DISUSUN OLEH:
1. JON EFENDY PURBA
2.
NIM. 1516.01.100
NIM.
PROVINSI BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Penyelesaian Sengketa Ekonomi.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan Penelitian...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Pengertian Sengketa...................................................................................................2
Cara-cara Penyelesaian Sengketa...............................................................................3
Negosiasi....................................................................................................................4
Mediasi.......................................................................................................................6
Abirtrase.....................................................................................................................7
Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi dalam Penyelesaian
Sengketa Ekonomi....................................................................................................10
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sengketa merupakan ketidaksepahaman mengenai suatu hal antara dua orang atau lebih.
Sengketa tidak pernah bisa terpisahkan dengan konflik karena sengekta adalah sebuah konflik
namun tidak semua konflik dapat di kategorikan sebagai sengketa. Konflik sendiri memiliki
pengertian pertikaian antara pihak-pihak.
Di makalah ini kita akan membahas tentang Penyelesaian Sengketa Ekonomi. Sengketa
Ekonomi adalah permasalahan yang dialami seseorang atau badan hukum sebagai subjek hukum
dalam urusan pribadinya.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Apa Pengertian dari Sengketa?
b. Bagaimana Cara-cara Penyelesaian Sengketa?
c. Apa yang dimaksud dengan Negosiasi?
d. Apa yang dimaksud dengan Mediasi?
e. Apa yang dimaksud dengan Abitrase?
f. Bagaimana Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrasi dan Ligitasi dalam
Penyelesaian Sengketa Ekonomi?
C.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
4
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sengketa
Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton a commercial disputes is one
which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market
economy. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik. Konflik
berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek
permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu individu atau
kelompok kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dngan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah perilaku pertentangan
antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis.
mengingat kegiatan bisnis yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa diantara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dna
masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya conflict of interest diantara para
pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan
bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis. Secara rinci sengketa bisnis. Secara rinci
sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut :
-
Sengketa perniagaan.
Sengketa perbankan.
Sengketa Keuangan.
Sengketa Penanaman Modal.
Sengketa Perindustrian.
Sengketa HKI.
Sengketa Konsumen.
Sengketa Kontrak.
Sengketa pekerjaan.
Sengketa perburuhan.
Sengketa perusahaan.
Sengketa hak.
Sengketa property.
Sengketa Pembangunan konstruksi
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
5
B.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
6
3.
b. Pengadilan niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan
memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa HAKI. Pengadilan Niaga
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Prosesnya sangat formal.
Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim).
Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan.
Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding).
Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah).
Proses persidangan bersifat terbuka.
Waktu singkat.
4.
C.
Penyelesaian Non_Litigasi
Selain itu banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu
dengan Arbitrase, Negosiasi, Mediasi, dan Konsiliasi. Ketiga cara penyelesaian
ini bisa digunakan agar pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian
dengan membicarakan baik baik diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut
bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara mereka maka dibutuhkan pihak
ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui mediasi maka
dibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika
tidak dapat diselesaikan juga maka membutuhkan badan hukum seperti
pengadilan untuk menyelesaikan masalah tersebut, cara ini bisa disebut dengan
Ligitasi. Secara keseluruhan cara cara tersebut dapat digunakan sehingga
pertikaian dapat terselesaikan.
Negosiasi
Pengertian Negosiasi :
a. Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah) sikap
dan perilaku orang lain.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
7
b. Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari
pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan
yang berbeda satu dengan yang lain.
c. Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan pihal
lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi
kepentingan kedua pihak.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
8
Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak memiliki
informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/ kedua
pihak, maka lobyingdapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga
negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.
Teknik Negoisasi
Secara umum terdapat beberapa cara teknik negoisasi yang dikenal dapat dibagi kedalam:
Tahap negoisasi kompetitip
Tahap negoisasi koperatif
Tahap negoisasi lunak dan keras
Tahap negoisasi interest based
D.
Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan
yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk
menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Prosedur Untuk Mediasi
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian
majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator
berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya
perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian
masing-masing pihak yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari
ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan. Jika
terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah :
Netral
Membantu para pihak
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
9
Arbitrase
Istilah arbitrase berasal dari kata Arbitrare (bahasa Latin) yang berarti kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan.
Asas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau
beberapa oramg arbiter.
Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter itu sendiri;
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
10
Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa
(Akta Kompromis).
Sebelum undang-undang Arbitrase berlaku, ketentuan mengenai arbitrase diatur
dalampasal 615 s/d 651 Reglemen Acara Perdata (Rv). Selain itu, pada penjelasanpasal 3
ayat(1) Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang makalahadedidiikirawanPokokPokokKekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di
luarPengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.
Dalam dunia bisnis,banya pertimbangan yang melandasi para pelaku bisnis untuk
memilih arbitrase sebagai upaya penyelesaian perselisihan yang akan atau yang
dihadapi.Namun demikian,kadangkala pertimbangan mereka berbeda,baik ditinjau dari
segi teoritis maupun segi empiris atau kenyataan dilapangan.
Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar pengadilan melalui
lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya) menurut
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 (UU Arbitrase) hanyalah
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yangmakalahadedidiikirawan menurut
hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan,
keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2)
UU
Arbitrase
memberikan
perumusan
negatif
bahwa
sengketasengketamakalahadedidiikirawan yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat
diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan
belas Pasal 1851 s/d 1854.
Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan
permanen (institusi). Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang
sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada
umumnya arbitrase ad-hoc direntukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan
penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak.
Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase.
Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan
arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal
berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti The Rules of
Arbitration dari The International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration
Rules dari The International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di
Washington. Badan-badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendirisendiri.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
12
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) memberi standar klausul arbitrase sebagai
berikut:"Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus
oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan prosedur
arbitrase BANI,yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa,sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir".
Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation Comission ofInternational Trade
Law) adalah sebagai berikut: "Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi
atau sehubungan dengan perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya
perjanjian akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.
Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang diperiksa pertama kali adalah klausul
arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan menentukan
apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase. Priyatna menjelaskan
bahwa bisa saja klausul atau perjanjian arbitrase dibuat setelah sengketa timbul.
Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui Penjelasan Umum Undang Undang
Nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca beberapa keunggulan penyelesaian sengketa melalui
arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan. Keunggulan itu adalah :
o Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin ;
o Keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif dapat
dihindari ;
o Para
pihak
dapat
memilih
arbiter
yang
berpengalaman,
memiliki
makalahadedidiikirawanlatar belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan, serta jujur dan adil ;
o Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya ;
o Para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;
o Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur
sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan.
Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas, arbitrase juga memiliki
kelemahan arbitrase. Dari praktek yang berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah
masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk
eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas.
F.
Perundingan
Yang mengatur
Prosedur
Para pihak
Informal
Jangka waktu
Segera
(3-6 minggu)
Murah
(low cost)
Tidak perlu
Biaya
Aturan pembuktian
Arbitrase
Litigasi
Arbiter
Agak formal sesuai
dengan rule
Agak cepat
(3-6 bulan)
Terkadang sangat
mahal
Agak informal
Hakim
Sangat formal dan teknis
Lama
(2 tahun lebih)
Sangat mahal
(expensive)
Sangat formal dan teknis
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
13
Publikasi
Hubungan para pihak
Fokus penyelesaian
Metode negosiasi
Komunikasi
Konfidensial
Kooperatif
For the future
Kompromis
Result
Pemenuhan
Memperbaiki
sudah lalu
Win-win
Sukarela
Suasana emosional
Bebas emosi
yang
Konfidensial
Antagonis
Masa lalu
(the past)
Sama keras pada
prinsip hukum
Jalan buntu
(blocked)
Win-lose
Selalu ditolak dan
mengajukan oposisi
emosional
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa setiap kegiatan ekonomi memerlukan kepastian hokum dalam menagatur setiap
kegiatan ekonomi, agar memberikan kelancaran dalam setiap jalannya kegiatan ekonomi.
Dengan kelancaran kegiatan ekonomi dapat memberikan hasil yang maksimal dan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Kepastian hokum yang jelas , tegas dan adil menciptakan
kegiatan ekonomi yang selaras dengan perkembangan perekonomian, sehingga memberikan
pertumbumbuhan perekonomian yang sesuai dengan yang diharapkan.
B.
Saran
Setiap hokum harus dilaksanakan dengan bersifat tegas, adil dan jelas juga tidak
memihak. Agar tidak ada penyalah aturan dalam jalannya kegiatan ekonomi. Sehingga dapat
berjalan dengan lancar.
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
15
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
http://renytriutami.blogspot.com/2011/02/tujuan-hukum-dan-sumber-sumber-hukum.html
http://arisastia.blogspot.com/2011/03/kodifikasi-hukum.html
http://jaggerjaques.blogspot.com/2011/05/kaidah-norma-hukum.html
http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-ekonomi-dan-hukum-ekonomi.html
http://sbwicaksono.blogspot.com/2012/03/hak-kebendaan-yang-bersifat-sebagai.html
http://yuyunchelsea.wordpress.com/2012/04/27/2-obyek-hukum/
http://myblogrezafauzi.blogspot.com/2012/06/sistematika-hukum-perdata-di-indonesia.html
http://yoyonsasori.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-keadaan-hukum-perdata-di.html
http://myblogrezafauzi.blogspot.com/2012/06/sistematika-hukum-perdata-di-indonesia.html
http://id.scribd.com/doc/20976269/Definisi-Hukum-Perikatan
http://p4hrul.wordpress.com/2012/04/19/hukum-perikatan/
http://jaggerjaques.blogspot.com/2011/05/dasar-hukum-perikatan.html
MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM) Page
16