Anda di halaman 1dari 40

NAMA : SISKA NUR FADILAH

NIM : 030786775

MATKUL : TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)/ADPU4500

PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

TUGAS 1
1. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(ADPU4230 EDISI 2)

Modul 1 Administrasi Negara Sebagai Suatu Sistem

KB 1 : Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Negara

Pengertian administrasi adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan atau aktivitas bersama dari
sekelompok orang dengan cara bekerja sama dan bersemangat untuk mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan. Sedangkan manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dengan maksud untuk
mencapai hubungan kerja sama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Hubungan antara
administrasi dan manajemen adalah organisasi dapat diibaratkan sebagai anatomi dari administrasi,
sedangkan manajemen menunjukkan fungsinya. Kegiatan seperti itu, dapat dilakukan dalam bisnis
maupun di bidang pemerintahan. Secara khusus di bidang pemerintahan, administrasi dapat dijelaskan
sebagai kegiatan fungsionaris pemerintahan beserta seluruh jajaran aparatur dalam ikatan kerja sama
yang terkoordinasi dan terkendali, disertai semangat dan cita- cita yang tinggi untuk mewujudkan
tujuan-tujuan pemerintahan yang ditetapkan dalam kebijakan-kebijakan umum maupun keputusan-
keputusan politik, yang di tingkat nasional termuat dalam undang- undang dan operasionalnya dan di
tingkat daerah terdapat dalam peraturan daerah, bagi urusan-urusan pemerintahan yang menjadi
urusan rumah tangganya.

Adanya sekelompok orang yang melakukan kerja sama yang didasarkan kepada pembagian kerja
yang terstruktur dan rasional serta dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan menggunakan sumber daya organisasi secara optimal.

Berikut adalah sejumlah prinsip-prinsip umum administrasi yang menjadi dasar pemikiran bagi
perkembangan administrasi :

1. Pembagian kerja (division of work).

2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility).

3. Disiplin (discipline).

4. Kesatuan perintah (unity of command).

5. Kesatuan arah dan tujuan (unit of direction).

6. Mendahulukan atau mengutamakan dan menempatkan kepentingan

organisasi di atas kepentingan pribadi (subordination of individual

to general interest).
7. Penggajian atau upah (remuneration).

8. Sentralisasi (centralization).

9. Skala hierarki (scalar cain).

10. Tata tertib (order).

11. Keadilan(equity).

12. Stabilitas jabatan (stability of tenure).

13. Prakarsa atau inisiatif (initiative).

14. Solidaritas kelompok kerja (la esprit de corps).

Pengertian administrasi negara secara prinsip diartikan sebagai sistem dan proses kerja sama rasional
dan manusiawi yang dilakukan oleh para penyelenggara pemerintahan negara dan warga negara
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan bersama dalam bernegara, sesuai posisi, peran, kepentingan, dan
tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan negara bangsa dan sebagai disiplin yang
mempelajari fenomena- fenomena sistemik. Sebagai suatu sistem, administrasi negara berinteraksi
dengan sistem-

sistem lain yang merupakan faktor-faktor lingkungan (ekologi) baik yang bersifat alam maupun
sosial. Oleh karenanya, tidak ada dua negara yang sama benar keseluruhan faktor lingkungannya
maka pada dasarnya tidak ada dua negara yang sistem administrasinya secara totalitas sama. Dengan
kecenderungan seperti itu, jelas sistem administrasi suatu negara akan terpengaruh oleh situasi
lingkungan. Sebagai sistem, administrasi negara dipraktikkan dan dikembangkan

oleh bangsa untuk melakukan kegiatan atau mewadahi upaya bangsa yang bersangkutan dalam rangka
mencapai tujuan bersama dalam bernegara. Sebagaimana sistem lainnya, sistem administrasi negara
secara konseptual mengandung unsur-unsur nilai berupa landasan dan tujuan; struktur berupa tatanan
organisasi dan proses yaitu manajemen.

Fenomena pemikiran sistem administrasi negara dalam abad ke- 21 akan sangat tergantung kepada
kemampuan sumber daya manusianya dalam mengarungi lautan kompetisi global. Ditinjau dari segi
unsurnya yang pokok dalam kehadirannya sebagai disiplin dan sebagai sistem, ruang lingkup
perhatian administrasi negara tersebut meliputi pokok-pokok sebagai berikut.

1. Tata nilai yang menjadi dasar dan tujuan serta acuan perilaku dari

sistem dan proses administrasi negara.

2. Organisasi dan manajemen pemerintahan negara.

3. Manajemen pemerintahan negara.

4. Sumber daya aparatur negara.

5. Sistem dan proses kebijakan negara.

6. Posisi, kondisi, dan peran masyarakat bangsa dalam bernegara.

7. Hukum administrasi negara.


8. Posisi, kondisi, dan peran masyarakat bangsa dalam bernegara

9. Hukum administrasi negara.

Pengelolaan administrasi negara yang efektiflah yang akan ke luar sebagai pemenang karena hanya
administrasi negara yang efektif yang mampu menghasilkan kebijakan publik yang efektif dalam
membangun iklim the effective culture bagi organisasi publik itu sendiri maupun organisasi bisnis dan
nirlaba. Efektivitas menyangkut kompetensi; dalam hal ini efektif menyangkut 5 hal pokok, yaitu

(a) keunggulan manajemen waktu;

(b) kontribusi kepada lingkungan;

(c) membangun berdasar kekuatan;

(d) memberikan konsentrasi kepada beberapa hal tertentu, biasa disebut prioritas, dan dalam memilih
prioritas ini, tepat guna dan bermanfaat untuk publik dan diperlukan warga negara,

(e) efektif berarti membuat keputusan.

Peningkatan produktivitas merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai sasaran pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan seiring dalam era globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia yang
cepat. Makna hakiki perlunya penyelenggara sistem administrasi negara yang berkemampuan dan
matang dalam bertindak. Tindakan yang harus dilakukan oleh penyelenggara administrasi negara
dalam meningkatkan produktivitas tersebut adalah menjalankan prinsip- prinsip good governance,
seperti transparency, responsiveness, accountability, dan equity.

KB 2 Pendekatan Sistem dalam Studi Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, systema, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan system,
yang mempunyai arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Sistem dalam arti sempit bisa diartikan sebagai
cara, metode, prosedur, atau aturan.

Dalam arti luas, sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau bukan
manusia (non-human) yang diorganisasi dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen
yang membentuk sistem tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan,
sasaran bersama atau hasil akhir. Dari pengertian tersebut, dalam sistem terkandung arti pentingnya
aspek pengaturan dan pengorganisasian komponen untuk mencapai sasaran bersama karena apabila
tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat maka kegiatan masing-masing komponen, subsistem
atau bidang dalam suatu organisasi akan kurang saling mendukung. Komponen-komponen sistem
dalam arti luas dapat ditelusuri dari hal-hal berikut :

a. Pada umumnya bersifat terbuka, kalau tidak terbuka ia mati atau mandek.

b. Terdiri dari berbagai unsur, elemen atau bagian terkecil.

c. Elemen-elemen, unsur-unsur atau bagian-bagian yang terbentuk saling tergantung, pengaruh


mempengaruhi, ada interaksi dan interdependensi, dalam arti antara satu subsistem membutuhkan
masukan (input) dari subsistem lain, dan keluaran (output) dari subsistem tersebut diperlukan sebagai
masukan bagi subsistem yang

lain lagi (outcomes), jadi vise-versa.

d. Setiap sistem memiliki kemampuan menyesuaikan diri (adaptation)

dengan lingkungan, melalui mekanisme umpan balik (feedback).

e. Sistem pada dasarnya mempunyai keandalan mengatur dirinya

sendiri (self regulation).

f. Setiap sistem mempunyai tujuan atau sasaran tertentu yang ingin

dicapai.

g. Setiap sistem melakukan kegiatan transformasi, mengubah masukan

menjadi keluaran. Oleh karenanya, sistem berfungsi sebagai

processor atau transformator.

h. Menyatu secara terpadu menjadi satu kesatuan yang utuh, menjadi

suatu totalitas. Sistem merupakan suatu kebulatan yang utuh menyeluruh (wholism). Sinergik,
interaktif, sigmatik dan bukan penjumlahan dari subsistemnya secara aritmatis.

i. Bersifat entropi, tidak bersifat abadi, dan

j. Memiliki kekuatan mengatur atau regulasi, hierarki, diferensiasi,

dan equinafinality; terbuka sekaligus berbatasan serta berinteraksi dengan lingkungannya.

Mengenai pendekatan sistem, Dale (1987) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan cara
yang komprehensif untuk menanggulangi suatu masalah, dan suatu cara merumuskan masalah secara
lebih luas serta menyeluruh untuk dapat ditangani secara profesional. Pendekatan sistem
memungkinkan prinsip pengorganisasian yang bersifat interdisipliner dan terintegrasi serta sinergis
dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi sistem administrasi. Mengingat pendekatan sistem
merujuk pada kesatuan kerangka sistem administrasi negara yang utuh. Pendekatan sistem dalam studi
administrasi negara dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian secara khusus kepada berbagai
ciri dasar dari sistem administrasi negara, baik ciri dari sisi sistem organisasinya ataupun penerapan
fungsi manajemennya dalam kerangka sistem administrasi negara yang kompleks.

Administrasi Negara pada hakikatnya dapat diartikan, antara lain sebagai fungsi atau aktivitas
pemerintah yang mengurus unsur-unsur negara. Dengan demikian, tujuan dari administrasi Negara
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dalam mencapai tujuan tersebut,
peranan aparatur negara menjadi faktor yang sangat menentukan dalam mengurus unsur-unsur negara,
dan unsur-unsur sistem negara tersebut meliputi warga negara, wilayah negara, dan pemerintahan
negara.

Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara
bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.

Unsur warga negara, wilayah negara dan pemerintahan negara yang berdaulat dikategorikan sebagai
unsur konstitutif karena keberadaannya mutlak harus ada. Sedangkan pengakuan dari negara lain
merupakan unsur deklaratif yang bersifat formalitas karena diperlukan dalam rangka memenuhi unsur
tata aturan pergaulan internasional.

Dalam eksistensinya sebagai sistem, dan sesuai dengan konstitusi negara yang mendasarinya,
SANKRI pada dasarnya mengandung unsur- unsur nilai, struktur, dan proses sebagai berikut.

1. Unsur nilai.

2. Unsur struktur.

3. Unsur proses.

Dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional, sesuai dengan sistem pemerintahan negara
berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah dilakukan
melalui Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI). Hal tersebut pada
prinsipnya meliputi penyelenggaraan wewenang lembaga- lembaga negara dengan mengembangkan
kebijakan yang terarah pada pencapaian cita-cita dan tujuan nasional, dengan mendayagunakan secara
optimal dan bertanggung jawab segenap sumber daya nasional dan potensi serta peluang
internasional, dan senantiasa memperhatikan aspirasi dan peran serta aktif masyarakat, serta tetap
menjaga konsistensinya dengan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan bangsa. Dengan demikian, dari
Lembaga Administrasi Negara (LAN) bahwa SANKRI dapat dirumuskan sebagai keseluruhan tatanan
organisasi dan proses manajemen dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa guna
mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan yang
diamanatkan konstitusi negara.

Dari sudut tata nilai yang melekat pada Pancasila dan prinsip-prinsip penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa yang tersurat dan tersirat dalam Undang-undang Dasar 1945, ternyata dalam
SANKRI terkandung nilai dan prinsip “kepemerintahan yang baik”, yaitu supremasi hukum, keadilan,
kesetaraan, transparansi, partisipasi, desentralisasi, kebersamaan, profesionalitas, cepat tanggap,
efektif, efisien , berdaya saing, dan akuntabel. Lebih dari itu, kepemerintahan yang baik dalam
SANKRI dilandasi nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan yang dihikmati keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

KB 3 Dimensi-dimensi Nilai dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


(SANKRI)

Sikap adalah kecenderungan merespons sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak
mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. Sikap mempengaruhi perilaku pada suatu
tingkat yang berbeda dengan nilai. Sementara nilai mewakili keyakinan yang mempengaruhi perilaku
pada seluruh situasi, sikap hanya berkaitan dengan perilaku yang diarahkan pada objek, orang-orang
atau situasi tertentu

Berbagai dimensi nilai dan sikap yang melekat pada SANKRI harus diperhatikan dalam sistem dan
proses penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, serta diwujudkan dalam kenyataan hidup
masyarakat bangsa dan dalam hubungan antar bangsa agar cita-cita dan tujuan NKRI benar-benar
tercapai. Untuk itulah kita bernegara.
Dalam kasus SANKRI yang harus mengelola multi nilai budaya yang sangat beraneka ragam sesuai
dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika, mengisyaratkan SANKRI harus memiliki kemampuan
menjalankan berbagai model perilaku yang bisa menjamin kerja sama berbagai etnis secara harmoni
dan sinergis agar kesatuan dan persatuan bangsa tetap terpelihara.

Dimensi-dimensi nilai dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, meliputi falsafah
negara, yaitu Pancasila, Cita-cita dan Tujuan Bernegara. Nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila
harus diaktualisasikan dalam SANKRI.

Mengaktualisasikan Pancasila tidak boleh secara sepotong-sepotong, suatu penetapan kebijakan


publik dengan tujuan apapun haruslah memperhatikan nilai-nilai tersebut secara utuh sehingga
dihindari suatu kebijakan yang menguntungkan satu pihak, tetapi merugikan pihak yang lain.

Jika dilihat dari sisi etika administrasi negara dapat di simpulkan, yaitu Pancasila akan bermakna
nyata jika dalam implementasinya berfungsi sebagai the living ideology, sebagai ideologi yang hidup
dan nyata.

Cita-cita dan tujuan bangsa dalam bernegara itu tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur”; dan yang merupakan tujuan bernegara adalah “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Perjuangan mewujudkan cita-cita
dan tujuan NKRI tersebut merupakan kewajiban bangsa Indonesia; dan mengatasi berbagai tantangan
yang dihadapi dalam perjuangan tersebut merupakan tanggung jawab aparatur negara dan masyarakat
bangsa

Dimensi-dimensi nilai SANKRI terkandung dalam bentuk dan sistem pemerintahan negara yang
ditetapkan dan tertuang dalam Pasal 1 UUD 1945. Di dalamnya tercantum dengan jelas bentuk dan
sistem pemerintahan negara Indonesia adalah menganut bentuk negara kesatuan serta negara yang
kedaulatannya ada di tangan rakyat (demokrasi). Di samping itu, ditegaskan juga di dalam Pasal 1
ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.

Untuk menjamin adanya pemerintah yang bersih (clean government) serta kepemerintahan yang baik
(good governance) maka pelaksanaan pembangunan hukum harus memenuhi asas-asas kewajiban
prosedural (fairness), keterbukaan sistem (transparency), penyingkapan kinerja yang dicapai
(disclosure), pertanggungjawaban publik (accountability) dan dapat terpenuhi kewajiban untuk peka
terhadap aspirasi masyarakat (responsibility).

Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem pemerintahan yang berbentuk republik yang
demokratis dan konstitusional. Makna dan nilai-nilai pokok yang dalam UUD 1945. Nilai-nilai pokok
yang terkandung dalam pengertian demokrasi adalah meliput nilai-nilai kebersamaan, kebebasan,
pluralistik, anti anarkhis.

Demokrasi bukanlah satu aset, tetapi menyangkut hal lain seperti perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan lingkungan (Nugroho:2001).

Persyaratan dasar perangkat keras demokrasi adalah Lembaga politik utama yang terpisah yaitu
legislatif, eksekutif, dan yudikatif atau dengan kata lain parlemen, pemerintah, dan otoritas hukum.
Persyaratan lainnya adalah adanya aturan main politik yang demokratis.

Dalam hal ini banyak dikenal isu-isu dalam pembahasan mengenai perangkat lunak demokrasi,
1.penyelenggaraan pemilu

2.permasalahan akuntabilitas

3.hak-hak dasar

4.kesamaan di hadapan hukum

5.kompetensi

6.keterbukaan

7.integrasi

Modul 4 Manajemen Administrasi Negara Indonesia

KB 1 Perencanaan dan Penganggaran

Dalam BAB 1 pasal 1, undang undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional (SPPN) disebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Dari berbagai pengertian mengenai arti perencanaan maka tujuan perencanaan pada dasarnya adalah
agar tujuan yang tercapai tidak melenceng dari apa yang diharapkan.

Perencanaan mengandung pengertian sebagai suatu proses, keputusan dan fungsi manajemen.

Perencanaan yang baik dalam suatu kegiatan pemerintahan adalah yang memperhatikan prinsip-
prinsip kepemerintahan yang baik, yang mengakomodasikan dinamika perkembangan dan interaksi
sosial politik masyarakat bangsa; didukung paradigma pembangunan yang tepat, konsep yang jernih
dan analisis yang akurat dan komprehensif serta integratif.

Perencanaan adalah kegiatan yang cukup penting dalam suatu proses manajemen karena perencanaan
sebagai suatu fungsi yang dalam urutan proses manajemen menempati posisi awal. Kesalahan yang
fatal dalam melakukan suatu perencanaan dapat menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam
proses selanjutnya, yang akhirnya pencapaian tujuan menjadi tidak optimal.

Suatu perencanaan dapat dikatakan baik dan efektif adalah apabila memenuhi ciri-ciri, antara lain :

1.Mempunyai tujuan yang jelas

2.Bersiofat sederhana, tidak rumit

3.Mudah dianalisis dan diklasifikasikan,

4.Bersifat fleksibel, tidak kaku

5.Tersedianya sumber-sumber yang dipergunakan

6.Dapat menjawab pertanyaan seperti “apa, mengapa, bilamana, dimana, siapa, dan bagaimana”

7.Bersifat operasional, dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada

8.Bersifat ambisius tapi realistis


9.Berkelangsungan jika sesuatu dimulai maka terus dilaksanakan sampai selesai

8.Mempunyai skala prioritas.

Perencanaan yang baik dan efektif mempunyai tahapan-tahapan dalam pembuatannya, yaitu membuat
perincian tujuan secara lengkap dan jelas, merumuskan kebijakan, melakukan analisis dan penetapan
cara dan sarana, menunjukkan pelaksana, menentukan sistem pengendaliannya.

Perencanaan pada umumnya berhubungan dengan suatu program yang akan dilaksanakan. Program
adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembag untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau
kegiatan masyarakat yang di koordinasikan oleh instansi pemerintah.

Pada umumnya dan khususnya dalam pemerintahan, perencanaan dapat dibedakan menurut jangka
waktunya menjadi perencanaan jangka panjang (strategic planning), jangka menengah (intermediate
planing), dan jangka pendek (anual planing). Selain perencanaan berdasarkan waktu maka dapat pula
dibedakan perencanaan berdasarkan materi yang dibedakan atas perencanaan kebijakan (policy
planning) dan perencanaan program (program planning).

Salah satu aspek yang penting dalam perencanaan adalah masalah penganggaran. Tujuan
penganggaran dalam suatu perencanaan adalah agar mendapat kepastian agar apa yang direncanakan
dapat dilaksanakan.

Beberapa aspek yang ditemui membuat suatu perncanaan yang dapat menjadi hambatan antara lain
adanya kejadian yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, kekurangan informasi, beberapa kebijakan
yang diambil pemerintah belum mencapai tujuan seperti yang diharapkan, para pelaksana
membutuhkan waktu yang lebih lama, beberapa lembaga cenderung untuk bersifat defensif, terlalu
menekankan segi kuantitatif sehingga mengurangi segi kualitatif.

KB 2 Koordinasi

Koordinasi sebagai suatu sistem dan proses interaksi untuk mewujudkan keserasian dan keterpaduan
berbagai kegiatan inter dan antar lembaga-lembaga negara di masyarakat melalui komunikasi dan
dialog antar berbagai individu dan institusi ataupun dengan menggunakan sistem manajemen dengan
tekhnologi informasi.

Koordinasi diperlukan untuk mencapai keserasian tujuan, pandangan dan tindakan-tindakan


diantaranya unit-unit yang ada karena adanya spesialisasi tugas dan tanggung jawab suatu unit kerja
yang berbeda dengan unit lainya. Koordinasi sudah dimulai sejak dilakukannya perencanaan tindakan
atau program sampai tahap pengawasan termasuk koordinasi sewaktu pelaksanaan kegiatan. Tanpa
koordinasi yang baik maka tugas dan tanggung jawab administrasi negara tidak dapat berjalan dengan
efektif dan efisien.

Pentingnya koordinasi dapat terlihat dalam usaha meningkatkan dan memperlancar pelaksanaan
tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang di selenggarakan oleh berbagai
departemen/lembaga pemerintah lainya. Selain itu, koordinasi sangat penting karena untuk mencapai
tujuan organisasi yang terdiri dari berbagai unit akan selalu dihadapkan kepada kelemahan dan
keterbatasan dalam berbagai bidang.

Fungsi koordinasi, seperti yang disampaikan oleh ketua LAN (dalam Handayaningrat, 2002) antara
lain sebagai salah satu fungsi manajemen, usaha untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur
kerja dari berbagai komponen dalam organisasi, usaha mengarahkan dan menyatukan kegiatan dari
satuan kerja organisasi. Faktor dominan bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, dan adanya
spesialisasi dalam berbagai tugas dan keanekaragaman tugas menyebabkan usaha-udaha koordinasi
semakin bertambah besar dan rumit.

Agar koordinasi berjalan efektif, perlu memperhatikan faktor berikut :

1.kejelasan penanggung jawab kegiatan

2.tujuan organisasi

3.kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas satuan-satuan kerja

4.koordinasi dalam penyusunan anggaran

5.menjaga hubungan baik antar institusi

Beberapa hambatan yang sering di jumpai antara lain :

1.kurangnya pemahaman mengenai fungsi koordinasi

2.kurangnya kemampuan dalam menjalankan koordinasi

3.masing-masing pimpinan unit kerja memandang tugasnya sendiri sebagai tugas yang paling penting
dibandingkan tugas-tugas yang lain

4.para pemimpin unit kurang menyadari bahwa koordinasi merupakan sebagian dari tugas dan
tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi secara lebih menyeluruh

5.prosedur dan tata cara kerja dalam menjalankan pekerjaan kurang jelas dan berbelit-belit serta tidak
diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan dalam usaha kerjasama

KB 3 Pengawasan dalam Administrasi negara

Pengawasan secara umum berarti segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa
pekerjaan-pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijakan-kebijakan
yang telah digariskan dan perintah-perintah yang telah diberikan dalam rangka pelaksanaan rencana
tersebut.

Tujuan pengawasan adalah dalam rangka :

1.menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijakan dan perintah

2.mencegah penyelewengan serta pemborosan anggaran

3.mengsinkronisasi kegiatan-kegiatan

4.menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan

5.menjaga dan membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi

6.menjamin terwujudnya kepuasan publik atau konsumen atas barang atau jasa yang diberikan
Pentingnya pengawasan bagi seorang pemimpin adalah untuk mencegah kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, menghentikan dan menghilangkan kesalahan, mempertahankan sistem yang sudah
baik.

Dengan demikian hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, dan kegagalan dalam mencapai
tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

Beberapa jenis pengawasan antara lain, pengawasan melekat, pengawasan fungsional, pengawasan
legislatif, pengawasan oleh lembaga lain, dan pengawasan masyarakat.

Dilihat dari segi waktu terjadinya maka dapat dibedakan menjadi pengawasan preventif dan
pengawasan represif.

Pengawasan fungsional dibagi ke dalam pengawasan intern pemerintah, dan pengawasan ekstern
pemerintah.

Pengawasan atau kontrol terkait erat dengan pengendalian dan pengaturan perilaku birokrasi selain
supervisi, pengaruh dan manajemen. Sumber kewenangan untuk melakukan kontrol bisa berasal dari
luar dan dari dalam birokrasi. Kontrol birokrasi merupakan suatu proses untuk menemukan
penyimpangan dan melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan tindakan yang ditemukan tadi.

Pemerintah mempunyai kewenangan dalam bidang pengawasan serta pemberian perijinan tertentu
bagi mereka yang akan melakukan suatu kegiatan atau usaha, dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi, dan keamanan.

Modul 8 Strategi Penyempurnaan Administrasi Negara

KB 1 Strategi Penyempurnaan Administrasi Negara

Strategi adalah pola tujuan, kebijakan program keputusan atau alokasi sumber daya yang dapat
menentukan apakah sebuah organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi itu memiliki
tujuan. Strategi merupakan perpanjangan dari misi organisasi untuk menjembatani organisasi dengan
lingkungannya, dan strategi bisa bersifat jangka menengah atau jangka panjang.

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia sudah termaktub dalam pembukaan UUD
1945, yaitu negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan makmur. Untuk mencapai
tujuan itu, pemerintah bertugas :

1.melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2.memajukan kesejahteraan umum

3.mencerdaskan kehidupan bangsa

4.ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

Untuk mencapai tujuan negara atau tujuan nasional tersebut, selain diperlukan sistem administrasi
negara yang dapat menata ulang, menyesuaikan, memperbaiki serta membangun sistem yang telah
ada baik di tingkat pusat maupun daerah, berdasarkan kebijakan dan arah pengembangan kedepan,
diperlukan juga keterlibatan dari seluruh perangkat negara, yaitu lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif maupun lembaga lainya yang ada menurut UUD 1945
GBHN ditetapkan dengan maksud memberikan arah penyelenggaraan negara dengan tujuan
mewujudkan kehidupan yang demokratis berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia,
menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat bangsa yang beradab, berakhlak mulia,
mandiri, bebas, maju, dan sejahtera untuk kurun waktu 5 tahun kedepan. Visi GBHN adalah
terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan
sejahtera dalam wadah NKRI yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, kesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, memiliki etis kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Propenas difokuskan secara khusus dalam pembangunan penyelenggaraan negara. Pada hakikatnya
propenas adalah rencana pembangunan yang berskala nasional dan merupakan konsensus serta
komitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai pencapaian visi dan misi bangsa. Fungsi propenas
adalah menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh masyarakat Indonesia dalam melaksanakan
prioritas pembangunan selama 5 tahun kedepan.

KB 2 Ruang Lingkup Penyempurnaan Administrasi Negara

Penyempurnaan administrasi negara tidak hanya berkutat pada aparatur negara saja, tetapi mencakup
sistem yang dipraktekan dalam penyelenggaraan negara. Penyempurnaan sistem ini dijabarkan dari
UUD 1945 dan perundangan pelaksanaannya sehingga mampu berperan sebagai sistem yang
menyerasikan dan mengharmonisasikan serta memadukan operasi sistem-sistem lainya dalam
interaksi yang sinergis menuju pencapaian tujuan nasional.

Ditinjau dari dimensi organisasi maka sistem organisasi administrasi negara harus mampu
mewujudkan format dan desain kelembagaan pemerintahan negara yang sesuai dengan kebutuhan,
yaitu sebagai wadah penyelenggaraan urusan pemerintah yang merupakan amanah bangsa melalui
konstitusi, baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Ditinjau dari dimensi manajemen, sistem penyelenggaraan negara merupakan upaya dinamis, namun
tertib dan teratur dalam mengelola urusan pemerintahan beserta sumber daya dan sistem
pendukungnya.

KB 3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Sejarah akuntabilitas sudah dimulai sejak jaman Mesopotamia pada tahun 4000 sM, dimana dulu
dikenal adanya hukum Hamurabi yang mewajibkan seorang raja mempertanggungjawabkan segala
tindakan-tindakannya kepada pihak yang meme dri wewenang atau wangsit kepadanya.

Sebagai pertanggung jawaban terhadap kewenangan yang telah diberikan rakyat kepada
penyelenggara negara, akuntabilitas akan menjadi tolok ukur bagi kredibilitas penyelenggara negara
tersebut.

Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap apa, mengapa, kepada siapa, dan siapa yang
bertanggung jawab serta apakah pertanggung jawaban tersebut berjalan seiring kewenangan yang
memadai.

Pada UU No 28 tahun 1999, asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Modul 9 Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam manajemen Pemerintahan

KB 1 Pengertian, Kegunaan, dan Perkmebangan E-Government

E-Government merupakan istilah yang berkenaan dengan aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi dalam manajemen pemerintahan. E-Government merupakan adopsi dari perkembangan
dan pemanfaatan teknologi serupa di dunia bisnis. Pengembangan E-Government dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas manajemen pemerintahan dengan
internet dan teknologi digital lain.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian dapat dikatakan bahwa e-government adalah suatu
interaksi dinamis antara pemerintah, kalangan swasta, kalangan akademisi, dan masyarakat umum
yang diberdayakan untuk mengakses infrastruktur informasi lokal/nasional dari manapun, kapanpun,
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

E-government adalah sebuah transformasi. Sebuah perubahan radikal dalam paradigma manajemen
pemerintahan. Ada dua transformasi yakni pertama konsep menjadi e-government itu sendiri dari
hanya goverment, dan kedua bagaimana mentransformasikan konsep tersebut menjadi empirik.
Fokusnya bukan pada peralatan atau sarana yang menjadikannya elektronik tapi perubahan paradigma
pelayanan dan proses manajemen yang efektif dan efisien.

Dewasa ini e-government sudah merupakan kebutuhan. Globalisasi di satu sisi, dan di sisi lain
tuntutan efektifitas dan efisiensi pelayanan sudah merupakan fenomena yang tidak dapat diabaikan.
Di samping itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah sangat mendukung
perkembangan e-government di Indonesia. Secara filosofis, kegunaan dan peran e-government dapat
digambarkan bahwa dengan pendayagunaan teknologi informasi dalam e-government, pekerjaan yang
dapat diselesaikan menjadi lebih banyak, dan dalam waktu yang lebih sedikit serta kepuasan
konsumen juga semakin luas.

Dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan telekomunikasi, media dan informatika


(telematik) di Indonesia ini boleh dikatakan relatif lambat. Tapi kita memang tidak dapat melupakan
bahwa kondisi di Indonesia itu memang kompleks. Ditambah juga kita mengalami berbagai krisis
berkepanjangan sejak tahun 1997. Namun, tentunya hal ini tidak dapat digunakan sebagai alasan terus
menerus.secara nasional, alasan utama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi nasional
mengalami berbagai hambatan selama ini adalah karena kurangnya awareness nasional mengenai
manfaat teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan e-government merupakan tanggung
jawab pemerintah dan seluruh komponen masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian
kebijakan dan strategi nasional yang komprehensif dalam pengembangan e-government di Indonesia.

KB 2 Revitalisasi Manajemen Pemerintahan

Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan negara,
menuntut pembaruan dalam sistem administrasi negara. Pendayagunaan dalam sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bangsa, yang memungkinkan kegiatan
perekonomian bangsa dan antar bangsa berlangsung lebih berkualitas dan efisien.dimensi keprimaan
dalam konteks pelayanan dan kebijakan dimaksud yang juga menyentuh transparansi, kepastian
hukum, profesionalitas, dan desentralisasi aka sangat dimungkinkan bila sarana teknologinya dapat
diimplementasikan sebagai pendukung dari pelaksanaan fungsi manajemen kebijakan dan pelayanan
publik tersebut.
Terminologi elektronik dipergunakan dalam banyak hal. Tetapi, ketika terminologi itu digunakan
dalam konteks tugas dan fungsi pemerintahan maka fokusnya tidak hanya sekedar menambahkan kata
elektronik didepan kata pemerintahan. Ada suatu proses panjang yang menyatu didalamnya. Fungsi-
fungsi manajemen pemerintahan yang dapat di revitalisasi adalah pengelolaan kebijakan, pelayanan
informasi, dan pelayanan publik.

E-government dapat menjadi wahana efektif bagi akurasi pengambilan keputusan dalam konteks
perbedaan keadaan geografis, wilayah administratif, dan level pemerintahan. Untuk mengetahui hal
ini ada 6 pokok masalah yang dapat dijadikan titik tolak :

1.akurasi : Apakah dalam e-government akurasi pengambilan keputusan dapat tercapai?

2.kecepatan : Apakah dalam e-government kecepatan pengambilan keputusan dapat dilakukan?

3.antar daerah : Apakah dalam e-government pengambilan keputusan, komunikasi, jaringan antar
daerah dapat dilakukan dengan akurat, cepat, murah, dan mudah?

4.antara pusat dan daerah : Bagaimana bentuk hubungan antara pusat daerah dalam e-government?

5.nasional : Bagaimana koordinasi antara instansi pemerintah pusat dalam e-government?

6.internasional : Bagaimana hubungan pemerintah dengan dunia internasional dalam konteks e-


government?

Konsep pelayanan informasi dalam e-government sangat sederhana sebenarnya. Tetapi prinsipnya
bahwa sebelum di elektronik kan maka segala sesuatunya telah distandarkan secara manual, termasuk
keterlibatan pihak ketiga. Kuat di sinyalemen bahwa standar operasional manual pun tidak jelas
dewasa ini atau jelas alurnya, ditempel didinding, tetapi pelaksanaanya berbeda. Menghadapi kondisi
seperti ini implementasi konsep e-government menjadi lebih kompleks karena pada saat yang
bersamaan menstandarkan prosedur manual, dan sekaligus menelektronikanya. Dalam hal pelayanan
informasi maka otomasi dan sistem pelayanan dapat disatukan dalam satu kesatuan pemahaman dan
bahasan.

Konsep pelayanan tidak selalu harus di kaitkan dengan pemberian layanan langsung kepada pengguna
jasa (front-end), tetapi juga didalam internal pemberi jasa itu sendiri (back-end). Proporsi tetap harus
lebih besar kepada front-end. E-government harus lebih banyak memberikan atensi kepada front-end
karena memang esensi pemerintah adalah untuk itu, dan karena itu pemerintah ada, tanpa
mengabaikan kepentingan internalnya dalam rangka untuk dapat memberikan pelayanan terbaik.

KB 3 Pengembangan E-government di Indonesia

Berdasarkan Inpres No.3 tahun 2003, pemerintah telah menggariskan kebijakan dan strategi nasional
dalam pengembangan e-government. Ditegaskan bahwa tujuan pengembangan e-government
merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.

Inpres No.3 tahun 2003 telah menetapkan 6 (enam) strategi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
strategis e-government yang secara berturut-turut yaitu :

1. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau masyarakat luas.
2. Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah
secara holistik

3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi
informasi

5. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistis dan terukur

Berdasarkan Inpres No.3 tahun 2003, ditunjuk beberapa instansi yang terkait dengan pelaksanaan
pengembangan e-government, seperti :

1. Kementrian yang bertanggung jawab dibidang komunikasi dan informasi, berkewajiban untuk
mengkoordinasikan penyusunan kebijakan, peraturan perundang-undangan, standardisasi, dan
panduan yang diperlukan untuk melandasi perencanaan serta pelaksanaan pengembangan e-
government

2. Kementrian yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan Aparatur negara, berkewajiban


untuk memfasilitasi perencanaan dan perubahan sistem manajemen dan proses kerja instansi
pemerintah pusat dan daerah

3. Kementrian yang bertanggung jawab di bidang perhubungan, berkewajiban untuk mendorong


partisipasi dunia udaha dalam pengembangan jaringan komunikasi dan informasi diseluruh wilayah
negara

4. Kementrian yang bertanggung jawab dibidang riset dan teknologi, berkewajiban untuk
mengkoordinasikan kemampuan teknologi yang ada di lembaga penelitian dan pengembangan dan
perguruan tinggi untuk menyediakan dukungan teknologi bagi keperluan optimalisasi pemanfaatan
teknologi informasi dan telekomunikasi

5. Kementrian yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan nasional dan di bidang
keuangan, berkewajiban untuk menganalisis kelayakan pembiayaan rencana strategis e-
governmentdari masing-masing instansi pemerintah, serta memfasilitasi dan mengintegrasikan
rencana tersebut ke dalam rencana pengembangan e-government secara menyeluruh

6. Kementrian yang bertanggung jawab di bidang pemerintahan dalam negri, berkewajiban untuk
memfasilitasi koordinasi antar pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Pengembangan e-government memiliki lingkup kegiatan yang luas dan memerlukan investasi dan
pembiayaan yang besar. Dengan demikian, diperlukan siklus perencanaan, pengalokasian,
pemanfaatan, dan pengevaluasian anggaran pengembangan e-government yang baik sehingga
pelaksanaan strategi untuk pencapaian tujuan strategis e-government dapat berjalan scara efektif.

2. KEBIJAKAN PUBLIK (ADPU4410 EDISI 2)

Modul 4 Identifikasi dan perumusan masalah kebijakan publik.


KB 1 karakteristik masalah kebijakan

Perumus kebijakan dituntut untuk dapat memahami dengan cermat karakteristik masalah kebijakan
yang hendak mereka pecahkan karena dengan dipahaminya identitas atau karakteristik suatu masalah
kebijakan maka hal ini lebih memudahkan dan lebih akurat dalam mencarikan alternatif solusi
pemecahannya. Masing-maning masalah memiliki karakteristiknya sendiri yang boleh Hsi berbeda-
beda antara yang satu dengan yang lain.

Dunn menyebut adanya 4 karakter masalah kebijakan:

1. Saling ketergantungan masalah

2. Subyektif

3. Artifisial/buatan manusia

4. Dinamis

Ke empat karakteristik tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Maka dari
itu, perumus kebijakan perlu menyadari akan hal ini agar ia dapat mendefinisikan masalahnya dengan
baik dan benar.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh perumus kebijakan sebagaimana telah diingatkan oleh Dunn
bahwa karakter masalah kebijakan itu tidak statis, tapi selalu berada dalam kondisi yang berubah,
fluktuatif, dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses kebijakan itu tidak berada dalam ruang
kosong, tapi sangat dipengaruhi oleh ruang dan waktu yang berubah-ubah. Perubahan kondisi masalah
ini harus dicermati oleh perumus kebijakan sehingga ia dapat terhindar dari kesalahan dalam
merumuskan masalah kebijakannya.

KB 2 wilayah dan ruang lingkup masalah kebijakan

Masalah itu ada dimana-mana, pada masyarakat manapun dan pada level pemerintahan manapun. Ada
masalah yang muncul pada level lokal, provinsi, nasional, ataupun internasional dan mempunyai
dampak nasional. Semua perlu mendapat perhatian dari perumus kebijakan. Setiap negara memiliki
dan mengembangkan wilayah dan ruang lingkup masalah kebijakan yang berbeda-beda sesuai
kepentingan nasionalnya masing-masing.

Di era governance seperti yang kita sedang hadapi saat ini wilayah bidang dan ruang lingkup masalah
kebijakan yang harus ditangani oleh pemerintah demikian luas dan kompleks sehingga tidaklah
mungkin bisa diatasi oleh pemerintah sendiri maka ia harus membuka diri dan memberi ruang yang
cukup bagi partisipasi, kerja sama, dan membangun jejaring dengan aktor-aktor di luar pemerintah
baik swasta, masyarakat sipil, maupun aktor internasional untuk ikut serta bersama-sama menangani
berbagai masalah yang ada.

Sedemikian luas dan kompleksnya bidang dan ruang lingkup masalah kebijakan publik yang harus
dihadapi oleh perumus kebijakan maka hal ini menuntut agar mereka senantiasa meningkatkan
kapasitas keahlian, pengetahuan, dan keterampilannya agar mampu merumuskan masalah kebijakan
dengan baik dan benar.

KB 3 merumuskan masalah kebijakan


Bidang atau wilayah dan ruang lingkup masalah kebijakan itu sangat beragam dan terdapat di level
pemerintahan manapun. William N Dunn menyebut ada 4 jenjang tipe masalah kebijakan yaitu: a.
Isu-isu mayor, b. Isu-isu skunder, c. Isu-isu fungsional, d. Isu-isu minor.

Perumus kebijakan pada level pemerintahan manapun pasti menjumpai ke 4 jenjang masalah
kebijakan tersebut. Perbedaan jenjang masalah itu juga akan memberikan panduan kepada perumus
masalah kebijakan untuk dapat merumuskan masalah kebijakannya dengan benar. Acap kali perumus
kebijakan menjumpai masalah yang tidak terstruktur karena memang masalah kebijakan itu tidak
datang dalam bentuknya yang sudah “jadi”, tetapi ia harus dapat menemukan, mengidentifikasi dan
merumuskan masalah kebijakan itu dengan benar.

Proses perumusan masalah kebijakan adalah sebuah proses yang dinamis, artinya dalam hal tertentu
pemerintahlah yang berperan merumuskan masalah pada situasi ketika masyarakat merasa ‘tak
mampu’ menerjemahkan masalahnya sendiri.

Oleh karena itu, setiap perumus kebijakan dituntut memiliki kepekaan dan kejelian dalam melihat
suatu masalah agar dapat mengenalinya dengan cermat, mengidentifikasinya, dan mendefinisikannya
dengan baik dan benar.

Modul 5 Menyusun Agenda Kebijakan

KB 1 arti agenda kebijakan

Agenda kebijakan berisi tuntutan agar pemerintah memberikan perhatian yang aktif dan serius
terhadap masalah yang dihadapi masyarakat dan kemudian mengatasinya. Akan tetapi ada banyak
pula masalah yang tidak dapat perhatian aktif dan serius dari pemerintah, tersisihkan dan kalah
bersaing dengan masalah lain dan kemudian mati.

Terdapat banyak jenis isu atau masalah yang ditempatkan pada agenda institusional. Lester dan
Stewart menyebut adanya beberapa jenis isu atau masalah yang berada pada agenda sistemik atau
institusional dan bahkan ada pula yang sudah mencapai agenda keputusan, yaitu : a. Subject issues, b.
Policy issues, c. Project issues, d. New issues, e. Cyclical issues, f. Recurrent issues. Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya bahwa ada isu atau masalah yang masuk ke agenda kebijakan walaupun
jumlahnya sedikit dan banyak pula yang tidak bisa masuk.

Beberapa alasan mengapa beberapa isu masuk ke agenda kebijakan menurut puentes-markides yaitu :

1. Adanya konflik dan kesalahan dalam mendefinisikan masalah

2. Penjejalan atau Pendesakan oleh masalah-masalah lain

3. Masalah tidak dinilai atau tidak diakui sebagai masalah yang relevan

4. Masalah tidak dilihat sebagai sesuatu yang menjadi urusan negara yang resmi

5. pemerintah tidak ingin membuat keputusan terhadap masalah tersebut.

KB 2 penyusunan agenda kebijakan

Tak sedikit masalah yang masuk ke agenda kebijakan dan dicarikan alternatif solusi pemecahannya.
Sedangkan masalah yang tidak masuk dalam agenda kebijakan, maka kebijakan untuk memecahkan
masalah tidak muncul alias mati.
Ada 2 model atau teori penyusunan agenda, yaitu model elitis dan model pluralis yang melibatkan
‘agenda setter.

1. Model Elitis

James march dan Joan olson menunjukkan bahwa para elit memfokuskan perhatiannya tentang
masalah dengan 3 cara : 1) mereka memilih masalah secara acak dari sejumlah besar kemungkinan
yang tak terbatas, 2) mereka memilih masalah yang memang menjadi spesialisasinya, 3) dalam proses
memilih masalah para elit senantiasa mengamati hierarki (jenjang) masalah sesuai dengan posisi
keelitannya. Oleh karena itu, maka proses penyusunan agenda kebijakan senantiasa berjalan secara
berjenjang. Satu lagi model penyusunan agenda yang dihubungkan dengan teori elit yaitu teori
‘subgovernmental’. Model ini mendeskripsikan adanya 3 kelompok elit yang berkoalisi sangat kuat,
yang kemudian dikenal dengan istilah ‘segitiga besi’ terlibat dalam proses perumusan kebijakan yaitu
legislatif, eksekutif, dan kelompok kepentingan.

2. Model Pluralis

Menurut Gupta, model pluralis didasarkan pada teori demokrasi Amerika yang berkembang pada
tahun 50-60an. Model ini tidak membuat perbedaan yang permanen antara elit dan massa walaupun
diakui bahwa jenang itu ada di mana kelompok elit mengontrol beberap agenda institusional. Suatu
masalah dapat mencapai agenda institusional dan keberhasilannya mencapai itu sangat tergantung dari
kemampuan yang dimiliki oleh kelompok warga yang aktivis.

Model pluralis menurut Robert Dahl dan David Truman dapat dijelaskan karakteristiknya secara
ringkas yaitu :

- kekuasaan adalah atribut individu yang berhubungan dengan individu lainnya dalam proses
pembuatan keputusan

- Hubungan kekuasaan tidak perlu terus-menerus dipertahankan, melainkan uA dibentuk untuk


pembuatan sebuah keputusan tertentu saja

- Tidak ada perbedaan yang permanen antara kelompok elit dan massa

- Kepemimpinan berjalan cair dengan mobilitas yang tinggi, kemakmuran hanyalah satu aset dalam
politik dari sekian banyak aset

- Terdapat bermacam-macam pusat dan basis kekuasaan dalam sebuah komunitas, tidak ada satu
kelompok tunggal yang mendominasi pembuatan keputusan di berbagai masalah

- Persaingan yang sehat terjadi antar pemimpin.

Bila model ini dibandingkan dengan model elitis, penyusunan agenda kebijakan tidak ditentukan oleh
sekelompok kecil orang (elit), tetapi oleh hasil deliberasi dan kesepakatan antar banyak pihak yang
terlibat dalam proses penyusunan agenda kebijakan. Harapannya adalah agenda tersebut lebih dapat
mencerminkan kepentingan rakyat (bukan elit) sehingga akan memberikan ruang yang cukup bagi
munculnya dukungan dari mereka.

KB 3 agenda sistemik, institusional, dan kebijakan

Mode kreasi masalah dan trayek pengembangan agenda universe menuju ke agenda sistemik
kemudian ke agenda institusional dan seterusnya mencapai agenda kebijakan. Menurut cobb dan elter,
inisiator yang mengkreasikan masalah cara pertama di atas dinamakan pengatur, cara kedua
perampas, cara ketiga reaktor keadaan dan cara ke empat pengamal kebajikan. Selain itu ada 5 jenis
alat pemicu timbulnya masalah, yaitu 1) bencana alam, 2) peristiwa yang tidak terantisipasi, 3)
perubahan teknologi, 4) distribusi sumber-sumber yang tidak adil atau menyimpang, 5) perubahan
ekologi. Pemunculan masalah menurut mereka tergantung pada dinamika permainan yang terjadi
antara inisiator dan pemicu artinya penghubung harus diciptakan antara pemicu timbulnya masalah
tersebut masuk ke agenda sistemik menuju agenda institusional dan terus menjadi agenda kebijakan.
Agar masalah tersebut dapat tersebar luas dan lebih banyak lagi anggota komunitas politik yang
tertarik dan memersepsinya sebagai masalah yang perlu mendapatkan perhatian utamanya para
pemegang otoritas publik maka masalah itu perlu disebar luaskan lewat media massa baik cetak
maupun elektronik.

Agenda sistemik menurut cobb dan elter yaitu terdiri dari dati semua masalah yang secara umum
dipersepsi oleh anggota komunitas politik sebagai layak memperoleh atensi publik dan punya kaitan
dengan hal-hal yang berada dalam wilayah yurisdiksi otoritas pemerintah yang ada. Ada 3 syarat agar
masalah memperoleh akses ke agenda sistemik, 1) adanya atensi atau setidak-tidaknya kesadaran
tentang signifikan masalah, 2) adanya persamaan persepsi dari sejumlah besar publik bahwa tindakan
perlu diambil untuk mengatasi masalah, 3) adanya persepsi yang sama bahwa masalah ini perlu
mendapat perhatian yang semestinya dari pemerintah dan memang masalah itu berada dalam
kewenangannya. Nasib sebuah masalah apakah masih bisa tetap berada pada agenda sistemik atau
sangat tidak tergantung pada apakah masalah itu masih berada dalam ruang lingkup tindakan
pemerintah yang sah. Diperlukan taktik yang jitu untuk bisa mempertahankan posisi masalah untuk
tetap berada dalam otoritas pemerintah sehingga busa masuk ke dalam agenda institusional.

Cobb dan elter mengartikan agenda institusional atau pemerintah atau formal adalah serangkaian
daftar masalah yang secara eskplisit memperoleh pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat
keputusan yang sah. Sejumlah masalah yang ada di badan pemerintah tingkat lokal, provinsi, dan
nasional akan masuk ke dalam agenda institusional. Antara agenda sistemik dan agenda institusional
berbeda, agenda sistemik tersusun dari daftar masalah yang masih abstrak dan umum serta belum
tersedia atau dikenali alternatif apa yang akan dipakai untuk mengatasi masalah. Sedangkan agenda
institusional lebih konkret, spesifik, dan terbatas jumlah daftar masalah nya dan sudah dikenali
identitas masalahnya serta telah dipertimbangkan secara serius oleh badan pembuat keputusan. Dalam
agenda institusional isinya dibedakan menjadi 2 yaitu daftar masalah lama dan daftar masalah baru.

Jadi trayek yang harus dilalui oleh suatu masalah agar dapat sampai pada agenda kebijakan bukanlah
sebuah rute yang pendek dan selalu mulus. Perumus menemukan masalah dari dua sumber yang
saling berkaitan, yaitu :

1. Inisiator dan pemicu masalah yang kemudian dikreasi menjadi masalah

2. Diidentifikasi karakteristiknya dan dibuat simbol untuk lebih menarik perhatian publik

3. Agar lebih banyak lagi jumlah publik yang tertarik dan memersepsi masalah perlu disebarluaskan
lewat media massa

4. Terus dikembangkan sebaran masalah sehingga sebagaian besar warga memersepsinya sebagai
sesuatu masalah yang menjadi otoritas pemerintah untuk mengatasinya, perumus mencari dan
mengembangkan dukungan agar status agenda sistemik segera bisa mencapai status agenda
pemerintah dan selanjutnya agenda kebijakan.
Modul 6 Memformulasi Kebijakan

KB 1 model perumusan kebijakan publik

Sesuai dinamika perkembangan masyarakat dan masalah-masalah yang ada di dalamnya maka telah
terjadi perubahan proses perumusan kebijakan dari yang semula linear dan sederhana menuju ke
proses yang lebih canggih dan kompleks. Proses perumusan kebijakan publik di era sekarang dengan
demikian tidak hanya dilaksanakan oleh badan-badan pemerintahan saja tetapi juga badan, individu,
ataupun kelompok di luar pemerintah juga ikut berperan sangat besar. Hasil yang diharapkan dari
proses formulasi kebijakan adalah tersedianya sejumlah alternatif solusi terhadap suatu masalah
kebijakan. Menurut Deborah Stone ada 5 macam solusi kebijakan yaitu, 1) inducements, 2) rules, 3)
facts, 4) rights, 5) powers. Inti dari memformulasikan kebijakan adalah memilih di antara berbagai
macam alternatif solusi untuk mengatasi suatu masalah publik.

3 model utama perumusan kebijakan publik dan ketiga model ini telah mendapat perhatian yang
saksama dari banyak kalangan, dan juga ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Model Rasional atau sering disebut juga model komprehensif, merupakan sebuah model yang
berasal dari proses pembuatan keputusan di dunia bisnis yang kemudian diadaptasikan ke dalam dan
diterapkan di sektor publik. Mode ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa individu pembuat
keputusan itu senantiasa akan membuat keputusan atas dasar perhitungan/kalkulasi antara biaya yang
dikeluarkan dengan keuntungan/manfaat yang bakal diperoleh. Banyak yang berpendapat bahwa
model ini dapat menghasilkan kebijakan yang maksimal bila pengurus kebijakan mampu menilai
semua alternatif yang bisa dipakai untuk mengatasi masalah dengan semua konsekuensi, baik biaya
yang akan dipakai maupun keuntungan/manfaat yang akan diperolehnya. Tetapi kemudian model ini
mendapat kritik sehubungan dengan limitasi yang ada padanya, yaitu perumus kebijakan sebagai
manusia tidak akan mampu secara komprehensif menemukan, mengidentifikasi, dan menilai semua
alternatif beserta semua konsekuensi biaya dan keuntungan/manfaat yang menyertai pilihan atas
alternatif kebijakan tersebut.

2. Model inkremental, seorang ahli ekonomi Charles E Lindblom adalah orang pertama tang
mengkritik model rasional tradisional dalam proses perumusan kebijakan publik dengan
mengedepankan pandangan inkrementalis terhadap proses perumusan kebijakan publik bahwa
perumusan kebijakan publik adalah kelanjutan dari aktivitas pemerintah di masa lalu dengan
melakukan modifikasi secara inkremental (sedikit demi sedikit). Komponen kunci model inkremental
yaitu : a) penetapan tujuan/sasaran kebijakan dan analisis tentang aksi yang diperlukan untuk
mencapainya, keduanya terikat kuat satu sama lain, b) perumus kebijakan mempertimbangkan hanya
beberapa alternatif untuk mengatasi masalah, yang hanya berbeda sedikit dengan kebijakan yang telah
ada, c) setiap alternatif, hanya sejumlah konsekuensi penting yang terbatas yang dinilai, d) masalah
yang sedang dihadapi perumus kebijakan diredefinisi secara terus menerus, e) tidak ada satu solusi
terbaik atas suatu masalah, f) perumusan kebijakan inkremental adalah penting untuk mengobati
masalah dan lebih diarahkan untuk mengatasi masalah sosial yang nyata dari pada dipakai untuk
meningkatkan tujuan sosial di masa yang akan datang. Walaupun banyak pendukung yang mengakui
keakurasian deskripsi mode inkremental tentang bagaimana keputusan kebijakan dibuat, tetapi
pengkritikannya juga menemukan beberapa kelemahannya, misalnya Forester mengatakan adanya 4
keterbatasan model inkremental.

3. Model sistem aslinya berasal dan dikembangkan oleh para ahli biologi yang kemudian diterapkan
pada kajian ilmu politik. Kebijakan publik itu menurut model sistem sebagai produk sistem politik
dalam mengubah input lewat proses konversi menjadi output. Pada prinsipnya proses merumuskan
kebijakan publik yaitu proses mengubah masukan lewat proses konversi menjadi keluaran teridiri dari
komponen (subsistem) 1) masukan atau input yang berasal dari lingkungan berupa tuntutan atau
demands dan dukungan atau supports. Tuntutan adalah klaim atau kebutuhan yang sangat kuat dari
individu-individu dan kelompok dalam sistem politik agar pemerintah bertindak untuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dukungan adalah aksi dan orientasi dari komunitas politik dan
pemerintah yang membantu agar sistem politik bisa berjalan dengan baik dan mempertahankannya
dalam rangka memenuhi tuntutan tadi. 2) proses konversi yaitu proses mengubah masukan menjadi
keluaran. 3) keluaran sebagai produk mengubah masukan menjadi kebijakan publik, 4) lingkungan
terdiri dari semua kondisi dan peristiwa yang berada di luar sistem politik.

KB 2 aktor-aktor dalam arena perumusan kebijakan

Aktor-aktor yang terlibat dalam suatu area kebijakan tertentu yang secara kolektif disebut policy
suubsystems itu jumlah dan jenisnya tidak terbatas. Aktor-aktor yang terlibat dalam proses kebijakan
dari manapun datangnya, kedudukannya sejajar atau tidak, melakukan interaksi dan interelasi atau
sama lain secara terus menerus dan masing-maning punya hak untuk menyuarakan ide dan
kepentingannya gang kemudian dipertukarkan sehingga menjadi sebuah kebijakan publik. Yang perlu
dipahami bahwa dalam setiap proses kebijakan misalnya pada tahap merumuskan sebuah agenda
kebijakan tertentu untuk bisa sampai pada penetapan agenda keputusan yang akan menghasilkan
sebuah kebijakan, akan memunculkan aktor yang berbeda-beda. Menurut Anderson, ia
mengklasifikasikan aktor kebijakan menjadi 2 kategori yaitu aktor resmi dan aktor tidak resmi. Para
aktor ini digunakan untuk menyebarluaskan isu kebijakan dalam proses perumusan kebijakan dalam
media massa cetak atau elektronik.

KB 3 desain, adopsi, dan legitimasi kebijakan

Mendesain kebijakan desainnya harus ditentukan atau didasarkan pada nilai tertentu, utamanya nilai
yang menjadi preferensi masyarkat yang akan terkena dampak dari kebijakan tersebut. Maka dari itu,
desain kebijakan dimaksudkan agar dapat diadopsi dan legitimasi dari mereka yang mempunyai
kekuasaan untuk membuat keputusan. Setiap kebijakan yang telah mendapat adopsi maka kebijakan
itu dianggap sah.

Legitimasi kebijakan yaitu, pemerian kekuatan hukum pada keputusan kebijakan dan
implementasinya. Ini meruapaka suatu hal yang penting bagi berbagai pihak yang utamanya
pemerintah yang akan melaksanakan kebijakan tersebut karena pelaksanaan kebijakan yang sah akan
membawa sanksi baik berupa hukuman atau hadiah bagi warga atau kelompok yang menjadi sasaran
dari kebijakan itu.

Modul 7 Mengimplementasi kebijakan

KB 1 model implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan adalah SAU dari bagian dari proses kebijakan setelah kebijakan berhasil
dirumuskan dengan baik. Maka kita perlu mengenali karakteristik utama implementasi kebijakan,
model implementasi, syarat-syarat implementasi yang efektif, instrumen kebijakan yang akan dipakai,
aktor pelaksana, dan masih banyak lagi. model implementasi yang diaplikasikan yaitu model
kegagalan, atas-bawah dan sinergi atau hibrida atau model lainnya seperti model komando atau model
ekonomi-politik. Keberhasilan implementasi kebijakan juga ikut di tentukan oleh pilihan instrumen
kebijakan yang hendak dipakai untuk mengimplementasikan kebijakan, baik instrumen wajib,
sukarela ataupun instrumen campuran wajib dan sukarela.
KB 2 aktor pelaksana kebijakan

Ada 5 aktor pelaksana kebidanan, yaitu :

1. Badan pemerintah, mereka diberi mandat dan kewenangan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Selain itu mereka diberi diskresi administratif yaitu keleluasaan kewenangan untuk melakukan
sesuatu sehubungan dengan pelaksanaan tugas-tugas yang ada pada batas-batas yurisdiksinya.
Diskresi administratif memang diperlukan, tetapi penggunaannya tidak boleh berlebihan.

2. Badan legislatif. Para anggota legislatif sekarang lebih banyak terlibat dengan hal-hal yang
detail/rinci, dan sedang berusaha menggantikan diskresi birokrasi yang semula dinikmati oleh badan-
badan administrasi dalam mengimplementasikan kebijakan. Artinya, kegagalan implementasi
kebijakan itu terjadi disebabkan karena di dalamnya tidak dijelaskan secara detail dan lengkap
bagaimana kebijakan hendak diimplementasikan.

3. Badan yudikatif, berperan dalam memaksakan dilaksanakannya hukum dan kebijakan lainnya.
Peran penting badan yudikatif dalam implementasi kebijakan publik adalah lewat proses interpretasi
terhadap status, aturan dan regulasi yang dibuat pemerintah serta pemeriksaan atau uji terhadap materi
hukum yang kasusnya diserahkan kepadanya.

4. Kelompok kepentingan memiliki pengaruh langsung terhadap badan pemerintah dalam/menentukan


cara bagaimana sebuah legislasi atau kebijakan hendak diimplementasikan, ketika mereka menjadi
representasi dalam kepemimpinan badan pemerintah atau menjadi kelompok penasihat badan
pemerintah yang terlibat dalam proses kebijakan.

5. Organisasi kemasyarakatan, pada lokal organisasi ini banyak terlibat dalam proses implementasi
kebijakan. Dalam hal-hal tertentu dapat dikatakan bahwa keterlibatan organisasi kemasyarakatan
tersebut dapat dinilai sebagai bukti kepedulian mereka terhadap program nasional dan juga acap kali
dikatakan bahwa merekalah sebenarnya yang menjadi ujung-tomb implementasi kebijakan nasional.

KB 3 instrumen kebijakan dan efektivitas implementasi

Implementasi kebijakan yang efektif bukanlah pekerjaan yang gampang apalagi untuk menghasilkan
dampak positif. Banyak model yang berpengaruh terhadap keberhasilan melaksanakan kebijakan
contohnya menetapkan instrumen kebijakan yang pas dengan masalah dan tujuan kebijakannya.
Pilihan model implementasi kebijakan akan berpengaruh pada pilihan instrumen kebiadaban dana
pada akhirnya ikut menentukan tingkat keberhasilan dalam implementasinya.

Brian W dan Lewis A menjelaskan tentang perlunya diperhatikan prakondisi bagi implementasi
kebijakan yang sempurna, yaitu :

- kondisi lingkungan eksternal tidak boleh merintangi proses implementasi kebijakan

- Semua sumber yang diperlukan harus tersedia secara cukup dan tepat waktu

- Kombinasi berbagai sumber harus siap sedia setiap saat dan dalam jumlah yang cukup

- Implementasi kebijakan harus didasarkan pada teori sebab akibat yang sahih

- Hunian sebab akibat haruslah langsung dan hanya ada sedikit variabel intervensinya

- Hanya ada satu agensi implementasi tunggal


- Harus ada pemahaman dan ke sepakan terhadap tujuan-tujuan yang hendak dicapai bagi semua
pihak yang terlibat

- Tugas hendak dilaksanakan haruslah dirumuskan secar rinci, lengkap, dan tertata secara berurutan.

Modul 8 mengevaluasi hasil dampak kebijakan

KB 1 arti dan jenis evaluasi kebijakan

Mengevaluasi kebijakan yang sarat dengan nilai dan bahkan menggunakan nilai tertentu untuk
melaksanakan penilaian adalah upaya untuk menakar atau menimbang apakah nilai dampak kebijakan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Banyak pakar berbeda pendapat mengenai jenis dan ruang
lingkup evaluasi kebijakan. Smith dan Larimer membedakan jenis dan ruang lingkup evaluasi
kebijakan menjadi dua pasangan, yaitu evaluasi formatif dan summatif, dan evaluasi proses dan
dampak. Menurut Howlett dan Ramesh membedakan jenis evaluasi kebijakan menjadi 3 macam, :

1. Evaluasi Admnistratif yaitu evaluasi yang acap kali terfokus pas kegiatan menilai tingkat efisiensi
pelaksanaan tugas pelayanan yang dilakukan pemerintah dan berusaha untuk menentukan sejauh
mana prinsip value for money dapat dicapai dengan tetap menghormati prinsip-prinsip keadilan dan
demokrasi.

2. Evaluasi yudisial yaitu evaluasi yang berkaitan dengan masalah hukum yang terkait dengan cara
bagaimana kebijakan itu dilaksanakan. Evaluasi ini dilaksanakan oleh lembaga yudisial yang
berkaitan dengan masalah konflik yang terjadi antara tindakan pemerintah dengan konstitusi yang ada
atau berlaku atau standar etika administrasi dan hak-hak individu.

3. Evaluasi politik, ini berbeda dengan dua jenis evaluasi sebelumnya yang sistematis dan teknis serta
cap kali sepihak dan bias. Evaluasi berusaha untuk memberikan label pada suatu kebijakan itu
berhasil atau gagal, kemudian diikuti dengan tuntutan untuk meneruskannya atau mengubahnya.
Evaluasi politik yang paling penting di sistem politik demokratis adalah lewat pemilihan umum
dimana rakyat dapat mengapresiasikan pendapatnya dengan menilai kinerja pemerintah.

KB 2 kriteria evaluasi kebijakan

Knoepfel membagi standar atau kriteria evaluasi kebijakan secara umum menjadi 3 macam, yaitu, 1)
the extent of impact analysis, untuk menentukan sejauh mana dampak kebijakan itu telah sesuai
dengan yang dirancang, 2) the effectiveness, untuk menakar apakah dampak kebijakan telah dapat
mewujudkan hasil sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan kebijakan, 3) the efficiency, untuk
mengukur perbandingan antara dampak yang dihasilkan dengan sumber-sumber yang digunakan.

Dari banyaknya jenis/macam kriteria yang dipakai untuk menilai kinerj kebijakan dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu kriteria bernuansa kuantitatif dan kualitatif. Penggunaannya
sangat tergantung dari objek dan tujuan penilaian atas kebijakan tertentu.

KB 3 analisi dampak kebijakan

Thomas R Dee menyebutkan bahwa dampak kebijakan itu meliputi, 1) dampak kebijakan terhadap
sasaran utama kebijakan, 2) dampak kebijakan terhadap selain sasaran utama kebijakan, 3) dampak
kebijakan pada situasi sekarang dan yang akan datang, 4) dampaknya pada biaya langsung, sumber-
sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan, 5) dampaknya pada biaya tak langsung
termasuk/peluang untuk melakukan hal-hal lainnya. Telah dipahami bahwa penilaian dampak kinerja
kebijakan dimaksudkan untuk menakar sejauh mana implementasi kebijakan telah menghasilkan
dampak sebagaimana yang diinginkan oleh mereka yang bakal menerima manfaat dari kebijakan
tersebut.

3. PENGEMBANGAN ORGANISASI

Modul 2 diagnosis organisasi

KB 1 diagnosis

Diagnosis adalah proses untuk mengerti suatu fungsi dari arus sistem, yang pada kegiatan tersebut
melibatkan pengumpulan informasi bersangkutan tentang operasi organisasi yang sedang berjalan,
meneliti data tersebut, dan menggambarkan penarikan kesimpulan untuk pengangkatan dan perubahan
yang potensial. Diagnosis merupakan suatu hal yang penting dalam perubahan dan pengembangan
organisasi. Hal yang perlu disiapkan dalam melakukan diagnosis serta mendapatkan hasil yang
optimal dalam melakukan perubahan dan pengembangan yaitu pertama nilai dan kepercayaan etis
yang mendasari pengembangan organisasi menyatakan bahwa anggota organisasi seluruhnya dan
agen perubahan harus dilibatkan dalam menemukan faktor penentu dari efektivitas organisasi
sekarang. Kedua, model diagnosis medis juga menyiratkan sesuatu yang salah dengan pasien dan
membutuhkan sesuatu untuk membongkar penyebab penyakit. Proses organisasi adalah kerjasama
dalam mengumpulkan data dalam organisasi tersebut, sebagai langkah strategik ne depan dari
organisasi. Dalam melakukan diagnosis analisa yang akurat sangat diperlukan untuk melihat mana
data yang relevan dan data tidak relevan. Melalui diagnosis ini akan ditemukan persoalan yang
sebenarnya can bagaimana strategi untuk memecahkannya.

KB 2 pendekatan dalam diagnosis

Sondang P Siagian membagi model-model diagnosis seperti: a) model analitikal, b) model


kecenderungan perilaku kelompok, c) model konsultasi manajemen, d) model sosioteknikal, e) model
analisis bidang kekuatan. Penggunaan suatu model memainkan peranan penting dalam melakukan
perubahan organisasi. Tetapi model apapun yang dipakai hendaknya mampu mendukung upaya
melakukan analisis tentang berbagai segi kehidupan berorganisasi seperti strukturnya, kulturnya dan
perilaku sistem organisasi sebagai keseluruhan maupun bagian-bagiannya.

KB 3 proses diagnosis

Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis pertama mengidentifikasi wilayah permasalahan


tentatif, kedua pengumpulan data, dalam pengumpulan data ini, terbagi menjadi a) menentukan
sasaran, b) menyeleksi variabel sentral, c) menyeleksi teknik pengumpulan data, d) evaluasi
efektivitas pengumpulan data, e) kebiasaan konsultan, f) diagnosis gejala.

Ada berbagai teknik pengumpulan data yang dapat digunakan:

- mengumpulkan sumber-sumber data skunder, maksudnya sebagai data skunder misalnya data
accounting, data produktivitas dan sebagainya

- Membagikan kuesioner. Metode ini memudahkan upaya melakukan analisis yang bersifat kuantitatif

- Langsung, berdasarkan pengamanan yang dilakukan dapat dideteksi perilaku yang tidak konsisten
atau bahkan tidak sesuai dengan situasi yang diharapkan
- Wawancara, merupakan instrumen pengumpulan data yang paling banyak digunakan dalan program
PO.

Modul 4 intervensi organisasi

KB 1 hakikat intervensi organisasi

Siagian menyatakan berbagai bentuk intervensi dalam PO dimaksudkan bukan terutama untuk
meningkatkan kemampuan dan produktivitas kerja pada anggota organisasi secara individual akan
tetapi individu sebagai anggota kelompok, kerja sama anatarindividu, produktivitas tim dan kerja
sama antar tim. Menurut Toha, yang perlu mendapat perhatian dalam merencanakan kegiatan
intervensi adalah, a) kesiapan klien untuk melakukan perubahan, b) kepastian bahwa perubahan
tersebut masih dalam batas kekuasaan dan kewenangan organisasi, c) kesiapan sumber-sumber
internal untuk membantu mengatur, memonitor, dan memelihara proses perubahan. Tipe-tipe
intervensi dalam rangka perubahan organisasi yang dapat dilakukan oleh konsultan menurut Siagian,
a) kejelasan, b)simpulan, c) sintesis, d) generalisasi, e) mendalami, f) bertanya, g) mendengarkan, h)
merefleksikan perasaan, i) pemberian dukungan dan masih banyak lagi. Dalam proses pelaksanaan
intervensi terdapat 3 pendekatan yaitu pendekatan bersifat struktural, teknikal, dan pendekatan
bersifat perilaku atau yang terfokus pada aspek manusia. Penyelidikan apresiatif terusir dari 4 tahap
dijalankan dalam suatu pertemuan kelompok besar selama dua atau tiga hari dan diawasi oleh seorang
agen perubahan yang terlatih, 1) discovery (upaya penemuan), 2) dreaming (impian), 3) desain, 4)
destiny (tujuan).

Kategori intervensi menurut Huse ada 10 kategori, yaitu : konsultasi perorangan, latihan kelompok tak
tersusun, latihan kelompok tersusun, proses konsultasi, survei pengembangan yang terpimpin,
penyusunan kembali pekerjaan, sistem kepegawaian, sistem informasi untuk manajemen dan
pengawasan keuangan, penyusunan organisasi, pendekatan yang terpadu.

KB 2 intervensi tim

Pembinaan tim merupakan suatu proses dengan para anggota kelompok kerja sebuah tim,
melaksanakan diagnosis tentang bagaimana mereka bekerja sama, dan bagaimana mereka menyusun
rencana guna memperbaiki efektivitas mereka. Dalam rangka pembinaan tim maka aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dan dikembangkan adalah mengenai: penentuan tujuan atau sasaran kegiatan
kelompok kerja, pengembangan hubungan individu dalam kelompok, analisis peranan dalam rangka
memperjelas peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok serta menghindarkan
diri dari rangkap tugas serta untuk terciptanya koordinasi antar anggota, analisis proses tim. Tahapan
dalam rangka pembinaan tim adalah, konsultan mengumpulkan para anggota tim dan meminta mereka
menjelaskan pandangan mereka mengenai tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, meminta kepada
para anggota kelompok untuk membuat penilaian mengenai kinerja kelompok mereka yang
dihubungkan dengan skala prioritas yang telah dibuat dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kegunaan pengembangan tim adalah dalam rangka menghasilkan fungsi yang efektif dalam
kelompok-kelompok kerja. Pada dasarnya penggunaan tim merefleksikan dua kebenaran mengenai
organisasi kerja yaitu, 1) keberhasilan tugas-tugas dan tujuan setiap individu selalu memerlukan
bantuan dan kerjasama dengan atau orang lain, 2) manfaat-manfaat sinergi dapat dicapai dengan cara
tindakan secara kolektif. Langkah-langkah secara sistematik harus ditempuh dalam rangka proses
pengembangan tim yaitu: prakarsa menyelenggarakan pertemuan, penentuan sasaran, pengumpulan
data, perencanaan pertemuan, penyelenggaraan pertemuan, penilaian proses pengembangan tim.
Pertemuan konfrontasi organisasi merupakan salah satu teknik dalam pengembangan keorganisasian
yang menggabungkan dan menyatukan seluruh manajer dalam organisasi dengan tujuan membahas
masalah keefektifan tujuan organisasi yang telah direncanakan. Sedangkan pencerminan organisasi ini
didesain untuk memperbaiki Efektifitas kelompok-kelompok interdependent.

Modul 7 teknologi dan struktur kerja

KB 1 teknologi dan struktur kerja

Organisasi dan teknologi memiliki hubungan erat Karena teknologi dapat berdampak pada struktur
organisasi maupun struktur sosial, sistem paikososial, sistem manajerial, serta tujuan dan sasaran
organisasi. Hubungan antara teknologi dan struktur bersifat kompleks. Organisasi dengan teknologi
stabil memfokuskan pada sasaran penyelenggaraan pekerjaan, sedangkan organisasi dengan teknologi
yang dinamis memfokuskan pada pemecahan masalah organisasional. Manfaat yang paling nyata
dengan hadirnya teknologi dalam organisasi adalah keberadaan teknologi komputer. Keberadaan
teknologi komputer dengan kemampuannya mengendalikan mesin-mesin menyebabkan terjadinya
keragaman penggunaannya dan tingkat keluwesan yang tinggi. Teknologi komputer merupakan
sarana vital dalam operasi dan koordinasi, seperti pengawasan inventaris, pengawasan kualitas
barang, perencanaan produksi, dan sistem pemantauan. Kegunaan sistem komputerisasi adalah
kemudahan dalam pencarian kembali data-data yang telah disimpan bila diperlukan kembali.
Perkembangan perangkat keras dan lunak komputer yang pesat telah membuat semakin canggih dan
mudah dalam pengambilan keputusan organisasi. Namun demikian, keberadaan teknologi komputer
berpengaruh terhadap struktur dan orang. Dengan adanya komputer, menyebabkan tenaga manusia
tidak dibutuhkan lagi dan digantikan oleh keberadaan robot-robot yang dikendalikan melalui
komputer. Akibatnya, mempengaruhi lada struktur fungsi dan peran tenaga kerja yang ada.

KB 2 mekanisme koordinasi antardepartemen

Faktor yang perlu ditinjau mental dengan masuknya teknologi ke dalam organisasi maka koordinasi
perlu dilakukan, dan faktornya adalah usaha untuk mempertahankan keseimbangan antar bagian
pekerjaan dan mobilitas individu dari satu peran ke peran yang lain. Di dalam koordinasi terkandung
upaya menyatukan semua unsur dalam organisasi agar menghasilkan tindakan yang seragam sehingga
dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Beberapa isu yang dilakukan dalam
melakukan fungsi koordinasi, yaitu : melakukan penekanan pola manajemen yang kolaboratif dan
integratif, melakukan penekanan pada budaya kerja, melakukan penekanan pada organisasi yang
berbudaya sistem keseluruhan, melakukan penekanan pada usaha yang berorientasi proses yang
sedang berjalan, melakukan penekanan pada substansi. Secara umum dikenal 3 bentuk koordinasi
yaitu, vertikal, horizontal, diagonal. Berdasarkan waktunya, koordinasi biasa dilakukan atas 3 macam,
koordinasi secara periodik, tentatif, insidental. Setiap organisasi pasti memiliki unit-unit yang berbeda
dalam struktur organisasi. Unit-unit tersebut dibuat untuk mengerjakan secara spesifik fungsi-fungsi
khusus, tetapi saling menunjang antarunit departemen organisasi. Spesialisasi adalah suatu
manifestasi organisasi formal. Suatu usaha pengelompokkan individu dalam organisasi menghendaki
suatu koordinasi. Delegasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pekerjaan khusus.
Desentralisasi berhubungan dengan kewenangan terhadap unit-unit organisasi untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya.

KB 3 mendesain struktur kerja

Konsep struktur juga bisa bersifat konkret bila suatu organisasi memajang struktur organisasinya
secara nyata dalam bentuk pola-pola yang dapat dilihat dan diraba. Dalam organisasi besar, struktur
dibuat sejak awal dengan desain dari berbagai subsistem utama, kemudian menetapkan pola hubungan
antar subsistem tersebut. Pola hubungan yang baku biasanya disebut struktur. Struktur formal
biasanya ditentukan berdasarkan sebagai berikut, 1) pola hubungan formal dan tugas-tugasnya yaitu
peta organisasi ditambah uraian pekerjaan dan kedudukan, 2) cara penugasan berbagai kegiatan atau
tugas itu kepada berbagai bagian dan atau orang dalam organisasi, 3) cara koordinasi berbagai
kegiatan atau tugas yang terpisah, 4) kekuasaan, status, dan hubungan hierarki dalam organisasi, 5)
rencana dan formalisasi kebijakan. Mendesain organisasi adalah salah satu tugas pokok manajemen
dan berguna untuk menjawab persepsi berbagai faktor kontekstual dan internal. Konsep desain
organisasi adalah proses pengembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan
organisasi. Jadi, struktur merupakan hasil dari proses desain. Dalam mendesain organisasi dikenal
beberapa tipe organisasi, yakni tipe adaptif-organik dan tipe stabil-Mekanistis. Faktor lingkungan
sosial budaya merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam mendesain struktur organisasi
karena ada hubungan timbal balik di antara keduanya.

Modul 8 konsep teknostruktur organisasi

KB 1 mendesain struktur organisasi

Menurut Lubis dan Huseini struktur organisasi adalah bentuk organisasi secara keseluruhan yang
merupakan gambaran mengenai kesatuan safi berbagai segmen organisasi. Struktur organisasi
merupakan bentuk organisasi yang dirancang dengan memperhatikan akibat dari pengaruh
keseluruhan faktor-faktor tersebut di atas secara bersama. Pendekatan organisasi modern menekankan
pentingnya hubungan horizontal sebagai alat koordinasi didamping alat hubungan vertikal dan juga
menganjurkan penggunaan unit-unit organisasi yang lengkap pada bagian-bagian organisasi untuk
memudahkan koordinasi. Lalu terdapat dua bentuk dasar struktur organisasi yaitu struktur fungsional
dan struktur produk. Dua struktur ini kadang terpaksa disesuaikan bentuknya karena tuntutan dari
lingkungan.

KB 2 keterlibatan staf dan manajemen

Pengertian staf selalu mengacu pada adanya beberapa orang pegawai yang memiliki seperangkat
aturan kerja dan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan manajemen adalah inti dari
administrasi. Manajemen berfungsi untuk menggerakkan berbagai kegiatan organisasi dalam
mencapai tujuan, menata kehidupan serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul ke arah
yang sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian organisasi. Manajemen staf adalah meliputi
kegunaan dari sumber daya manusia. Tugas seorang staf spesialis pada aspek memberi nasehat,
pelayanan, dan petunjuk. Manajemen staf dalam manajemen publik ada 3 tingkat yaitu, manajemen
staf pada tingkat pusat, manajemen staf pada satu tingkat, manajemen staf dalam oraganisasi tunggal.
Pengembangan staf adalah bagian sebuah variasi bentuk-bentuk dan seharusnya diperlakukan sebagai
sebuah organik daripada proses Mekanistik. Tahap-tahap dalam suatu pengembangan staf/sistem
penilaian staf adalah turunan ke bawah. Dalam praktiknya, beberapa pendekatan mengubah dan
menyesuaikan sistem yang lebih lepas dan lebih formal secara struktur. Setelah dilakukan
pengembangan manajemen, kemudian dilakukan pengembangan manajer, pengembangan ini
menyangkut keterampilan dan pengetahuan para manajer di masa depan, sementara pengembangan
manajer adalah pengembangan sebagai seorang pribadi. Seorang manajer dapat mengembangkan
dirinya sebagai suatu buah dari berbagai pengalaman, refleksi mendalam, latihan dan mengenal lelah
dan disiplin diri yang kuat. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan pelibatan staf dalam
manajemen, terdapat 2 kelompok karyawan yang biasa disebut bentuk lini dan staf. Menurut Sondang,
ciri khas dari bentuk lini dan staf ialah bahwa dalam organisasi terdapat dua kelompok karyawan : 1)
karyawan lini yang terdiri dari mereka yang bertugas dan bertanggung jawab untuk pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pokok demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya, 2)
karyawan staf yang tugas dan tanggung jawabnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penunjang
yang memang harus diselenggarakan demi tercapainya kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pokok
organisasi. Pendekatan umum yang digunakan pelibatan staf dalam manajemen adalah pendekatan
prinsip completed staff work, arti dan makna dari prinsip ini menurut Siagian bahwa :

- staf lah yang bertanggung jawab dalam setiap organisasi untuk mencari pemecahan terhadap
masalah yang dihadapi yang nantinya tindakan itu disetujui atau tidak oleh pemimpin organisasi
dalam bentuk keputusan yang diambil

- Staf tidak seharusnya pergi ke atasan untuk menanyakan ap yang harus dilakukannya.

- Konsep-konsep yang dianjurkan kepada atasan harus sudah lengkap matang.

KB 3 keterkaitan antara strategi, struktur dan teknologi kerja

Bila merujuk kembali pada Schuler dan Jackson ada beberapa pendekatan pada perancangan kerja
yang dikenal selama ini sebagai: 1) pendekatan mekanistik, 2) pendekatan faktor manusia, 3)
pendekatan motivasi. Struktur organisasi sebenarnya menandakan struktur kerja yang menunjukkan
hubungan kerja ke atas, hubungan menyamping dan rentang hubungan beserta tanggung jawab dan
tugas pada maning-masing unit dalam organisasi. Suatu organisasi yang efektif memerlukan suatu
struktur yang telah dipikirkan masak-masak karena suatu struktur yang tidak efektif justru akan
membingungkan dan mengakibatkan frustrasi. Namun sebuah struktur yang berbobot saja tidak akan
menjamin hasil kerja yang sangat memuaskan. Charles Perrow melakukan penelitian terhadap
teknologi pada bagian-bagian organisasi dengan menggunakan skala pengukuran teknologi yang bisa
digunakan untuk organisasi manufaktur maupun organisasi non manufaktur. Dari penelitian tersebut
menghasilkan 2 dimensi dari kegiatan kerja yang mempunyai relevansi terhadap struktur maupun
kegiatan yang terjadi dalam suatu organisasi yakni: variasi tugas dan kemudahan analisis. Jika
pekerjaan tidak mudah dianalisis, berarti bahwa hubungan sebab akibat pada proses pekerjaan tidak
diketahui dengan jelas. Berdasarkan studi/ penelitian ditemukan bahwa pada organisasi yang besar,
hubungan teknologi dengan struktur ternyata bersifat terbatas, juga pengaruh teknologi terhadap
struktur lebih terasa pada bagian dari suatu organisasi ataupun pada organisasi yang ukurannya kecil.

4. TEORI ORGANISASI (ADPU4341 EDISI 2)

Modul 3 struktur organisasi

KB 1 konsep-konsep dasar desain organisasi

Diferensiasi.pada dasarnya adalah proses menetapkan dan mengontrol pembagian kerja atau tingkat
spesialisasi dalam organisasi. Diferensiasi menurut Jones dan Robin dibedakan menjadi 3 yaitu,
diferensiasi vertikal, diferensiasi horizontal, diferensiasi spasial. Proses diferensiasi menghasilkan
unit-unit yang terspesialisasi. Kelemahan spesialisasi yaitu kurangnya komunikasi antarunit dan
mengurangi kemampuan belajar antarunit. Konsep-konsep sentralisasi dan desentralisasi berhubungan
erat dengan konsep hierarki kewenangan. Hierarki kewenangan tidak selamanya memberikan hasil
yang baik bagi pencapaian tujuan organisasi. Standardisasi adalah penyesuaian ke arah bentuk, model
atau contoh yang lebih spesifik. Pedoman standardisasi adalah norma atau peraturan yang telah
diterapkan. Tinggi rendahnya standardisasi akan menentukan tinggi rendahnya tingkat formalisasi.
Struktur organisasi menjadi rencana organisasi dalam mana segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan seperti dalam struktur organisasi. Organisasi informal adalah praktek-
praktek organisasi yang berjalan di luar struktur formal dan tidak mengikuti jalur jalur formal. Konsep
dasar lainnya dalam mendesain organisasi pertama menciptakan keseimbangan antara diferensiasi dan
integrasi. Kedua menyeimbangkan sentralisasi dan desentralisasi, ketiga menyeimbangkan antara
sentralisasi dan mutual adjusment, keempat mengkoordinasikan organisasi formal dan informal,
kelima memilih antara struktur organis dan mekanis.

KB 2 dasar-dasar dan pilihan desain

Organisasi-organisasi pada umumnya memiliki elemen-elemen seperti berikut : strategi apex, middle
line, operating core, the support staff, dan teknostruktur. Ada 5 model pilihan desain struktur
organisasi yaitu, struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi profesional. Jika dilihat dari sisi
perkembangan konfigurasi, umumnya organisasi berangkat dari konfigurasi struktur sederhana l,
kemudian jika organisasi sudah mulai mapan mulailah konfigurasi birokrasi mesin diterapkan dan
ketika muncul kaum profesional dalam organisasi mak konfigurasi birokrasi profesional mulai
diterapkan. Penerapan konfigurasi seharusnya dipandang sebagai pilihan tepat untuk kondisi tertentu
begitu komponen lingkungan berubah mak pilihan konfigurasi juga perlu berubah.

KB 3 pilihan desain (bagian 2)

Dalam rangka melakukan pembinaan di bidang organisasi dan ketatalaksanaan, kegiatan pokok yang
dilakukan adalah penataan kelembagaan, ketatalaksanaan dan analisis jabatan, dan evaluasi kinerja
organisasi. Kebijakan di bidang kelembagaan diarahkan pada penataan dan rasionalisasi kelembagaan
dalam rangka membentuk organisasi yang efisien, rasional, dan proporsional sehingga dapat
diwujudkan kelembagaan departemen yang ramping, efektif, efisien, dan responsif terhadap berbagai
perubahan. Dalam rangka pembentukan, penataan dan penutupan unit organisasi dilakukan berbagai
kegiatan kajian yang meliputi studi kelayakan yang mencakup analisis terhadap lingkungan strategis
baik internal maupun eksternal, pengukuran beban kerja, kajian terhadap visi dan misi sega tugas dan
fungsi unit organisasi. Menurut Mintzberg organisasi perlu mengubah strukturnya ke dalam struktur
divisional karena adanya keanekaragaman pasar, sistem teknisnya sangat mungkin untuk dipecah-
pecah, lingkungan yang berbeda-beda, ukuran organisasi yang membesar dan umur organisasi yang
semakin tua. Struktur divisional dibedakan menjadi struktur produk, struktur geografis, dan struktur
pasar. Struktur geografis mengacu pada divisionalisasi berdasarkan wilayah dan struktur pasar
mengacu pada divisionalisasi berdasarkan pasar yang dilayani. Keuntungan struktur matriks adalah
mampu menghilangkan konflik fungsional, mendorong peningkatan kualitas dan amat memungkinkan
terbentuknya team learning yang merupakan dasar bagi inovasi. Struktur jaringan dan organisasi tanpa
batas mengacu pada organisasi yang dihubungkan dengan teknologi. Bentuk organisasi jaringan
adalah tidak tetap, tergantung dari kontrak.

Modul 5 teknologi

KB 1 pentingnya teknologi bagi organisasi

Peranan teknologi dalam organisasi cukup besar. Penggunaan data Base komputer dalam pelayanan
telah mampu memangkas waktu pelayanan, biaya pelayanan, jumlah tenaga kerja, struktur organisasi
dan strategi pelayanan. Definisi teknologi adalah semua perangkat lunak dan keras yang digunakan
oleh organisasi untuk mengubah input menjadi output. Perangkat lunak meliputi pengetahuan,
keahlian, metode kerja, dan strategi. Sedangkan perangkat keras meliputi mesin-mesin produksi,
komputer dan material. Teknologi amat menentukan struktur organisasi sebab teknologi akan
memengaruhi prosedur kerja, memengaruhi cara berproduksi, memengaruhi budaya organisasi dan
memengaruhi jumlah tenaga kerja. Pengaruh antara teknologi dengan struktur organisasi sangat kuat.
Namun dapat juga sebaliknya, untuk memertahankan struktur manajemen dapat saja melakukan
pemilihan sistem tekniknya disesuaikan dengan struktur yang diinginkannya. Dalam lingkungan yang
dinamis manajemen perlu mempertimbangkan pilihan sistem tekniknya untuk disesuaikan dengan
tujuan dan strategi organisasi.

KB 2 para pengkaji teknologi

Woodward memfokuskan penelitiannya pada teknologi produksi, Perrow memfokuskan pada


teknologi pengetahuan. Woodward menyimpulkan bahwa teknologi industri dibagi menjadi 3 yaitu
teknologi unit, teknologi massal, teknologi proses. Kelemahan penelitian woodward adalah tingkat
generalisasi penelitiannya rendah. Perrow mencoba melihat teknologi dari sisi kemungkinan analisis
terhadap pekerjaan untuk dianalisis dan tingkat keragaman pekerjaan. Thompson mencoba melihat
bahwa tingkat ketergantungan tugas-tugas yang berbeda dalam organisasi. Menurut Thompson jika
tingkat ketergantungan antar satuan tugas adalah rendah maka orang-orang dan departemen-
departemen akan cenderung dispesialisasi sebab mereka dapat bekerja sendiri dan mencapai tujuan
organisasi tanpa tergantung pada unit yang lain. Berdasarkan asumsi tersebut Thompson
mengklasifikasikan teknologi menjad mediating technology, long link technology intensive
technology.

KB 3 teknologi informasi

Kemajuan teknologi informasi telah merasuki organisasi. Perkembangan teknologi saat ini mengarah
pada adanya pembaruan teknologi, aliansi strategis, pembentukan jaringan global dan teleconference
pribadi. Pada organisasi menggunakan teknologi canggih dengan tujuan untuk mendukung sistem
informasi para eksekutif, membentuk dan memperkuat jaringan kelompok, serta memperbaiki
informasi alir kerja. Penggunaan teknologi informasi juga berpengaruh pada desain organisasi, yaitu
struktur menjadi lebih datar, sentralisasi atau desentralisasi menjadi lebih tinggi, koordinasi menjadi
semakin baik, tugas administratif akan berkurang, rasio staf administrasi bertambah.

Modul 7 organisasi, kekuasaaan, dan konflik

KB 1 perspektif organisasi sebagai arena politik

Kewenangan adalah hak untuk memanipulasi orang lain, sedangkan kekuasaan tidak memerlukan
legitimasi. Suatu kewenangan akan diakui (dilegitimasi) jika kewenangan tersebut digunakan untuk
mengejar atau mewujudkan sasaran-sasaran kolektif artinya berhubungan dengan konsensus
kelompok, sedangkan kekuasaan adalah hanya semata mata mengejar sasaran -sasaran pribadi atau
sasaran sebagian anggota kelompok. Berbeda dengan kekuasaan, pengaruh memiliki jangkauan yang
lebih luas. Pengaruh dapat dilakukan melalui lebih banyak cara, seperti mencoba mengubah tingkat
kepuasan dan kinerja. Politik dipandang sebagai alat mencapai tujuan jika politik digunakan oleh
individu untuk memilih kekuasaan dan kewenangan dengan cara apa pun. Organisasi memandang
politik sebagai sesuatu yang netral dan tidak perlu ditakuti. Kedua pendekatan ini, yaitu rasional dan
proses politik, umum digunakan dalam organisasi. Menurut Herbert A Simon, rasionalitas sulit untuk
dicapai karena : ketidaklengkapan pengetahuan, kekurangan informasi yang akan digunakan untuk
membaca konsekuensi akan ditutupi dengan pengalaman dan imajinasi dari pembuat keputusan,
rasionalitas mengharuskan dipilihnya satu di antara semua kemungkinan-kemungkinan perilaku
alternatif. Manajer memiliki kebebasan memilih pada efektivitas yang mana organisasi akan
diletakkan. Sebagai imbalannya manajer akan memperoleh kekuasaan ati stabilitas. Menurut Daft ada
4 wilayah organisasi yang biasanya merupakan arena permainan politik, masing-masing adalah ,:
perubahan struktural, koordinasi antardepartemen, suksesi manajemen, alokasi sumber daya.
KB 2 sumber kekuasaan dalam organisasi

Menurut Fred Luthans ada 5 sumber kekuasaan yaitu : reward Power, coercive Power, legitimate
Power, referent Power, expert Power. Sumber kekuasaan berdasarkan tingkatan hierarki dalam
struktur, yaitu manajer tingkat atas, manajer menengah, dan para pelaksana. Agar kekuasaan dalam
organisasi dapat dikendalikan maka struktur organisasi perlu didesain agar dapat mengurangi
kebebasan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan. Beberapa hal yang berkaitan dengan
masalah pengendalian kekuasaan adalah : teknologi, lingkungan, kompleksitas, formalisasi,
sentralisasi, struktur organisasi.

KB 3 konflik dalam organisasi

Ada dua pandangan tentang konflik menurut Robbins, pandangan tradisional dan pandangan
interaksionis. Louis Pondy membagi 5 tahapan konflik yaitu, konflik laten, tahap munculnya bibit-
bibit konflik, tahap munculnya kelompok-kelompok yang konflik, tahap terjadi saling serang
antarkelompok, akibat dari konflik. Pondy juga mengidentifikasi ada 5 sumber yang potensial dapat
memicu munculnya konflik yaitu, saling ketergantungan, perbedaan dalam menetapkan tujuan dan
prioritas, faktor-faktor birokrasi, ukuran, ukuran kinerja yang tidak sesuai, memperebutkan sumber
daya yang langka. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik pada tingkat struktur
yaitu, melakukan perubahan struktural, meningkatkan peranan integrasi, menyesuaikan hierarki
kewenangan dengan kebutuhan organisasi. Penyelesaian konflik pada level individu dapat dilakukan
dengan 6 cara yaitu : dengan membangun dialog dalam unit-unit kerja atau tim kerja, membentuk
attitudinal structuring, penunjukan atau pembentukan pihak ketiga, rotasi dan mutasi, penggantian
personal, memilih pimpinan yang kuat.

Modul 9 organisasi yang belajar

KB 1 gambaran tentang organisasi belajar (OB) / Learning Organization (LO)

Menurut Senge (1995) untuk membangun LO dimulai dengan membangun arsitektur pengetahuan
pada tingkat individu, tim kerja, dan organisasi. Komponen arsitektur ketiga adalah infrastruktur.
Inovasi dalam infrastruktur dilaksanakan dengan membuat perubahan pada waktu, dukungan
manajemen, dana, informasi, struktur organisasi, desain pekerjaan, sistem pengupahan dan jaringan
informasi. Hal yang paling penting untuk diperhatikan tentang inovasi dalam infrastruktur pada LO
adalah Inovasi harus memungkinkan orang-orang untuk mengembangkan kemampuannya dalam
konteks pekerjaannya. LO tidak akan tercipta jika orang-orang todak termotivasi untuk belajar. Untuk
membentuk budaya belajar, organisasi perlu membangun arsitektur pengetahuan pada tingkat
individu, tim kerja, dan organisasi termasuk infrastrukturnya. Dari berbagai riset yang dilakukan para
ahli variabel yang berpengaruh terhadap pengembangan OB adalah kepemimpinan, budaya
organisasi, motivasi, struktur organisasi, dan strategi organisasi.

KB 2 kajian tentang organisasi yang belajar

Menjelang abad XXI tiga perubahan besar mewarnai dunia yaitu perubahan ekonomi yang ditandai
oleh runtuhnya kapitalisme, perubahan sosial yang ditandai oleh munculnya postmodernisme dan ada
perubahan pola hubungan kemanusiaan ke arah neo humanisme. Setiap negara akan berlomba untuk
dapat memberikan pelayanan yang cepat, murah dan sederhana sehingga akan tercipta suatu sistem
pelayanan publik yang efektif namun tetap efisien. Setiap negara adalah pesaing bagi negara lain,
maka dari itu setiap negara perlu mampu melakukan penyesuaian. Penyesuaian dilakukan pada tingkat
organisasi, kelompok, dan individu. Setiap organisasi perlu mendorong agar tercipta suatu kondisi dan
iklim pembelajaran terus menerus dalam organisasi sehingga pengetahuan-pengetahuan baru dapat
dihasilkan. Dari berbagai definisi, LO adalah kemampuan organisasi menyediakan iklim belajar bagi
para anggotanya baik sebagai individu maupun sebagai keplompok dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan organisasi dan dalam memecahkan masalah pada masa sekarang dan
masa yang akan datang. Organisasi memerlukan dukungan manajemen dalam bentuk iklim yang
mendukung, budaya belajar, strategi pengembangan sumber daya manusia dan meletakkan organisasi
dalam proses transformasi yang kontinyu serta pemimpin yang mampu berfungsi sebagai a steward,
teacher, and designer. Komponen OB menurut Senge ada 5 disiplin yaitu personal mastery, mental
models, shared vision, team learning, dan system thinking.

KB 3 penciptaan pengetahuan

Pada akhir abad XX perubahan mendasar telah terjadi. Perubahan teknologi komunikasi dan
transportasi telah mendorong sebagian orang untuk meninjau kembali pandangan hidupnya,
pandangan terhadap cara kerja, pandangan terhadap sistem sosial organisasi. Proses penyesuaian diri
tidak akan terjadi dengan sendirinya. Manusia perlu dituntun agar dapat melakukan proses
penyesuaian diri. Manusia dituntut mampu melakukan proses penyesuaian diri dan pengendalian
teknologi serta penciptaan sistem sosial agar membawa manusia pada kemakmuran. Pengetahuan
adalah apa yang orang atau kelompok ketahui atau dianggap tahu. Ada 5 Elemen pengetahuan
menurut Fahey yaitu kepercayaan, asumsi, fakta, persepsi, dan proyeksi. Lalu ada 2 jenis pengetahuan
menurut shopee yaitu eksplisit knowledge dan tacit knowledge. Penciptaan pengetahuan adalah
kemampuan perusahaan sebagai keseluruhan untuk menciptakan pengetahuan baru, menyebarkannya
ke seluruh organisasi dan pengetahuan ini muncul dalam produk, pelayanan, dan sistem (Nonaka).

5. KEPEMIMPINAN

Modul 4 peran pemimpin

KB 1 peran perumusan visi

Visi adalah suatu statement yang berisikan arahan yang jelas tentang apa yang akan diperbuat okeh
organisasi di masa yang akan datang. Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi,
dan kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler. Visi juga merupakan
hal yang sangat krusial bagi organisasi atau perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan
jangka panjang. Pernyataan visi organisasi haruslah jelas, tidak terlalu abstrak serta mudah
dimengerti. Sering kali pernyataan visi organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi
sehingga sering dijumpai adanya kesulitan pada saat menjabarkan visi menjadi misi dan set of action
yang akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi. Pernytaan visi yang baik harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu succinct, appealing, feasible, meaningful, measurable. Agar sebuah organisasi
mempunyai kekuatan penuh, para pemimpinnya perlu mengetahui cara merumuskan visi yang kuat
dan seirama dengan harapan serta impian orang-orang yang bernaung di dalam organisasi yang
dipimpinnya. 3 unsur kunci sebuah visi yang kuat yaitu tujuan yang bermakna, nilai-nilai yang jelas,
gambaran tentang masa depan. Dalam dunia bisnis, pemimpin bisnis, pemimpin bisnis menciptakan
atau mengembangkan visinya dengan proses yang dikembangkan oleh ilmu manajemen strategik.
Prosesnya yaitu : melakukan analisis swot terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari
sistem bisnis, dari analisis swot, kemudian ditentukan posisi perusahaannya terhadap lingkungan
usaha, mendefinisikan kemungkinan peluang usaha dan mendefinisikan visi perusahaan. Pemimpin
yang mendukung pernyataan visinya dengan resiko penderitaan, memiliki peluang untuk diterima
pengikutnya. Apalagi pemimpin yang menunjukkannya dalam tindakan-tindakan, sangat
memungkinkan para pengikut untuk menggunakan pernyataan visi ini. Visi lebih tergantung pada
aspirasi yang berupa praktik daripada inspirasi yang tidak jelas, tempatkanlah pernyataan visi tersebut
di luar status quo, tetapi tidak terlalu jauh sehingga dapat menyebabkan kehilangan kredibiltas. Dalam
sistem MBO (manajemen by objective), tujuan-tujuan yang ingin dikerjakan mengacu 5 faktor yaitu :

- apa yang ingin dikerjakan organisasi?

- Dengan batasan apa pekerjaan tersebut harus diselesaikan?

- Sumber-sumber daya apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut?

- Bagaimana kinerja tersebut akan diukur?

- Apa yang menjadi tonggak, dipandang sebagai visi, risiko dan reputasi dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut?

Para pemimpin hendaklah bertindak untuk mengarahkan usaha pengikutnya melalu lu motivasi.
Dengan membangun dan menahan harapan-harapan, para pemimpin meningkatkan keinginan para
pengikut untuk mengejar aktivitas yang diarahkan pada tujuan. Para pemimpin haruslah menjaga
kekuatan motivasi para pekerja dengan tetap menjaga/memberikan penghargaan yang diharapkan
dapat dicapai.

KB 2 pernah pengendalian dan hubungan organisasional

Dalam kenyataan sehari-hari peran pemimpin tak pernah lepas dari pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam organisasi, mulai dati fungsi planning termasuk budgetting, organizing, staffing,
actuating or leaderahip, coordinating, dan controlling atau evaluation. Kepemimpinan yang efektif
bagi pemimpin dalam melaksanakan peran pengendalian organisasi memiliki kontribusi besar bagi
keberhasilan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien. Peran pemimpin selaku pengendali organisasi akan menjadikan posisi pemimpin berada
dalam situasi yang berada dalam situasi yang serba salah atau posisi yang tidak mengenakkan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pengendali. Menurut Patton, kualitas utama
kepemimpinan mencakup beberapa hal yaitu,

- kesempurnaan detail

- Supervisi pribadi

- Pengetahuan menyeluruh dan mendetail tentang permasalahan yang dihadapi

- Kehadiran kepemimpinan fisik yang kuat

- Kemampuan memberi contoh pribadi

- Kemampuan berkomunikasi-menjelaskan-memerintah

- Komitmen untuk memastikan bahwa perintah-perintah dilaksanakan dengan benar.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa peran pengendali organisasi yang melekat pada pemimpin
meliputi beberapa hal yaitu : perumusan atau pendefinisian masalah dan pemecahannya,
pendelegasian wewenang, uraian kerja, manajemen konflik.
Seorang pemimpin perlu mengarahkan terjadinya kondisi interaksi menang atau kalah dalan hubungan
yaitu, peran pemimpin dalam tim kerja, perna pemimpin dalam tata kepegawaian, peran pemimpin
dalam jaringan kerja dan perwakilan.

KB 3 peran pembangkit semangat

Pujian, bagi siapapun ialah sesuatu yang menyenangkan. Seorang pemimpin harus mampu mendorong
produktivitas organisasi melalui pujian. Pujian dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, yaitu :

- penghargaan seperti ucapan terimakasih secara individual maupun di depan publik, ungkapan rasa
bangga, pemberian penghargaan dalam bentuk surat penghargaan dsb

- Insentif termasuk di dalamnya gaji, promosi, rekreasi, keanggotaan dalam klub-klub profesi maupun
olahraga, cuti yang dibayar dsb.

Dukungan, berikut beberapa saran agar seorang pimpinan dapat menjadi supprotive leader yaitu :

- hindari komentar atau perilaku yang dapat diartikan berbeda

- Tunjukkan perhatian pada semua orang

- Jagalah hubungan baik yang sudah terjalin dengan cara sering-sering memberi penguatan

- Tawarkan bantuan yang tidak bersifat menggurui atau menurunkan kepercayaan diri

- Sampaikan atau umumkan keberhasilan-keberhasilan atau kebaikan-kebaikan karyawan.

KB 4 peran penyampaian informasi

Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi artinya, walaupun produk dan
layanan purna jual perusahaan itu bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus
maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi di
dalamnya buruk. Informasi dalam bentuk apapun jika tidak dapat diterima atau ditangkap oleh
komunikan yang dituju secara cepat dapat berubah menjadi misinformasi atau bahkan diainformasi.
Disini pimpinan bertanggung jawab atas desain komunikasi dalam organisasi atau perusahaannya.
Dalam desain komunikasi ada 3 hal yang dapat dijadikan pedoman, seperti :

- tidak ada satupun informasi yang tidak dapat dikomunikasikan

- Semakin banyak komunikasi bukan berarti semakin baik komunikasi

- Data bukan informasi.

Jenis komunikasi yang harus dikembangkan yaitu, komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah,
komunikasi ke samping. Informasi yang disebarkan harus secara terus menerus dimonitor, maksudnya
bukan jangan untuk mengetahui pengaruhnya secara internal, tetapi juga pengaruhnya terhadap
lingkungan eksternal. Monitoring harus dirancang secara efektif dan sistematik. Berikut cara-cara
yang dapat dilakukan untuk melakukan monitoring internal, seperti : lakukanlah pertemuan-
pertemuan berkala untuk mengetahui perkembangan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan, buatlah
standar kerja yang baku dan terukur dsb. Faktor yang juga mempengaruhi produktivitas kerja adalah
bimbingan simpatik dari atasan dan pemantauan yang kontinu atas hal-hal yang dikerjakan.
Menyorong yang dilakukan dengan baik akan dapat menghasilkan hal berikut :
- meningkatkan keterampilan, produktivitas dan tanggung jawab kerja para karyawan

- Meningkatkan loyalitas sehingga kecenderungan turn over dapat dikurangi

- Pimpinan akan memperoleh tim kerja yang terampil dan penuh tanggung jawab

- Menyamakan gerak dan langkah yang padu pada semua karyawan di semua lini organisasi

- Menghilangkan atau setidaknya mengurangi kecenderungan burn out yaitu suatu gejala kebosanan
kerja akut yang dapat memunculkan cara kerja yang ceroboh, berbahaya, dan tidak bertanggung
jawab.

Modul 6 kekuasaan dan konflik dalam kepemimpinan

KB 1 kekuasaan

Kekuasaan merupakan energi bagi aktivitas kepemimpinan dalam menggerakkan para pengikutnya.
Tanpa kekuasaan, pemimpin tidak akan mampu menciptakan visi dan mempengaruhi para
pengikutnya untuk melakukan perubahan. Kekuasaan sering dikaitkan dengan kekuatan dan kekerasan
sehingga sering kali di benci orang karena Penyalahgunaannya menimbulkan sesuatu yang dikutuk
orang. Perbedaan penting antara kekuasaan dan otoritas terletak pada kenyataan bahwa kekuasaan
pada hakikatnya dilekatkan pada kepribadian individu, sedangkan otoritas selalu dikaitkan dengan
posisi atau peranan sosial. Hubungan otoritas ada kalau pihak yang dikuasai bersedia melakukan
tindakan yang mengesampingkan dirinya sendiri tanpa memeprsoalkan alasan kesediaannya itu.
Weeee membedakan 3 macam tipe dasar otoritas yaitu, otoritas tradisional, otoritas karismatik,
otoritas legal rasional. Berdasarkan sumbernya, kekuasaan terdiri dari 5 jenis yaitu, kekuasaan
imbalan, kekuasaan paksaan, kekuasaan legitimasi, kekuasaan keahlian, kekuasaan referensi.
Konseptualisasi lain mengenai sumber-sumber kekuasaan adalah dikotomi antara position Power dan
personal power yang dikemukakan oleh Amitai Etzoni, dan berpendar perbedaan keduanya berasal
dari konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Seorang
pemimpin yang tidak kompeten akan kehilangan status dan expert Power pada bawahannya.
Ketidakmampuannya akan merusak kewenangan sah dari pemimpin tersebut. Strategic contingencies
theory menjelaskan bagaimana suatu unit organisasi memperoleh atau kehilangan kekuasaan dalam
mempengaruhi keputusan strategik bagi organisasi. Kekuasaan yang dimiliki suatu unit organisasi
menurut teori ini tergantung pada 3 faktor yaitu keahlian dalam masalah-masalah penting, sentralisasi
unit kerja, dan tingkat kekhususan keahlian dari unit tersebut. Suatu masalah disebut kritis, bila
penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Proses-proses politis yang umum dalam organisasi
yaitu, koalisi, kontrol terhadap keputusan penting, kooptasi, pelembagaan. Untuk dapat mengerti
bagaimana penggunaan kekuasaan oleh pemimpin yang dapat mempengaruhi ora pengikut, terlebih
dahulu perlu memperhatikan proses yang mencampurinya, seperti motivasi dan usaha. Hasil
motivasional dari usaha mempengaruhi oleh pemimpin dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
komitmen, menurut dan perlawanan dari para pengikut. Menurut James A Lee kekuasaan para
pengikut dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu, kekuasaan kolektif, legal dan berlebih. Kunci
penggunaan kekuasaan yang berhasil baik terletak pada pengetahuan tentang kapan dan bagaimana
menggunakannya dengan efektif. Beberapa pedoman penggunaan kekuasaan untuk memperkecil
dampak negatif nya yaitu, legitimate Power, reward Power, expert Power, referent Power.

KB 2 pengaruh

Dalam istilah umum, pengaruh mengacu pada efek dari suatu pihak terhadap pihak lain. Pengaruh
tersebut dapat menyangkut orang, hal-hal atau peristiwa-peristiwa. Dalam kaitannya dengan
kepemimpinan, seseorang atau kelompok akan mengalami perubahan akibat adanya suatu perilaku
yang ditetapkan oleh pemimpin. Pengaruh merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah sikap,
perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Proses mempengaruhi adalah proses di
mana orang yang mempengaruhi berusaha mengubah sikap, perilaku, nilai-nilai, norma, kepercayaan,
pikiran, dan tujuan dari orang yang dipengaruhi secara sistematis. Proses mempengaruhi dibedakan
menjadi 3 bentuk menurut Kelman yaitu, instrumental compliance, internalization, identification.
Proses-proses mempengaruhi menurut Wirawan meliputi unsur-unsur berikut : pemimpin dan
pengikut, perilaku mempengaruhi, keluaran mempengaruhi, keluaran kepemimpinan, umpan balik.
Taktik-taktik dalam perilaku mempengaruhi menurut Yukl dan Falber yaitu :

- taktik mengesahkan

- Taktik persuasi rasional

- Taktik permintaan berinspirasi

- Taktik konsultasi

- Taktik pertukaran

- Taktik permintaan pribadi

- Taktik menjilat

- Taktik menekan

- Taktik berkoalisi

Menurut Yukl dan Tracey, efektivitas dari sebuah taktik mempengaruhi yang digunakan oleh seorang
pemimpin tergantung pada lima aspek situasi yaitu :

a) perlawanan intrinsik dari para pengikut karena sifat dari permintaan tersebut

b) potensi dari taktik mempengaruhi tersebut dalam mempengaruhi sikap yang diingini dari para
pengikut

c) basis kekuasaan yang dimiliki pemimpin

d) keterampilan pemimpin dalam menggunakan taktik tersebut

e) norma-norma sosial yang berlaku dan harapan peran tentang penggunaan taktik dalam konteks
tersebut.

Taktik-taktik yang kurang efektif untuk mempengaruhi komitmen orang yang dipengaruhi adalah
tekanan, koalisi, dan taktik pengesahan.

KB 3 konflik

Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari dan tidak pernah
berhenti. Konflik hanya ada jika dirasakan oleh pihak-pihak yang saling berhubungan. Istilah konflik
berasal dari kata con-fligere, conflictum = saling berbenturan, yaitu semua bentuk benturan,
ketidakserasian, pertentangan, oposisi dan interaksi yang bertentangan. Banyak tokoh-tokoh yang
mengartikan konflik, dari banyak pendapat tersebut telah disimpulkan konflik yaitu suatu proses
dimana sebuah usaha dibuat dengan sengaja oleh seseorang atau suatu unit untuk menghalangi pihak
lain yang menghasilkan kegagalan pencapaian tujuan pihak lain atau meneruskan kepentingannya.
Pandangan-pandangan tentang konflik yaitu : pandangan tradisional, pandangan behavioral atau
netral, pandangan interaksionis. Pada umumnya konflik berakar dari kepribadian yang tidak cocok
dan dari karakteristik struktural.

1. Konflik antarpribadi terjadi jika dua orang tua atau lebih berinteraksi satu sama lain dalam
melaksanakan sesuatu. Menurut model ini, ada empat kemungkinan perilaku seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain yaitu, membuka diri, menutup diri, membutakan diri dan tidak
menemukan diri.

Konflik bisa terjadi pada setiap tingkat dalam struktur organisasi menurut Miftah Toha secara
konseptual ada 4 sumber dari konflik organisasi seperti : sesuatu situasi yang tidak menunjukkan
keseimbangan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, terdapatnya saran-sarana yang tidak seimbang atau
timbulnya proses alokasi sumber-sumber yang tidak seimbang, terdapatnya suatu persoalan status
yang tidak selaras, timbulnya persepsi yang berbeda. Dalam terori organisasi klasik terdapat 4 struktur
yang sering kali menjadi tempat terjadinya konflik, yaitu konflik hierarki, konflik fungsional, konflik
lini-staf, konflik formal-informal. Sementara itu Stephen P Robbins mengemukakan bahwa sumber
struktural konflik berasal dari, kesalingtergantungan pekerjaan, ketergantungan pekerjaan satu arah,
deiferensiasi horisontal yang tinggi, formalisasi yang rendah, dsb.

Modul 8 kepemimpinan pemerintahan

KB 1 karakteristik kepemimpinan pemerintahan

Kepemimpinan pemerintahan berkaitan dengan bagaimana seharusnya kekuasaan dikelola, bagaimana


kehandalan pemimpin dalam melayani masyarakat demi tegaknya keadilan, memberdayakan
masyarakat agar kemandiriannya terus menguat di dalam mengejar kemajuan bersama serta
membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari waktu ke waktu. Kepemimpinan
organisasional timbul karena seseorang menjadi pimpinan unit organisasi dengan pengikut sebagai
bawahan yang patuh dengan berbagai ikatan norma-norma organisasi formal. Dimensi administratif
lebih dominan dari pada dimensi sosial maupun politik. Kepemimpinan sosial timbul dalam konteks
kelembagaan karena kapasitas dan kualitas pribadi seseorang yang karismatik dalam kehidupan
masyarakat sehingga mampu menarik perhatian orang-orang untuk menjadi pendukungnya. Bidang-
bidang yang mengalami perubahan yang dihadapi pemimpin formal/pemerintah yaitu:

- perubahan-perubahan dalam pengetahuan, informasi dan teknik

- Perubahan dalan skope kepemimpinan

- Perubahan dalam lingkungan

- Perubahan dalam isu-isu dan problem-problem yang dihadapi para pemimpin

- Perubahan dalam tingkat perubahan

Kepemimpinan pemerintah antara lain memiliki karakteristik membangun kesatuan tujuan,


melakukan klarifikasi arahan, dari transaksional ke transformasional, dan membangun pusat
kemampuan, sedangkan dalam memilih pemimpin pemerintah kriteria yang dapat digunakan adalah
kapabilitas, kompatibilitas, akseptabilitas.
KB 2 kepemimpinan birokrasi pemerintah

Pemimpin dalam birokrasi pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pemimpin
politik dan pemimpin profesional. Kunci kepemimpinan dalam birokrasi pemerintahan sekarang
adalah kepemimpinan yang transformasional, transaksional, resonan, dan memiliki jiwa pelayanan
kepada masyarakat serta keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Keberhasilan suatu
pemerintahan mengemban tugas dan tanggung jawab mempunyai 2 faktor yaitu :

- kemampuan para pemimpin itu pendukungnya mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan peluang
yang terbuka bagi pencapaian tujuan

- Tingkat efektivitas dan efisiensi yang dapat dicapai dalam membawakan peran-peran yang sudah
disepakati.

Kepemimpinan nasional di era global sangat dituntut untuk profesional dan proaktif sehingga negara
menjadi memiliki daya tahan yang kuat terhadap terpaan gelombang globalisasi dengan ciri adanya
perubahan mendadak tanpa dapat diprediksi sebelumnya karena tidak mempunyai sinyal yang jelas.
Untuk pelaksanaan pemerintahan daerah dan aktualisasi otonomi daerah secara nyata, terdapat ciri-
ciri pemimpin yang visioner, memberikan arahan kerja dan sekaligus melatih, sebagai komunikator,
dan memiliki keberanian yang luar biasa.

6. ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (ADPU4533 EDISI 3)

Modul 7 Etika Jabatan

KB 1 Dilema Etika Jabatan

Setiap hari para pegawai atau pejabat negara menghadapi beragam situasi yang menguji kejujuran dan
etika pribadi dalam profesi mereka. Namun, sampai saat ini penerapan sanksi terhadap pelanggaran
etika jabatan tidak tegas sehingga ikut andil menyebabkan munculnya banyak sekali praktik
penyelewengan dan korupsi yang meliputi hampir semua segi praktik pemerintahan antara lain terjadi
di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Program pemberantasan korupsi sebagai bagian dari upaya untuk mendorong proses demokratisasi
masih sangat bertumpu pada kemauan politik seorang pemimpin. Selain itu, program pemberantasan
korupsi masih berada pada format politik lama yang sewaktu-waktu dapat mengancam momentum
pemberantasan korupsi, terutama jika kemauan politik pemimpin bergeser sesuai dengan kepentingan
politiknya. Tentu saja hal ini juga ikut andil mengakibatkan kinerja pemberantasan korupsi justru
berjalan ditempat bahkan mundur.

Padahal tidak ada alasan untuk menghalalkan perilaku tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan.
Kecurangan, pemborosan dan penyalahgunaan (korupsi) tidak mempunyai tempat dalam
pemerintahan.

KB 2 Motivasi Pelanggaran Etika Jabatan

Menurut Nigro dan Nigro ada 8 bentuk penyimpangan/perbuatan tidak etis yang sering dilakukan oleh
para penyelenggara negara, yaitu:

1.ketidakjujuran (dishonesty)

2.perilaku yang buruk (unethical behaviour)


3.mengabaikan hukum (disregard of the law)

4.favoritisme dalam menafsirkan hukum

5.perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai

6.inefisiensi bruto (gross inefficiency)

7.menutupi kesalahan

8.gagal menunjukan inisiatif

Adapun alasan-alasan besar yang melatar belakangi/memotivasi para penyelenggara negara


melakukan tindakan tidak etis, antara lain itikad baik, ketidaktahuan akan hukum, kode etik, dan
kebijakan prosedur, egoisme, keserakahan, kewenangan, dan kekuasaan, persahabatan, keuntungan
pribadi dan keluarga, kebodohan, ikut arus, dan hanya mengikuti perintah.

Modul 9 Masalah Pengembangan Etika Administrasi Pemerintahan

KB 1 Transparansi, Laporan Kekayaan, dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Setiap badan publik dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya wajib menerapkan asas transparansi
kepada masyarakat/pengguna informasi publik. Asas transparansi yang dimaksud mencakup aspek
transparansi informasi, transparansi prosedur, dan transparansi proses pengambilan kebijakan dan
pelaksanaanya. Transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan bertujuan untuk memberikan dan
menjamin hak masyarakat pengguna/subjek hukum untuk mendapat informasi publik dalam rangka
meningkatkan kepercayaan publik, akuntabilitas publik, mendorong partisipasi masyarakat,
mendorong peningkatan kualitas aspirasi masyarakat dan pengetahuan masyarakat tentang alasan
pembuatan kebijakan publik. Untuk menangani masalah sengketa antara pengguna informasi dengan
badan Publik dibentuk Komisi Transparansi.

Laporan kekayaan penyelenggara negara/LKPN merupakan salah langkah permulaan penting yang
harus dilakukan dalam mencegah, mengurangi dan akhirnya memerangi KKN. Hal ini diatur dalam
UU No 28 tahun 1999, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN dan juga UU No 30
tahun 2002, tentang KPK. KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta dibentuk
dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi.

Dalam rangka mewujudkan good governance and clean govenment, pengawasan diperlukan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, serta bersih
dari KKN dan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan melekat, masyarakat, dan fungsional.

KB 2 Pemberlakuan Peraturan dalam Pengendalian Etika

Whistleblowing (peniup peluit atau pengadu masalah/saksi pelapor) adalah tindakan pegawai
pemerintah yang melaporkan perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh pegawai penerintah lainya.
Karena mereka dapat menjadi sasaran pembalasan dendam oleh pihak pimpinan (pelaku perbuatan
tidak etis) maka pelapor, korban, saksi harus dilindungi dengan peraturan perundang-undangan.
Ada 4 pola umum ancaman bagi para pelapor atau saksi yaitu kriminalisasi, kekerasan fisik,
pemutusan kerja secara sepihak, dan teror dan intimidasi secara psikologis. Untuk melindungi mereka,
telah diundangkan UU No 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.

Ada 14 faktor penghambat penegakan peraturan/hukum yaitu :

1.sistem ketatanegaraan yang menempatkan Jaksa Agung sejahat menteri.

2.sistem perundangan belum memadai

3.SDM

4.kepentingan yang melekat pada pelaksana

5.corspsgeist dalam institusi

6.tekanan yang kuat pada aparat penegak hukum

7.budaya

8.agama

9.legislatif perlu memberi contoh teladan yang baik dalam penegakan hukum

10.kemauan politik pemerintah

11.kepemimpinan

12.kuatnya jaringan kerja sama organisasi kejahatan (organize crime)

13.kuatnya pengaruh kolusi dalam jiwa pensiunan aparat penegak hukum

14.pemanfaatan kelemahan peraturan perundang-undangan.

Modul 9 aplikasi kepemimpinan dalam organisasi

KB 1 kepemimpinan dan kapasitas pribadi

Keberhasilan menjadi pemimpin ditentukan oleh kemampuan teknis juga sangat ditentukan oleh
karakter dirinya, karakter itu akan terbangun baik jika ditunjang oleh tiga hal yaitu, excellent,
profesionalisme, dan etika. Dalam organisasi yang hidup dalam lingkungan yang dinamis, perubahan
dan penyesuaian harus dilakukan secara terus menerus. Perubahan organisasi selalu melibatkan
banyak karyawan oleh karena itu penyesuaian cara pandang, nilai, filosofi, dan bahkan keterampilan
juga harus dilakukan terhadap sejumlah karyawan. Dalam kondisi seperti ini pemimpin yang mampu
dengan cepat merumuskan perubahan, menjelaskan cara-cara melakukan perubahan, mengajarkan
cara-cara batu dalam bekerja, dan memberikan supervisi dalam perubahan menjadi sangat penting.

KB 2 kepemimpinan dan perubahan organisasi

Ada 3 jenis perubahan yaitu perubahan rutin, pengembangan dan inovasi. Mengelola perubahan
adalah hal yang sulit. Pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mengelola perubahan, karena
ini penting pada masa kini karena pemimpin akan selaku dihadapkan pada perubahan-perubahan
sehingga pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Ada 4 tahap
yang harus dilakukan agar pemimpin dapat mengelola peubahan lingkungan yaitu, mengidentifikasi
perubahan, menilai posisi organisasi, merencanakan dan melaksanakan perubahan, melakukan
evaluasi, dari keempat ini diharapkan dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan.

KB 3 kepemimpinan dan budaya organisasi

Pemimpin atau manajer harus mengarahkan perilaku para anggota organisasi agar tujuan organmu
dapat tercapai. Para pemimpin perlu membentuk, mengelola, meningkatkan dan mengubah budaya
kerja organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuannya
dalam membaca kondisi lingkungan organisasi, menetapkan strategi organisasi, memilih teknologi
yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem imbalan dan hukuman, sistem
pengelolaan sumber daya manusia, sistem dan prosedur kerja, dan komunikasi serta motivasi.

Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi yang jelas dan langkah yang
strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas, menindaklanjuti tujuan yang telah dicapai dan
mengembangkan semangat kerja tim melalui pengembangan nilai-nilai inti. Inovasi dan kreativitas
berbeda, kreativitas lebih lebih berfokus pada penciptaan ide, sedangkan inovasi berfokus pada
bagaimana mewujudkan ide.

Anda mungkin juga menyukai