasi moneter mengikuti transaksi OPT di
pasar valuta asing.
Wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS
dan/atau di lembaga kustodian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peserta Operasi Moneter wajib menyediakan dana yang
cukup di rekening giro rupiah di Bank Indonesia dan/atau surat berharga
yang cukup di rekening surat berharga di BI-SSSS atau di lembaga
kustodian untuk penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian
transaksi
Peserta Operasi Moneter yang mengikuti transaksi di pasar
valuta asing wajib menyediakan dana di Bank Indonesia atau transfer
dana ke rekening Bank Indonesia yang cukup penyelesaian kewajiban
pada tanggal penyelesaian transaksi
Peserta OPT dapat mengikuti OPT secara langsung
dan/atau tidak langsung melalui lembaga perantara.

3. Lembaga Perantara
Lembaga Perantara melakukan transaksi OPT untuk
kepentingan peserta Operasi Moneter.
Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud terdiri dari:
Pialang pasar uang rupiah dan valuta asing; dan
Pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan Republik Indonesia sebagai Dealer Utama.
Pialang pasar modal hanya dapat menjadi lembaga
perantara dalam transaksi repo, transaksi reverse repo dan transaksi
pembelian atau penjualan Surat Berharga secara outright.
Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut :
Berstatus aktif sebagai Peserta BI-SSSS; dan
Tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha
oleh otoritas pengawas yang berwenang.
13. Surat berharga komersial

Perkembangan surat berharga komersial ini di Indonesia diawali pada tahun


1980
dimana pemerintah mengeluarkan serangkaian paket kebijakan deregulasi
pada
sektor riel, sektor finansial, sektor investasi dimana surat berharga
komersial ini
adalah merupakan salah satu bentuk pengembangan pasar finansial.
Dimana
selanjutnya pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia
No. 28/52/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 49/52/UPG yang
masing-masing bertanggal 11 Agustus 1995 tentang “Persyaratan
Perdagangan
dan Penerbitan Surat Berharga Komersial” (Commercial Paper) melalui
bank
umum di Indonesia, dimana dengan adanya peraturan tersebut maka bank
umum
di Indonesia mempunyai pedoman yang seragam serta memiliki dasar
hukum
yang kuat terhadap keberadaan surat berharga komersial.
Penerbitan Surat Berharga komersial di Indonesia juga harus memperoleh
peringkat dari Lembaga Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia
dikenal
dengan nama PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) yang berdiri pada
tahun 1993.
Definisi commercial paper di Indonesia diartikan sebagai suatu obigasi
jangka
pendek dengan jangka waktu jatuh tempo berkisar 2 sampai 270 hari, yang
dikeluarkan oleh bank atau perusahaan dan peminjam lain kepada investor
yang
mempunyai uang tunai untuk sementara waktu. Instrumen tersebut tidak
ada
jaminannya (unsecured instrument) dan biasanya diberikan secara discount
namun
ada juga yang memberikan bunga tertentu.
Syarat-Syarat Penerbitan Surat Berharga Komersial Di Indonesia
Syarat-syarat penerbitan surat berharga komersial ini dapat ditemukan
pada
ketentuan pasal 2 sampai dengan pasal 5 dari Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 yaitu :

Kriteria :
1. Berjangka waktu paling lama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
2. Diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dalam Pasal 1 angka 9 surat
keputusan ini.
3. Mencantumkan
o Klausula sanggup dan kata-kata “Surat Sanggup” di dalam teksnya
dan dinyatakan dalam bahasa Indonesia.
o Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
o Penetapan hari bayar
o Penetapan pembayaran
o Nama pihak yang harus menerima pembayaran atau penggantinya
o Tanggal dan tempat surat sanggup diterbitkan
o Tanda tangan penerbit
Pada halaman muka commercial paper sekurang-kurangnya dicantumkan
hal-hal
sebagai berikut :
Kata-kata “Surat Berharga Komersial” (Commercial Paper) yang ditulis
kata-kata “Surat Sanggup”
Pernyataan “tanpa protes” dan “tanpa biaya” sebagaimana yang
dimaksud
dalam Pasal 176 jo Pasal 145 KUHD ;
Nama bank atau perusahaan efek dan nama serta tanda tangan pejabat
bank atau perusahaan efek yang ditunjuk sebagai agen tanda keaslian
Commercial Paper, tanpa penempatan logo atau perusahaan efek secara
mencolok ;
Nama dan alamat bank atau perusahaan yang ditunjuk sebagai pembayar
tanpa penempatan logo bank atau perusahaan secara mencolok ;
Nomor seri Commercial Paper ;
Keterangan cara penguangan Commercial Paper sebagaimana diatur
dalam
pasal 4 surat keputusan ini.
Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial meliputi
a. Bank atau Perusahaan Efek yang berfungsi sebagai penata laksana
(arranger) penerbitan;
b. lembaga pemeringkat;
c. konsultan hukum;
d. akuntan publik;
e. notaris; dan
f. lembaga lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

14. Kartu Keredit

Di zaman sekarang ini, kartu kredit sudah sangat populer di


kalangan masyarakat Indonesia. Tidak seperti dulu, memiliki
kartu kredit bukan merupakan hal yang aneh dan bisa
dibanggakan, sebab sudah banyak orang sudah memiliki kartu
kredit. Namun apakah Anda sudah mengetahui bagaimana
dulunya kartu kredit itu lahir? Bagaimana kartu kredit itu bisa
berkembang hingga sekarang ini? Anda sangat beruntung,
karena di sni kami akan mengulas tentang sejarah dan
perkembangan kartu kredit. Tidak susah untuk menelusuri
bagaimana sejarah dan perkembangan kartu kredit. Banyak
referensi yang bisa ditelusuri untuk memahami bagaimana
perkembangan alat ini.
Kono,, kartu kredit yang dulunya belum lahir itu sudah bisa
diramalkan oleh Novelis terkenal bernama Edward Bellamy.
Dalam karya novelnya yang berjudul “Looking Backward”. Dia
selalu mengungkapkan istilah kartu kredit hampir sebanyak 11
kali. Banyak orang menganggap bahwa inilah cikal bakal
kelahiran ide untuk membuat kartu kredit.
Mungkin sekitar tahun 1900-an, beberapa perusahaan seperti
SPBU dan supermarket di Amerika serikat sudah
memperkenalkan praktek kredit seperti lewat kartu belanja yang
biasa digunakan oleh para pelanggan mereka.
Kartu ini sengaja diterbitkan oleh perusahaan dan hanya
berfungsi sebatas kartu member saja. Dengan harapan
konsumen menjadi lebih loyal, manajemen perusahaan pun lebih
rapih untuk mengurus semua data konsumen yang nantinya
akan dijadikan sebagai data marketing.
Mulai di tahun 1946 mulailah lahir sistem pembayaran kredit
yang dipelopori oleh institusi perbankan di Amerika Serikat.
Bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Ban of
Brooklyn melahirkan sistem ini dengan nama “Charge It”. Sistem
ini dibuat untuk mempermudah nasabah dalam melakukan
aktivitas transaksi di berbagai toko atau merchant yang juga
merupakan nasabah bank tersebut.
Perkembangan selanjutnya adalah ditandai dengan kelahiran
Diners Club Card. Kartu ini lahir pada tahun 1949. Ditemukan
secara tidak sengaja oleh Frank McNamara yang ketika itu
sedang melakukan malam makan di restoran mewah. Ketika
sudah beres makan, tagihan datang dan ia tidak bisa membayar
karena dompetnya ketinggalan. Nah untuk mengatasi masalah
ini, dia membuatkan kartu unik tersebut sebagai pengganti dari
pembayaran tunai. Diners Club Card ini serupa dengan kartu
Charge. Dan dari sinilah cikal bakal kelahiran kartu kredit yang
kita kenal sekarang ini.
Sejak tahun 1951, Diners Club Card makin marak digunakan
banyak orang dan begitu terkenal di Amerika Serikat. Di tahun
itu juga ditemukan bahan untuk membuat kartu Diners Club
Card. Bahannya itu dari plastik, sebab sebelumnya kartu itu
terbuat dari bahan dasar kertas.
American Express melihat peluang bagus ini. Ketika semua orang
ramai menggunakan kartu Diners Club, American Express juga
tidak mau kalah untuk menerbitkan kartu serupa. Kartu
terbitannya itu bernama AMEX (American Express) dan berjenis
seperti kartu Charge.
Perkembangan selanjutnya, barulah lahir kartu kredit seperti
yang kita kenal sekarang. Kartu kredit pertama diterbitkan oleh
Bank of America (VISA). Dan baru lah pada tahun 1960-an,
terjadi ekspansi dan edukasi secara besar-besaran tentang
manfaat dari kartu kredit ini hingga semua sudah paham dan
mengerti tentang kegunaan alat transaksi ini. Dan barulah
sekitar tahun 1970-an, Amerika mulai menetapkan regulasi
kebijakan penggunaan kartu kredit. Aturannya pun semakin
jelas, tujuannya agar bisnis ini tumbuh subur. Nah dari sinilah
perkembangan kartu kredit mulai merambah ke berbagai
belahan negara lainnya, seperti ke Eropa, Arab, Afrika, Australia,
Asia, hingga sampai ke Indonesia.
Kartu kredit sudah mulai berkembang di dunia, seperti di
Amerika Serikat hingga Asia, Eropa, Australia, hingga akhirnya
sampai ke Indonesia. Masuknya kartu kredit ke Indonesia ini
tidak bisa kita tolak, sebab ini berkaitan dengan perkembangan
teknologi dan informasi. Dan juga keberadaan kartu kredit secara
nyata sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, apalagi
bagi mereka yang hidupnya di kota-kota besar.
Pertama kali kartu kredit yang masuk ke Indonesia terjadi sekitar
tahun 1980-an. Diperkenalkan oleh Bank Duta yang pada saat itu
menjalin kerjasama dengan VISA dan MasterCard International.
Bank Duta merupakan bank yang pertama kali menerbitkan dan
memasarkan kartu kredit di Indonesia. Dulu kartu kredit terbitan
bank Duta ini ditujukan secara khusus bagi nasabahnya sendiri
dan tidak bebas bagi kalangan umum. Berbeda dengan
sekarang, di mana kartu kredit bisa digunakan oleh siapa saja.
Dulu, target market dari bisnis kartu kredit ini hanya ditujukan
kepada kalangan orang kaya, pengusaha, pejabat, dan orangorang kelas
atas lain.
Sekarang, keberadaan Bank Duta hanyalah sebuah nama dan
sejarah saja. Walaupun bank Duta menjadi bank pertama yang
menerbitkan kartu kredit, nyatanya dia tidak bisa bertahan lama.
Tahun berganti tahun, para pemain baru mulai bermunculan.
Seperti BCA, Citibank, Hong Kong Bank, dan lainnya. Citibank
yang kita kenal sekarang ini berbeda dengan dulu. Pertama kali
Citibank datang ke Indonesia, masih menggunakan logo dan
nama City Bank. Namanya itu seperti mendeskripsikan akan
sebuah kota besar dengan penduduknya yang sangat padat.
Citibank memfokuskan bisnisnya pada produk kartu kredit.
Sehingga tidaklah heran jika Citibank selalu meraih prestasi
perbankan, banyak mendapat keuntungan, dan terkenal ke
berbagai negara di dunia. Pada tahun 1990-an, bisa dibilang
sudah banyak orang yang memiliki kartu kredit Citibank. Mereka
seakan sangat bangga jika memiliki kartu ini. Sebab kartu ini
susah didapatkan, harus melalui proses persetujuan yang
panjang dan sulit. Ditambah target pasarnya yang hanya
ditujukan bagi kalangan atas. Jadi, di tahun itu, ketika seseorang
memiliki kartu kredit Citibank, akan sangat bangga memilikinya.
Sampai ada istilah, "belum punya kartu kredit Citibank, berarti
belum punya kartu kredit".
Hal ini memang benar adanya, sebab nama Citibank sangat
disegani banyak orang. Citibank sangat unggul dalam berbagai
hal, termasuk unggul dalam manajemen perbankan yang tidak
ada saingannya. Bahkan bank-bank swasta nasional atau bankbank BUMN
pun terpaksa harus merekrut beberapa eksekutif
Citibank supaya bisa bekerja sebaik bank itu. Hal ini bertujuan
agar etos kerja manajemen perbankan dari Citibank bisa tertular
dan membesarkan bank-bank lainnya. Tetapi lama-lama nama
Citibank mulai meredup. Ditambah banyak kasus yang terjadi
pada Citibank, seperti kasus nasabah yang tewas di tangan debt
collectornya, dan juga kasus Malinda dee.
Dan saat ini, orang-orang bisa dibilang sudah tidak begitu
bangga lagi memiliki kartu kredit Citibank. Banyak yang mungkin
merasa malu karena nama Citibank saat ini sudah terkenal
dengan konotasi negatif. Bahkan sempat ada lelucon yang
sangat ramai dibicarakan orang-orang, "jalan menuju surga
gampang, tinggal ngemplang kartu kredit Citibank."
Meski sempat terpuruk, tapi perlahan Citibank mulai
memperbaiki kinerjanya. Hal ini memang harus dilakukan karena
sekarang sudah bermunculan pesaing berat di bisnis kartu kredit
seperti dari BCA, Bank Mandiri, BNI, Bank ANZ, dan lainnya yang
menawarkan kartu kredit kepada semua kalangan, tidak terbatas
bagi nasabahnya saja. Karena sudah begitu sering memakai dan
mengenal kartu kredit, maka memiliki kartu kredit di zaman
sekarang bukanlah suatu kebanggan.
Era 1980-an, untuk mempunyai kartu kredit kita harus datang
dan memohon ke bank. Tidak hanya itu, Anda juga harus lolos
berbagai persyaratan yang sangat menyusahkan. Seperti jumlah
tabungan, jabatan pekerjaan, hingga status sosial pun menjadi
syarat utama. Namun, bisa saja Anda mendapatkan kartu kredit
dengan mudah kala itu, jika ada teman yang bisa
merekomendaikan Anda untuk bisa memiliki kartu kredit. Ini
seperti program marketing Member Get Member.
Jadi, kesimpulannya sejarah perkembangan kartu kredit di dunia
itu perlu melalui beberapa tahapan serta membutuhkan waktu
yang sangat panjang agar kartu kredit bisa diterima di seluruh
dunia. Begitu juga ketika kartu kredit mulai memasuki kawasan
Indonesia, harus melewati beberapa tahapan, dan waktu yang
panjang untuk bisa eksis dan berkembang di dunia bisnis
perbankan.
Walau ketika krisis ekonomi yang sempat terjadi di Asia
Tenggara termasuk Indonesia, kerusuhan di mana-mana,
penembakan, kasus trisakti, pemerkosaan, pembunuhan etnis
tionghoa, antar wilayah pecah, hingga berefek pada beberapa
bank harus ditutup, masih saja ada beberapa bank yang gencar
memasarkan dan mengembakan produk kartu kredit ini,
terutama bank asing. Di mana mereka berlomba-lomba menarik
nasabah untuk memasarkan kartu kredit. Segala trik marketing
digunakan karena begitu maraknya perkembangan kartu kredit
di Indonesia, maka agar pasar kartu kredit semakin bertumbuh,
pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pada tahun 1988
di bulan Desember. Berdasarkan kebijakan itu, hampir semua
bank berlomba-lomba menerbitkan kartu kredit, tidak hanya
bank saja, bahkan lembaga keuangan non-bank pun bisa
menerbitkan kartu kredit. Bahkan perusahaan yang tidak ada
hubungannya dengan keuangan bisa menerbitkan kartu kredit.
Seperti yang kita kenal dulu ada semacam Hero Supermarket,
IndoMobil Group, Rimo, Astaga, dan lain sebagainya. Bahkan di
tahun 2008, sudah tercatat sebanyak 20 perusahaan yang sudah
menerbitkan kartu kredit.
Hingga pada tahun 2010 ke atas, kondisi ekonomi Asia tenggara
bahkan Indonesia sudah makin stabil, pasar kartu kredit makin
berkembang seiring berkembangnya regulasi dunia perbankan.
Produknya pun semakin bergam dan bervariasi, semakin banyak
bank yang menerbitkan kartu kredit, karena mereka yakin, kartu
kredit itu merupakan salah satu bisnis di dunia perbankan yang
masih banyak memiliki prospek keuntungan.
Pengertian kartu kredit
Kemunculan kartu kredit tak lepas dari pengalaman Frank X McNamara,
pemimpin perusahaan kredit Hamilton sekaligus penemu kartu kredit, yang
lupa
membawa dompetnya ketika makan di restoran. Dengan rasa malu, ia pun
menghubungi istrinya untuk membawakan sejumlah uang.
Singkat cerita, pengalaman ini menginspirasi McNamara untuk
menciptakan kartu
yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mana pun.
Sejalan dengan kisah tersebut, merujuk kepada peraturan Bank Indonesia
nomor 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran,
pengertian kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan
kartu yang
dapat digunakan untuk transaksi pembelanjaan ataupun penarikan tunai.
Kewajiban pembayaran transaksi menggunakan kartu kredit dipenuhi
terlebih
dulu oleh penerbit kartu kredit, sementara pemegang kartu dapat
melakukan
pelunasan pada waktu yang disepakati, baik secara langsung maupun
angsuran.
Berdasarkan tujuan pembuatan kartu kredit, serta definisi pada peraturan
Bank
Indonesia di atas, maka jelas bahwa pengertian kartu kredit adalah sebagai
alat
pembayaran, bukan sebagai alat utang ataupun dana cadangan.
Peraturan Bank Indonesia mengenai kepemilikan dan limit kartu kredit
Enaknya punya kartu kredit itu bisa belanja hingga puluhan juta meski
gajian
masih lama. Kalau limit kartu kredit yang dimiliki kurang, tinggal bikin kartu
kredit lain biar limit berlipat ganda.
Pernah punya pemikiran serupa?
Meski tak sepenuhnya salah, buang jauh-jauh pemikiran tersebut. Dengan
pemikiran tersebut, besar kemungkinan kamu bakal terjerat utang kartu
kredit dan
kewalahan membayar tagihannya.
Sebagai tindakan meminimalkan risiko terjadinya kredit macet yang bakal
merugikan bank penerbit kartu kredit maupun nasabah, bank Indonesia
pun telah
mengatur pembatasan kepemilikan kartu kredit. Berikut ini isi aturannya:

1. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi usia:


o Pemegang kartu utama berusia minimal 21 tahun atau sudah
menikah
o Pemegang kartu tambahan berusia minimal 17 tahun atau sudah
menikah

2. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi pendapatan


o Penghasilan kurang dari Rp 3 juta tidak diperbolehkan memiliki
kartu kredit
o Penghasilan Rp 3-10 juta, boleh memiliki maksimal dua kartu
kredit, dengan limit seluruh kartu kredit maksimal tiga kali pendapatan per
bulan
o Penghasilan di atas Rp 10 juta tidak dibatasi kepemilikan kartu
kreditnya, namun dengan mempertimbangkan analisis risiko masing-masing
penerbit kartu.
Dari aturan tersebut, kamu sudah bisa memperkirakan plafon dan jumlah
kartu
kredit yang bisa kamu miliki, bukan?
Jenis-jenis kartu kredit
Saat hendak mengajukan kartu kredit, kamu akan menemukan beragam
jenis kartu
kredit. Tiap jenis kartu kredit punya peruntukkan, manfaat, dan persyaratan
yang
berbeda-beda.
Secara umum, kartu kredit dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu
limit dan
wilayah berlaku. Berikut ini penjelasannya.
1. Jenis kartu kredit berdasarkan limit
Dalam menetapkan plafon atau limit kartu kredit, bank akan
mempertimbangkan
penghasilan bulanan nasabah sebagai tolak ukur kemampuan bayar.
Berikut ini
pembagiannya:

1. Kartu kredit classic


Kartu kredit classic adalah kartu kredit dengan limit terendah, serta biaya
termurah dibandingkan kartu kredit lainnya. Umumnya, kartu kredit classic
menawarkan plafon hingga Rp 5 juta, dengan syarat penghasilan minimum
mulai
dari Rp 3 juta.
2. Kartu kredit gold
Satu tingkat di atas kartu kredit classic, kartu kredit gold menawarkan limit
hingga Rp 40 juta. Meski dengan plafon yang cukup tinggi, kartu kredit ini
cocok
diajukan sebagai kartu kredit pertama oleh calon nasabah berpenghasilan
bulanan
mulai dari Rp 5 juta.
3. Kartu kredit platinum
Kartu kredit platinum ditujukan kepada para karyawan atau pebisnis
berpenghasilan mulai dari Rp 25 juta per bulan. Adapun, batas limit kartu
kredit
platinum dapat mencapai hingga lebih dari Rp 75 juta.
4. Kartu kredit signature
Umumnya, kartu kredit signature ditujukan kepada nasabah prioritas
dengan
penghasilan mulai dari Rp 30 juta per bulan.
Kartu kredit lifestyle ini menawarkan limit mulai dari Rp 100 juta hingga tak
terbatas. Selain plafon yang tinggi, kartu kredit signature juga memiliki
fasilitas
dan layanan yang lebih eksklusif dibandingkan jenis lainnya.
5. Kartu kredit infinite
Kartu kredit infinite hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki aset atau
berpenghasilan mulai dari Rp 50 juta per bulan. Adapun limit kartu kredit
infinite
mulai dari Rp 500 juta hingga tak terbatas.
Umumnya, semakin tinggi limit kartu kredit, semakin tinggi pula iuran
tahunan
yang dikenakan. Misalnya, kartu kredit classic mematok iuran tahunan
mulai dari
0 hingga 100 ribu, sementara iuran tahunan kartu kredit infinite mulai dari
Rp 500
ribu hingga di atas Rp 4 juta.

2. Jenis kartu kredit berdasarkan wilayah


Berdasarkan wilayah jangkauannya, kartu kredit dibagi menjadi dua jenis,
yaitu
sebagai berikut:

1. Kartu kredit nasional


Kartu kredit nasional adalah kartu kredit yang hanya bisa digunakan di
sejumlah
wilayah tertentu. Biasanya, kartu kredit nasional merupakan produk
kerjasama
antara perusahaan dengan pihak penerbit kartu kredit.
Misalnya, kartu kredit Mandiri Visa Hypermart, Carrefour Mega Card, dan
sebagainya.
2. Kartu kredit internasional
Kartu kredit internasional adalah kartu kredit yang bisa digunakan di masa
saja
dan diakui hampir di seluruh dunia. Adapun, jaringan kartu kredit yang
paling
mendominasi saat ini adalah Visa dan Mastercard. Kedua perusahaan
provider
inilah yang membuat kartu kredit punya jangkauan penggunaan yang luas.
Ciri-ciri kartu kredit
Tampilan fisik kartu kredit sekilas tak jauh berbeda dengan kartu debit
ataupun
kartu member. Untuk membedakannya, berikut ini ciri-ciri kartu kredit yang
perlu
kamu tahu:
Pada bagian depan kartu kredit, terdapat beberapa informasi berikut ini:
Nomor kartu tercetak timbul
Masa berlaku kartu tercetak timbul
Nama pemegang kartu tercetak timbul
Nama dan logo bank penerbit
Hologram atau gambar tiga dimensi pada permukaan kartu (umumnya
pada kartu kredit mastercard)
Pada bagian belakang kartu kredit, terdapat beberapa informasi berikut ini:
Panel tanda tangan
Magnetic stripe
Cetakan nomor kartu kredit atau debossing number yang tertera pada
bagian depat kartu
Hak dan tanggung jawab pemegang kartu kredit
Setelah tahu seluk-beluk mengenai kartu kredit, hak dan tanggung jawab
pemegang kartu kredit tak kalah penting buat diketahui para nasabah atau
calon
nasabah kartu kredit.
Sebab, jika ada kewajiban yang luput buat dilakukan, kerugian yang
ditanggung
pasti tak sedikit. Begitu pula soal hak nasabah kartu kredit. Jika tidak tahu,
manfaat kartu kredit tak bisa dinikmati secara optimal.
Tanpa perlu berpanjang-panjang lagi, berikut ini daftar hak dan tanggung
jawab
nasabah kartu kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor
14/2/PBI
2012:
1. Hak-hak pemegang kartu kredit

1. Memperoleh informasi secara tertulis dan lengkap mengenai


prosedur, serta tata cara penggunaan kartu kredit.
2. Memperoleh lembar tagihan secara benar, akurat, dan tepat waktu.
3. Mendapatkan informasi mengenai kelonggaran waktu pembayaran,
jika jatuh tempo pembayaran bertepatan dengan hari libur
4. Dikenakan bunga transaksi hanya bila pembayaran tidak dilakukan
secara penuh atau secara penuh setelah melewati tanggal jatuh tempo
5. Dikenakan bunga tidak lebih dari 3 persen dan denda
keterlambatan sebesar 3 persen per bulan atau maksimum Rp 150 ribu. Jika
sudah
dinyatakan kredit macet, denda tidak diberlakukan.
6. Fasilitas untuk meningkatkan atau menurunkan limit kredit yang
dilakukan sesuai kesepakatan antara nasabah dan pihak bank.

2. Tanggung jawab pemegang kartu kredit

1. Pemegang kartu berkewajiban melakukan pembayaran pada waktu yang


disepakati, baik dengan pelunasan sekaligus atau secara angsuran.
2. Membayar berbagai biaya yang dikenakan pihak bank sebagai
konsekuensi pemakaian kartuhttps://www.gobear.com/id/credit-card/all,
seperti
biaya iuran tahunan, keterlambatan pembayaran, dan sebagainya
3. Mematuhi semua aturan dan kebijakan bank penerbit kartu kredit
15. Letter Of Credit (L/C)
Apa Itu Letter Of Credit?
LOC atau letter of credit merupakan cara pembayaran internasional yang
menjadikan memungkinkan seorang eksportir menerima pembayaran
langsung
tanpa menunggu berita dari luar negeri. Pembayaran tersebut akan diterima
setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan ke luar negeri atau kepada
pemesan.
Fungsi Letter Of Credit
Dalam hakikatnya letter of credit memiliki banyak sekali fungsi, yang pertama
berfungsi untuk memudahkan pembayaran. Baik itu untuk importir yang
membeli
maupun eksportir yang memberikan barang.
Sebab, eksportir tidak perlu menunggu dana untuk terkumpul, dimana dana
yang
ingin dibayarkan akan ditangguhkan oleh bank. Begitu pun dengan importir
yang
tidak perlu menunggu datangnya barang terlalu lama.
Selain itu dengan fasilitas kredit yang dijamin oleh perbankan bisa membantu
importir dalam menentukan waktu pembayaran. Apakah ingin langsung,
ataupun
ditangguhkan dulu dalam jangka waktu tertentu. Fungsi lain letter of credit ini
adalah keamanan dalam bertransaksi utamanya untuk eksportir.
Sebab menjual barang lintas negara tidaklah mudah banyak resiko yang harus
ditanggung. Berkat Letter of Credit (LoC), pembayaran tetap aman karena
berada
dalam otorisasi pihak perbankan. Pembayaran hanya akan cair apabila pihak
penjual dan pembeli telah sama-sama mencapai kata kesepakatan.
Jenis Letter Of Credit
Melihat keamanan dan kemudahannya, tidak heran jika l/c ini banyak disukai
oleh
banyak pihak. Karenanya bagi yang mulai ingin mencoba untuk menggunakan
sistem pembayaran ini, ada baiknya untuk mengenal jenis-jenis apa saja yang
ada
dalam sistem pembayaran ini. Berikut ini adalah pembahasan terkait jenis-
jenis
letter of credit yang ada diantaranya :

1. Revocable Letter Of Credit

Pertama adalah loc yang bisa dibatalkan ataupun diubah sewaktu-waktu


secara
sepihak oleh bank pembuka (opening bank) karena ada alasan tertentu tanpa
adanya pemberitahuan lebih dulu kepada si penerima. Biasanya jenis loc ini
harus
terus di cek setiap waktunya. Meskipun tanpa pemberitahuan, tapi
pembatalannya
ini terjadi karena alasan. Bisa dari pihak importir maupun eksportir.

2. Irrevocable

Sesuai dengan namanya, transaksi yang satu ini tidak bisa dibatalkan oleh satu
pihak selama masa perjanjian tersebut masih dalam masa waktu yang valid.
Dalam hal ini semua pihak yang bersangkutan adalah kedua belah pihak yang
bertransaksi dan open bank sebagai pihak ketiga. Sehingga apabila ada pihak
yang
membatalkan secara sepihak, maka bisa terkena hukuman.

3. Back To Back LOC

Sifatnya seperti reseller, dimana si penerima ini sebenarnya bukan pembelinya


tapi hanya sekedar perantara. Nantinya barulah si perantara ini menyalurkan
barang yang dibelinya kepada penerima yang asli.
Selanjutnya perantara ini meminta bantuan pihak bank agar pemilik dan
penerima
barang-barang yang sebenarnya memiliki akses Letter Of Credit dengan
menjaminkan L/C yang diterima dari luar negeri.

4. Revolving LOC

Apabila melihat namanya yakni revolving, maka bisa diambil kesimpulan


bahwa
letter of credit ini bisa dilakukan berulang-ulang. Dimana kedua pihak yang
bertransaksi bisa menggunakan kembali kreditnya untuk melakukan transaksi
yang berbeda. Biasanya jenis ini dilakukan pada satu bank saja yang sudah
dipercaya dan memiliki hubungan baik dengan semua pihak yang terlibat.
5. Unrestricted LOC

Tidak dibatasi adalah keunggulan utama dari jenis letter of credit yang satu ini.
Dimana dalam hal ini pihak eksportir maupun importir tidak dibatasi
melakukan
negosiasi di bank manapun yang diinginkannya. Sehingga memberikan
kemudahan dan juga fleksibilitas yang tinggi kepada pihak yang terkait.

6. Sight LOC

Pembayaran langsung dan saat itu juga saat dokumen diterima oleh pihak
bank
adalah ciri khas dari kredit yang satu ini. Dimana saat dokumen sudah
diperiksa,
dan dinyatakan lolos lalu diterima, pihak pembayar harus langsung
memberikan
dana. Untuk besaran dananya sendiri tergantung kesepakatan pihak penerima
dengan pihak bank yang sebelumnya telah dibuat.

7. Usance LOC

Berbeda dengan sight, usance memberikan tenggat waktu kepada pihak


importir
untuk melakukan pembayarannya. Biasanya tenggat waktu ini diberikan oleh
pihak eksportir. Entah itu setelah dokumen diterima, maupun setelah sebulan
transaksi disetujui. Pihak importir hanya harus menerbitkan draft waktu
ataupun
tanggal dari wesel. Sehingga pihak importir tidak harus langsung membayar.

8. Red Clause LOC

Jenis letter of credit yang masing-masing bank pembuka L/C menuliskan klausa
khusus menggunakan tinta merah. Klausul atau klausa tersebut berisikan
tentang
pihak bank pembayaran diberikan kuasa oleh pihak bank pembuka untuk
membayar uang muka kepada penerima. Itulah mengapa dikatakan red clause,
karena memang khusus klausul itu ditulis dengan tinta merah.
Contoh LOC Pada Bisnis
Setelah melihat pengertian dan apa saja jenis letter of credit, maka mudah
sebenarnya untuk memberikan contohnya. Seperti pihak A merupakan
seorang
importir alat berat yang berasal dari Indonesia ingin membeli alat berat dari
pihak
B yang berada di London.
Pihak B yang menerima pesanan dari pihak A menyadari kalau Pihak A
merupakan importir baru. Demi keamanan dan kemudahannya pembayaran si
pihak B menawarkan menggunakan letter of credit sebagai metode
pembayaran.
Apabila setuju, B harus mendaftarkan diri ke bank sebagai pembayar letter of
credit.
Nantinya pihak bank akan memproses semua kredit yang sesuai dengan
perjanjian
kedua belah pihak. Karena memang letter of credit ini berfungsi untuk
menjaga
keamanan dan memberikan kemudahan dalam setiap transaksi. Itulah
mengapa
ada baiknya, mulai sekarang mulai memahami tentang penggunaan sistem
pembayaran yang satu ini.
Secara langsung terkait dengan L/C

1. Applicant/ Importir/ Buyer/ Accountee/ Pembeli


Yaitu pihak yang:
Mengajukan/ pemberi instruksi untuk pembukaan L/C
Menerima dokumen sebagaimana yang disyaratkan dalam L/C
Menanggung ongkos/ risiko atas instruksinya
Memberikan persetujuan atau penolakan atas penyimpangan (discrepancy)
dokumen dari syarat L/C, yang disampaikan oleh issuing bank
Membeli dan membayar seharga barang
kepada beneficiary melalui issuing bank

2. Beneficiary/ Eksportir/ Seller/ Penjual


Yaitu pihak yang:
Menjual dan menyediakan/ mengirimkan barang untuk pembeli
Menyiapkan dokumen yang diminta di dalam L/C
Menerima L/C dari advising bank sesuai yang tercantum dalam L/C
Menerima pembayaran dari buyer melalui Bank (Negotiating/
Reimbursing/ Claiming Bank)
Memindahkan/ transfer L/C kepada beneficiary lain melalui bank

3. Issuing Bank/ Opening Bank


Yaitu pihak yang:
Menerbitkan L/C atas permintaan applicant
Menerima dan memeriksa kebenaran dokumen dari beneficiary apakah
sesuai dengan yang disyaratkan L/C
Melaksanakan pembayaran/ akseptasi kepada beneficiary melalui banknya
Menyerahkan dokumen kepada applicant dan menerima pembayarannya
Menjamin pembayaran sepanjang dokumen yang
diserahkan beneficiary sesuai dengan syarat L/C

4. Reimbursing Bank
Yaitu pihak yang diberi wewenang untuk membayar atas tagihan
(reimbursement)
sesuai dengan reimbursement authorization yang diberikan issuing bank,
menerima dan membayar klaim.

5. Advising Bank
Yaitu pihak yang:
Ditunjuk oleh issuing bank untuk menerima/ meneruskan L/C
kepada beneficiary atau bank lain
Dapat bertindak sebagai Negotiating Bank (untuk Restricted L/C)
Mempunyai kewajiban memeriksa keaslian L/C sebelum mengadviskan
kepada beneficiary
Dapat menerima/ menolak meneruskan L/C yang dibuka oleh issuing bank
Dapat menerima/ menolak untuk melakukan konfirmasi L/C yang
dibuka issuing bank

6. Negotiating Bank
Yaitu pihak yang:
Ditunjuk oleh issuing bank untuk mengambil alih/ membeli dokumen
sesuai syarat L/C
Membayar kepada beneficiary sebesar nilai tagihan/ dokumen
Menerima dokumen dari beneficiary sesuai yang tercantum dalam L/C
untuk diteruskan kepada issuing bank serta meminta
(claim) reimbursement (penggantian pembayaran)

7. Confirming Bank
Yaitu pihak yang:
Turut menjamin pembayaran suatu L/C yang dibuka oleh bank lain
Mengaksep wesel yang ditarik beneficiary

8. Claiming Bank
Yaitu pihak yang melakukan pembayaran, menjanjikan penangguhan
pembayaran,
mengaksep atau menegosier wesel berdasarkan L/C dan
mempresentir reimbursement claim kepada reimbursing bank
9. Paying Bank
Yaitu pihak yang:
Ditunjuk oleh issuing bank untuk membayar kepada beneficiary sepanjang
syarat L/C dipenuhi
Menerima dokumen dari beneficiary dan memeriksa apakah sesuai dengan
syarat L/C
Mengirim dokumen serta meminta reimbursement kepada issuing bank

10. Accepting Bank


Yaitu pihak yang:
Ditunjuk oleh issuing bank untuk mengaksep draft dan membayar pada
saat jatuh tempo (due/ maturity date) sepanjang syarat L/C dipenuhi
Menerima dokumen dari beneficiary dan memeriksa apakah sesuai dengan
syarat L/C
Mengirim dokumen serta meminta reimbursement (menagih) pada saat
jatuh tempo kepada issuing bank

11. Nominated Bank


Yaitu pihak yang:
Ditunjuk oleh issuing bank untuk membayar atau menegosiasi atau
mengaksep dan membayar atas dokumen sepanjang syarat L/C dipenuhi
Menerima dokumen dari beneficiary dan memeriksa apakah sesuai dengan
syarat L/C
Mengirim dokumen serta meminta reimbursement dari issuing bank
Secara tidak langsung terkait dengan L/C

1. Perusahaan pengangkutan (carrier) darat, laut, atau udara


Yaitu pihak yang:
Menerima barang dari eksportir/ perusahaan ekspedisi dari suatu tempat
tertentu untuk dimuat/ diangkut ke tempat tujuan tertentu sesuai
permintaan pengirim
Menerbitkan dokumen pengangkutan
Menunjuk agennya untuk bertindak atas namanya

2. Perusahaan asuransi
Yaitu pihak yang:
Memberi jaminan atas pembayaran suatu transaksi apabila Pembeli tidak
melakukan pembayaran (untuk asuransi ekspor)
Menerbitkan polis/ insurance certificate dan membayar claim kepada
tertanggung
Membayar gantinya kepada pihak yang mengasuransikan apabila terjadi
kecelakaan atas barang yang dikirim ke pembeli/ diasuransikan
Menerima pembayaran polis dari tertanggung
Menerbitkan cover note (bukti penutupan sementara)

3. Custom broker
Yaitu pihak yang memberikan jasa kepada eksportir/ importir untuk mengurus
pengiriman/ pengeluaran barang
4. Perusahaan surveyor
Yaitu pihak yang merupakan perusahaan jasa untuk memeriksa kebenaran,
keaslian, dan jumlah barang; serta menerbitkan surveyor report

5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kamar Dagang dan


Industri (KADIN)
Yaitu pihak yang menerbitkan Certificate of Origin dan Certificate of
Analysis(edw)
CARA MENERBITKAN L/C
Dalam transaksi jual-beli yang pembayarannya dilakukan dengan letter of
credit
(L/C) sebagai alat bayar, serta jika kita ingin memahami tentang pembukaan
letter
of credit (L/C), maka kita harus menempatkan posisi kita di sisi IMPOR (sebagai
importir). Ini karena L/C dibuka oleh pihak importir (disebut juga applicant
atau
accountee). Pihak yang terlibat selain applicant adalah banknya
si applicant (issuing bank/ opening bank). Impor sendiri adalah kegiatan
mendatangkan barang dari luar daerah pabean suatu negara ke dalam wilayah
pabean negara importir. Dan para pelaku harus tunduk pada UCPDC (uniform
customs and practice for documentary credit)
Berikut ini adalah langkah langkah cara pembukaan L/C:
1. Ketentuan legalitas

Untuk dapat membuka L/C, applicant (importir) harus memiliki :


Angka Pengenal Impor (API) ==> Boleh berupa: API definitif, API Sementara
(APIS) yang berlaku selama 2 tahun, API Terbatas (APIT) untuk PMDN atau
PMA, APIS/ API Umum untuk kegiatan usaha perdagangan impor yang
bertujuan
untuk dijual kembali, APIS/ API Produsen untuk kegiatan usaha industri atau
produksi yang memerlukan bahan baku dari luar negeri.
- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
- Legalitas perusahaan lainnya.
Mempunyai hubungan dagang atau kontrak dengan pihak di luar negeri. Dalam
hal ini, importir telah membuat sales contract dengan eksportir

2. Jaminan (Collateral)

Pembukaan L/C akan menimbulkan kewajiban bagi issuing bank untuk


melakukan pembayaran kepada eksportir (beneficiary), karena issuing bank
mengambil alih kewajiban importir untuk membayar barang yang dikirim
eksportir.
Untuk itu issuing bank akan meminta jaminan pembukaan L/C dari importir
yang
berupa setoran “Marginal Deposit/ MD”. Besarnya setoran MD yang harus
disetor
importir dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas impor yang didapat
importir dari banknya.
- Tanpa fasilitas : Importir diwajibkan menyetorkan MD sebesar 100% (full
cover) dari nilai L/C yang akan dibuka dalam mata uang yang sama dengan
L/C. Setoran MD boleh berupa setoran efektif, saldo diblokir di rekening
giro, atau deposito yang diblokir.
- Dengan fasilitas : Dengan mendapat fasilitas impor dari banknya, importir
dimungkinkan berkewajiban menyetorkan MD tidak secara full cover,
melainkan
hanya 10 atau 20 persen, tergantung dari klausul perjanjian kredit yang
diberikan.
Di sini, risiko atas importir diambil alih bank setelah –tentu saja- melalui
tahapan
analisis kredit.

3. Aplikasi L/C

Aplikasi merupakan perintah dari importir kepada bank untuk membuka L/C
berdasarkan kesepakatan dengan eksportir yang dituangkan dalam kontrak
(sales
contract). Aplikasi pembukaan L/C mempunyai fungsi sebagai:
- Instruksi untuk melaksanakan sales contract. Karenanya, aplikasi
L/C mencerminkan isi sales contract, namun tidak berkaitan
dengan kontrak.
- Permintaan dan instruksi applicant kepada banknya (issuing bank)
untuk menerbitkan L/C dengan syarat dan ketentuan yang
dimintanya.
- Kontrak antara applicant dengan issuing bank.
- Permintaan kepada issuing bank untuk bertindak mewakili
kewajiban membayar kepada eksportir (beneficiary). Dalam hal ini
yang dibayar adalah dokumen, bukan barang.
- Sepanjang L/C telah diterbitkan atas dasar aplikasi L/C, maka
aplikasi L/C dimaksud tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh
applicant.
- Data pada formulir aplikasi pembukaan L/C
- Aplikasi L/C berisi item dan klausul yang diadopsi dari sales
contract. Pada gilirannya, data pada aplikasi itu akan dituangkan
dalam klausul-klausul L/C. Data pada aplikasi umumnya
mencakup item-item sebagai berikut:
- Bentuk L/C (harus ‘irrevocable’ atau tidak dapat dibatalkan
sepihak)
- Nama dan alamat eksportir (beneficiary atau penerima jaminan)
- Nilai dan jenis valuta dalam L/C
Cara pembayaran L/C (by payment, negotiation, acceptance, atau deferred
payment)
- Tenor (at sight atau usance) dan atas nama siapa wesel (draft) akan
ditarik
- Deskripsi barang, perincian jumlah/ unit, dan harga per unit
- Syarat penyerahan barang (terms of delivery) => FOB, CFR, CIF,
dll
- Dokumen yang diminta beserta rincian rangkapnya (asli dan copy)
- Nama pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan
- Pengiriman barang sebagian (partial shipment) dan pindah kapal
(transhipment) diperbolehkan atau tidak
- Tanggal terakhir pengiriman
- Tanggal dan tempat jatuh tempo L/C
- Tanggal terakhir penyerahan dokumen kepada bank yang
dikuasakan untuk memperoleh kepastian pembayaran (latest
presentation document)
Apakah L/C dapat dialihkan (transferable)
Jenis sarana komunikasi yang digunakan untuk mengadviskan L/C yang akan
dibuka (by mail, telex, atau SWIFT)
Lain-lain yang bersifat khusus.

4. Issuing bank

Issuing bank (Opening Bank) adalah bank pembuka (penerbit) L/C. Sebelum L/C
dibuka, hal-hal yang harus dipastikan oleh issuing bank adalah:
- Importir telah mendapatkan fasilitas impor, bila tidak harus menyetorkan MD
sebesar 100% dari nilai L/C yang dibuka (full cover).
- Barang yang diimpor applicant tidak termasuk barang yang dilarang
- Aplikasi telah ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang berwenang
(authorized person) dengan tanda tangan yang cocok dengan specimen pada
issuing bank.
- Izin impor applicant masih berlaku (valid)
Jika hal-hal di atas telah dipenuhi applicant, maka issuing bank siap
menerbitkan
L/C yang dimaksud. Dengan begitu, issuing bank telah berkomitmen untuk:
- Mengambil alih kewajiban membayar dari applicant. Beneficiary
atau kuasanya hanya dapat meminta pembayaran kepada issuing
bank, bukan kepada applicant.
- Melakukan pembayaran dengan bilamana dokumen yang diterima
dari beneficiary memenuhi syarat dan ketentuan L/C, atau atas
dasar persetujuan applicant.
L/C dapat dibuka menggunakan berbagai sarana, antara lain surat (mail), telex,
maupun SOCIETY OF WORLDWIDE INTERBANK FINANCIAL
TELECOMMUNICATION (SWIFT). Namun SWIFT yang paling banyak
digunakan karena praktis dan memiliki tingkat keamanan yang relatif lebih
terjamin dan pelaksanaannya biasa memakai Message Type (MT).700 (Issue of
a
Documentary Credit).

5. Kesimpulan : Para Pelaku L/C

Applicant atau pemohon kredit adalah importir yang mengajukan aplikasi L/C
Beneficiary adalah eksportir yang menerima L/C
Issuing Bank atau Opening Bank adalah Bank pembuka L/C
Advising Bank adalah Bank yang meneruskan L/C, yaitu Bank koresponden
(agen) yang meneruskan L/C kepada Beneficiary. Dan Bank tidak bertanggung
jawab atas isinya.
Confirming Bank adalah bank yang melakukan konfirmasi atas permintaan
issuing bank dan menjamin sepenuhnya pembayaran.
Paying Bank adalah Bank yang secara khusus ditunjuk dalam L/C untuk
melakukan pembayaran dan beneficiary berkewajiban menyerahkan dokumen
kepada bank tersebut.

Anda mungkin juga menyukai