Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2 Mata Kuliah Administrasi Perpajakan

Nama : Anggit Dian Permana


NIM : 042760238
UPPBJ : UPPBJ UT Jakarta

Soal

1. Buatlah contoh dari pajak kendaraan yang berlaku saat ini !


2. Buatlah contoh cara perhitungan dari Pajak Penghasilan, PPh pasal 21, 22 dan 23 yang
anda ketahui !
3. Jelaskanlah yang dimaksud dengan pajak berganda, serta kelemahan dan kelebihan dari
pajak berganda tersebut ! 

Jawaban:

1. Nero memiliki motor matic keluaran terbaru yang ia beli satu tahun lalu dengan harga
Rp17.000.000 secara kontan di dealer motor. Nero ingin tahu berapa nominal pajak yang
harus ia bayarkan untuk satu motor matic miliknya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

Nilai Jual Kendaraan Bermotor = Rp17.000.000

Bobot = 1 (satu); karena kondisi masih baru dan masih dalam batas pemakaian normal

Persentase Tarif Pajak = 2%; karena merupakan kendaraan bermotor pertama yang
dimiliki Nero.

PKB = (Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Bobot) x Persentase Pajak

PKB = (Rp17.000.000 x 1) x 2%

PKB = Rp340.000

Maka, Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dibayarkan oleh Nero yaitu sebesar Rp
340.000 untuk satu motor per tahunnya.

2. Contoh Perhitungan PPh 21


Memiliki NPWP
Pak Gami seorang pekerja lepas dan memiliki penghasilan kena pajak sebesar
Rp95.000.000 dan Pak Gami memiliki NPWP.

Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang memiliki NPWP adalah:
= 5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
= 15% x Rp45.000.000 = Rp6.750.000
= Rp2.500.000 + Rp6.750.000
= Rp9.250.000
Tidak Memiliki NPWP
Pak Gami pekerja bebas dengan gaji yang diterima sebesar Rp95.000.000, namun Pak
Gami tidak memiliki NPWP.

Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika wajib pajak tidak memiliki NPWP adalah:
= 5% x 120% x Rp50.000.000 = Rp3.000.000
= 15% x 120% x Rp45.000.000 = Rp8.100.000
= Rp3.000.000 + Rp8.100.000
= Rp11.100.000

Contoh Perhitungan PPh 22


PT.ABCD mengimpor barang dari Italia dengan harga faktur senilai US$200.000. Barang
yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang
ditentukan dalam PMK No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri
sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur.

Bea Masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 15% dan 7%. Kurs pajak
pada saat itu sebesar Rp14.000. Maka, perhitungan PPh Pasal 22 yang dipungut Ditjen
Bea Cukai adalah:

Perhitungan jika PT.ABCD memiliki API (Angka Pengenal Impor)


= Tarif PPh 22 bagi yang memiliki API x Nilai Impor
= 2,5% x 3.928.400.000
= Rp98.210.000
Perhitungan jika PT.ABCD tidak memiliki API
= Tarif PPh 22 bagi yang tidak memiliki API x Nilai Impor
= 7,5% x Rp3.928.400.000
= Rp294.630.000

Contoh Perhitungan PPh 23 atas Dividen

Pada 17 Juli 2020, PT.ABCD membagikan dividen melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT.BBB sebesar
Rp200.000.000 yang melakukan penyertaan modal. Karena tarif PPh 23 untuk dividen
adalah 15%, maka perhitungannya adalah:

PPh 23 = Tarif PPh 23 x Pembayaran Dividen

= 15% x Rp200.000.000

= Rp30.000.000

Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran, yakni pada 31 Juli 2020

Saat penyetoran: dilakukan paling lambat 17 Agustus 2020

Dari ilustrasi kasus di atas, PT.ABCD ternyata telah membagikan dividen kepada 5
perusahaan pemegang saham perusahaan ABCD ini. Dan apabila PT.ABCD memiliki
NPWP dengan nomor 01.123.222.4-32.000. Maka PT ABCD memotong PPh 23 atas
dividen yang dibayarkan kepada masing-masing pemegang saham sebagai berikut:

Daftar pemegang saham PT ABCD

Catatan:

PT BBB tidak termasuk kategori objek PPh 23 karena persentase penyertaan modalnya
lebih dari 25%

PT EEE bukan objek PPh 23 karena merupakan badan usaha milik negara yang
dikecualikan dari objek pajak ini

Daftar pemegang saham PT ABCD yang dipungut PPh 23 atas dividen


3. Pajak berganda adalah pajak yang dikenakan dua kali atas objek yang sama. Hal ini dapat
terjadi apabila Wajib Pajak melakukan transaksi dan memperoleh laba di Negara tempat
usahanya (source country atau host country) yang atas laba tersebut dikenakan pajak,
kemudian atas penghasilan tersebut Wajib Pajak tersebut dikenai pajak di negaranya
sendiri. Dalam hal ini Wajib Pajak dikenai dua kali, pertama oleh source country dan yang
kedua oleh dominicle country yang dikenal dengan pajak berganda (double taxation).

Keunggulan Pajak Berganda: Tidak ada keunggulan dari pungutan pajak berganda
dikarenakan pajak berganda merupakan pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih
dari satu kali, dalam bentuk berganda (double taxation) atau lebih (multiple taxation)
terhadap suatu fakta fiskal.

Kelemahan Pajak Berganda: pajak berganda dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih
negara yang melakukan klaim hak pemajakan atas penghasilan yang sama. Kondisi ini
sering ditemukan apabila satu negara mempunyai hak pemajakan karena sumber
penghasilannya berasal dari negara tersebut (negara sumber), sedangkan negara lainnya
mempunyai hak pemajakan karena penerima penghasilannya merupakan subjek pajak
negara tersebut (negara domisili).
Dalam konteks ini pajak berganda dianggap sebagai salah satu hambatan utama dalam
ekonomi global. Oleh karena itu, pencegahan pajak berganda menjadi hal yang penting
untuk dicapai oleh negara-negara dalam rangka memajukan ekonomi global.

Sumber :

1. Wahyuningsih, Tiesnawati dkk. 2020. Buku Materi Pokok (BMP) Administrasi


Perpajakan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka;
2. https://koinworks.com/blog/pajak-kendaraan-bermotor/
3. https://klikpajak.id/blog/perhitungan/jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/
#Rumus_dan_Contoh_Perhitungan_PPh_21
4. https://klikpajak.id/blog/perhitungan/pph-pasal-23-26-tarif-penggunaan-dan-
perhitungan/?
utm_source=blog&utm_medium=hyperlink&utm_campaign=JenisJenisPPh
%208#Contoh_Perhitungan_PPh_23_atas_Dividen
5. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak

Anda mungkin juga menyukai