Anda di halaman 1dari 3

1.

Makna dari otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah:


Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat (5), pengertian otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah diberikan kebebasan dalam mengelola keuangan agar pemerataan
pendapatan tercapai, hal ini dilakukan karena pemerintah pusat berpendapat bahwa
pemerintah daerah lebih memahami akan kebutuhan daerahnya, sehingga
pembangunan ekonomi masyarakat di daerah dapat cepat tercapai dan tepat sasaran.
Otonomi daerah merupakan salah satu strategi pemerintah dalam mencapai pemerataan
pendapatan masyarakat, dengan pendapatan yang merata maka kesenjangan ekonomi
antara masyarakat ibukota dan masyarakat daerah dapat diminimalisir.
Adapun kekuasaan pengelolaan keuangan daerah menurut pasal 6 UndangUndang No.
17 tahun 2003 merupakan bagian dari kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Dalam
hal ini presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, kemudian diserahkan
kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam Jurnal Ilmu Hukum 92
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Selanjutnya, kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dilaksanakan oleh masing-masing kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan dilaksanakan oleh kepala satuan
kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Pengelolaan
keuangan daerah harus Transparansi yang mulai dari proses perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan anggaran daerah. Selain itu, Akuntabilitas dalam pertanggungjawaban
publik juga diperlukan, dalam arti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money
yang berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi,
efisiensi dan efektivitas.

Sumber:

1. https://bapenda.jabarprov.go.id/JDIH/Undang-Undang/UNDANG-
UNDANG_REPUBLIK_INDONESIA_NOMOR_25_TAHUN_2004.pdf
2. https://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152419.pdf
3. https://klc.kemenkeu.go.id/keterkaitan-antara-perencanaan-dan-penganggaran/
4. ADPU4333/MODUL 7

2. Contoh: Pemerintah Daerah Kabupaten Jember


Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah di pemerintah daerah Jember
(1) Bupati selaku kepala pemerintah kabupaten adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten dan mewakili pemerintah
kabupaten dalam kepemilikan kekayaan Pemerintah Kabupaten yang
dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang Pemerintah Kabupaten;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
Pemerintah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang Kabupaten Pemerintah Kabupaten;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
Pemerintah Kabupaten; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
(3) Kekuasaan pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a. kepala satuan kerja pengelola keuangan pemerintah kabupaten selaku
PPKD;
b. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang
Pemerintah Kabupaten.
(4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekretaris
kabupaten bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan Pemerintah
Kabupaten.
(5) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3), dan ayat (4)
ditetapkan dengan keputusan Bupati berdasarkan prinsip kewenangan antara
yang memerintahkan, menguji dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

Sumber: Ditjenpp.kemenkumham.go.id>files>Kabupaten Jember

3. Contoh pemerintah daerah Kabupaten Banjar.


Proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tahap proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dimulai dari proses
penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi serta arah pembangunan daerah dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas
selanjutnya adalah Pemerintah Daerah menetapkan RPJM Daerah yang memuat uraian
dan penjabaran mengenai visi, misi dan program kepala daerah dengan memperhatikan
RPJP Daerah dan RPJM Nasional dengan memuat hal-hal tentang arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum daerah, program
serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam renstra dengan acuan
kerangka pagu indikatif. RPJM Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak kepala daerah dilantik berdasarkan Undang-undang Nomor
25 Tahun 2004 Pasal 19 ayat (3). Setelah itu dilanjutkan dengan penetapan RKPD yang
ditetapkan setiap tahunnya bedasarkaan acuan RPJMD, renstra, renja dan
memperhatikan RKP dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai dasar untuk penyusunan
APBD. Proses perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah sampai dengan RKP
Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2005 berada di BAPPEDA.
Proses selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 34 dan 35 menyatakan kepala daerah
menyusunan kebijakan umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara
berdasarkan RKPD dengan memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman Penyusunan APBD yang diterbitkan setiap tahunnya. Setelah KUA dan
PPAS disepakati dalam nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD
maka kepala Daerah menyusun surat edaran perihal pedoman penyusunan RKA-
SKPD/PPKD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah yang
direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program
dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya memuat rencana pendapatan, belanja
untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang
direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja,. dan
pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
RKA SKPD dan RKA PPKD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 Pasal 41 ayat (1) menyatakan “RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala
SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) disampaikan kepada PPKD”
dan ayat (2) “RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas
oleh tim anggaran pemerintah daerah”.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan
dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai
dengan kebutuhan.
Proses selanjutnya adalah PPKD sesuai dengan aturan perundang-undangan menyusun
rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan kepala daerah untuk disampaikan
ke DPRD dan selanjutnya dibahas serta disepakati bersama yang dituangkan dalam
nota kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan DPRD. Setelah rancangan
peraturan daerah tentang APBD disetujui proses berikutnya adalah tahapan evaluasi ke
Gubernur untuk mendapat persetujuan, tata cara evaluasi dan lainnya telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

Sumber:
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2016/02/15/proses-penyusunan-anggaran-sesuai-
dengan- undang-undang-nomor-25-tahun-2004/

Anda mungkin juga menyukai