Anda di halaman 1dari 3

Nama : ANGGI SETIAWAN

NIM : 042036808

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Mata Kuliah : Administrasi Pemerintahan Daerah

Tugas.1

1. Bagaimanakah proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah kabupaten/kota

2. Buatlah tulisan mengenai pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan memilih kasus
pada daerah tertentu

3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan bagaimanakah faktanya


di lapangan

Jawaban

1. Proses Penyusunan Rancangan APBD

Dalam menyusun anggaran daerah (APBD) pemerintah daerah harus menyususn rencana kerja
pemerintah daerah (RKPD) dengan menggunakan bahan dari rencana kerja OPD untuk jangka
waktu satu tahun yang mengacu pada rencana kerja pemerintah pusat. Siklus APBD atau
proses penganggaran pada dasarnya tidak berbeda antara sektor swasta dan publik. Ada empat
siklus meliputi :

a.Tahap Persiapan dan penyusunan anggaran . Pada tahap ini, dilakukan taksiran pengeluaran
atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia.
b. Tahap Ratifikasi (budget ratification) tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses
politik. kepala daerah dituntut tidak hanya memiliki managerial skill, tetapi juga harus
mempunyai political skill, salesmanship,dan coalition building yang memadai.
c. Tahap pelaksanaan anggaran (budget implementation) setelah anggaran disetujui oleh
legeslatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. pada tahap ini hal yang penting
harus diperhatikan oleh pengelola keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.

d. tahap pelaporan dan evaluasi( budget reporting and evaluation) jika pada tahap persiapan,
ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran pada tahap
pelaporan dan evaluasi hal itu terkait dengan aspek akuntabilitas.

2. Terkait dengan Keuangan Desa di mana salah satu sumber dana desa berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik Provinsi dan Kabupaten, maka hal ini tentu
saja sangat menarik untuk dikaji, mengingat penetapan dan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seringkali mengalami keterlambatan. Hal ini juga
terjadi di Kabupaten Banyumas , di mana penetapan APBD Kabupaten banyumas Tahun 2020
mengalami keterlambatan sampai dengan bulan desember 2020 masih belum ditetapkan
karena tidak ada kata sepakat antara Pemerintah Kabupaten banyumas (eksekutif) dengan
DPRD Kabupaten banyumas (legislatif). Sebagai konsekuensi dari keterlambatan penetapan
dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka secara otomatis
akan mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan desa dan pengelolaan keuangan desa.
Seluruh desa yang ada di wilayah Kabupaten banyumas sangat memerlukan bantuan
keuangan guna menunjang dan memperlancar penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan desa. Bantuan keuangan yang merupakan dana dari APBD Kabupaten ini
diharapkan dapat membantu keuangan pemerintah desa di samping mengandalkan
pendapatan asli desa dari masing-masing desa. Pada tahun anggaran 2020 Kabupaten
banyumas mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp. 366.000.000,00-, Total besaran anggaran
Dana Alokasi Umum Tambahan Bantuan Pendanaan Kelurahan di Kabupaten Banyumas
sebesar Rp 10.980.000.000,00 (sepuluh milyar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah).
Jadi jumlah keseluruhan dana yang disalurkan desa di Kabupaten banyumas pada Tahun
Anggaran 2020 adalah sebesar Rp. 11.346.000.000,00 (sebelas miliyar tiga ratus empat puluh
enam juta rupiah),- yang digunakan oleh pemerintah desa untuk meningkatkan pelayanan,
pembangunan dan upaya pemberdayaan masyarakat desa
3. Pengawasan dan pengelolaan keuangan daerah untuk kabupaten kota di koordinasikan
oleh gubernur selaku wakil pemerintah pusat. Sementara itu, DPRD melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan yang dilakukan DPRD
bukan Pemeriksaan, tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam peraturan dearah. Faktanya dilapangan banyak pejabat
daerah mulai dari gubernur, walikota, dan bupati yang terlibat kasus korupsi bukan tidak
mungkin akan terus menjalar kepada pejabat di bawahnya, termasuk para kepala desa,
khususnya dengan terbitnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang antara lain
mengatur bahwa setiap desa di seluruh Indonesia akan memperoleh anggaran.

Anda mungkin juga menyukai