Anda di halaman 1dari 24

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329829252

IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN


BANTUL YOGYAKARTA.

Article · December 2018

CITATIONS READS

0 4,353

2 authors:

Hayati Saingura Eko PRIYO Purnomo


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    53 PUBLICATIONS   73 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Final exam-ecology 2016 View project

UAS TKPD View project

All content following this page was uploaded by Hayati Saingura on 21 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PADA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA.

Hayati

20170520069

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hayati.fisip17@mail.umy.ac.id

Eko Priyo Purnomo

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

eko@umy.ac.id

ABSTRAK

E-Government adalah pemerintah yang menggunankan teknologi informasi dan khusunya


internet sebagai salah satu alat pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada
warga Negara, lembaga swasta dan lembaga pemerintahan lain yang saling berinteraksi yaitu
Government to Citizen (G2C), Government to Business (G2B) dan Government to
Government (G2G). Pemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah lama
membuat para ilmuan berinovasi untuk mengembangkannya pada Negara-negara maju serta
Negara-negara berkembang dengan tujuan untuk mempermudah proses pemerintahan serta
mempraktiskan semua bentuk pekerjaan dan pelayan. Pengembangan E-Government telah
diatur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government dan landasan hukum penerapan lainnya.
Dengan begini diharapkan bisa semua yang bersangkutan dengan pemerintahan bisa diakses
secara terbuka oleh masyarakat-masyarakat luas dengan demikian bisa menumbuhkan rasa
percaya masyarakat pada pemerintahan dan meminimalisir terjadinya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme dengan memenuhi kriteria atau indikator yang telah ditetapkan untuk menciptakan
tata kelola pemerintahan yang baik yaitu efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
Sehingga perlu adanya pemenuhan indikator tersebut bagi seluruh pemerintah daerah yang ada
di Indonesia untuk terciptanya tujuan bersama yaitu pemerintahan yang baik dan berbasis
Electronic.

Kata Kunci: E-Government, Implementasi, Pemerintah Daerah, Kabupaten Bantul

1
ABSTRACT

E-Government is a government that uses information technology and especially the internet as
one of the government tools to improve government services to citizens, private institutions
and other interacting government institutions, namely Government to Citizen (G2C),
Government to Business (G2B) and Government to Government (G2G). Utilization of
advances in Information and Communication Technology has long made scientists innovate to
develop it in developed countries and developing countries with the aim of facilitating
government processes and practicing all forms of work and servants. E-Government
development has been regulated in the Instruction of the President of the Republic of Indonesia
Number 3 of 2003 concerning National Education Development and E-Government
Development Strategy and other legal basis for implementation. In this way, it is expected that
all those concerned with governance can be accessed openly by the broader community so that
they can foster community trust in the government and minimize the occurrence of Corruption,
Collusion and Nepotism by fulfilling the criteria or indicators that have been established to
create good governance namely effectiveness, efficiency, transparency and accountability. So
it is necessary to fulfill these indicators for all regional governments in Indonesia to create a
common goal of good governance and Electronic-based.

Keywords: E-Government, Implementation, Local Government, Bantul District.

2
I. LATAR BELAKANG

Teknologi informasi dan teknologi berkembang sangat pesat sesuai dengan kemajuan
zaman, semua bidang kehidupan dituntut untuk serba digital. Dalam hal ini sumber daya
manusia diminta untuk ahli dan berbasis teknologi karena semua pekerjaan manusia akan
dipermudah dengan menggunakan alat elektronik, tidak menutup kemungkinan pendigitalan
pada sektor pemerintahan. Pemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah
lama membuat para ilmuan berinovasi utuk mengembangkannya pada Negara-negara maju
serta Negara-negara berkembang dengan tujuan untuk mempermudah serta mempraktiskan
semua bentuk pekerjaan dan pelayanan(puguh prasetya utomo, krisnawan, 2013). Telah
banyak penerapan untuk pendigitalan pada pemerintahan di Indonesia baik pada pemerintahan
pusat maupun daerah. Hal ini ditujukan agar mempermudah dan mempercepat pelayanan bagi
masyarakat. Pemerintahan di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan kualitas pelayanan
untuk masyarakatnya, karena pelayanan bagi masyarakat adalah tujuan utama pembentukan
pemerintahan sesuai dengan pembukaan Undang-Undang 1945 yang menjelaskan bahwa
pembentukan dengan tujuan utama untuk memajukan kesejahteraan umum.
Pengimplementasian kesejahteraan umum adalah dengan pelayanan publik (Buwono Cokro
Robby, 2013.)

Pelayanan publik yang sebaik-baiknya adalah pelayanan yang diproses cepat, tepat dan
memberikan hasil akurat serta terpercaya dengan pertanggung jawaban penuh dan dengan ini
pelayanan publik telah daitur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik yang menjadi kewajiban pemerintah dalam pemenuhannya. Landasan yuridis tentang
kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan ini kepada masyarakat adalah hak sosial
dasar yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di Indonesia, dengan atau tanpa diskriminasi atau
perbedaan di kehidupan sehati-hari maupun di muka hukum yakni Pasal 18A Ayat (2) dan
Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu, diterapkan kepada pemerintah
Indonesia electronic government atau pemerintahan dengan pengelolan yang berbasis
elektronik. Dalam hal ini pemerintah semakin dituntut untuk beralih dari pemerintah tradisional
yang identik dengan paper based administration atau pemerintah yang berbasis dengan kertas
atau segala sesuatu tugas diselesaikan dengan cara manual, hingga berubah menjadi electronic
government administration atau pendigitalan dan segala bidang urusan dan pekerjaan dalam
sektor pemerintahan yang di kenal dengan E-Government agar mempermudah pemberian
pelayanan kepada masyarakat (Holle, 2011). Adapun pemerintah adalah wakil Negara yang
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat karena pemerintah yang diberi

3
mandat untuk mengelola sumberdaya agar bisa menyediakan barang publik yang mencukupi
dan memenuhi kebutuhan masyarakat serta pemerintah memiliki tanggung jawab dengan
pemenuhan tersebut dengan tekanan pengoptimalan mutu-mutu dari barang-barang yang
disediakan (Publik & Nurmandi, 1997).

Pengembangan E-Government telah diatur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia


Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
sebagai suatu landasan seta pedoman dalam pelaksanaan pemberian pelayanan umum untuk
masyarakat. Instruksi ini megacu pada pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan
pemerintahan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi agar
meningkatkan pelayanan publik. Dalam pengimplementasian E-Government memerlukan
pemahaman yang sama, keterpaduan dan keserempakan bagi seluruh lembaga pemerintahan
untuk memperluas pemanfaatan potensi teknologi informasi, membuka peluang dan
pengelolaan pengaksesan serta pendayagunaan informasi yang cepat dan akurat. Dalam
pengimplementasian E-Government di Indonesia sudah berjalan baik akan tetapi masih banyak
yang harus diperbaiki dan dibenahi. pembenahan dalam E-Government yang paling mendasar
adalah masih banyaknya praktek maladministrasi serta masih lemahnya respon pada tiap
pelayanan yang ada (Publik & Nurmandi, 1997).

Adapun Implementasi E-Government pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul


Yogyakarta adalah untuk mengetahui sampai mana kesuksesan penerapan E-Government
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Jurnal ini bermanfaat untuk pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan datang agar sesuai dengan kondisi dan situasi di Kabupaten
Bantul Yogyakarta, mengetahui pencapaian pengimplementasian E-Government di Kabupaten
Bantuk Yogyakarta dan sebagai bahan untuk acuan penelitian mendatang yang akan
dipergunakan oleh mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan. Untuk itu saya mengambil E-
Government agar lebih mengerti dan mendalami dalam pemberian pelayanan umum untuk
masyarakat yang telah menjadi tugas dan kewajiban untuk pemerintahan.

4
II. KERANGKA TEORI

A. Konsep E-Government

E-Government adalah pemerintah yang menggunankan teknologi informasi dan


khusunya internet sebagai salah satu alat pemerintah untuk meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada warga Negara, lembaga swasta dan lembaga pemerintahan lain yang saling
berinteraksi (Salsabila & Purnomo, 2017). Dan E-Government adalah penggunaan teknologi
informasi yang bisa meningkatkan hubungan antar pemerintahan dan pihak-pihak lain, dengan
adanya penggunaan teknologi ini akan menghasilkan bentuk hubungan baru (puguh prasetya
utomo, krisnawan, 2013) dan E-Government adalah wujud aplikasi dalam peleyanan publik
agar membantu mempermudah dalam segala kegiatan dan urusan pemerintah sesua dengan
landasan hukum yang berlaku untuk meningkatkan tranparansi dan kepercayaan masyarakat
kepada pemerintahan (Kasus et al., n.d.)

Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang


Kebikajan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government (“www.hukumonline.com,”
2004) bahwa ada empat instruktur utama yang melandasi E-Government yaitu : Suprastruktur
E-Government antara lain memuat kepemimpinan lembaga ( e-leadership ) sumber daya
manusia ( human resources ) dan peraturan yang terkait pengembangan E-Government (
regulation ); Infrastruktur jaringan antara lain adalah protokol komunikasi, keamanan
teknologi, dan topologi sesuai dengan pandua pembangunan infrastruktur pemerintah;
Infrastruktur informasi antara lain struktur data, format data, sistem pengamanan dan metode
berbagi data yang sesuai dalam panduan sistem dokumen elektronik; Infrastruktur aplikasi
yang memuat antara lain aplikasi layanan publik antar muka dan aplikasi back office sesuai
dengan panduan standard mutu, jangkauan layanan serta pengembangan aplikasi.

Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang


Kebikajan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government (“www.hukumonline.com,”
2004) ada 6 strategi dalam pengembangan E-Government yaitu: Pengembangan sistem
pelayanan yang handal, terpercaya, terintergrasi dan bisa mudah dijangakau oleh masyarakat-
masyarakat yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Mencakup urusan perluasan serta
peningkatan dalam kualitas pelayanan, pembentukan portal-portal yang mendukung jaringan
dan pengamananya; Penataan dalam sistem dan menejemen secara sentralistik pada proses
kinerja semua instansi pemerintahan yang saling berkait untuk memanfaatkan kemajuan
teknologi komunikasi secara cepat dan tepat. Yang memfokuskan segala hal untuk kebutuhan

5
masyarakat, penguatan kepemimpinan dan pengrasionalan landasan dan peraturan dalam
pengoprasian; Pengoptimalan dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi sesuai dengan
keahlian dan kemampuan dalam pengelolaan sesuaia dengan standarisasi dan landasan
perumusan kebijakan; Peningkatan peran dan pengembangan 6egara6y teknologi komunikasi
dan telekomunikasi dengan memnfaatkan bidang-bidanag untuk menciptakan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat; Pengembakan pada sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan
pendaya gunaaan yang merupakan suatu faktor utama penentu sukses atau tidaknya
pengembangan E-Government. Hal tersebut bisa dengan peningkatan pemahaman dan
kesadaran, peningkatan sumber daya pendidikan atau intasnsi pendidik serta penngkatan dalam
motivasi yang bisa membangkitkan semangat kerja; Pelaksaan yang diselenggarakan secara
sistematik dengan tahap yang realistic, teratur dan terukur. Pengembangan ini bertahap dengan
empat pengukuran lagi yaitu pertama persiapan yang meliputi pembuatan situs serta penyiapan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana kemudian sosialisai situs yang akan di
implementasikan. Kedua pematangan dalam pembuatan situs yang bersifat interaktif dan
berhubungan dengan lembaga lain. Ketiga pemantapan adlah tahap dimana pembuatan situs-
situs dan aplikasi-aplikasi yang telah direncanakan bersama dengan keterhubungan antar
lembaga lain, tahap terakhir ke empat adalah pembuatan situs yang bersifat terintegrasi dan
sesuai standar kulitas serta sesuai dengan persaratan.

B. Faktor E-Government

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 bahwa mengingat kemajuan


teknologi dan informasi sangat berkembang pesat dengan kemudahan-kemudahan yang akan
bermanfaat dalam bidang-bidanng pemerintahan. Dengan meningkatkan efektivitas, efisiensi,
akuntabilitas dan tranparansi yang akan dubangun untuk lebih menambah kemudahan dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat (“www.hukumonline.com,” 2004) serta
bermula dari manfaat-manfaat kemudahan yang disuguhkan E-Government sebagai contoh
pada bidang komunikasi dan sistem administrasi yang berubah secara drastis yakni yang
biasanya pengurusan administrasi berjalan dalam hitungan jam bahkan hitungan hari menjadi
lebih efisien dalam kecepatan pelayanan. Selain itu, semua yang bersangkutan dengan
pemerintahan bisa diakses secara terbuka oleh masyarakat-masyarakat luas dengan demikian
bisa menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintahan dan meminimalisir terjadinya
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Edwi, 2008).

6
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengimplementasian E-Government di
Indonesia dalam (Hardjaloka, 2014) adalah :

1. Banyaknya kasus korupsi yang melanda pemerintahan di Indonesia yang mana muncul
karena sifat monopoli pemerintah yang ingin memegang kekuasaan seluruh
pemerintahan dengan mengendalikan segala potensi yang ada di Negara ini.
2. Adanya banyak penyalahan gunaan wewenang (Diskresi) oleh pejabat-pejabat
pemerintahan dan pejabat publik dengan begitu terbuka lebarnya korupsi dan pungutan
liat dalam penurusan perizinan yang dimana terjadi karena prosedur yang panjang dan
sangat kompleks.
3. Minimnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan dan pertanggung jawaban
pejabat pemerintahan terlihat pada cara pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan
yang dimana dipercayai dengan menerapkan teknologi komunikasi dan informasi
kedalam bidang pemerintahan untuk meningkatkan keterbukaan pemerintahan dan
partisipasi masyarakat.

C. Relasi E-Government

Diketahui ada 4 (empat) jenis relasi E-Government (Berbasis, 2014) yaitu :

GOVERNMENT

CITIZEN BUSSINESS

1. Government to Citizen (G2C) : dirancang agar mempermudah pemerintah dakam


melakukan interkasi dengan masyarakat yang menjadi objek utamanya.
2. Government to Business (G2B) : dalam hal ini diberikan kemudahan pemeritah dalam
berinterakasi dengan dunia bisnis dimana membukakan keleluasaan pada dunia bisnis

7
untuk mendapatkan atau mengakses informasi dan perizinan –perizinan yang
menyangkut usahanya.
3. Government to Government (G2G) : mempermudah hubungan natra lembaga
pemerintahan dalam bekerjasama dan berkomunikasi dengan hal ini menciptakan
korelas atau harmoni yang baik antar lembaga pemerintaha dengan begitu akan
mempeermudah dalam pemberiaan pelayanan dan penyejahteraan rakyat.

D. Indikator E-Government

Adapun yang menjadi indikator atau nilai-nilai yang akan dan harus dicapai dalam
penyelenggaraan E-Government ada 4 (empat) yaitu (Azkiya, n.d.)

EFESIENSI EFEKTIVITAS

TRANSPARANSI AKUNTABILITAS

1. Efisiensi : merupakan suatu ukuran keberhasilan keseimbangan antara kemudahan,


kecepatan, penghematan waktu dan penghematan pembiayaan.
2. Efektivitas : merupakan tingkat pengukuran pada sebuah program dimana denagn
membandingkan antara tujuan yang telah direncanakan atau ditentukan dengan hasil
yang telah didapat atau pencapaian (Nurchana, Haryono, & Adiono, 2014).
3. Transparanasi : penjaminan terhadap kebebasan kepada semua orang dalam
pengaksesan untuk mendapatkan informasi yang kurat dan terpercaya dari tahap awal
hingga akhir termasuk dalam pertanggung jawaban (miftahuddin, 2018).
4. Akuntabilitas : terdapat kejelasan pertanggung jawaban pada saetiap keputusan dan
program yang telah dilaksanakan (Azkiya, n.d.)

8
E. Landasan penerapan E-Government

Implementasi E-government di Indonesia di landasi oleh dasar-dasar hukum yaitu

1. Undang-undang 1945 pasal 28F yang berbunyi setiap orang mempunyai hak untuk
saling berkomunikasi, menyimpan, mengolah, menyampaikan dan mudah dalah
mengakses informasi serta mengembangkan diri dan lingkungan sosialnya
menggunakan segala jenis alat atau sarana yang tesedia (NegaraRI., 1945)
2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan pedoman
dalam pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat berdasarkan
pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang ada (Data & Dan,
2006).
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tetang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yang menekan pada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
dalam menyelenggarakan Transaksi berdasarkan dengan kebebasan, kepastian dan
netral teknologi (UU ITE RI, 2008).
4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik untuk
penjaminan hak kebebasan warga 9egara dalam mengakses atau mendapatkan
informasi yang butuhkan secara terjamin kebenarannya (UU KIP RI, 2008).

F. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang
Kebikajan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan
pedoman dalam pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat
berdasarkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (Data & Dan, 2006).
Pemanfaatan teknologi yang ada diinstruksikan juga untuk dimanfaatkan dalam lingkungan
pemerintahan agar tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik. Sehingga pemerintah
Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait pengimplementasian E-Government
dengan mengeluarkan peraturan dan mengedarkan surat kepada seluruh pemerintah daerah di
Indonesia untuk menerapkan sistem E-Government.

1. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2015 tentang Registrar Nama Domain Instansi Penyelenggara Negara. Adapun isi dari
Peraturan Menteri ini adalah menginstruksikan kepada seluruh pemerintah daerah

9
untuk mendaftarkan nama domain untuk kebutuhan instansi, yang dimaksud dengan
nama domain adalah alamat internet dari masng-masing intansi yang bisa di gunakan
untuk menjalin komunikasi dan hubungan berupa kode atau susunan karakter yang
mencirikhaskan daerah tersebut. Dan kegunaan dari nama domain tersebut adalah untuk
mempermudah pemerintah dalam memberikan layanan domain kepada masyarakatnya
dengan penyelenggara dari pemerintahan yaitu di tingkat pusat meliputi eksekutif,
legislatif dan yudikatif sedangkan peneyelenggara yang berada di tingkat daerah adalah
pemerintah daerah provinsi, kabupaten atau kota serta pemerintahan desa yang
dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (menkominfo, 2015).
2. Surat Edaran dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara pada tanggal 31 Maret 2009
tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Software (OSS) yang diedarkan
kepada Para Menteri Kabinet Indoneisa Bersatu, Panglima TNI, Jaksa Agung, Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Pimpnan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen, Para Pemimpin kesektariatan Lembaga Negafa dan
Lembaga Lainnya, Para Gubernur, Para Bupat atau Walikota dan Direksi BUMN,
adapun surat edaran ini berisi himbauan atau perintah mewajibkan kepada pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk menggunakan perangkat lunak legal pada lingkugan
pemerintahan bertujuan untuk menghindari terganggunya pelayanan publik.
Pemerintah Indonesia mendeklarasikan gerakan Indonesia Go Open Source atau IGOS-
I pada tanggal 30 juni 2004 yang di ikuti da tanda tangani 5 (lima) menteri yaitu Menteri
Negara pemberdayagunaan Aparatur Negara, Menteri Negara Riset dan Teknologi,
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Hukum dan Ham serta Menter Komunikasi dan
Informasi. Setelah itu dilakukan lagi sebagai upaya perluasan pada 18 (delapan belas)
kemeterian pemerintah dan Lembaga Non-Departmen (LPND) yang disebut IGOS-II
guna memperluas dan memperdalam agar pemerintah lebih mudah dan mengerti dalam
menerapkan Electronic Government dalam lingkungan dan badan pemerintahan
(9002 ,‫)الموسوي‬.

10
III. METODE PENELITIAN

Metode adalah langkah pertama untuk bisa mencapai tujuan dan penelitian adalah
sarana atau alat untuk dalam mendapat kan tujuan akhir atau menjalankan metode penelitian.
Sehingga Metode penelitian adalah salah satu tahap yang digunakan untuk mencapai tujuan
dalam penelitian yaitu untuk mengetahuai sebab akibat suatu fenomena atau masalah (Sarnawi,
2012). Dalam paper ini jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif, yang
mana topik yang peneliti angkat dalam paper ini memerlukan eksplorasi dan data banyak yang
peneliti kumpulkan dengan mengeksplorasi ke berbagai web-web untuk mendapatkan
informasi yang akurat (miftahuddin, 2018).

Adapun metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009) metode penelitian ini
meneliti kajian dalam kondisi yang alamiah dengan mengumpulkan gabungan dari data-data
yang telah dikumpulkan dan di analisis dengan sifat data yang cenderung induktif dengan cara
berfikir yang positif serta dalam penekanan lebih terhadap makna (Azwar, 2010) . dan metode
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertolak belakang dengan penelitian yang bersifat
statistic atau bentuk-bentuk dari hitung-hitungan dalam hal ini peneliti harus berusaha untuk
memaknai atau menafsirkan inti dari suatu fenomena dengan pandangan yang natural, positif
dan normal tanpa berpihak, sehingga akan dihasilkan makna yang bisa diterangkan secara nyata
yang sesuai dengan teori-teori dan pemahaman-pemahaman yang telah ada (Gunawan, 2016).

Data ini menggunakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data-data sekunder


yang dipergunakan untuk bahan penelitian. Langkah penelitian ini adalah dengan pengumpulan
bahan data atau studi dokumen dari artikel-artikel, jurnal-jurnal, buku-buku, skripsi-skripsi,
pendapat para ahli dan hasil penelitian-penelitian yang telah ada berkaitan dengan tema
penelitian yaitu E-Government (Hardjaloka, 2014). Penelitian ini mengambil judul
Implementasi E-Government Pada Pemerintah Daerah dengan mengambil lokasi di Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta unutk mengetahui hasil pencapaian terhadap indikator
pengimplementasian E-Government .

Daerah Istimewa Yogyakarta telah menerapkan E-Government dengan landasan


Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 31 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi yang dimana mengatur tentang penekanan
keterbukaan nformasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi (Gubernur & Yogyakarta daerah Istimewa, 2013). Serta Kabuparen

11
Bantul yang pengimplementasiannya dilandasi dengan Peraturan Bupati Bantul Nomor 91
Tahun 2007 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data Telematika
(“peraturan-bupatibantul,” n.d.) .

IV. PEMBAHASAN

A. PENGIMPLEMENTASIAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN BANTUL

Sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dan
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul tahun 2016-
2021 yaitu (Prayitno, tole dailami, 2000) :

1. Visi : Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintahan untuk mewujudkan


pemerintahan yang baik (Good Government) guna meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Atau dapat diartikan bahwa pengharapan kepada pemerintah Kabupaten
Bantul unuk mampu dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik bagi
sekretariat pemerintahan dengan peningkatan kulitas sumber daya manusia bagi
aparatur pemerintahan yang efektif, efisien dan bebas dari KKN agar terciptanya
kesejahteraan dan peningkatan kulitas pelayanan yang baik bagi masyarakat Bantul.
2. Misi : terwujudnya tata kelola pemerintah yang baik (Good Government),
meningkatkan sumberdaya aparatur agar bisa mengerti, ahli dalam bidangnya bisa
mengelola dengan baik pemerintahan dan pengelolaan keuangan serta sarana dan
prasarana yang memadai dan bisa membiayai jalannya program-program yang akan
dilaksanakan pemerintah Kabupaten Bantul. Bisa memutusakan dan membuat suatu
kebijakan yang sesuai dengan keadaan dan kondisi masyarakat di Kabupaten Bantul,
serta bisa meningkatkan kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
msyarakat guna memberikan kesejahteraan yang lebih baik lagi.

Dalam hal ini digaris bawahi bahwa visi dan misi dari Kabupaten Bantul adalah untuk
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government). Dalam hal ini didukung
dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan pedoman dalam
pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat berdasarkan pemanfaatan
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang ada (Data & Dan, 2006). Maka pemerintah
Kabupaten bantul juga mengeluarkan regulasi-regulasi untuk melandasi pengimplementasian
E-Government di Kabupaten Bantul (Prayitno, tole dailami, 2000).

12
1. Peraturan Daerah kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang pembentukan
organisasi lembaga teknis daerah fi lingkungan pemerintahan Kabupaten Bantul.
2. Peraturan Bupati Bantul Nomor 91 tahun 2007 tentang rincian tugas, fungsi dan tata
kerja kantor pengolahan data telematika Kabuparen Bantul.
3. Peraturan Bupati Bantul Nomor 76 Tahun 2011 tentang standar oprasional prosedur
pengembangan dan pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan
pemerintahan Kabupaten Bantul.
4. Peraturan Bupati Bantul Nomor 72 Tahun 2012 tentang pedoman tata naskah dinas
elektronik di Kabupaten Bantul.
5. Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2011 tentang penggunaan E-mail resmi
untuk pendistribusian dokumen resmi kedinasan di lingkungan pemeruntahan
Kabupaten Bantul.
6. Surat Edaran Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Nomor 555 / 4864 Tahun 2011
tentang berita aktivavsi SKPD.

( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).

B. PENILAIAN PENERAPAN SESUAI INDIKATOR E-GOVERNMENT.

Adapun yang menjadi indikator atau nilai-nilai dasar dalam menentukan sukses dan
tidaknya penerapan yang akan dan harus dicapai dalam penyelenggaraan E-Government ada 4
(empat) yaitu efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas (Azkiya, n.d.). Adapun
pencapaian yang sesuai dengan 4 (empat) indikator diatas oleh Kabupaten Bantul dalam
pengimplementasian E-Government untuk mewujudkan pengelolaan pemerintahan yang baik
sesuai dengan visi dan misinya.

1. EFEKTIVITAS

Efektivitas adalah kesinambungan atau keseimbangan dari pengeluaran yang


dianggarkan dengan hasil yang merupakan tujuan ataupun sasaran yang telah disepakati
bersama untuk pencapaian akhir target (Sumenge, 2013). Efektivitas adalah pengukuran untuk
mengetahui capaian sejauh mana yang dikeluarkan untuk mendapatkan sasaran yang telah
disepakati yang dimana efektif berarti berpengaruh atau berakibat dalam pelaksanaan uuntuk
pencapaian sasaran dengan cara yang optimal (Bungkaes, 2013). Efektivitas merupakan ukuran
dari hubungan antara pemasukan yang didapatkan dengan apa yang seharusnya dikeluarkan

13
untuk menperoleh pendapatan tersebut secara efektif atau berkeseimbangan (Adelina, 2011)
dan dapat peneliti simpulkan bahwa efektivitas adalah cara, tahap, atau sarana penilaian untuk
mengukur seberapa berkesimbangan antara hasil yang didapat dengan modal yang dikeluarkan
untuk mencapai sasaran pada suatu program-program kerja pemerintahan atau rencana-rencana
yang telah di tetapkan. Dan efektivitas adalah salah satu indikator penilaian dalam penentuan
kesuksesan atau kegagalan sebuah rencana atau program yang dilaksanakan (Yoduke Ryfal,
2015).

( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).

Adapun pencapaian terhadap nilai indikator efektivitas penerapan E-Government di


Kabupaten Bantul, Yogyakarta adalah penyediaan terhadap sarana dan prasarana oprasional
yang mendukung untuk terjalannya pengelolaan pemerintahan yang baik atau Good
Government yang telah dijelaskan pada wisi dan misi yang tercantum pada website Dinas
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bantul. Berdasarkan data diatas dapat terlihat telah
diadakan pemenuhan untuk prasarana sebagai penunjang proses penerapan E-Government di
Kabupaten Bantul. pemerintahan yang berkapasitas dan berlandas terhadap kemajuan

14
teknologi informasi dan komunikasi di Kabupaten Bantul sudah berjalan dengan efisien (M.B,
2011). Untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam visi dan misi Kabupaten Bantul
maka di instruksikan untuk peningkatan kualitas bagi sumber daya manusia dalam birokrasi
untuk mengasilkan pelayanan yang baik dan efisien dan dengan begitu bisa mencegah atau
memberantas adanya praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme ( KKN ) pada sektor
pemerintahan daerah Kabupaten Bantul. Dan selain itu, dengan diberlakukan atau diterapkan
Electronic Egovernment sudah membantu memprtmudah pegawai pemerintah dalam
mengambil keputusan yang mendapatkan hasil keputusan yang cepat dan akurat karena
penerapan E-Government memiliki fungsi untuk pengolahan data dari birokrasi pemerintahan
menjadi informasi yang akurat yang dapat di pertanggung jawabkan dalam penggunaannya
pada kalangan masyarakat yang membutuhkan (M.B, 2011).

2. EFISIENSI

Efisiensi adalah keseimbangan atau kesinambungan antara pengeluaran ( output ) atau


hasil kerja dengan penggunaan pembiayaanya yang sehemat-hemat mungkin dengan kata lain
serendah-rendahnya (Sumenge, 2013). Efisiensi merupakan pengukuran atau perkiraan
pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan pada sektor pembangunan dalam segala sektor
pemerintahan yang penggunaan utamanya adalah untuk memenuhi dan menutupi segala yang
dibutuhkan oleh masyarakat (sudiro, n.d.). Efisiensi mengandung makna yaitu penerapan
Electronic Government adalah bertujuan untuk pengelolaan dan penyelenggaraan
pemerintahan dengan signifikan pada kecepatan, ketepatan dan kesederhanaan layanan publik
(Kurnia, Rauta, & Siswanto, 2017). Dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah keseimbangan
pendapatan dan pengadaan serta kesinambungan antara pembiayaan yang dikeluarkan sedikit-
dikitnya untuk mecapai sasaran yang telah ditetapkan dengan menumbuhkan kualitas
pelayanan dan pembangunan yang akan diperuntukan bagi seluruh rakyat di Indonesia(Yoduke
Ryfal, 2015).

15
( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).

Keuntungan-keuntungan dari pelaksanaan dan penerapan E-Government adalah


meningkatkan kualitas pelayanan untuk masyarakat Kabupaten Bantul, tanpa membebani
sektor pemerintahan dengan biaya yang besar bagi sektor pemerintahan karena efisiennya
pengelolaan yang didapat sehingga berdampak pada pertumbuhan rasa percaya mayarakat.
Untuk penerapan sistem teknologi komunikasi dan informasi pada pemerintahan Kabupaten
Bantul sudah berjalan dengan baik namun masih berkendala pada kurangnya fasilitas untuk
mendukung pelaksanaan secara optimal agar pemerintahan dengan tata kelola yang baik sesuai
harapan pemerintah Kabupaten bantul bisa tercapai (supardal, 2016). dari data diatas dapat
terlihat kemudahan-kemudahan pelayanan yang diterima oleh masyarakat dan pemerintah.

16
3. TRANSPARANSI

Transparansi adalah suatu cara yang bisa mempermudah masyarakat dalam


mendapatkan pengetahuan dan informasi yang akurat, cepat, uptodate dan terpercaya dalam
hal yang mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan pemerintahan atau sebagainya
melalui media-media yang telah disdiakan oleh pemerintahan tersebut (Amrih Rahayuningtyas
& Setyaningrum, 2018). Transparansi merupakan cara untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat dengan keterbukaan pada segala segi kehidupan pemerintahan yang bisa diakses
dan diketahui masyarakat secara luas terkhusus pada bidang yang menyangkut segala hal yang
mengenai masalah pemberian jasa pelayanan bagi masyarakat (Kurnia et al., 2017).

Adapuan penilaian indikator transparansi pada Kabupaten Bantul adalah sudah baik
karena sudah memiliki website sendiri yaitu website dari “DINAS KOMINFO BANTUL”
dimana semua warga Kabupaten Bantul bisa mengakases informasi dan mengetahui bagaimana
kinerja dan angaran yang digunakan pada pemerintahan Bantul. namun masih banyak yang
harus diperbaiki. Pada penelitian (Iiijriiasis, 2016) bahwa transparansi pada Kabupaten Bantul
bahwa sistem pelaporan yang sudah diterapkan pada pemerintahan Kabupaten Bantul sudah
dengan cara pelaporan yang berbasis pada internet yang dimana sudah dinilai sebagai ketaatan
terhadap peraturan yang terlah ditetapkan dan diinstruksikan oleh pemerintah pusat namun
masih banyak yang harus diperbaiki karena seyogyanya sistem pelaporan ini masih belum
signifikan dalam kriteria pelaporan yang berbasis kinerja dan transparansi pada sistem
pemerintahan dan untuk mengurangi segala kekurangan yang telah mengakar melanda sistem
pemerintahan di Negara kesatuan republik Indonesia yaitu Korupsi, Kolusi dan nepotisme (
KKN ).

4. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas merupakan keharusan atau pertanggung jawaban dan menerangkan bagi


semua intansi dan organisai pemerintahan dalam segala program yang telah dijalankan dan
dilaksanakannya dengan segala keputusan serta tindakan yang telah diambil dan disepakati
bersama untuk mencapai sasaran dan tujuan yang dihararpkan dan diinginkan dengan kata lain
sukses atau gagal semua hasil harus dipertanggung jawabkan (Iii & Pengertian, 2003).
Akuntabilitas merupakan cara utama untuk membentuk tata kelola pemerintahan yang baik dan
pemerintahan yang transparansi dalam semua aspek pemerintahannya karena akuntabilitas
adalah sarana untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan di Indonesia
(fatah rigel nurul, 2017). Definisi lain akuntabilitas dalah kejujuran yang diwajibkan pada

17
pemerintahan sebagai pihak yang memegang kekuasaan terhadap program-program, arahan
dan pengambilan keputusan unutk melaporkan hasil kerjanya kepad atasan mauoun masyarakat
melalui media-media yang telah disediakan dalam pemerintahan yang berbasis Electronic
Government dalam hal ini pertanggung jawaban Sangat berpengaruh besar pada kinerja
birokrat pemerintahan (Putra, 2013).

Akuntabilitas sangat erat hubungannya terhadap nilai indikator tranparansi karena jika
pemerintahan telah melaksanakan pertangung jawaban dengan didukung sistem media yang
menyediakan website-website untuk melampirkan akuntabilitas tersebut makan oemerintahan
bisa dikatakatan transparan dan terbuka untuk informasi tata kelolanya. Terlihat nilai
akuntabilitas di Kabupaten Bantul dalam penelitian dari (fatah rigel nurul, 2017) tentang
akuntabilitas terhadap oengelolaan Anggaran Dana Desa ( ADD ) di Kabupaten Bantul sudah
baik namun pada dasarnya karena penerapan E-Government masih terbilang baru dan
mengalami perubahan secara cepat sehingga birokrat pemerintahan Bantul masih memerlukan
dampingan terkhusu pada penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi disetiap tahunnya.

18
V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

E-Government adalah tata kelola pemerintah dengan menggunankan teknologi


informasi dan khususnya internet sebagai salah satu alat pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan pemerintah kepada warga Negara, lembaga swasta dan lembaga pemerintahan lain
yang saling berinteraksi. Penerapan E-Government ini berfaktor Karena pemerintahan ingiin
menyesuaikan diri terhadap zaman dan era modern dan lagi terdapat banyaknya masalah yang
mengakar dan mendarah daging pada badan pemerintahan di indonesa yaitu Banyaknya kasus
korupsi, Kolusi dan nepotisme yang melanda pemerintahan di Indonesia yang mana muncul
karena sifat monopoli pemerintah yang ingin memegang kekuasaan seluruh pemerintahan
dengan mengendalikan segala potensi yang ada di Negara ini. Adanya banyak penyalahan
gunaan wewenang (Diskresi) oleh pejabat-pejabat pemerintahan dan pejabat publik dengan
begitu terbuka lebarnya korupsi dan pungutan liat dalam penurusan perizinan yang dimana
terjadi karena prosedur yang panjang dan sangat kompleks. Minimnya kepercayaan masyarakat
kepada pemerintahan dan pertanggung jawaban pejabat pemerintahan terlihat pada cara
pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan yang dimana dipercayai dengan menerapkan
teknologi komunikasi dan informasi kedalam bidang pemerintahan untuk meningkatkan
keterbukaan pemerintahan dan partisipasi masyarakat.

Perapan atau pengimpelemtasian E-Government di Kabupaten Bantul sudah berjalan


dengan baik, yaitu telah mentaati regulasi atau peraturan yang diinstruksikan dari pemerintah
pusat untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi da informasi kedalam peroses tata
kelola pemerintahan daerah di seluruh Indonesia. Dalam penerapan ini Kabupaten Bantul telah
mencapai nilai Baik pada disetiap indikator yang menjadi dasar penilaian terhadap rencana,
proses, jalan dan hasil yang telah dicapai sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan yaitu
efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Namun, karena Indonesia masih baru
mengeluarkan instruksi penerpaan electronic dalam sistem pemerintahan, maka masih terdapat
banyak hal yang harus di perbaiki dalam penerapan ini, terlebih lagi untuk sarana dan prasarana
yang akan mendukung jalannya penerapan tersebut dan lagi masih banyak birokrat yang masih
membutuhkan pendampingan dalam pengelolaan pemerntahan yang berbasis electronic ini
sehingga pemerintah Indonesia bisa menyesuaikan diri terhadap kemanjuan zaman di era
globalisasi.

19
B. LAMPIRAN

( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).

20
REFERENSI

Adelina, R. (2011). Analisis effektifitas dan kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan
(pbb) terhadap pendapatan daerah kabupaten gresik. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Surabaya, 1(87), 1–20.

Amrih Rahayuningtyas, D. P., & Setyaningrum, D. (2018). Pengaruh Tata Kelola dan E-
Government terhadap Korupsi. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 1(4), 431.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2017.v1.i4.2597

Azkiya, H. (n.d.). penerapan e-government dalam peningkatan pelayanan publik,


0714111330.

Azwar. (2010). Alumni Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang


Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang 37, 7(1), 37–
60.

Berbasis, M. (2014). Efektivitas Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan.

Bungkaes, H. R. (2013). Journal “ ACTA DIURNA ” Edisi April 2013, (April), 1–23.

Data, B., & Dan, P. (2006). Basis data peraturan dan perundang-undangan. Program, 1–14.

Edwi, A. S. (2008). Evaluasi Implementasi E-Government Pada Situs Web Pemerintah


Daerah Di Indonesia : Prespektif Content dan Manajemen. Seminar Nasional
Informatika 2008 (SemnasIF 2008), 2008(November 2007), 88–98.

Fatah rigel nurul. (2017). akuntabilitas pengelolaan ADD Bantul, 2(2).

Gubernur, & Yogyakarta daerah Istimewa. (2013). No Title.

Gunawan. (2016). KUALITATIF Imam Gunawan.

Hardjaloka, L. (2014). Studi Penerapan E-Government Di Indonesia Dan Negara Lainnya


Sebagai Solusi Pemberantasan Korupsi Di Sektor Publik. Jurnal Rechts Vinding: Media
Pembinaan Hukum Nasional, 3(3), 435–452. Retrieved from
http://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/35

Holle, E. S. (2011). PELAYANAN PUBLIK MELALUI ELECTRONIC GOVERNMENT :


UPAYA MEMINIMALISIR PRAKTEK MALADMINISTRASI DALAM
MENINGKATAN PUBLIC SERVICE Oleh : Erick S. Holle. Jurnal SaSi, 17(3), 21–30.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0092991
21
Iii, B. A. B., & Pengertian, A. (2003). Universitas Sumatera Utara.

Iiijriiasis, T. (2016). transparansi dan akuntabilitas.

Kasus, S., Informasi, S., & Penelitian, A. (n.d.). ANALISIS DAN PERANCANGAN E-
GOVERNMENT DAN KKN BAPPEDA BANTUL ).

Kurnia, T. S., Rauta, U., & Siswanto, A. (2017). E-Government Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 46(2), 170–181.

M.B, B. (2011). efektivitas e-gov bantul, 1–59.

Menkominfo 2015. (2015). No Title, 5, 1–17.

Miftahuddin. (2018). TERHADAP PENGELOLAAN DANA DESA ( Studi Kasus : Desa


Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul ) SKRIPSI Oleh : Nama :
Miftahuddin FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA.

Negara, U. D., Indonesia, R., Indonesia, N., Yang, A., Kuasa, M., Indonesia, P. N., …
Rakyat, M. P. (1945). Uud Ri 1945, (2), 1–19. https://doi.org/10.1007/s13398-014-
0173-7.2

Nurchana, A. R. A., Haryono, B. S., & Adiono, R. (2014). Efektivitas E-Procurement dalam
Pengadaan Barang/Jasa (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan
Barang/Jasa di Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik, 2(2), 355–359.
Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/77897-ID-efektivitas-e-
procurement-dalam-pengadaa.pdf

Peraturan-bupati_2007-91_20091024082817. (n.d.).

Prayitno, tole dailami, fahrizal darminta et. al. (2000). Rencana Strategis, 1–95.

Publik, M. P., & Nurmandi, A. (1997). Perkembangan Teori tentang Publik, 1–14.

Puguh prasetya utomo, krisnawan, rachmad gustomy. (2013). SEBAGAI MEDIA


PEMENUHAN HAK POLITIK WARGA DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN Puguh Prasetya Utomo, 10.

Putra, D. (2013). Pengaruh akuntabilitas publik dan kejelasan sasaran anggaran terhadap
kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah.

22
Salsabila, L., & Purnomo, E. P. (2017). Establishing and Implementing Good Practices E-
Government (A Case Study : e-Government Implementation between Korea and
Indonesia). Asean/ Asia Academic Society International Conference (Aasic), 5, 221–229.

Sarnawi, M. D. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sains Di


Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia. Thesis, 78–95.

Sudiro. (n.d.). pemerintah yang bersih, 1–12.

Sumenge, A. S. (2013). Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja


Badan Perenanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Minahasa Selatan. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Supardal. (2016). Penerapan ICT dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Bantul, 6(2), 120–
134.

UU ITE RI. (2008). Uu-2008-11 Informasi Dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang, 11,
1–18. Retrieved from papers3://publication/uuid/8C845E4E-CD67-4476-BB4F-
7123C56F0449

UU KIP RI. (2008). uu 14 th 2008, 282.

Www.hukumonline.com. (2004), 1–2.

Yoduke Ryfal, sri ayem 2015. (2015). DAERAH SERTA KONTRIBUSI TERHADAP
PENDAPATAN ASLI, 3(2).

‫الموسوي‬. (9002). edaran menpan. Pemanfaatan Oss.


Https://doi.org/10.2174/138920312803582960

23

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai