Anda di halaman 1dari 9

UPAH MINIMUM

Oleh:

Ketut Anjani Dharmayanti 1607521093 / 19

Gd Bryananda Laksmana 1607521098 / 20

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengupahan atau pemberian upah adalah salah satu masalah yang tidak pernah selesai
diperdebatkan oleh pihak top manajemen manapun, apapun bentuk organisasinya baik itu swasta
maupun pemerintah. Paradigma saat ini, pemberian upah di negara kita disadari atau tidak lebih
condong untuk berkiblat ke barat, dimana dalam studi kasusnya upah kepada pekerja tidak tetap,
atau tenaga buruh seperti upah buruh lepas di areal perkebunan, dan upah pekerja buruh bangunan
misalnya. Mereka biasanya dibayar mingguan atau bahkan harian. Itu untuk buruh, sedangkan gaji
menurut pengertian keilmuan barat terkait dengan imbalan uang yang diterima oleh setiap
karyawan atau pekerja tetap yang dibayarkan sebulan sekali. Sehingga dalam pandangan dan
pengertian barat, Perbedaan gaji dan upah itu hanya terletak pada Jenis karyawannya yang
berkategori karyawan tetap atau tidak tetap dengan sistem pembayarannya secara bulanan, harian
atau per periode tertentu.

Siklus tahunan isu perburuhan Indonesia terus berulang. Seperti tahun-tahun sebelumnya,
setiap bulan Oktober-November, suhu politik perburuhan Indonesia menghangat akibat perdebatan
soal upah, tepatnya soal kenaikan Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK). Perdebatan tentang
Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) sering berujung adanya unjuk rasa yang dilakukan oleh
pekerja/buruh. Unjuk rasa yang terus berulang setiap tahun untuk isu yang sama, jelas
menunjukkan ada persoalan serius tentang upah ini. Tiga pihak yang terkait di dalam permasalahan
ini yaitu pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh, agaknya melihat persoalan ini dengan cara
pandang yang berbeda sehingga sulit menemukan titik temu. Pekerja/buruh melihat dengan
kacamata pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak, pengusaha melihat dengan kacamata Biaya Buruh,
sedangkan Pemerintah melihat dengan kacamata daya saing untuk menarik investasi.

Dampak adanya unjuk rasa bukan hanya akan mengganggu stabilitas produksi ditingkat
perusahaan, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap jalannya roda ekonomi secara umum, sebagai
contoh jika terjadi unjuk rasa maka jalan raya akan macet, sehingga bukan hanya mengganggu
arus lalu lintas, tetapi juga kondusivitas daerah tersebut menjadi terganggu yang secara langsung
ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap jalannya perekonomian daerah tersebut.
Pekerjaan yang berbeda membuat penghasilan yang berbeda sehingga membuat tingkat
pemenuhan hidup yang berbeda pula bagi setiap individu masyarakat. Sebagai contoh sederhana
adalah orang yang bekerja sebagai operator dengan orang yang mempunyai jabatan akan
mempunyai tingkat pemenuhan kehidupan yang berbeda meskipun sama-sama bekerja sebagai
pekerja/buruh pabrik. Padahal kebutuhan dasar antara individu yang satu dengan yang lain tidak
jauh berbeda, kebutuhan dasar tersebut antara lain sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan,
hiburan dan kebutuhan yang lainya. Semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika upah yang
diterima sesuai dengan kebutuhan dan pengeluaran nil setiap individu terrnasuk didalamnya untuk
kebutuhan keluarganya (anak dan istri/suami).

Khusus tentang upah bagi pekerja/buruh pabrik seolah selalu menjadi permasalahan rutin
setiap tahunnya yang tidak kunjung selesai dan selalu memberikan dampak yang cukup luas, baik
bagi pekerja/buruh dan pengusaha pada khususnya serta bagi masyarakat pada umumnya Salah
satu dampak yang setiap tahun muncul adalah adanya unjuk rasa (demontrasi) yang dilakukan oleh
pekerja/buruh dalam memperjuangkan haknya untuk mendapatkan upah, sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi pekerja/buruh dan keluarganya.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, para pekerja sebaiknya mengetahui


macam-macam pengupahan, sistem pengupahan serta hukum-hukum yang mengatur upah pekerja
di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian upah minimum?


2. Apa saja jenis-jenis upah minimum?
3. Bagaimana dasar penetapan upah minimum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian upah minimum.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis upah minimum.
3. Untuk mengetahui dasar-dasar penetapan upah minimum.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upah Minimum

Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah didefinisikan


sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Upah merupakan uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai
pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu, gaji, imbalan, hasil akibat
(dari suatu perbuatan), resiko (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:1250).

Pengertian mengenai UMP dan UMK menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-226/MEN/2000
Tahun 2000 tentang Upah Minimum. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri
dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum Provinsi adalah Upah Minimum yang
berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah
Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota.

Dari Pengertian di atas terlihat bahwa lingkup keberlakuan UMK lebih khusus dari UMP.
Lebih lanjut, Pasal 4 ayat (3) Peraturan Upah Minimum mengatakan bahwa Gubernur dalam
menetapkan UMK harus lebih besar dari UMP. Selain itu, Pasal 13 (diubah menjadi Pasal 12) ayat
(2) Peraturan Upah Minimum, mengatakan bahwa dalam hal di daerah sudah ada penetapan UMK
perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMK. Ini berarti adalah ketentuan
mengenai UMP berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi, dalam hal ini di
kabupaten/kota belum ada pengaturan mengenai UMK masing-masing kabupaten/kota.
Sedangkan, jika dalam kabupaten/kota sudah terdapat ketentuan mengenai UMK (yang jumlahnya
harus lebih besar dari UMP), maka yang berlaku adalah ketentuan mengenai UMK.
2.2 Jenis-jenis Upah Minimum

Upah minimum terdiri dari:

1. Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten atau kota di satu provinsi.
2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yaitu Upah Minimum yang berlaku di wilayah
kabupaten/kota.
3. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) yaitu Upah Minimum yang berlaku secara
sectoral di satu provinsi.
4. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) yaitu Upah Minimum yang berlaku
secara sectoral di wilayah kabupaten/kota.

Sektoral yang dimaksud pada UMSP dan UMSK adalah kelompok lapangan usaha beserta
pembagiannya menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

2.3 Dasar Penetapan Upah Minimum

Penetapan Upah Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Komponen Kebutuhan hidup layak
digunakan sebagai dasar penentuan Upah Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan
hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan
pangan 2100kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Di mana semua
komponen tersebut sudah diatur di dalam Keputusan Menteri No 17/MEN/VIII/2005. Sehingga
dengan dibuatnya standar upah minimum maka akan mencapai KHL.

Awalnya penghitungan upah minimum dihitung didasarkan pada


Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan pada
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi
penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum, sehingga timbul perubahan yang disebut
dengan KHM. Tapi, penetapan upah minumum berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar
dari pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan kesejahteraan
masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah. Dengan beberapa pendekatan dan
penjelasan langsung terhadap pekerja, penetapan upah minimum berdasarkan KHM dapat berjalan
dan diterima pihak pekerja dan pengusaha.
Perkembangan teknologi dan sosial ekonomi yang cukup pesat menimbulkan pemikiran,
kebutuhan hidup pekerja bedasarkan kondisi "minimum" perlu diubah menjadi kebutuhan hidup
layak. Kebutuhan hidup layak dapat meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas nasional. Dari gambaran itu,
timbul permasalahan, sampai saat ini belum ada kriteria atau parameter yang digunakan sebagai
penetapan kebutuhan hidup layak itu. Penelitian ini menyusun perangkat komponen kebutuhan
hidup layak berikut jenis-jenis kebutuhan untuk setiap komponen.

Sumber data yang diperoleh dari responden di lapangan menunjukkan, dari komponen dan
jenis kebutuhan hidup minimum yang diajukan kepada responden terdapat lima jenis komponen,
yaitu:

 makanan dan minuman


 perumahan dan fasilitas
 sandang
 kesehatan dan estetika
 aneka kebutuhan

Dengan dasar yang terdapat dalam komponen KHM sebagi awal tujuan kebutuhan hidup
layak, ternyata sebagian besar responden menyetujui jenis dan komponen yang terdapat dalam
KHM. Hanya saja, perlu mendapat perubahan: kualitas dari barang yang diajukan dan kuantitas
jumlah barang yang dibutuhkan perlu ditambah. Begitu juga pekerja, harus dapat menyisihkan
hasil yang diterima paling tidak sebesar 20 persen sebagai tabungan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk
tunjangan tetap. Terdapat empat jenis upah minimum yang berlaku di Indonesia yaitu:

- Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten atau kota di satu provinsi.
- Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yaitu Upah Minimum yang berlaku di
wilayah kabupaten/kota.
- Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) yaitu Upah Minimum yang berlaku secara
sectoral di satu provinsi.
- Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) yaitu Upah Minimum yang berlaku
secara sectoral di wilayah kabupaten/kota.

Dimana UMSP tidak boleh lebih rendah dari UMP, begitu pula UMSK tidak boleh lebih
rendah dari UMK.

Penetapan Upah Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Komponen Kebutuhan hidup layak
digunakan sebagai dasar penentuan Upah Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan
hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan
pangan 2100kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya

Awalnya penghitungan upah minimum dihitung didasarkan pada


Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan pada
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi
penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum, sehingga timbul perubahan yang disebut
dengan KHM. Tapi, penetapan upah minumum berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar
dari pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan kesejahteraan
masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah. Dengan beberapa pendekatan dan
penjelasan langsung terhadap pekerja, penetapan upah minimum berdasarkan KHM dapat berjalan
dan diterima pihak pekerja dan pengusaha.
DAFTAR PUSTAKA

Merdekawaty, R., Ispriyanti, D., dan Sugito. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Model Spatial
Autoregressive (SAR). Jurnal Gaussian. Vol. 5, No. 3, hal 55-534.

www.wikipedia.org/wiki/upah_minimum.com, diakses tanggal 26 Pebruari 2019.

Anda mungkin juga menyukai