net/publication/329829252
CITATIONS READS
0 4,353
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hayati Saingura on 21 December 2018.
Hayati
20170520069
Hayati.fisip17@mail.umy.ac.id
eko@umy.ac.id
ABSTRAK
1
ABSTRACT
E-Government is a government that uses information technology and especially the internet as
one of the government tools to improve government services to citizens, private institutions
and other interacting government institutions, namely Government to Citizen (G2C),
Government to Business (G2B) and Government to Government (G2G). Utilization of
advances in Information and Communication Technology has long made scientists innovate to
develop it in developed countries and developing countries with the aim of facilitating
government processes and practicing all forms of work and servants. E-Government
development has been regulated in the Instruction of the President of the Republic of Indonesia
Number 3 of 2003 concerning National Education Development and E-Government
Development Strategy and other legal basis for implementation. In this way, it is expected that
all those concerned with governance can be accessed openly by the broader community so that
they can foster community trust in the government and minimize the occurrence of Corruption,
Collusion and Nepotism by fulfilling the criteria or indicators that have been established to
create good governance namely effectiveness, efficiency, transparency and accountability. So
it is necessary to fulfill these indicators for all regional governments in Indonesia to create a
common goal of good governance and Electronic-based.
2
I. LATAR BELAKANG
Teknologi informasi dan teknologi berkembang sangat pesat sesuai dengan kemajuan
zaman, semua bidang kehidupan dituntut untuk serba digital. Dalam hal ini sumber daya
manusia diminta untuk ahli dan berbasis teknologi karena semua pekerjaan manusia akan
dipermudah dengan menggunakan alat elektronik, tidak menutup kemungkinan pendigitalan
pada sektor pemerintahan. Pemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah
lama membuat para ilmuan berinovasi utuk mengembangkannya pada Negara-negara maju
serta Negara-negara berkembang dengan tujuan untuk mempermudah serta mempraktiskan
semua bentuk pekerjaan dan pelayanan(puguh prasetya utomo, krisnawan, 2013). Telah
banyak penerapan untuk pendigitalan pada pemerintahan di Indonesia baik pada pemerintahan
pusat maupun daerah. Hal ini ditujukan agar mempermudah dan mempercepat pelayanan bagi
masyarakat. Pemerintahan di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan kualitas pelayanan
untuk masyarakatnya, karena pelayanan bagi masyarakat adalah tujuan utama pembentukan
pemerintahan sesuai dengan pembukaan Undang-Undang 1945 yang menjelaskan bahwa
pembentukan dengan tujuan utama untuk memajukan kesejahteraan umum.
Pengimplementasian kesejahteraan umum adalah dengan pelayanan publik (Buwono Cokro
Robby, 2013.)
Pelayanan publik yang sebaik-baiknya adalah pelayanan yang diproses cepat, tepat dan
memberikan hasil akurat serta terpercaya dengan pertanggung jawaban penuh dan dengan ini
pelayanan publik telah daitur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik yang menjadi kewajiban pemerintah dalam pemenuhannya. Landasan yuridis tentang
kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan ini kepada masyarakat adalah hak sosial
dasar yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di Indonesia, dengan atau tanpa diskriminasi atau
perbedaan di kehidupan sehati-hari maupun di muka hukum yakni Pasal 18A Ayat (2) dan
Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu, diterapkan kepada pemerintah
Indonesia electronic government atau pemerintahan dengan pengelolan yang berbasis
elektronik. Dalam hal ini pemerintah semakin dituntut untuk beralih dari pemerintah tradisional
yang identik dengan paper based administration atau pemerintah yang berbasis dengan kertas
atau segala sesuatu tugas diselesaikan dengan cara manual, hingga berubah menjadi electronic
government administration atau pendigitalan dan segala bidang urusan dan pekerjaan dalam
sektor pemerintahan yang di kenal dengan E-Government agar mempermudah pemberian
pelayanan kepada masyarakat (Holle, 2011). Adapun pemerintah adalah wakil Negara yang
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat karena pemerintah yang diberi
3
mandat untuk mengelola sumberdaya agar bisa menyediakan barang publik yang mencukupi
dan memenuhi kebutuhan masyarakat serta pemerintah memiliki tanggung jawab dengan
pemenuhan tersebut dengan tekanan pengoptimalan mutu-mutu dari barang-barang yang
disediakan (Publik & Nurmandi, 1997).
4
II. KERANGKA TEORI
A. Konsep E-Government
5
masyarakat, penguatan kepemimpinan dan pengrasionalan landasan dan peraturan dalam
pengoprasian; Pengoptimalan dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi sesuai dengan
keahlian dan kemampuan dalam pengelolaan sesuaia dengan standarisasi dan landasan
perumusan kebijakan; Peningkatan peran dan pengembangan 6egara6y teknologi komunikasi
dan telekomunikasi dengan memnfaatkan bidang-bidanag untuk menciptakan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat; Pengembakan pada sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan
pendaya gunaaan yang merupakan suatu faktor utama penentu sukses atau tidaknya
pengembangan E-Government. Hal tersebut bisa dengan peningkatan pemahaman dan
kesadaran, peningkatan sumber daya pendidikan atau intasnsi pendidik serta penngkatan dalam
motivasi yang bisa membangkitkan semangat kerja; Pelaksaan yang diselenggarakan secara
sistematik dengan tahap yang realistic, teratur dan terukur. Pengembangan ini bertahap dengan
empat pengukuran lagi yaitu pertama persiapan yang meliputi pembuatan situs serta penyiapan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana kemudian sosialisai situs yang akan di
implementasikan. Kedua pematangan dalam pembuatan situs yang bersifat interaktif dan
berhubungan dengan lembaga lain. Ketiga pemantapan adlah tahap dimana pembuatan situs-
situs dan aplikasi-aplikasi yang telah direncanakan bersama dengan keterhubungan antar
lembaga lain, tahap terakhir ke empat adalah pembuatan situs yang bersifat terintegrasi dan
sesuai standar kulitas serta sesuai dengan persaratan.
B. Faktor E-Government
6
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengimplementasian E-Government di
Indonesia dalam (Hardjaloka, 2014) adalah :
1. Banyaknya kasus korupsi yang melanda pemerintahan di Indonesia yang mana muncul
karena sifat monopoli pemerintah yang ingin memegang kekuasaan seluruh
pemerintahan dengan mengendalikan segala potensi yang ada di Negara ini.
2. Adanya banyak penyalahan gunaan wewenang (Diskresi) oleh pejabat-pejabat
pemerintahan dan pejabat publik dengan begitu terbuka lebarnya korupsi dan pungutan
liat dalam penurusan perizinan yang dimana terjadi karena prosedur yang panjang dan
sangat kompleks.
3. Minimnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan dan pertanggung jawaban
pejabat pemerintahan terlihat pada cara pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan
yang dimana dipercayai dengan menerapkan teknologi komunikasi dan informasi
kedalam bidang pemerintahan untuk meningkatkan keterbukaan pemerintahan dan
partisipasi masyarakat.
C. Relasi E-Government
GOVERNMENT
CITIZEN BUSSINESS
7
untuk mendapatkan atau mengakses informasi dan perizinan –perizinan yang
menyangkut usahanya.
3. Government to Government (G2G) : mempermudah hubungan natra lembaga
pemerintahan dalam bekerjasama dan berkomunikasi dengan hal ini menciptakan
korelas atau harmoni yang baik antar lembaga pemerintaha dengan begitu akan
mempeermudah dalam pemberiaan pelayanan dan penyejahteraan rakyat.
D. Indikator E-Government
Adapun yang menjadi indikator atau nilai-nilai yang akan dan harus dicapai dalam
penyelenggaraan E-Government ada 4 (empat) yaitu (Azkiya, n.d.)
EFESIENSI EFEKTIVITAS
TRANSPARANSI AKUNTABILITAS
8
E. Landasan penerapan E-Government
1. Undang-undang 1945 pasal 28F yang berbunyi setiap orang mempunyai hak untuk
saling berkomunikasi, menyimpan, mengolah, menyampaikan dan mudah dalah
mengakses informasi serta mengembangkan diri dan lingkungan sosialnya
menggunakan segala jenis alat atau sarana yang tesedia (NegaraRI., 1945)
2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan pedoman
dalam pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat berdasarkan
pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang ada (Data & Dan,
2006).
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tetang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yang menekan pada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
dalam menyelenggarakan Transaksi berdasarkan dengan kebebasan, kepastian dan
netral teknologi (UU ITE RI, 2008).
4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik untuk
penjaminan hak kebebasan warga 9egara dalam mengakses atau mendapatkan
informasi yang butuhkan secara terjamin kebenarannya (UU KIP RI, 2008).
Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang
Kebikajan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan
pedoman dalam pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat
berdasarkan pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (Data & Dan, 2006).
Pemanfaatan teknologi yang ada diinstruksikan juga untuk dimanfaatkan dalam lingkungan
pemerintahan agar tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik. Sehingga pemerintah
Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait pengimplementasian E-Government
dengan mengeluarkan peraturan dan mengedarkan surat kepada seluruh pemerintah daerah di
Indonesia untuk menerapkan sistem E-Government.
9
untuk mendaftarkan nama domain untuk kebutuhan instansi, yang dimaksud dengan
nama domain adalah alamat internet dari masng-masing intansi yang bisa di gunakan
untuk menjalin komunikasi dan hubungan berupa kode atau susunan karakter yang
mencirikhaskan daerah tersebut. Dan kegunaan dari nama domain tersebut adalah untuk
mempermudah pemerintah dalam memberikan layanan domain kepada masyarakatnya
dengan penyelenggara dari pemerintahan yaitu di tingkat pusat meliputi eksekutif,
legislatif dan yudikatif sedangkan peneyelenggara yang berada di tingkat daerah adalah
pemerintah daerah provinsi, kabupaten atau kota serta pemerintahan desa yang
dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (menkominfo, 2015).
2. Surat Edaran dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara pada tanggal 31 Maret 2009
tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Software (OSS) yang diedarkan
kepada Para Menteri Kabinet Indoneisa Bersatu, Panglima TNI, Jaksa Agung, Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Pimpnan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen, Para Pemimpin kesektariatan Lembaga Negafa dan
Lembaga Lainnya, Para Gubernur, Para Bupat atau Walikota dan Direksi BUMN,
adapun surat edaran ini berisi himbauan atau perintah mewajibkan kepada pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk menggunakan perangkat lunak legal pada lingkugan
pemerintahan bertujuan untuk menghindari terganggunya pelayanan publik.
Pemerintah Indonesia mendeklarasikan gerakan Indonesia Go Open Source atau IGOS-
I pada tanggal 30 juni 2004 yang di ikuti da tanda tangani 5 (lima) menteri yaitu Menteri
Negara pemberdayagunaan Aparatur Negara, Menteri Negara Riset dan Teknologi,
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Hukum dan Ham serta Menter Komunikasi dan
Informasi. Setelah itu dilakukan lagi sebagai upaya perluasan pada 18 (delapan belas)
kemeterian pemerintah dan Lembaga Non-Departmen (LPND) yang disebut IGOS-II
guna memperluas dan memperdalam agar pemerintah lebih mudah dan mengerti dalam
menerapkan Electronic Government dalam lingkungan dan badan pemerintahan
(9002 ,)الموسوي.
10
III. METODE PENELITIAN
Metode adalah langkah pertama untuk bisa mencapai tujuan dan penelitian adalah
sarana atau alat untuk dalam mendapat kan tujuan akhir atau menjalankan metode penelitian.
Sehingga Metode penelitian adalah salah satu tahap yang digunakan untuk mencapai tujuan
dalam penelitian yaitu untuk mengetahuai sebab akibat suatu fenomena atau masalah (Sarnawi,
2012). Dalam paper ini jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif, yang
mana topik yang peneliti angkat dalam paper ini memerlukan eksplorasi dan data banyak yang
peneliti kumpulkan dengan mengeksplorasi ke berbagai web-web untuk mendapatkan
informasi yang akurat (miftahuddin, 2018).
Adapun metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009) metode penelitian ini
meneliti kajian dalam kondisi yang alamiah dengan mengumpulkan gabungan dari data-data
yang telah dikumpulkan dan di analisis dengan sifat data yang cenderung induktif dengan cara
berfikir yang positif serta dalam penekanan lebih terhadap makna (Azwar, 2010) . dan metode
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertolak belakang dengan penelitian yang bersifat
statistic atau bentuk-bentuk dari hitung-hitungan dalam hal ini peneliti harus berusaha untuk
memaknai atau menafsirkan inti dari suatu fenomena dengan pandangan yang natural, positif
dan normal tanpa berpihak, sehingga akan dihasilkan makna yang bisa diterangkan secara nyata
yang sesuai dengan teori-teori dan pemahaman-pemahaman yang telah ada (Gunawan, 2016).
11
Bantul yang pengimplementasiannya dilandasi dengan Peraturan Bupati Bantul Nomor 91
Tahun 2007 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data Telematika
(“peraturan-bupatibantul,” n.d.) .
IV. PEMBAHASAN
Sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul dan
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul tahun 2016-
2021 yaitu (Prayitno, tole dailami, 2000) :
Dalam hal ini digaris bawahi bahwa visi dan misi dari Kabupaten Bantul adalah untuk
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government). Dalam hal ini didukung
dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2003 tentang Kebikajan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government sebagai suatu landasan dan pedoman dalam
pelaksanaan dalam pemberian pelayanan umum untuk masyarakat berdasarkan pemanfaatan
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang ada (Data & Dan, 2006). Maka pemerintah
Kabupaten bantul juga mengeluarkan regulasi-regulasi untuk melandasi pengimplementasian
E-Government di Kabupaten Bantul (Prayitno, tole dailami, 2000).
12
1. Peraturan Daerah kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang pembentukan
organisasi lembaga teknis daerah fi lingkungan pemerintahan Kabupaten Bantul.
2. Peraturan Bupati Bantul Nomor 91 tahun 2007 tentang rincian tugas, fungsi dan tata
kerja kantor pengolahan data telematika Kabuparen Bantul.
3. Peraturan Bupati Bantul Nomor 76 Tahun 2011 tentang standar oprasional prosedur
pengembangan dan pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan
pemerintahan Kabupaten Bantul.
4. Peraturan Bupati Bantul Nomor 72 Tahun 2012 tentang pedoman tata naskah dinas
elektronik di Kabupaten Bantul.
5. Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2011 tentang penggunaan E-mail resmi
untuk pendistribusian dokumen resmi kedinasan di lingkungan pemeruntahan
Kabupaten Bantul.
6. Surat Edaran Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Nomor 555 / 4864 Tahun 2011
tentang berita aktivavsi SKPD.
( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).
Adapun yang menjadi indikator atau nilai-nilai dasar dalam menentukan sukses dan
tidaknya penerapan yang akan dan harus dicapai dalam penyelenggaraan E-Government ada 4
(empat) yaitu efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas (Azkiya, n.d.). Adapun
pencapaian yang sesuai dengan 4 (empat) indikator diatas oleh Kabupaten Bantul dalam
pengimplementasian E-Government untuk mewujudkan pengelolaan pemerintahan yang baik
sesuai dengan visi dan misinya.
1. EFEKTIVITAS
13
untuk menperoleh pendapatan tersebut secara efektif atau berkeseimbangan (Adelina, 2011)
dan dapat peneliti simpulkan bahwa efektivitas adalah cara, tahap, atau sarana penilaian untuk
mengukur seberapa berkesimbangan antara hasil yang didapat dengan modal yang dikeluarkan
untuk mencapai sasaran pada suatu program-program kerja pemerintahan atau rencana-rencana
yang telah di tetapkan. Dan efektivitas adalah salah satu indikator penilaian dalam penentuan
kesuksesan atau kegagalan sebuah rencana atau program yang dilaksanakan (Yoduke Ryfal,
2015).
( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).
14
teknologi informasi dan komunikasi di Kabupaten Bantul sudah berjalan dengan efisien (M.B,
2011). Untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam visi dan misi Kabupaten Bantul
maka di instruksikan untuk peningkatan kualitas bagi sumber daya manusia dalam birokrasi
untuk mengasilkan pelayanan yang baik dan efisien dan dengan begitu bisa mencegah atau
memberantas adanya praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme ( KKN ) pada sektor
pemerintahan daerah Kabupaten Bantul. Dan selain itu, dengan diberlakukan atau diterapkan
Electronic Egovernment sudah membantu memprtmudah pegawai pemerintah dalam
mengambil keputusan yang mendapatkan hasil keputusan yang cepat dan akurat karena
penerapan E-Government memiliki fungsi untuk pengolahan data dari birokrasi pemerintahan
menjadi informasi yang akurat yang dapat di pertanggung jawabkan dalam penggunaannya
pada kalangan masyarakat yang membutuhkan (M.B, 2011).
2. EFISIENSI
15
( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).
16
3. TRANSPARANSI
Adapuan penilaian indikator transparansi pada Kabupaten Bantul adalah sudah baik
karena sudah memiliki website sendiri yaitu website dari “DINAS KOMINFO BANTUL”
dimana semua warga Kabupaten Bantul bisa mengakases informasi dan mengetahui bagaimana
kinerja dan angaran yang digunakan pada pemerintahan Bantul. namun masih banyak yang
harus diperbaiki. Pada penelitian (Iiijriiasis, 2016) bahwa transparansi pada Kabupaten Bantul
bahwa sistem pelaporan yang sudah diterapkan pada pemerintahan Kabupaten Bantul sudah
dengan cara pelaporan yang berbasis pada internet yang dimana sudah dinilai sebagai ketaatan
terhadap peraturan yang terlah ditetapkan dan diinstruksikan oleh pemerintah pusat namun
masih banyak yang harus diperbaiki karena seyogyanya sistem pelaporan ini masih belum
signifikan dalam kriteria pelaporan yang berbasis kinerja dan transparansi pada sistem
pemerintahan dan untuk mengurangi segala kekurangan yang telah mengakar melanda sistem
pemerintahan di Negara kesatuan republik Indonesia yaitu Korupsi, Kolusi dan nepotisme (
KKN ).
4. AKUNTABILITAS
17
pemerintahan sebagai pihak yang memegang kekuasaan terhadap program-program, arahan
dan pengambilan keputusan unutk melaporkan hasil kerjanya kepad atasan mauoun masyarakat
melalui media-media yang telah disediakan dalam pemerintahan yang berbasis Electronic
Government dalam hal ini pertanggung jawaban Sangat berpengaruh besar pada kinerja
birokrat pemerintahan (Putra, 2013).
Akuntabilitas sangat erat hubungannya terhadap nilai indikator tranparansi karena jika
pemerintahan telah melaksanakan pertangung jawaban dengan didukung sistem media yang
menyediakan website-website untuk melampirkan akuntabilitas tersebut makan oemerintahan
bisa dikatakatan transparan dan terbuka untuk informasi tata kelolanya. Terlihat nilai
akuntabilitas di Kabupaten Bantul dalam penelitian dari (fatah rigel nurul, 2017) tentang
akuntabilitas terhadap oengelolaan Anggaran Dana Desa ( ADD ) di Kabupaten Bantul sudah
baik namun pada dasarnya karena penerapan E-Government masih terbilang baru dan
mengalami perubahan secara cepat sehingga birokrat pemerintahan Bantul masih memerlukan
dampingan terkhusu pada penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi disetiap tahunnya.
18
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
B. LAMPIRAN
( Sumber : Data ini diambil dari website Dinas Komunikasi dan Informasi Kab. Bantul ).
20
REFERENSI
Adelina, R. (2011). Analisis effektifitas dan kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan
(pbb) terhadap pendapatan daerah kabupaten gresik. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Surabaya, 1(87), 1–20.
Amrih Rahayuningtyas, D. P., & Setyaningrum, D. (2018). Pengaruh Tata Kelola dan E-
Government terhadap Korupsi. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 1(4), 431.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2017.v1.i4.2597
Bungkaes, H. R. (2013). Journal “ ACTA DIURNA ” Edisi April 2013, (April), 1–23.
Data, B., & Dan, P. (2006). Basis data peraturan dan perundang-undangan. Program, 1–14.
Kasus, S., Informasi, S., & Penelitian, A. (n.d.). ANALISIS DAN PERANCANGAN E-
GOVERNMENT DAN KKN BAPPEDA BANTUL ).
Kurnia, T. S., Rauta, U., & Siswanto, A. (2017). E-Government Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 46(2), 170–181.
Negara, U. D., Indonesia, R., Indonesia, N., Yang, A., Kuasa, M., Indonesia, P. N., …
Rakyat, M. P. (1945). Uud Ri 1945, (2), 1–19. https://doi.org/10.1007/s13398-014-
0173-7.2
Nurchana, A. R. A., Haryono, B. S., & Adiono, R. (2014). Efektivitas E-Procurement dalam
Pengadaan Barang/Jasa (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan
Barang/Jasa di Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik, 2(2), 355–359.
Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/77897-ID-efektivitas-e-
procurement-dalam-pengadaa.pdf
Peraturan-bupati_2007-91_20091024082817. (n.d.).
Prayitno, tole dailami, fahrizal darminta et. al. (2000). Rencana Strategis, 1–95.
Publik, M. P., & Nurmandi, A. (1997). Perkembangan Teori tentang Publik, 1–14.
Putra, D. (2013). Pengaruh akuntabilitas publik dan kejelasan sasaran anggaran terhadap
kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah.
22
Salsabila, L., & Purnomo, E. P. (2017). Establishing and Implementing Good Practices E-
Government (A Case Study : e-Government Implementation between Korea and
Indonesia). Asean/ Asia Academic Society International Conference (Aasic), 5, 221–229.
Supardal. (2016). Penerapan ICT dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Bantul, 6(2), 120–
134.
UU ITE RI. (2008). Uu-2008-11 Informasi Dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang, 11,
1–18. Retrieved from papers3://publication/uuid/8C845E4E-CD67-4476-BB4F-
7123C56F0449
Yoduke Ryfal, sri ayem 2015. (2015). DAERAH SERTA KONTRIBUSI TERHADAP
PENDAPATAN ASLI, 3(2).
23