Anda di halaman 1dari 35

Peran Penting Badan Usaha Dalam Perekonomian Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWTatas segala limpahan rahmad dan karunianya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini kedepannya lebih baik, makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangatlah kurang oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukkan-masukkan yang bersifat membangun dan untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 Maret 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Badan usaha didefinisikan kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba. Sedangkan perusahaan
adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan
barang dan jasa bagi masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya suatu badan usaha antara lain, Krisis
ekonomi yang terjadi saat ini, banyaknya pengangguran, tingkat kesejahteraan masyarakat
terhambat, dan krisis kemiskinan. Peranan badan usaha jelas sangat penting dan berkontribusi
terhadap kemakmuran rakyat, dan untuk menyelesaikan faktor penghambat majunya perekonomian
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa Perbedaan Badan Usaha dan Perusahaan?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan badan usaha?
3. Apa peran badan usaha untuk perekonomia Indonesia?
4. Apa saja bentuk-bentuk badan usaha?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Badan Usaha


Badan Usaha di definisikan sebagai organisasi yang terstruktur dalam mengelola faktor-faktor
produksi untuk mendapatkan keuntungan.
Pengertian lain Badan usaha dalam buku Kompeten Ekonomi adalah kesatuan yuridis dan ekonomi
yang menggunakan faktor produksi untuk meghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari
keuntungan. Sedangkan Perusahaan adalah Suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan
faktor produksi untuk menyedikan barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta
melakukan upaya-upaya lain untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Ada beberapa bentuk badan usaha antara lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan badan usaha campuran.

2.2. Pengertian Badan Usaha dan Perusahaan


Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba. Perusahaan adalah suatu unit
kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa
bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan usaha lain dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Perbedaan antara perusahaan dan badan usaha adalah sebagai berikut
Perusahaan:
1. Kesatuan teknis yang menggunakan faktor-faktor produksi dalam rangka
menghasilkan barang dan jasa
1. Berorietasi untuk menghasilkan barang dan jasa.
1. Alat bagi badan usaha untuk mencapai suatu tujuan
Badan usaha:
1. Kesatuan yuridis yang menggunakan faktor-faktor produksi dalam rangka
menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan memperoleh laba.
1. Berorientasi untuk memperoleh laba
1. Kumpulan modal dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan
Badan usaha yang melakukan kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan
fungsi-fungsi sebagai berikut:

2.1.1. Fungsi Operasional


Fungsi operasional adalah fungsi yang memungkinkan suatu badan usaha dapat
melaksanakan kegiatannya dengan baik. Fungsi operasional terdiri dari fungsi pembelian dan produksi,
fungsi pemasaran, fungsi keuangan, fungsi personalia, fungsi akuntansi, fungsi administrasi, fungsi
tekhnologi informasi, dan fungsi transformasi dan komunikasi.

2.1.2. Fungsi Manajerial


Fungsi Manajerial adalah fungsi yang menyatakan bagaimana suatu badan usaha dikelola.
Fungsi manajerial terdiri dari fungsi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi penggerakan,
dan fungsi pengendalian

2.1.3. Fungsi social


Fungsi sosial badan usaha berhubungan dengan lingkungan di luar badan usaha (eksternal).
Fungsi sosial ini menyatakan sejuh mana suatu badan usaha mampu memberikan manfaat nyata bagi
lingkungan di luar badan usaha tersebut. Fungsi sosial terdiri dari penyediaan lapangan kerja dan
peingkatan kualitas hidup.

2.1.4. Fungsi Pertumbuhan Ekonomi Sosial


Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh kemajuan dunia usaha. Kemajuan dunia usaha
menyangkut kemajuan badan usaha.

3.1. Bentuk-Bentuk Badan Usaha


Badan Usaha menurut pemilkan modalnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
1) Badan Usaha Milik Swata (BUMS) adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki
oleh swasta.
2) Badan Usaha Milki Negara (BUMN) adalah badan usaha yang modalnya
dimilki oleh negara baik seluruhnya maupun sebagian.
3) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang modalnya berasal dari kekayaan
daerah.
4) Badan Usaha Campuran adalah badan usaha yang modalnya berasal dari pihak swasta dan
sebagian lagi bersal dari pemerintah.
Badan usaha menurut badan hukumnya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu sebagai
berikut:
1. Perusahaan perseorangan 4. Perseroan terbatas
2. Persekutuan firma 5. Koperasi
3. Persekutuan komanditer 6. Yayasan

3.2. Badan Usaha Milik Swasta ( BUMS)


Badan Usaha swasta berperan cukup vital dalam perekonomian Indonesia. Sumbangan
terhadap perndapatan negara pun cukup besar diberikan oleh sektor swasta ini

3.3.1. Bentuk-bentuk BUMS


Badan usaha milik swasta dapat berbentuk sebagai berikut:

3.3.1.1. Perusahaan perseorangan


Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dikelola oleh perseorangan (pengusaha
perseorangan).

3.3.1.2. Persekutuan firma (Fa)


Firma dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang
antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk
menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama.

3.3.1.3. Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu
persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya
memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang
dapat diperjual belikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan
perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum
dalam anggaran dasar.

3.3.1.4. Perusahaan Umum (Perum)


Perusahaan Umum(PERUM) adalah suatu perusahaan negara yang bertujuan untuk melayani
kepentingan umum,tetapi sekaligus mencari keuntungan.

Ciri-ciri Perusahaan Umum (Perum):


Melayani kepentingan masyarakat umum.
Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.
Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta.
Artinya,perusahaan umum(PERUM) bebas membuat kontrak kerja dengan
semua pihak.
Dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan Negara
Pekerjanya adalah pegawai perusahaan swasta.
Memupuk keuntungan untuk mengisi kas negara.

Contohnya : Perum Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI, Perum ANTARA,Perum


Peruri,Perum Perumnas,Perum Balai Pustaka.

Maksud dan Tujuan pendirian BUMN dan BUMD BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan
sebagai berikut:

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian Nasional pada umumnya dan


penerimaan negara pada khususnya. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional dn membantu penerimaan keuangan negara.
b. Meyelenggarakan kepetingan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
c. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat. Tujuan BUMD adalah ikut serta melaksanakan pembangunan
ekonomi nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Peran BUMN/BUMD dalam perekonomian Indonesia Badan Usaha milik negara/daerah


memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan kemakmuran rakyat indonesia pada umumnya dan
daerah pada khususnya. Berdasarkan pasal 33 dan penjelasannya UUD 1945, peranan BUMN dan
BUMD itu sebagau berikut.
a. Mengembangkan perekonomian negara dan penerimaan Negara
b. Memupuk keuntungan (Persero) dan pendapatan
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum (Perum) berupa barang dan jasa berdaya saing tinggi
bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
d. Menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan badan usaha swasta dan
koperasi
e. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegitan dan badan usaha swasta
dan koperasi
f. Membimbing sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah (sektor usaha
informal) dan sektor koperasi.
g. Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan.

Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan negara memainkan peran penting dalam


perekonomian nasional. Selain, menyumbang dan pembentukan modal nasional

3.3. Kelebihan dan Kekurangan BUMN dan BUMD


BUMN/ BUMD bercirikan birokrasi didirikan berdasarkan amanah UUD 1945 dan peraturan
pemerintah, memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan BUMN/ BUMD


Meringankan beban pengeluaran konsumsi masyarakat melalui peetapan harga produk (barang
dan harga) yang memegang hajat hidup orang benyak yang lebih murah karena subsidi oleh
pemerintah.
Membantu sektor swasta mengelola sektor usaha yang secara ekonomis tidak
menguntungkan, namun produknya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Menyerap tenaga kerja formal dengan seleksi tertentu sehingga dapat diperoleh sumber
daya manusia yang lebih berkualitas handal.
Mudah mengumpulkan modal, karena modal berasal dari kekayaan negara atau daerah yang
dipisahkan.
Pengelolaannya berasal dari direksi dan komisaris yang ditunjuk pemerintah dan RUPS
sehingga lebih berhati-hati dan profesional.

Kekurangan BUMN/ BUMD

Keterbatasan kemampuan dan keahlia dalam mengelola BUMN dan BUMD menyebabkan
sering menderita kerugian

Pada situasi tertentu bertindak sebagai perusahaan monopoli sehingga penetapan harga
ditentuka sepihak (perusahaan), bukan melalui mekanisme pasar walaupun akhirnya untuk
kesejahteraan rakyat

Pendiriannya sukar karena harus melalui peraturan dan perundang- undangan yang berlaku

BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba. Sedangkan Perusahaan adalah
suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan barang
dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan usaha lain dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Bentuk badan usaha ada beberapa jenis antara lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tiap-tiap badan usaha
memiliki kekurangan dan kelebihan.
Peran Badan Usaha dalam perekonomian Indonesia sangat penting guna mengembangkan
perekonomian negara, meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia, memupuk keuntungan dan
pendapatan, dan melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi.

4.2. Saran
Badan usaha dan perusahaan memiliki perbedaan, jadi jangan mencampuradukan badan
usaha dan perusahaan.
Ingatlah pilar-pilar tinggi dalam manajemen unggul Perlunya perencanaan yang seksama,
pertimbangan dan pengambilan keputusan yang sehat, implementasi dan pemantauan keputusan dan
pengoperasian yang hati-hati dan kreatif, serta kepedulian terhadap karyawan dan hasilnya, yang
didasarkan pada ketrampilan manajemen serta gaya manajemen kelas satu. Ketrampilan ini mencakup
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staff, pembuatan keputusan, penganggaran, inovasi,
komunikasi, representasi, pengendalian, pengarahan dan pemberian motivasi, hubungan personal

DAFTAR PUSTAKA

-https://www.kumpulandancontohmakalah.blogspot.com

Catatan
Minggu, 13 Januari 2013

PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

IV. PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

4.1. SATUAN ACARA PERKULIAHAN

a. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat memahami para pelaku ekonomi dan peran yang diembannya.

b. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat menjelaskan :

- Pelaku-pelaku ekonomi

- Peran serta fungsinya bagi perekonomian

- Analisis kebijakan yang relevan

c. Materi Pembahasan

- Pelaku-pelaku Ekonomi :

Berdasarkan Kepemilikan Modal / Aset :


1. BUMN

2. SWASTA (BUMS)

3. KOPERASI

Berdasarkan Besar-kecilnya modal/ aset :

1. Perusahaan Besar/Usaha Skala Besar (USB)

2. Perusahaan Menengah/ Usaha Skala Menengah (USM)

3. Perusahaan Kecil/Usaha Skala Kcil (USK)

- Peranan dan Fungsinya bagi Perekonomian

Peran seagai penggerak pertumbuhan ekonomi

Peran sebagai pencipta lapangan kerja

Fungsi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

- Analisis Kebijakan yang Relevan :

Kebijakan peningkatan kinerja dan daya saing

Kebijakan pemberdayaan perusahaan kecil menengah

Kebijakan pembinaan kemitraan usaha

4.2. PEMBAHASAN MATERI

A. PELAKU-PELAKU EKONOMI

a. Berdasarkan Kepemilikan Modal/ Aset :

1) Badan usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara atau badan
usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya disamakan dengan BUMN, yaitu
:

a) BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah

b) BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN lainnya.

c) BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta nasional/ asing di mana negara
memiliki saham mayoritas minimal 51%.

(Pandji Anoraga, 1995).

Bahasa Asing BUMN adalah public enterprise. Dengan demikian berisikan dua elemen esensil, yakni
unsur pemerintah (public) dan unsur bisnis (enterprise). Berapa besar presentase masing-masing
elemen itu di suatu BUMn tergantung pada jenis atau tipe BUMN-nya. Untuk eprsero unsur bisnisnya
lebih dominan. PERUM boleh dikatakan fifty-fifty.

(Chariuman Armia, 1989)


Karena BUMN diciptakan oleh undang-undang, diusulkan pemerintah dan disetujui DPR, maka
jadilah dia suatu produk politik. Itulah sebabnya dikatakan politik merupakan sifat yang tidak dapat
dipisahkan dari BUMN. Apabila elemen politik sampai ditiadakan maka akan hilanglah relevansi dari
keberadaan BUMN itu. (Pandji Anoraga, 1995.

2) SWASTA

Pasal 33 UU 1945 menyatakan tigas sektor kegiata perekonomian, yaitu sektor pemerintah, swsta
dan koperasi. Dewasa ini semakin jelas adanya trikotomi bangun usaha di Indonesia, yaitu BUMN,
Swsata dan Koperasi. Peran swasta dan cara kerja swasta semakin banyak disorot karena memang
ada kecenderungan sektor ini bisa bekerja lebih efisien dari pada sektor negara yang terkekang oleh
birokrasi, sedangkan koperasi karena masih lemah belum mampu mengembangkan diri (Mubyarto,
1988).

Umumnya dikonsepsikan bahwa tujuan pendirian perusahaan swasta adalah untuk memperoleh
keuntungan maksimal. Dalam zaman modern ini keuntungan maksimal bukan merupakan satu-
satunya tujuan masih ada tujuan lain yang leibh penting dan kadang-kadang lebih mendesak
misalnya pertumbuhan skala organisasinya, kepentingan sosial dan sebagainya. Pengusaha yang
berpandangan jauh ke depan sangat mementingkan goodwill dari masyarkaat (Sudarono, 1983).

3) KOPERASI

Koperasi dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerjasama untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu koperasi adalah suatu perkumpulan yang memberikan orang-orang atau
badan-badan yang memberikan kebebasan untuk masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja
sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan Jasmaniah para
anggotanya A(rifinal Chaniago, 1984).

Menurut undang-undang koperasi yang lama (Undang-undang Koperasi No. 12 Tahun 1967)
didefinisikan: Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

b. Berdasarkan Besar-kecilnya Aset/ Modal

Biro Pusat Statistik (BPS) menggolongkan perussahaan di Indonesia sebagai berikut :

Perusahaan Besar : memiliki pekerja 100 orang lebih

Perusahaan sedang : memiliki pekerja 20 99 orang

Perusahaan kecil : memiliki pekerja 5 19 orang

Kerajinan R. Tangga : memiliki pekerja kurang 5 orang

Istilah-istilah lain yang sering dipergunakan :

Usaha Skala Besar (USS), Industri Skala Besar (ISB)

Usaha Skala Menegah (USM), Industri Skala Menengah (ISM)

Usaha Skala Kecil (USK), Industri Skala Kecil (ISK)


1) Perusahaan Kecil (USK, ISK

a) Definisi : Sebelum lahirnya UU NO. 9 / 1995 tentang usaha kecil tidak ada persamaan definisi USK
dari berbagai instansi, seperti :

(1) Departemen Perindustrian dan Bank Indonesia

= total aset diluar tanah dan bangunan dibawah Rp 600 juta.

(2) Departemen Perdagangan

= modal aktif di bawah Rp 25 juta

Lahirnya UU No. 9/ 1995 yang menetapkan hanya dengan pendekatna jumlah aset yakni di bawah Rp
200 juta merupakan akhir dari berbedanya definisi antar lembaga selama ini (lukman Hakim, 1996).

b) Kelemahan dan Kelebihan USK

Kelemahannya :

(1) Modalnya sangat terbatas

(2) Teknologi yang digunakan sangat sederhana

(3) Organisasi/ manajemen bersifat informal/ kekeluargaan

(4) Lingkup pemasaran terbats (lokal)

(5) Produknya bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari.

Kelebihan :

(1) Lebih cepat dalam mengambil keputusan

(2) Lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan

(3) Pangsa pasar produk makanan dan kebutuhan sehari-hari lebih stabil

c) Perkembangan ISK

Yang sangat menentukan keberadaan atau pertumbuhan ISK, terutama IRT di negara-negara sedang
berkembang bukan hanya tingkat pembangunan atau pendapatan riil per kapita, tetapi dan terutama
ditentukan oleh distrubsi pendapatan. Selama kelompok masyarakat berpendapatan rendah masih
besar, ISK tetap diperlukan.

Ini berarti bahwa ISK masih bisa survive walau ditengah-tengah pertumbuhan Ism dan ISB yang pesat
dan menghadapi persaingan yang semakin berart dari kelompok industri tersebut dan dari barang-
barang impor. ISK dan ISB, karena ISK mempunyai segmen pasar tersendiri, yakni dari golongan
masyarakat berpendapatan rendah.

(Tulus Tambunan, 1996).

Tabel Peningkatan Output, Nilai Tambah dan Produktivitas ISK menurut Subsektor, 1986 1990

ISIC Output (Jut Rp) Nilai Tb (jt/Rp) Produktivitas


Code (jt/orang)
1986 1990 1986 1990 1986 1990

31 47,84 48,40 37,08 25,08 3,29 4,50

32 17,70 25,05 17,01 29,84 2,91 5,52

33 11,35 7,85 14,33 20,95 2,34 3,47

Sumber : BPS (dikutip dari Tulus Tambunan, 1996)

Keterangan : 31 = makanan, minuman dan tembakau

32 = tekstil, pakaian jadi dan kulit

33 = kayu dan produk dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga dari kayu

Kasus di Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam studi Saragih dan Krisnamurthi (1994)
menunjukkan bahwa pada tahun 1990 jumlah industri pengolah hasil pertanian tercatata pada
894,000 unit dan 99,7% diantaranya berskala kecil. Fakta ini menunjukkan bahwa di Idnoensia
agroindustri pada umumnya masih merupakan kegiatan ISK (catatan: tidak dijelaskan berapa besar
nilai produk atau nilai tambah ISK tersebut).

d) Kendala Struktural yang Dihadapi ISK

Perkembangan agroindustri menghadapi banyak kendala, yaitu ;

(1) Kegiatan pertanian belum memberikan dukungan optimal, karena pola produksi pertanian belum
terpusat.

(2) Diersifikasi kegiatan pertanian masih rendah

(3) Ketrbatasan dana/ modal (tergantung grosir di kota)

(4) Menghadapi kesulitan pemasaran (kurang informasi)

(5) Biaya transportasi (output maupun input) relatif masih tinggi.

(6) Teknologi, manajemen dan tenaga trampil yang sangat kurang.

(Tulus, Tambunan, 1996).

2) PERUSHAAN MENENGAH (USM, ISM)

a) Definisi : perusahaan kecil dan menengah ini sering digabung menjadi satu golongan, yaitu golingan
Usaka Skala Kecil Menengah (UKM).

UKM didefinisikan sebagia usaha-usaha yang memiliki aset sampai dengan Rp 200 juta meskipun
sebenarnya 90% lebih berada jauh di bawah ambang batas kategori itu, yakni memiliki aset kurang
atau sama dengan Rp 50 juta.

(Mudaris, Alli Masyhud, 1995).

Dalam perspektif ini maka koperasi dan pra koperasi primer atau koperasi informal pada umumnya
dapat dimasukkan dalam kategori ini.

b) Perkembangan UKM

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), populasi UKM ini mencapai 33,45 juta unit, dan lebih dari
separuhnya bergerak di sektorp edesaan. Di pedesaan yang lazimnya diusahakan rakyat seperti
kerajinan rakyat, pertanian, perkebunan rakyat, aneka pertambangan rakyat, pertambakan dan
penggaraman rakyat.

Sektor-sektor yang lazim bergerak di perkotaan antara lain jasa perdagangan, transportasi rakyat dan
industri makanan rakyat. Disamping itu ada sektor lain yang bergerak baik di pedesaan maupun di
perkotaan, yaitu perkreditan rakyat.

(Mudaris Ali Masyud, 1995).

Drs. Chaeruddin, Direktur Bina Program Ditjen. Aneka Industri memaparkan perkembangan UKM yang
khussu bergerak di bidang industri. Sampai akhir PJP-I, jumlah industri kecil dan menengah sekitar 2
juta unit usaha nilai produksi sebesar Rp 20 triliun atau 13,5% dari total produksi industri nasional.
Sedang nilai ekspor mencapai US$2,6 miliar atau 10% dari ekspor industri nasional.

(Chaeruddin, 1995).

3) PERUSHAAN BESAR (USB, ISB)

a) Sejarah munculnya Pengusaha Besar

Sesjarah sektor swasta di Indonesia relatif masih muda, dan hubungan antara sektor swasta dengan
pemerintah dan hubungan antara sektor swasta dengan pemerintah sesudah kemerdekaan mengalami
pasang surut. Awal tahun 1950-an pemerintah menerapkan kebijaksanaan proteksi, yang dikenal
dengan sebutan kebijaksanaan benteng.

Dalam masa Orde baru muncul para pengusaha besar keturunan yang berkembang pesat berkat usaha
patungannya dengan pemerintah atau BUMN, terutama dalam hubungannya dengan penanaman
modal asing. Ada kecenderungan parapengusaha asing terutama dari Jepang lebih suka bekerja
sama dengan para pengusaha keturunan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada dekade 1970-1980 juga telah memunculkan pengusaha besar
pribumi seperti Probosutejdo dan Sukamdani Gitosardjono, tetapi secarak eseluruhan jumlah
pengusaha keturunan yang menjadi besar jauh lebih banyak.

Munculnya banyak pengusaha keturunan yang besar dan kelompok-kelompok pengusaha lain termasuk
yang pribumi merupakan fenomena baru dalam perekonomian Indonesia. (Mubyarto, 1988).

b) Monopoli, Oligopoli dan Konglomerasi

Setelah masa deregulasi dan debirokratisasi dengan iklim keterbukaan, berbagaiperusahaan swasta
memasuki era go public. Dengan makin terbukanya informasi bisnis maka diperolehberbagai peta
struktur pasar, malahan tidak hanya monopolli dan oligopoli, tetapi kiranya telah lama lahir bentuk
konglomerasi. Dalam konglomerasi ini dapat terjadi penguasaan asset nasional yang berintegrasi
secara vertical maupun horisontal. (Nurimansyah Hasibuan, 1995).

c) Perkembangan Konglomerat di Indonesia

Dunia usaha perdaganagn, transportasi, konstruksi dan properti, keuangan dan asuransi, mediamasa,
pendidikan, kesehatan dan lahan-lahan tambak ikan serta perkebunan serempak dikuasai. Dewasa ini
sekitar 200 konglomerat menguasai penjualan barang-barang dan jasa sekitar 57% dari pendapatan
nasional Indonesia.

Suatu kenyataan yang menarik adalah bahwa dalam sektor industri pengolahan Indonesia, sekitar 72%
nilai tambah diciptakan oleh industri-industri yang mempunyai struktur oligopolistik dengan
konsentrasi tinggi (Nurimansyah Hasibuan, 1995).
PDBI menyatakan bahwa 300 konglomerat Indonesia memiliki jumlah penjualan (1988) Rp 70 triliun.
Dari ruang lingkup nasional memang konglomerrat sudah mendominasi perekonomian Indonesia.
Mereka telah mencapai skala kegiatan kira-kira dua kali lipat dari APBN Indonesia 1989-1990, sekitar
Rp 36 triliun.

(Pandji Anoraga, 1995).

B. PERAN DAN FUNGSI BAGI PEREKONOMIAN

Triologi Pembangunan yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-basilnya, pertumbuhan


ekonomi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, ketiganya mengikat keseluruhan pelaku
eknomi yang ada. Jadi, adalah keliru jika beranggapan bahwa tugas-tugas dari koperasi hanyalah
melaksanakan pemertaan, swasta melaksanakan pertumbuhan dan BUMN melaksanakan stabilitas
saja. Baik KOPERASI, SWASTA maupun BUMN ketiganya berkewajiban melaksanakan tugas-tugas
triologi itu (Sri Edi Swasono, 1990).

a. Peran Sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Di masa yang lalu, terutama masa ekonomi terpimpin Orde Lama (1959-1965) peran BUMN dalam
perekonomian Indonesia sangat dominan. BUMN melakukan kegiatan dan menguasai hampir di semua
sektor ekkonomi, seperti sektor keuangan/ perbankan, pertambangan, perkebunan, kehutanan,
industri, perdagangan, transportasi dan jasa-jasa lain. Jadi saat itu BUMN berperan sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dimasa Orde Baru peran BUMN sedikit demi sedikit mulai berkurang terutama sejak digulirkan
deregulasi-deregulasi tahun 1980-an. Pemerintah memandang sudah saatnya sektor swasta diberi
peran yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi. Hal ini bisa kita pahami seab sejak 1982/1983 (pasca
oil boom) penerimaan pemerintah dari sumber migas terus menurun sebagai akibat terus merosotnya
harga minyak di paar internasional dari US$35 per barel (1982) sampai titik terendah US$ 9 per barel
(1986).

Maka pergeseran peran sektor BUMN kepada sektor swasta mulai terjadi sejak awal tahun 1980-an.
Nilai produksi dari industri manufaktur berdasarkan pemilikan (perusahaan) sebagai berikut : sektor
pemerintah menurun dari 25,0% (1975) menjadi 14,4% (1983): sektor swasta meningkat dari 50,7%
(1975) menjadi 56,9% (1983); sedangkan sektor (swasta) asing menurun dari 10,2% 91975) menjadi
1,5% (1983); namun patungan swasta/ asing meningkat dari 10,5% (1975) menjadi 21,1 (1983).

(Gunawan Sumodiningrat, 1990)

Jadi peran sektor swasta dan patungan swasta/ asing sejak awal tahun 1980-an menjadi dominan dan
menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi karena memberi sumbangan pada produk industri
manufaktur sebesar 78,0%. Lebih-lebih setelah terjadi proes konsentrasi ekonomi pada kelompok
swasta besar atau parakonglomerat yang menguasai 57% dari pendapatan nasional dan omzet
penjualan mereka mencapai Rp 70 triliun (dua kali lipat APBN 1989/1990).

b. Peran Sebagai Pencipta Lapangan Pekerjaan

Jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur menurut skala usaha (dalam prosentase) berturut-turut
sebagai berikut ; ISK (Ik + IRT) sebanyak 86,0% 91974/1975); 80,6% (1979) dan 68,3% (1986), sedang
Ism dan ISB sebanyak 13,5% (1974), 19,4% (1979) dan 31,7% (1986).

(Tulus Tambunan, 1996).

Pangsa tenaga kerja pada Isk yang terdiri dari industri kecil (IK) dan Industri Rumah Tangga (IRT)
cenderung makin menurun, meskipun pada tahun 1986 masih tetap lebih besar, yaitu 68,3% di
bandingkan pangsa Ism dan ISB sebesar 31,7%. Hal ini, menurut Anderson, disebabkan karena ada
relasi negatif antar apertumbuhan ekonomi dengan perkembangan daya serap tenaga kerja ISK.
Artinya bila pertumbuhan ekonomi meningkat, maka daya serap tenaga kerja pada ISK akan menurun.
Kasus di Idnoensia adalah bahwa selam amasa Pelita I sampai Pelita III (1969-1983) pertumbuhan
ekonomi meningkat akibat adanya kenaikan harga minyak selama masa oil boom 91973-1982).

c. Fungsi Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Ada dua konsep mengenai tanggung jawab sosial suatu perusahaan, yaitu :

1. Howard R. Bowen dalam bukunya Social Responsibility of the Businessman menganjurkan bahwa
perusahaan-perusahaan hendaknya mempertimbangkan dampak-dampak sosial dari keputusan yang
dibuatnya.

2. Konsep Social Responsibility, yaitu adanya perusahaan yang memiliki kemampuan untuk
mengaitkan kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakannya dengan lingkungan sosial sedemikian rupa
sehingga bermanfaat atau menguntungkan baik bagi perusahaan maupun masyarakat.

(Asep Hermawan, 1995)

3. Adnan Putra menjelaskan bahwa pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
berkaitan dengan apa yang diamanatkan dalam GBHN, yaitu bahwa pembangunan di Indonesia
berwawasan lingkungan. Yang dimaksud pembangunan berwawasan lingkungan menurut pasal 1 butir
13 UU Lingkungan Hidup tahun 1982 adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang bekresinambungan untuk meningkatkan
mutu hidup. Dengan demikian lingkungan itu mengandung arti luas, secara dimensional mencakup
lingkungan phisik (ekologi/ekosistem) dan non phisik (budaya/ tradisi/ nilai), secara struktural
organisatorik mencakup lingkungan internal dan eksternal.

(Asep Hermawan, 1995)

d. Daya Serarp Tenaga kerja Setelah Krisis 1997

Melemahnya permintaan domestik dan berbagai kendala yang timbul dalam proses produksi sebagai
akibat dampak krisis moneter menyebabkan sebagian besar perusahaan mengurangi bahkan
menghentikan produksi, sehingga terjadi peningkatan PHK.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja pada tahun 1997 ada 93 perusahaan yang secara resmi
melakukan PHK terhadap 41.716 orang pekerja, 10 perusahaan dalam proses PHK terhadap 2.068
pekerja dan diperkirakan akan terjadi PHK atas 6.523 pekerja (Laporan tahunan BI 1997/1998).

Disisi pasokan tenaga kerja, jumlah angkatan kerja tahun 1997 diperkirakan mengalami peningkatan
dari 92,8 juta orang (1996) menjadi 95,5 juta orang. Dengan perkembangan tersebut, jumlah
pengangguran terbuka pada tahun 1997 meningkat sampai sekitar 7 juta orang atau 7,5% dari
angkatan kerja.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian pada tahun 2000, maka tingkat pengangguran
terbuka (perbandingan jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah angatan kerja) menurun dari
6,0% (1999) menjadi 5,9%.

Indikator Ketengakerjaan :

Indikator Juta Penduduk

1998 1999 2000 2001


Penduduk usia kerja 13,5 141,1 141,3 0,,15

Jumlah angkatan kerja 92,8 94,8 95,7 0,95

Bekerja 87,7 88,9 89,9 1,04

Pengangguran terbuka 5,1 6,0 5,9 -1,64

Tingkat pengangguran terbuka % 5,5 6,4 6,1 -2,60

PTAK % 66,9 67,2 67,7 0,73

Sumber : Badan Pusat Statistik (dalam Laporan BI, 2000)

Indikator lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu ratio antara jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja, meningkat dari 67,2% (1999) menjadi 67,7%. Hal ini berkaitan dengan
menurunnya jumlah pengangguran terbuka dan PHK cenderung menurun

Meskipun angka pengangguran menurun, jumlah orang menganggur cukup tinggi, yaitu 5,9 juta orang.
Dilihat dari tingkat pendidikannya: 62,0% SD, 16,0% SMP, 18% SMA, Diploma dan Universitas 4%.

C. ANALISIS KEBIJAKAN YANG RELEVAN

a. Kebijakan Peningkatan Kinerja dan Daya Saing

Dalam World Competitiveness Report 1996, Indonesia erada di ranking 41 dalam hal tingkat daya
saing dari 46 negara (turun dari ranking 33 pada tahun 1995). Sedangkan untuk ASEAN lainnya
umumnya naik, yakni ranking tahun 1996 untuk Filipina (31), Thailand (30), malaysia (23) dan
Singapura (2).

(Didin S. Damanhuri, ..)

Hal ini sebagai akibat masa PJP-I yang umumnya hampir bersifat total inward looking (IWL) dengan
penerapan strategi industrialisasi substitusi import (ISI) secara penuh dengan politik proteksi dan
subsidi yang mengiringinya, telah menghasilkan kinerja efisiensi produk industri dan ekonomi yang
berbiaya tinggi dengan kualitas rendah diukur oleh harga dan kualitas internasional. Dalam situasi
inefisiensi industrialisasi dan kebocoran pembangunan yang tinggi (Sumitro menyebutkan sekitar
30%), pemerintah mengandalkan solusinya dengan langkah deregulasi, swastanisasi dan
debirokratisasi secara amat lamban dalam bentuk paket-paket kebijaksanaan yang berlangsung sejak
tahun 1983 hingga tahun 1996.

(didin S. Damanhuri, ..)

b. Kebijakan Pemberdayaan Perusahaan Kecil Menengah

Kebijakan makro antara lain melalui kebijakan kredit diharapkan akan mampu memelihara kestabilan
ekonomi dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerj baru. Sedangkan melalui
kebijakan mikro antara lain dapat meningkatkan dan memperluas akses usaha kecil dan koperasi
kepada lembaga keuangan/ perbankan, akses pasar, berupa pengenalan, pembinaan produk-produk
baru yang lebih mendekati selera pasar, atau kegiatan-kegiatan lain yang besifat produktif dari usaha
yang bersangkutan.

(A. Daniel Uphadi, 1995).


Pola kredit bersubsidi yang telah diluncurkan pemerintah sejak tahun 1973 antara lain: Kredit
Investasi Kecil/ KIK Dan Kredit Modal Kerja Permanen / KMKP, Kredit Bimas Dan Inmas, Kredit Umum
Pedesaan/ KUP.

Bank Indonesia (BI) selain memberikan bantuan keuangan, juga memberikan bantuan teknis kepada
perbankan melaluli Proyek Pengembangan Usaha Kecil (PPUK-BI) antara lain melakukan identifikasi
peluang investasi pada semua sektor ekonomi (A. Daniel Uphadi, 1995).

Pemerintah telah menjalankan berbagai cara untuk menangani hal itu :

1. Januari 1990 Presiden menghimbau agar koperasi hendaknya diberi saham oleh perusahaan-
perusahaan besar, sampai 25% dari total saham perusahaan.

2. 15 Mei 1996, pemerintah mencanangkan Gerakan Kemitraan Nasional, yang bertujuan menggalang
kekuatan semua pihak agar peduli dengan masalah kemitraan usaha

(Lukman Hakim, 1996).

Selama ini kemitraan usaha lebih banyak didasarkan atas pertimbangan politik dari pada atas dasar
pertimbangan ekonomi. Dasar pertimbangan ekonomi untuk melakukan kemitraan usaha adalah
adanya keterkaitan produksi, yaitu keterkaitan produksi ke depan (forward production lingkage) atau
keterkaitan produksi ke belakang (backward production linkage).

Forward production linkage artinya hasil produksi (output) dari UKM dibeli (dipakai) oleh USB untuk
diproses menjadi finish goods. Backward production linkage artinya input (bahan baku) UKM diperoleh
atau dibeli dari USB.

4.3. DAFTAR BACAAN

Armia, Chairuman, Perlukah BUMN Dipertahankan?, Harian KOMpas 5,6,7 Oktober 1989 (dalam Pandji
Anoraga, 1995).

Anoraga, Pandji, BUMN, Swasta danm Koperasi, Tiga Pelaku Ekonomi, PT. Duta Pustaka Jaya, Jakarta, 1995.

Soedarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial,
Jakarta, 1983.

Hakim, Lukman, Daya Saing Perekonomian Idnoensia Menyongsong Era Pasar Bebas, Diterbitkan dalam rangka
Dies Natalis Universitas Trisakti ke-31, Media Ekonomi Publishing (MEP)..

Tambunan Tulus, T.H., Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996.

Masyhud, Mudaris Ali, Usaha Kecil Menengah Menyongsong Era Perdagangan Bebas, Harian Kompas, Januari
1995.

Chaeruddin, Menaruh Harapan Pada APEC, Harian Terbit, 4 Desember 1995.

Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 1988.

Hasibuan, Nurimansyah, Struktur Pasar Di Indonesia, Oligopoli dan Monopoli, Media Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti, Volo. 3 No. 1, Januari 1995.

Swasono, Sri Edi, Pelaku Ekonomi dan Pendekatan Pembangunan, Harian Pelita, 26 Juni 1990 (dalam Pandji
Anoraga, 1996).

Sumodiningrat, Gunawan, Pemerataan Pembangunan, Makalah pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia Ke-CI di Bandung, 22 25 Agustus, 1990.
Hermawan, Asep, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Negara Berkembang, Media Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti, Vol. 3, No. 1, Januari 1995.

Damanhuri, Didin S., Reformasi Ekonomi Indonesia dalam Masa Transisi, dari Inward ke Outward Looking
Strategy, dala

Uphadi, Daniel A., Pemberdayaan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah, Harian Suara Pembaruan, 18 Juli 1995.

Monday, April 30, 2012

Bab III Peranan BUMN dalam Sistem Perekonomian


Indonesia

Peranan BUMN dalam Sistem Perekonomian Indonesia

Perannya sesuai maksud dan tujuannya yaitu:


Memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.
Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional.
Menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi.
BUMN memberikan kontribusi yang positif untuk perekonomian Indonesia.
Pada sistem ekonomi kerakyatan, BUMN ikut berperan dalam menghasilkan
barang atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
PT Dirgantara Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Kereta Api
Indonesia (PT KAI), PT Pos Indonesia, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan
tersebut didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta
untuk mengendalikan sektor-sektor yang strategis dan yang kurang menguntungkan.
Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
secara efektif dan efisien.
Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang
ekonomi.
Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga
kerja.
EKONOMI
BADAN USAHA MILIK NEGARA
(BUMN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ekonomi


Semester Genap
Oleh Kelompok V :
1. Aan Putri Nurjanah (XI Mipa 2 / 01)
2. Maswatun Hasanah (XI Mipa 2 / 16)
3. Meisita Hurhadi (XI Mipa 2 / 17)
4. Moh. Yanuar Ramadhan (XI Mipa 2 / 18)
5. Priske Indriana (XI Mipa 2 / 23)
6. Yulita Dwi Maulidayanti (XI Mipa 2 / 34)

SMA NEGERI 4 PAMEKASAN


TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas Rahmat dan Ridho Allah SWT, karena tanpa rahmat dan Ridho-
Nya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengharapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Hariyanto selaku guru dengan mata pelajaran Ekonomi yang membimbing kami
dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah kami ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
anda. Demi tercapainya makalah yang sempurna dimasa mendatang. Semoga makalah kami ini
dapat bermanfaat dan dijadikan sumber dalam kegiatan belajar.

Pamekasan, 04 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .......................................................... 3
2.2 Ciri ciri BUMN ........................................................................................................... 4
2.3 Maksud dan tujuan dari BUMN .................................................................................... 5
2.4 Visi dan misi BUMN...................................................................................................... 5
2.5 Prinsip dalam pengelolaan BUMN ................................................................................ 6
2.6 Kelebihan dan kekurangan BUMN ............................................................................... 6
2.7 Peranan BUMN terhadap peningkatan rakyat ............................................................... 7
2.8 Bentuk bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ................................................. 7
2.9 Pendirian, pengurus, dan pengawasan BUMN ............................................................. 11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
3.1 Simpulan ....................................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 14
LAMPIRAN...................................................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tak banyak diperdebatkan bahwa industri merupakan tulang punggung perindustrian,
sehingga terkadang pembangunan ekonomi identik dengan industrialisasi. Yang sering menjadi
permasalahan adalah bagaimana proses industrialisasi dilaksanakan serta jenis industri apakah
yang harus dipilih oleh suatu negara. Industri kecil dan menengah, dimana sebagian besar
masyarakat terlibat di dalamnya, mengalami marginalisasi bahkan kehancuran. Di sisi lain,
industri besar dengan konglomeratisasinya ternyata memiliki kinerja ekonomi yang buruk,
sehingga perannya dalam perekonomian dipertanyakan.
Peran pemerintah yang diimplementasikan melalui BUMN ternyata tidak optimal.
Bahkan, seringkali BUMN justru menjadi tanggungan ekonomi-politik dari pengusaha.
Investasi pemerintah dalam manajemen BUMN merupakan kasus biasa di Indonesia, terutama
menyangkut pembagian peran antara pemerintah, swasta dan koperasi.
Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau
seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa
perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Pada
beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar pada
kepemilikannya dengan membuat BUMN tersebut menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya
bisa dimiliki oleh publik. Contohnya adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sejak tahun
2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang
dipimpin oleh seorang Menteri Negara BUMN.
BUMN berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang bertentangan
dengan semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999), tidak jarang BUMN bertindak
selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator. BUMN kerap menjadi sumber korupsi, yang
lazim dikenal sebagai sapi perahan bagi oknum pejabat atau partai. Pasca krisis moneter 1998,
pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat.
Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN. Sebagai akibatnya, banyak BUMN yang
terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain berhasil memperkokoh posisi bisnisnya.
Dengan mengelola berbagai produksi BUMN,pemerintah mempunyai tujuan untuk mencegah
monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta yang kuat. Karena,apabila
terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak,maka
dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi korban sebagai akibat dari tingkat harga
yang cenderung meningkat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Ekonomi
mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
1.3 Rumusan Masalah
a) Apa pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)?
b) Apa ciri ciri BUMN?
c) Apa maksud dan tujuan dari BUMN?
d) Bagaimana visi dan misi BUMN?
e) Apa prinsip dalam pengelolaan BUMN?
f) Apa kelebihan dan kekurangan BUMN?
g) Apa peranan BUMN terhadap peningkatan rakyat?
h) Apa saja bentuk bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)?
i) Bagaiman pendirian, pengurus, dan pengawasan BUMN?

1.4 Manfaat
a) Dengan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai pelajaran Ekonomi,
terutama tentang BUMN.
b) Dapat mengetahui pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
c) Dapat mengetahui maksud dan tujuan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
d) Dapat mengetahui visi dan misi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
e) Dapat mengetahui prinsip prinsip dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
f) Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan BUMN?
g) Dapat mengetahui apa peranan BUMN terhadap peningkatan rakyat.
h) Dapat mengetahui bentuk bentuk dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
i) Dapat mengetahui pendirian, pengurus, dan pengawasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang permodalannya
seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh Pemerintah. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara
adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan
untukmenyediakanarang atau jasa bagi masyarakat. Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005,BUMN
adalah badan usaha yangseluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaansecara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Berdasarkan Undang- Undang No. 19 tahun 2003 Pasal 1 dijelaskan bahwa pengertian
dari Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan kegiatan utamanya adalah untuk
mengelola cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan digunakan sepenuhnya
untuk kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 menyatakan cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Pasal 33 ayat 3 UUD
1945 menyatakan Bumi , air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kedua pasal ini merupakan jaminan bagi
pemerintah untuk ikut serta berperan dalam perekonomian negara. Penguasaan oleh negara
dalam hidup orang banyak bukan berarti memiliki, namun mengandung arti memberi
kekuataan tertinggi kepada negara untuk :
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan , penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
b. Menentukan dan mengatur hak-hak bumi, air, dan kekayaan alam
c. Mengatur serta menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum
mengenai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1232/kmk.013/1989 pasal 2 yang
dimaksud dengan badan usaha milik negara adalah badan usaha dan anak perusahaan BUMN
yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara. Karena seluruh modalnya dimiliki oleh negara
berarti manajernya sangat dipengaruhi oleh pemerintah. Menurut instruksi presiden No. 7 tahun
1967, perusahaan negaradiubah bentuknya menjadi BUMN dan disederhanakan menjadi
perusahaan jawatan (perjan), perusahaan umum (perum) , dan perusahaan perseroan (persero).

2.2 Ciri Ciri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


1. Badan usaha dimiliki oleh pemerintah.
2. Pengawasan dilakukan, baik secara hirarki maupun secara fungsional dilakukan oleh
pemerintah.
3. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan
pemerintah.
4. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
usaha.
5. Semua risiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemerintah.
6. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber penghasilan
negara.
7. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
8. Usaha bersifat membantu tugas pemerintah, seperti membangun praarana tertentu guna
melayani kepentingan masyarakat.
9. Menghasilkan barang tertentu karena pertimbangan keamanan dan kerahasiaan, seperti senjata
dan pencetakan uang
10. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan harus dimiliki serta
dikelola oleh pemerintah.
11. Dibentuk untuk melaksanakan kebijakan pemerintah tertentu atau bersifat strategis.
12. Dibentuk dengan tujuan melindungi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat
13. Usahanya bersifat komersial dan fungsinya dapat dilakukan oleh swasta.
14. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama mencari
keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
15. Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
16. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta terjaminnya
prinsip-prinsip ekonomi.
17. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
18. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Bila sahamnya dimiliki oleh
masyarakat, besarnya tidak lebih dari 49%, sedangkan minimal 51% sahamnya dimiliki
oleh negara.
19. Pinjaman pemerintah dalam bentuk obligasi.
20. Modal juga diperoleh dari bantuan luar negeri.
21. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
22. Pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank.
2.3 Maksud dan Tujuan BUMN
Berdasarkan UU no. 19 Tahun 2003 pasal 2, maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak
lain adalah sebagai berikut:
a) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya.
b) Mengejar keuntungan.
c) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
d) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi.
e) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat.

2.4 Visi dan Misi BUMN


Dibawah pembinaan Kementrian BUMN telah tersusun suatu Master Plan BUMN
tahun 2002-2008 yang memuat VISI Menjadikan BUMN sebagai Badan Usaha yang tangguh
dalam persaingan global dan mampu memenuhi harapan stakeholder dengan beberapa catatan
:
1) BUMN sebagai Badan Usaha perlu dikembangkan sebagai pelaku usaha dalam perekonomian
Indonesia.
2) Sesuai asa kemanfaatan, pemilikan saham oleh negara tidak harus dipertahankan baik sebagai
pemegang saham mayoritas atau minoritas.
3) Pembinaan BUMN diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan
secara profesional, efisien dan tangguh sehingga mampu menghadapi persaingan global.
4) Meningkatkan kontribusi kepada negara baik dalam bentuk pajak, deviden maupun hasil
privatisasi serta memenuhi harapan stakeholders.
Dari visi tersebut juga dikandung suatu MISI yang juga tersusun dalam suatu Master Plan
BUMN tahun 2002-2008BUMN sebagai berikut :
1) Melaksanakan reformasi dalam ruang lingkup budaya kerja, strategi dan pengelolaan usaha
untuk mewujudkan profesionalisme dengan berlandaskan pada prinsip Good Corporate
Governance dalam pengelolaan BUMN.
2) Meningkatkan nilai perusahaan melalui restrukturisasi, privatisasi dan kerjasa usaha antar
BUMN berdasar prinsip bisnis sehat.
3) Meningkatkan daya saing melaui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk menyediakan produk
barang dan jasa berkualitas dengan harga kompetitif serta pelayanan bermutu tinggi.
4) Peningkatan kontribusi BUMN kepada negara
5) Peningkatan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan, pembinaan koperasi dan
UKM dalam program kemitraan.

2.5 Prinsip Prinsip Pengelolaan BUMN


a) Lebih bersifat social oriented / service oriented artinya berorientasi pada pelayanan
kepentingan umum.
b) Jika dalam manjalankan usahanya memperoleh keuntungan. Maka pemanfaatan keuntungan
tersebut semaa-mata dimaksudkan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat.
c) Selama masyarakat masih memerlukan , kegiatan badan usaha milik negara dilakukan secara
terus-menerus.
d) Sebagai agen pembangunan , seluruh daya dan kemampuannya diarahkan pada pembangunan
nasional yang sedang dan akan dilaksanakan.
e) Merupakan sarana vital yang efektif untuk melaksanakan pembangunan nasional, sehingga
direksi harus senantiasa membuat kebijakan yang sesuai dengan GBHN.
f) Pengorganisasian dilakukan secara profesionalisme.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan BUMN


a) Kelebihan BUMN :
Menguasai sektor yang vital bagi kehidupan rakyat banyak
Mendapat jaminan dan dukungan dari Negara
Permodalannya sudah pasti karena mendapat modal dari Negara
Kelangsungan hidup perusahaan terjamin
Sebagai sumber pendapatan negara
b) Kekurangan BUMN :
Pengelolaan faktor-faktor produksi tidak efisien
Manajemen perusahaan kurang professional
Menimbulkan monopoli atas sektor-sektor vital
Pengelolaan perusahaan terhambat dengan peraturan-peraturan yang mengikat
Sulit memperoleh keuntungan bahkan seringkali merugi

2.7 Peranan BUMN terhadap Peningkatan Kemampuan Rakyat


Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat secara optimal
Sebagai mitra kerja dalam kegiatan usaha dengan badan usaha swasta dan koperasi
Mencegah agar tidak terjadi penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh swasta
Sebagai sumber penghasilan mengisi kekurangan kas negara untuk dipergunakan oleh negara
dalam meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.
Sebagai sarana untuk membuka kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran yang
akhirnya dapat meningkatkan pendapatan per kapita.
Menyisihkan laba bersih untuk keperluan pembinaan usaha kecil, koperasi , dan masyarakat
di sekitar BUMN

2.8 Bentuk Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


a) Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah BUMN yang seluruh modalnya termasuk dalam
anggaran belanja negara yang menjadi hak dari departemen yang bersangkutan . Tujuan perjan
adalah pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat yang ditujukan untuk kesejahteraan
umum. Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model perjan karena
besarnya biaya untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan Undang Undang (UU)
Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, khususnya tentang Ketentuan Peralihan Pasal 93
dinyatakan bahwa dalam waktu dua tahun terhitung sejak undang undang berlaku, semua
BUMN yang berbentuk perjan harus sudah diubah bentuknya menjadi perum atau perseroan.
Contoh BUMN yang dahulunya Perjan, yaitu Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
yang berada di bawah Departemen Perhubung, tahun 1991 berubah menjadi Perusahaan Umum
Kereta Api (Perumka), kemudian menjadi Perusahaan Negara Kereta api (Penka), terakhir
berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT.KAI). Serta Perjan Pegadaian yang berada di
bawah Departemen Keuangan Berubah menjadi Perum Pegadaian. Dengan demikian, sejak
tahun 2003 tidak ada lagi BUMN yang berbentuk Perjan.
Ciri-ciri perjan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan utama untuk melayani kepentingan masyarakat tanpa melepaskan syarat efisiensi,
efektivitas dan ekonomis.
2. Keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab pemerintah.
3. Permodalan dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN yang menjadi hak dari
departemen yang bersangkutan.
4. Berada di bawah departemen , dirjen, atau pemerintah daerah yang terkait.
5. Dipimpin oleh kepala yang merupakan bagian dari suatu departemen.
6. Perjan memiliki dan memperoleh fasilitas dari negara.
7. Karyawan perjan berstatus pegawai negeri.

b) Perusahaan Umum (Perum)


Perusahaan umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau
jasa yang bermutu dan sekaligus mencari keuntungan yang berdasar prinsip pengelolaan
perusahaan.
Ciri-ciri Perum adalah sebagai berikut :
1. Pendirian perum diusulkan oleh menteri kepada presiden.
2. Karyawan berstatus pengawai perusahaan negara.
3. Statusnya adalah suatu badan hukum berbentuk perusahaan negara yaitu UU No.19 PP tahun
1960 dan PP tentang pendirian usaha.
4. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dan kekayaan negara yang dipisahkan dari APBN.
5. Dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dan dapat memperoleh kredit dari
dalam dan luar negeri atau dari masyarakat dalam bentuk obligasi.
6. Kepengurusan atau alat kelengkapan perum terdiri dari menteri, direksi, dan dewan pengawas.
7. Direksi bertugas sebagi pemimpin perum yang pengangkatan dan pemberhentiannya
ditetapkan oleh menteri.
8. Dewan pengawasan bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi.
9. Usaha perum adalah melayani kepentingan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang
berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat dan sekaligus memperoleh keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
10. Menteri yang ditunjuk diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemilik modal dan
memiliki kewenangan dalam mengatur kebijakan melalui mekanisme dan ketentuan peraturan
perundang undangan.
11. Berstatus badan hukum, sebagian besar kegiatannya bergerak di bidang jasa layanan umum.
12. Laporan tahunan disampaikan kepada menteri atas nama pemerintah untuk mendapatkan
pengesahan.

Kepengurusan Perum terdiri atas:


Menteri
Menteri adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah
selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan
Direksi
Direksi Perum adalah organ Perum yang bertanggung jawab atas kepengurusan Perum
untuk kepentingan dan tujuan Perum, serta mewakili perum untuk di dalam maupun di luar
pengadilan.
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum.

Sama seperti Perjan, perum di kelola oleh negara dengan status pegawainya sebagai
Pegawai Negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan diubah menjadi
Perum, sehingga pemerintah terpaksa menjual sebagian saham Perum tersebut
kepada publik (go public) dan statusnya diubah menjadi persero.
Contoh Perum diantaranya Perum Pegadaian (Perusahaan Umum Pengadaian), Perum
DAMRI (Perusahaan Umum Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia), Perum
Jasatirta, Perum Peruri, Perum Perumnas, Perum Balai Pustaka, dll.

c) Perseroan
Perusahaan perseroan (perseroan) adalah perusahaan negara yang modalnya berbentuk
saham dan sebagian dari modal tersebut milik negara. Perseroan bergerak pada bidang usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan. Perangkat perseroan terdiri dari RUPS, direksi, dan
komisaris. Contoh perseroan milik negara yaitu PT PLN, PT Pos Indonesia, PT Kereta Api
Indonesia, PT Telkom, dan sebagainya.
Tujuan pendirian perseroan adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan barang atau jasa yang bermutu dan berdaya saing kuat.
2. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Ciri-ciri Perseroan adalah sebagai berikut :
1. Berusaha mendapatkan keuntungan atau laba.
2. Karyawan berstatus sebagai pegawai swasta.
3. Status hukumnya sebagai hukum perdata, berbentuk perseroan terbatas (PT).
4. Modal berasal dari kekayaan negara dan dari saham dibeli negara.
5. Perseroan tidak mendapatkan fasilitas negara.
6. Dipimpin oleh dewan direksi.
7. Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang sebagian besar atau seluruh saham
perusahaan.
8. Hubungan usaha perseroan diatur menurut hukum perdata.
Kepengurusan Persero terdiri atas:
RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal
seluruh saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada
Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.
Direksi
Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS. Dalam hal ini Menteri
bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Menteri.
Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.
Komisaris
Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan oleh RUPS. Dalam hal Menteri
bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris ditetapkan oleh Menteri.
Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
1 (satu) kali masa jabatan. Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan
kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi.

2.9 Pendirian, Pengurus, dan Pengawasan BUMN


a) Pendirian BUMN
Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan maksud :
Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya danpenerimaan Negara
pada khususnya..
Mengejar keuntungan.
Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orangbanyak .
Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan olehsektor swasta dan
koperasi.
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golonganekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat.
Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dimana dalamperaturan pemrintah
tersebut setidaknya memuat :
Penetapan pendirian BUMN
Maksud dan tujuan didirikan BUMN
Penetapan besarnya penyertaan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkandalam rangka pendirian
BUMN.

b) Pengurusan BUMN
Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi. Direksi adalah organ BUMN yang
bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta
mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi bertanggung jawab penuh
atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus
mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib
melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.

c) Pengawasan BUMN
Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas. Komisaris adalah
organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. Sedangkan Dewan Pengawas adalah organ
Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan Perum. Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggung jawab
penuh atas pengawasan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN. Dalam melaksanakan
tugasnya, Komisaris dan Dewan Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan
ketentuan peraturan perundangundangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta
kewajaran.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Perjan, Perum, dan Perseroan
adalah bentuk-bentuk badan usaha dari BUMN yang merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki tujuan umum yaitu untuk memajukan
kesejahteraan rakyat. Landasan hukum pendirian BUMN adalah Undang-Undang Dasar 1945
pasal 33 ayat (2) dan ayat (3).
Dan karena tujuan dan sumber pendanaan BUMN ini maka pengelolaan BUMN tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Dan karena itu ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 45
tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,dan Pengawasan BUMN.Dengan adanya Peraturan
Pemerintah ini maka dalam rangka pengelolaan BUMN tidak boleh menyalahi aturan
yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut begitu juga aturan hukum yang
mengatur tentang BUMN ini.
3.2 Saran
Berdasarkan atas apa yang kami tulis dalam karya tulis dalam sebuah makalah yang
berjudul Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini kami selaku penulis berharap memberi
pemahaman bagi segenap pembaca sehingga dapat menambah wawasan bagi para pembaca
terlebih lagi pada penulis sendiri.
Hanya sampai disinilah kemampuan kami dalam membahas Badan Usaha Milik
Negara. Semoga karya tulis ini memberikan manfaat pada penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Viva Pakarindo, LKS Ekonomi Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial/Kelas XI Semester 2
untuk SMA/MA
http://rodlial.blogspot.co.id/2014/02/makalah-bumn-bums-koperasi.html
http://muhammad-toha93.blogspot.co.id/2014/04/makalah-bumn.html

LAMPIRAN
Contoh Badan Umum Milik Negara (BUMN) :
Pertamina

Bank Indonesia
PLN

BUMN
BAB I
PENDAHULUAN

Keberadaan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu
pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping keberadaan
usaha swasta dan koperasi.Keterlibatan Negara dalam kegiatan tersebut pada dasarnya
merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 UU itu, yang menyatakan bahwa Cabang-
cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara (ayat 2).Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (ayat 3).
Salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa Negara melalui satuan atau unit-unit
usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa serta
mengelola sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas.Dengan demikian,
karena menyangkut kepentingan masyarakat luas, BUMN mempunyai peran yang menentukan
dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang perekonomian.
Mengingat peran BUMN adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya
dibidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah dalam pembinaan BUMN disesuaikan
dengan kebijaksanaan nasional.Sebagai Negara yang manganut paham ekonomi terbuka,
perkonomian nasional tidak terlepas dari pengaruh perekonomian dunia yang berkembang sangat
pesat. Konsekuensinya adalah kebijaksanaan pembinaan BUMN senantiasa mengalami
penyesuaian-penyesuaian mengikuti kondisi dan perkembangan perekonomian nasional
Dalam melaksanakan perannya sebagai unit usaha maupun sebagai wahana pembangunan,
dalam beberapa tahun terakhir ini BUMN telah memberi kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan nasional. Hal ini dapat diketahui dari kenaikan penerimaan Negara sebagaimana
terlihat dalam APBN yang berupa penerimaan bukan pajak yaitu deviden berupa dana
pembangunan semesta dan bagian laba pemerintah.
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang memberi sumbangan
bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.Selain itu, BUMN juga merupakan
alat untuk memupuk keuntungan. BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk seperti
Persero, Perjan dan Perum. Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar dalam
menjaga stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk
lingkungan politik negara.
Oleh sebab itu, latar belakang dan perkembangannya tidak terlepas regulasi yang dibuat dan
dijalankan oleh pemerintah. Demikianlah yang akan disaji dalam makalah ini pada bab-bab
selanjutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalahan yang ingin diketahui dan merupakan kajian dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan BUMN di Indonesia
2. Peran BUMN dalam perekonomian Indonesia
3. Bagaimana bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini.
4. Bagaimana ciri-ciri dari masing-masing BUMN
5. Visi dan Misi yang Diemban Kepada BUMN
6. Apakah tugas dan fungsi serta peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian nasional dan
daerah
1.3. Tujuan
1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan Badan Usaha Milik Negara
2. Mengklasifikasikan peranan dari masing-masing Badan Usaha Milik Negara
3. Mendeskripsikan bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara
4. Penyajian tentang fungsi, peranan dan ciri-ciri serta regulasi yang mengawasi BUMN
5. Menjelaskan tugas pokok dan misi yang di emban kepada BUMN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perusahaan Negara


Konsep BUMN telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 740/KMK.00/1989.Dalam konsep itu, BUMN didefenisikan sebagai badan usaha yang
seluruh modalnya dimiliki negara (pasal 1 ayat 2a).
Sementara dalam pasal 1 ayat 2b dari surat keputusan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah
2) BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN lainnya.
3) BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta nasional/ asing
dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 50%.

Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan public enterprise. Dengan
demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu: Pemerintah (public) dan bisnis
(enterprise. Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah 100% dan tidak juga
swasta 100% tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai perusahaan negara yang diwiraswastakan.

2.2.Peran BUMN dalam sistem perekonomian Indonesia


Dalam usaha membangun ekonomi diusahakan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan
mengurangi campur tangan Pemerintah yang menghambat perkembangan ekonomi. Dalam iklim
demikian ini dirumuskan perundangan yang akan meletakkan kembali peran BUMN sebagai
aparatur perekonomian negara dalam sistem perekonomian Indonesia. Perumusan ini telah
melahirkan Undang-undang No 9 Tahun 1969 dimana dalam konsiderinya jelas mencerminkan
kedudukan /peranan BUMN dalam sistem perekonomian Indonesia, antara lain :
1. Bahwa perusahaan Negara sebagai unit ekonomi yang tidak terpisah dari sistem ekonomi
Indonesia perlu segera disesuaikan pengaturan dan pembinaannya menurut isi dan jiwa ketetapan
MPR sementara Nomor XXIII/MPRS/1966
2. Bahwa dalam kenyataannya terdapat Usaha Negara dalam bentuk Perusahaan Negara
berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 1960 yang dirasakan kurang efisien, sehingga dipandang perlu
untuk segera ditertibkan kembali

Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara

Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing


(Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1
Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan
Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai
dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.
Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa;
cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan
oleh swasta.Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk pioneering usaha
oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.
Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun 80an,
yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak negatif/minir karena fungsi kontrol
terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.
Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:
1. Fase sebelum kemerdekaan
Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara termaksud diatur olehketentuanUU No. 8
tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).
2. Fase antara tahun 1945-1960
Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat pentingnya
peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka perjuangan RI untuk
mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI.Pada priode ini pula terjadi gerakan nasionalisasi
terhadap perusahaan negara milik asing/bekas milik Belanda.Pengembalian ini diatur dalam
PP. NO. 27 tahun 1957 dan UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik
Belanda. Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan
Terbatas dan beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup
lapangan perbankan, perkebunan, perdagangan dan jasa.
3. Fase yang berlangsung tahun 1960-1969
Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang berlandaskan UU No. 19 tahun 1960 menjadi satu
bentuk yaitu Perusahaan Negara. Namun demikian masih terdapat kekaburan dalam
organisasi perusahaan negara yang disebabkan adanya Badan Pimpinan Umum (BPU) yang
juga menyelenggarakan pengurusan terhadap Perusahaan Negara tertentu. Oleh karena tiu,
maka ditetapkanlah tiga bentuk perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan),
Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).
4. Fase antara tahun 1969 hingga sekarang
Dalam fase ini peranan Perusahaan Negara dalam menunjang perekonomian nasional
semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan sejak Pembangunan Lima
Tahun (Pelita) sampai sekarang yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari periode
pembangunan sebelumnya.

2.4. Deskripsi Tiga Bentuk Perusahaan Negara


Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan
beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-
janya.Perangkat perbaikan tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem. Oleh
karenanya sejak tahun 2002 diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerapkan program yang
kemudian diikuti dengan penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya
seperti penerapan program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006 ini,
selain beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri-industri penting seperti Telkom, PLN,
Perbankan dan Industri-industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu menerapkan program
Risk Man-agement ini. dengan melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat
korporasi lainnya yang juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manajemen/sumber daya
manusia agar lebih mempunyai visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan-
keputusan bisnis, sehingga paradigma BUMN secara simultan dapat diubah.

Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini terdiri dari tiga bentuk
yaitu:
1) Perusahaan Jawatan (Perjan)
Menurut UU No. 9 tahun 1969 Perjan adalah perusahaan negara yang didirikan dan diatur
dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Indische Bedrijven Wet (IBW).
Ciri-ciri Perjan:
dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada menteri atau direktur jenderal
berkedudukan serendah-rendahnya setingkat dengan direktorat.
Melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang tercermain dalam
susunan organisasi departemen.
Modal permulaan dan mutasi modal lainnya tercermin dalam APBN. Modal merupakan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan hasil-hasil perusahaan harus nampak dalam APBN.
Barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka
pelayanan masyarakat.
Pegawai Perjan merupakan pegawai negeri yang disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.
2) Perusahaan Umum (Permum)
Menurut Inpres No. 17 Th. 1967 Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada
menteri yang bersangkutan.Seperti Perum Pegadaian, Perum Bulog, BI, Bank Mandiri, BRI,
BNI, etc.

Ciri-ciri Perum:
Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
perusahaan negara berdasarkan Perpu No. 19 tahun 1960
dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan
(sekarang bertanggung jawab kepada Menteri BUMN).
Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Modal tidak terbagi dalam bentuk saham.
Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar
ketentuan-ketentuan bagi pegawai negeri.
Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh pemerintah.
Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
3) Perusahaan Perseroan (Persero)
Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah perusahaan negara
dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan ditambah yang saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh negara. Seperti PT. KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.

Ciri-ciri Persero:
Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama antara menteri teknis dan menkeu.
Melakukan kegiatan perusahaan yang bisa dilakukan swasta dan bukan semata-mata
menjadi tugas pemerintah.
Status pegawai perusahaan swasta biasa
Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Modal campuran antara swasta dan negara.
Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
saing kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan rekomendasi Tim Pembantu
Presiden untuk penertiban aparatur/administrasi pemerintahan dan ekonomi negara dalam
rangka penyempurnaan administrasi negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini ditegaskan
melalui Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah terdiri dari
Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969. yang kemudian
ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969.

Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan sebagai
berikut:
1) Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional Bussiness
Machines (IBM) kemudian dinamakan Perjan.
2) Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk keseluruhan maupun
untuk sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan; perusahaan ini
disebut Persero.
3) Semua perusahaan yang modal keseluruhannya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara
dipisahkan dan tidak dibagi atas saham-saham yang didirikan dan diatur berdasarkan
ketentuan-ketentuan Perpu nomor 19 tahun 1960; perusahaan ini disebut Perum.
Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis dengan dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang pengalihan Kedudukan, Tugas dan
Kewenangan menteri keuangan mewakili pemerintah selaku:
1) Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang telah
diatur dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan
Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara RI.
2) Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur dalam PP No. 13
tahun 1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).
3) Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur dalam PP
No. 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan kepada Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara.

2.5. Tujuan Badan Usaha Milik Negara


Tujuan BUMN tentu tidak terlepas dari landasan pendiriannya.Yaitu Pembukaan UUD 1945
dan pasal 33 UUD 1945.di sebutkan disana bahwa tujuan pendirian umum BUMN adalah
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun secara khusus, tujuan BUMN
diatur dalam PP Nomor 3 tahun 83 yaitu:
1) tujuan komersial yakni alat memupuk keuntungan
2) tujuan secara makro, yakni memberi sumbangan bagi perkembangan
ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan.
3) Tujuan sosial politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup orang
banyak serta membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi.
Disamping itu, bila direfleksikan dari kondisi realnya di lapangan, BUMN juga mempunyai
tujuan umum yaitu:
1) Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umunya dan
penerimaan negara pada khususnya.
2) Mengejar keuntungan
3) Menyelenggrakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu
tinggi dan memadai bagi pemenuhan hidup orang banyak.
4) Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta atau koperasi.
5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat.
Hamid dan Anto (2000) mengemukakan beberapa tujuan BUMN sebagai berikut:
menciptakan lapangan kerja
pengembangan daerah
merintis sektor yang belum dimasukki swasta

2.6. Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian Negara


Peranan Perusahaan Negara atau BUMN adalah untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional khususnya bidang perekonomian, maka kebijaksanaan pemerintah
dalam pembinaan BUMN pun disesuaikan dengan kebijakan nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Th. 1983, peranan BUMN secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business
entity), harus mampu memupuk dana unutk membiayai aktivitas baik yang bersifat rutin
maupun pengembangan. Oleh karena itu, dalam kegiatannya untuk mendapatkan laba
sehingga kontinuitas perusahaan dapat terjaga atau dengan kata lain BUMN berperan sebagai
pemasok dana melalui pajak dan deviden.
2) Melaksanakan fungsi-fungsi non-komersial, dalam hal ini BUMN yang merupakan bagian
dari aparatur negara, bertindak sebagai wahana pembangunan (agent of development).
Berperan sebagai demikian, BUMN melaksanakan program-program pemerintah dan atau
yang diembankan oleh pemerintah yang meliputi antara lain tugas-tugas perintis dan
mendorong perkembangan usaha swasta dan koperasi.

2.7. Visi dan Misi yang Diemban Kepada BUMN


Dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BUMN, maka Visi yang hendak diwujudkan
adalah sebagai berikut :

"Menjadikan BUMN sebagai badan usaha yang tangguh dalam persaingan global dan mampu
memenuhi harapan yang diinginkan"
Memperhatikan kondisi objektif BUMN selama ini, maka Misi BUMN adalah sebagai berikut :
Melaksanakan reformasi dalam ruang lingkup budaya kerja, strategi, dan pengelolaan
usaha untuk mewujudkan profesionalisme dengan berlandaskan kepada prinsip-prinsip Good
Corporate Governance di dalam pengelolaan BUMN.
Meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan restrukturisasi, privatisasi dan
kerjasama usaha antar BUMN berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Meningkatkan daya saing melalui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk dapat
menyediakan produk barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang kompetitif serta
pelayanan yang bermutu tinggi.
Meningkatkan kontribusi BUMN kepada negara.
Meningkatkan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan (community
development) dan pembinaan koperasi, usaha kecil dan menengah dalam program kemitraan.
Menjaga integrasi nasional dan menjaga keseimbangan roda pembangunan.
Menjadikan BUMN sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakat secara tidak langsung.
Artinya, peran BUMN dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dalam bentuk
keterlibatan sebagai pengumpul modal untuk mensejahterakan masyarakat melalui proses
panjang
BAB III
PENUTUP
Jika BUMN banyak yang merugi sehingga kita menyetujui peluncuran kebijakan dan program-
program privatisasi, kita perlu bersikap kritis pada program-program privatisasi dewasa ini yang
lebih ditujukan pada pengumpulan dana untuk sekedar menutup defisit APBN. Defisit APBN
yang besar tidak seharusnya kita terima sebagai data.Kita dapat berusaha keras menekan
defisit tersebut melalui pembatalan program-program penalangan utang perusahaan eks-
konglomerat yang sudah sangat berlebihan.Program rekapitalisasi perbankan harus dianggap
sebagai sisa-sisa kebijakan program pemihakan pada konglomerat yang keliru dan yang harus
dikoreksi.Dan tidak pada tempatnya, serta sangat tidak adil, rakyat melalui defisit APBN
menanggung beban program pemihakan yang keliru tersebut.
BUMN memang tidak mutlak keberadaanya dalam sistem perekonomian Indonesia.Pasal 33
UUD 1945 tidak memerintahkan pembentukan BUMN.Namun program privatisasi yang kini
berjalan juga tidak seharusnya dipaksakan jika jelas-jelas berakibat memperlemah daya tahan
ekonomi nasional dalam jangka panjang.Privatisasi dalam rangka globalisasi adalah
berbahaya, penuh resiko, dan mahal, bagi negara berkembang seperti Indonesia.
3.1. Kesimpulan
BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar peran
tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus memebuhi syarat-syarat berikut;
Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi (badan usaha yang sah) yang sehat;
Dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki
kemampuan bisnis yang tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola remunerasi (penghargaan
atas jasa) harus dikembangkan sesuai dengan standar korporasi;
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik , secara konsisten dan
berkesinambungan;
Mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi;
Siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala
kondisi;
Memiliki tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal kepedulian
terhadap lingkungan hid up, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan pengembangan
pengusaha kecil.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN membutuhkan keterlibatan
yang aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,
parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah
bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat
memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.
Demikian kami sampaikan, mari kita berjuang dalam kapasitas kita masing-masing, untuk
Indonesia yang lebih baik.
3.2. Saran
Dalam penyajian materi dalam makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kelemahan baik dari struktur penulisan maupun penyajian materinya.Karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.Dan untuk itu kami ucapkan terima kasih kiranya Tuhan memberkati kita.

DAFTAR PUSTAKA
Akadun M.Pd. . 2007. Administrasi Perusahaan Negara. Bandung: Alfabeta.
Westra, Pariata. 2002. Perusahaan Negara. Jogya: Gajah Mada University.
Anoraga, Pandji, S.E., M.E. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi. Semarang: Pustaka Jaya
Nurdin, Bahri. 1997. Pembangunan Modal Bergulir, Koperasi melalui pemupukan SHU
milik anggota. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Jatmiko, RD. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: UMM Press.
Mubyarto. Jurnal Ekonomi Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai