Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah :

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DISUSUN OLEH:
1. JON EFENDY PURBA
2.

NIM. 1516.01.100
NIM.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN


MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
1

PROVINSI BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Penyelesaian Sengketa Ekonomi.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Banten, Desember 2016


Penulis,
Jon Efendy Purba, dkk

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan Penelitian...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengertian Sengketa...................................................................................................2
Cara-cara Penyelesaian Sengketa...............................................................................3
Negosiasi....................................................................................................................4
Mediasi.......................................................................................................................6
Abirtrase.....................................................................................................................7
Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi dalam Penyelesaian
Sengketa Ekonomi....................................................................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................................11


A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Sengketa merupakan ketidaksepahaman mengenai suatu hal antara dua orang atau lebih.
Sengketa tidak pernah bisa terpisahkan dengan konflik karena sengekta adalah sebuah konflik
namun tidak semua konflik dapat di kategorikan sebagai sengketa. Konflik sendiri memiliki
pengertian pertikaian antara pihak-pihak.
Di makalah ini kita akan membahas tentang Penyelesaian Sengketa Ekonomi. Sengketa
Ekonomi adalah permasalahan yang dialami seseorang atau badan hukum sebagai subjek hukum
dalam urusan pribadinya.
B.

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Apa Pengertian dari Sengketa?
b. Bagaimana Cara-cara Penyelesaian Sengketa?
c. Apa yang dimaksud dengan Negosiasi?
d. Apa yang dimaksud dengan Mediasi?
e. Apa yang dimaksud dengan Abitrase?
f. Bagaimana Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi dalam
Penyelesaian Sengketa Ekonomi?

C.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Pengertian dari Sengketa.
b. Untuk mengetahui Cara-cara Penyelesaian Sengketa.
c. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Negosiasi.
d. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Mediasi.
e. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Abitrase.
f. Untuk mengetahui Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi dalam
Penyelesaian Sengketa Ekonomi.

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
4

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Sengketa
Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton a commercial disputes is one
which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market
economy. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik. Konflik
berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek
permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu individu atau
kelompok kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan
antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis.
mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dna
masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan
bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci
sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut :
-

Sengketa perniagaan.
Sengketa perbankan.
Sengketa Keuangan.
Sengketa Penanaman Modal.
Sengketa Perindustrian.
Sengketa HKI.
Sengketa Konsumen.
Sengketa Kontrak.
Sengketa pekerjaan.
Sengketa perburuhan.
Sengketa perusahaan.
Sengketa hak.
Sengketa property.
Sengketa Pembangunan konstruksi

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
5

B.

Cara-Cara Penyelesaian Sengketa


1.
Dari sudut pandang pembuat keputusan
Adjudikatif
:
Mekanisme
penyelesaian yang ditandai dimana kewenangan
pengambilan keputusan pengambilan dilakukan
oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para
pihak.
Konsensual/Kompromi :
Cara
penyelesaian
sengketa
secara
kooperatif/kompromi
untuk
mencapai
penyelesaian yang bersifat win-win solution.
Quasi Adjudikatif :
Merupakan kombinasi
antara unsur konsensual dan adjudikatif.
2.
Dari sudut pandang prosesnya
Litigasi :
Merupakan
mekanisme
penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
dengan menggunakan pendekatan hukum.
Lembaga penyelesaiannya :
Pengadilan Umum
Pengadilan Niaga
Non Litigasi
:
Merupakan
mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan
hukum formal.
Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme:
- Arbitrase
: Merupakan cara penyelesaian sengketa perdata
diluar peradilan umum yang didasrkan pada
perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa (pasal 1 angka 1 UU
No.30 Tahun 1999).
- Negosiasi
: Sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang
terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan
tujuan yang berbeda dan bertentangan untuk
mendapatkan solusi dari yang dipertentangkan.
- Mediasi
: Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam
mediasi yang memainkan peran utama adalah
pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga
(mediator)
berperan
sebagai
pendamping,pemangkin dan penasihat.
- Konsiliasi
: Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak
yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan
menyelesaikan perselisihan tersebut.
- Konsultasi
- Penilaian Ahli

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
6

3.

Penyelesaian Melalui proses Litigasi


a. Pengadilan umum
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai
karakteristik :
Prosesnya sangat formal.
Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding).
Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah).
Persidangan bersifat terbuka.

b. Pengadilan niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan Niaga
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Prosesnya sangat formal.
Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim).
Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding).
Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah).
Proses persidangan bersifat terbuka.
Waktu singkat.

4.

C.

Penyelesaian Non_Litigasi
Selain itu banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu
dengan Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara penyelesaian
ini bisa digunakan agar pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian
dengan membicarakan baik baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut
bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak
ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka
dibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika
tidak dapat diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti
pengadilan untuk menyelesaikan masalah tersebut, cara ini bisa disebut dengan
Ligitasi. Secara keseluruhan cara cara tersebut dapat digunakan sehingga
pertikaian dapat terselesaikan.

Negosiasi
Pengertian Negosiasi :
a. Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah) sikap
dan perilaku orang lain.

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
7

b. Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari
pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan
yang berbeda satu dengan yang lain.
c. Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal
lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi
kepentingan kedua pihak.

Pola Perilaku dalam Negosiasi:


a. Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak menyetujui,
menunjukkan kelemahan pihak lain.
b. Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui,
membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
c. Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi
pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
d. Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian pada
here and now, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.
Ketrampilan Negosiasi:
1. Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain
mengamatinya.
2. Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak yang
terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
3. Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti dan
tuntutan di luar perhitungan.
4. Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
5. Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha menyesuaikan diri dengan
keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.
Negosiasi dan Hiden Agenda:
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak memiliki hiden agenda.
Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat terselubung yang tak diungkapkan (tak
eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh
pihak yang bersangkutan.
Negosiasi dan Gaya Kerja
Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya
kerjanya.
Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya dalam memahami
gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.
Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
8

Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki
informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/ kedua
pihak, maka lobyingdapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga
negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.

Teknik Negoisasi
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal dapat dibagi kedalam:
Tahap negoisasi kompetitip
Tahap negoisasi koperatif
Tahap negoisasi lunak dan keras
Tahap negoisasi interest based
D.

Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan
yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk
menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Prosedur Untuk Mediasi
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian
majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator
berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya
perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian
masing-masing pihak yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari
ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan. Jika
terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah :
Netral
Membantu para pihak

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
9

Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian


Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau
memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi
berlangsung kepada para pihak.Tugas Mediator yaitu :
Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para
pihakuntuk dibahas dan disepakati.
Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses
mediasi.
Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan terpisah
selama proses mediasi berlangsung.
Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.
Demi kenyamanan para pihak dalam menempuh proses mediasi, mereka berhak untuk
memilih mediator yang akan membantu menyelesaikan sengketa.
Untuk memudahkan para pihak memilih mediator, Ketua Pengadilan menyediakan
daftar mediator yang sekurang-kurangnya memuat 5(lima) nama dan disertai dengan
latar belakang pendidikan atau pengalaman dari para mediator.
Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama hakim yang telah memiliki sertifikat
dalam daftar mediator.
Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada hakim dan bukan hakim
yang bersertifikat, semua hakim pada pengadilanyang bersangkutan dapat
ditempatkan dalam daftar mediator.
Kalangan bukan hakim yang bersertifikat dapat mengajukan permohonan kepada
ketua pengadilan agar namanya ditempatkan dalam daftar mediator pada pengadilan
yang bersangkutan.
Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, Ketua Pengadilan
menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator.
Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbarui daftar mediator.
Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama mediator dari daftar mediator
berdasarkan alasan-alasan objektif, antara lain karena mutasi tugas, berhalangan tetap,
ketidakaktifan setelah penugasan dan pelanggaran atas pedoman perilaku.
Honorarium Mediator
Penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya.
Uang jasa mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan para pihak.
E.

Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata Arbitrare (bahasa Latin) yang berarti kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan.
Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau
beberapa oramg arbiter.
Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter itu sendiri;

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
10

Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan melalui


arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang perdagangan dan hakhak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak;
Asa final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan
mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding atau
kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa atau
perjanjian arbitrase.
Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah untuk
menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya oleh
para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil,Tanpa adanya
formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang menghambat penyelisihan
perselisihan. Selain itu Pengertian arbitrase juga termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang
Undang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa Nomor 30 tahun 1999:
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam
hal belum timbul sengketa.
Dalam Pasal 5 Undang-undang No.30 tahun 1999 disebutkan bahwa: Sengketa yang
dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan hak
yang menurut hukum makalahadedidiikirawandan peraturan perundang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Dengan demikian arbitrase tidak
dapat diterapkan untuk masalah-masalah dalam lingkup hukum keluarga. Arbitase hanya
dapat diterapkan untuk masalah-masalah perniagaan. Bagi pengusaha, arbitrase
merupakan pilihan yang paling menarik guna menyelesaikan sengketa sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan mereka.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak digunakan sebagai pilihan
penyelesaian sengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat
mengikat
(binding)
oleh
karena
pendapat
yang
diberikan
tersebut
makalahadedidiikirawanakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian
pokok (yang dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut). Setiap pendapat
yang berlawanan terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran
terhadap perjanjian (breach of contract - wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat
dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Putusan Arbitrase bersifat
mandiri, final dan mengikat (seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap) sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan atau
pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada
Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pada
dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo); atau
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
11

Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa
(Akta Kompromis).
Sebelum undang-undang Arbitrase berlaku, ketentuan mengenai arbitrase diatur
dalampasal 615 s/d 651 Reglemen Acara Perdata (Rv). Selain itu, pada penjelasanpasal 3
ayat(1) Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang makalahadedidiikirawanPokokPokokKekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di
luarPengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.
Dalam dunia bisnis,banya pertimbangan yang melandasi para pelaku bisnis untuk
memilih arbitrase sebagai upaya penyelesaian perselisihan yang akan atau yang
dihadapi.Namun demikian,kadangkala pertimbangan mereka berbeda,baik ditinjau dari
segi teoritis maupun segi empiris atau kenyataan dilapangan.
Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar pengadilan melalui
lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya) menurut
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 (UU Arbitrase) hanyalah
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yangmakalahadedidiikirawan menurut
hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan,
keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2)
UU
Arbitrase
memberikan
perumusan
negatif
bahwa
sengketasengketamakalahadedidiikirawan yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat
diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan
belas Pasal 1851 s/d 1854.
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan
permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang
sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada
umumnya arbitrase ad-hoc direntukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan
penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak.
Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan
arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal
berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti The Rules of
Arbitration dari The International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration
Rules dari The International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di
Washington. Badan-badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendirisendiri.

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
12

BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) memberi standar klausul arbitrase sebagai
berikut:"Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus
oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan prosedur
arbitrase BANI,yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa,sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir".
Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation Comission ofInternational Trade
Law) adalah sebagai berikut: "Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi
atau sehubungan dengan perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya
perjanjian akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.
Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang diperiksa pertama kali adalah klausul
arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan
apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase. Priyatna menjelaskan
bahwa bisa saja klausul atau perjanjian arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.
Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui Penjelasan Umum Undang Undang
Nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca beberapa keunggulan penyelesaian sengketa melalui
arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan. Keunggulan itu adalah :
o Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin ;
o Keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif dapat
dihindari ;
o Para
pihak
dapat
memilih
arbiter
yang
berpengalaman,
memiliki
makalahadedidiikirawanlatar belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan, serta jujur dan adil ;
o Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya ;
o Para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;
o Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur
sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan.
Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas, arbitrase juga memiliki
kelemahan arbitrase. Dari praktek yang berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah
masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk
eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas.
F.

Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi


Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Perbandingan antara Perundingan, Arbitrase, dan Litigasi (Peradilan)
Proses

Perundingan

Yang mengatur
Prosedur

Para pihak
Informal

Jangka waktu

Segera
(3-6 minggu)
Murah
(low cost)
Tidak perlu

Biaya
Aturan pembuktian

Arbitrase

Litigasi

Arbiter
Agak formal sesuai
dengan rule
Agak cepat
(3-6 bulan)
Terkadang sangat
mahal
Agak informal

Hakim
Sangat formal dan teknis
Lama
(2 tahun lebih)
Sangat mahal
(expensive)
Sangat formal dan teknis

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
13

Publikasi
Hubungan para pihak
Fokus penyelesaian
Metode negosiasi
Komunikasi

Konfidensial
Kooperatif
For the future
Kompromis

Result
Pemenuhan

Memperbaiki
sudah lalu
Win-win
Sukarela

Suasana emosional

Bebas emosi

yang

Konfidensial
Antagonis
Masa lalu
(the past)
Sama keras pada
prinsip hukum
Jalan buntu
(blocked)
Win-lose
Selalu ditolak dan
mengajukan oposisi
emosional

Terbuka untuk umum


Antagonis
Masa lalu
(the past)
Sama keras pada prinsip
hukum
Jalan buntu
(blocked)
Win-lose
Ditolak dan mencari
dalih
Emosi bergejolak

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian hokum dalam menagatur setiap
kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran dalam setiap jalannya kegiatan ekonomi.
Dengan kelancaran kegiatan ekonomi dapat memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Kepastian hokum yang jelas , tegas dan adil menciptakan
kegiatan ekonomi yang selaras dengan perkembangan perekonomian, sehingga memberikan
pertumbumbuhan perekonomian yang sesuai dengan yang diharapkan.
B.

Saran
Setiap hokum harus dilaksanakan dengan bersifat tegas, adil dan jelas juga tidak

memihak. Agar tidak ada penyalah aturan dalam jalannya kegiatan ekonomi. Sehingga dapat
berjalan dengan lancar.

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
15

DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
http://renytriutami.blogspot.com/2011/02/tujuan-hukum-dan-sumber-sumber-hukum.html
http://arisastia.blogspot.com/2011/03/kodifikasi-hukum.html
http://jaggerjaques.blogspot.com/2011/05/kaidah-norma-hukum.html
http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-ekonomi-dan-hukum-ekonomi.html
http://sbwicaksono.blogspot.com/2012/03/hak-kebendaan-yang-bersifat-sebagai.html
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/04/27/2-obyek-hukum/
http://myblogrezafauzi.blogspot.com/2012/06/sistematika-hukum-perdata-di-indonesia.html
http://yoyonsasori.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-keadaan-hukum-perdata-di.html
http://myblogrezafauzi.blogspot.com/2012/06/sistematika-hukum-perdata-di-indonesia.html
http://id.scribd.com/doc/20976269/Definisi-Hukum-Perikatan
http://p4hrul.wordpress.com/2012/04/19/hukum-perikatan/
http://jaggerjaques.blogspot.com/2011/05/dasar-hukum-perikatan.html

MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
16

Anda mungkin juga menyukai