Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

ADPU4333/ADMINISTRASI KEUANGAN

Nama : Alya Jamila Rimadani


Nim : 042456224

1. Makna dari otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah! (dengan berdasar pada
teori) silahkan pergunakan BMP dan juga teori dari sumber lain!

Jawab : Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya memberikan ruang kepada pemerintah
daerah dalam mengelola pemerintah berdasarkan potensi yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, pemerintah daerah diharapkan dapat pemberian pelayanan public
secara optimal. Factor keuangan merupakan factor yang sangat penting dan menjadi penentu
terhadap berhasil tidaknya pelaksanaan otonomi daerah. Dalam era otonomi daerah dewasa ini
pengelolaan keuangan daerah dirumuskan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). APBD yang dibuat oleh pemerintah daerah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Daerah (DPRD). Mencerminkan kemampuan keuangan daerah serta menjadi
parameter kinerja pemerintahan daerah. Oleh karena itu, dalam pengelolaan keuangan dan asset
daerah, maka penerapan prinsip good governance bagi pemerintah daerah sangat dibutuhkan.
Biasanya kenaikan pendapatan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, kenaikan pendapatan asli daerah yang akan menjadi sumber penganggaran berkorelasi
terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Berbicara pertumbuhan ekonomi sangat erat
terkait dengan sejauh mana kapilitas daerah dalam menarik investasi di daerah. Idealnya,
desentralisasi keuangan membawa harapan kepada peningkatan investasi yang akan mendorong
roda perekonomian di daerah. Salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan
adanya otonomi dalam aspek pengelolaan keuangan daerah yang disebut otonomi fiscal atau
desentralisasi fiscal.
Pemerintah daerah diberikan sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.desentralisasi fiscal memberikan
kewenangan kepada daerah untuk mengelola keuangan daerahnya. Daerah diberikan
kewenangan dalam menggali sumber-sumber penerimaaan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Prinsip dari desentralisasi fiscal tersebut adalah money follow functions, dimana pemerintah
daerah mendapat kewenangan dalam melaksanakan fungsi pelayanan dan pembangunan di
daerahnya. Pemerintah pusat memberikan dukungan dengan menyerahkan sumber-sumber
penerimaan kepada daerah untuk dikelola secara optimal agar mampu membiayai daerahnya
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Di samping pemerintah pusat jiga memberikan dana
transfer yang dapat dikelola daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah.
Tujuannya adalah untuk mengatasi ketimpangan fiscal dengan pemerintah pusat dan antar
pemerintah daerah lainnya. Untuk meminimalisir keterangantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat melalui dana transfer tersebut, daerah dituntut dapat mengoptimalkan
kemampuannya dalam menggali potensi pendapatannya.
https://www.media.neliti.com/
https://www.pustaka.ut.ac.id/
BMP ADPU4333

2. Berikan satu contoh Pemerintah Daerah, lalu sialhkan anda kemukakan bagaimana
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah di pemerintah daerah tersebut dan bagaimana
proses penyusunan anggaran di daerah tersebut!

Jawab : Pemerintah Daerah yang saya ambil sebagai contoh adalah Pemerintah Daerah Kota
Sawahlunto, yaitu pemerintahan dimana saya tinggal dan bekerja. Pada pemerintah daerah Kota
Sawahlunto, Kepala Daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Oleh karena itu, Kepala Daerah perlu menetapkan pejabat-pejabat
tertentu dan para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para pengelola
keuangan daerah tersebut adalah :
1) Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator PKD). Pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah sebgaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 5 ayat
2 mempunyai kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD.
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran atau pengguna barang.
d. Menetapkan bendahara penerimaan atau bendahara pengeluaran.
e. Melaksanakan system akuntasi dan pelaporan keuangan daerah.
f. Menyajikan informasi keuangan daerah.
g. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penhapusan barang
milik daerah.
h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran. Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah melimpahkan Sebagian atau seluruh kekuasaannya
kepada :
• Sekertaris daerah selaku coordinator pengelola keuangan daerah.
• Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
• Kepala Satuan Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran atau pengguna barang.
Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan
kewenangan antara yang memerintahkan, menguji dan yang menerima atau mengeluarkan uang,
yang merupakan unsur penting dalam system pengendalian intern. Sekertaris daerah selaku
coordinator pengelolaan keuangan daerah membantu kepala daerah Menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan
keuangan daerah. Sekertaris daerah selalu coordinator pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 6 mempunyai tugas koordinasi di bidang :
a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD.
b. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah.
c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD dan pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD.
e. Tugas-tugas pejabat perencanaan daerah, pejabat pengelola keuangan daerah dan pejabat
pengawas keuangan daerah.
f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD.
Selain mempunyai tugas koordinasi, sekertaris daerah mempunyai tugas yaitu :
a. Memimpin tim anggaran pemerintah daerah.
b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD.
c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah.
d. Memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-
SKPD)/Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA).
e. Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mempunyai tugas :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.
b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah.
d. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.
PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku bendahara umum daerah berwenang :
a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD.
b. Mengesahkan DPA-SKPD/DDPA-SKPD.
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD.
d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan system penerimaan dan pengeluaran kas
daerah.
e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.
f. Menetapkan surat penyediaan dana.
g. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah.
h. Melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah.
i. Menyajikan informasi keuangan daerah.
j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku Kuasa BUD. PPKD mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada kepala daerah melalui sekertaris daerah. Penunjukan kuasa BUD oleh PPKD
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas :
a. Menyiapkan anggaran kas.
b. Menyiapkan surat penyediaan dana.
c. Menerbitkan surat perintah pencairan dana.
d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah.
e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluran APBD oleh bank atau
Lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk.
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD.
g. Menyimpan uang daerah.
h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola investasi daerah.
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah.
j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah.
k. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
l. Melakukan penagihan piutang daerah.
Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD. PPKD dapat
melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan SKPKD untuk melaksanakan tugas-
tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
b. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD.
c. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.
d. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah.
e. Melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah.
f. Menyajikan informasi keuangan daerah.
g. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
3) Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB). Kepala SKPD selaku PPA/PB
mempunyai tugas yaitu :
a. Menyusun rencana kerja dan SKPD (RKA-SKPD)
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran SKPD (DPA-SKPD).
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas bebabn anggaran
belanja.
d. Melakukan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
e. Melakukan pengujian atas taguhan dan memerintahkan pembayaran.
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak.
g. Mengadakan ikatan/perjanjian Kerjasama dengan pihak lain dalam batas angaran
yang telah ditetapkan.
h. Menandatangani SPM.
i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya.
j. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung awab
SKPD yang dipimpinnya.
k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya.
l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
m. Mengawasi tugas-tugas penggunaan anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
https://www.djpk.kemenkeu.go.id/
https://www.bpkp.go.id/
BMP ADPU4333

3. Kemukakan oleh anda bahwa penyusunan anggaran tersebut merupakan anggaran


berbasis kinerja dengan menganalisis berdasarkan teori anggaran berbasis kinerja
tersebut!

Jawab : Penganggaran berbasis kinerja bukan suatu hal yang baru, komitmen ini sudah lama
diikrarkan sejak PP 58/2005 dikeluarkan dan diimplementasikan dalam pelaksanaannya dengan
juknisnya melalui Permendagri 13/2006. Anggaran berbasis kinerja merupakan metode
penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-
kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat
tujuan dan sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Anggaran
berbasis kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan antara nilai uang dan hasil,
serta dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat terjadi yang merupakan kunci
pengelolaan program secara efektif. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan
sebagai instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
instansi pemerintah/Lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi
anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Jika terjadi
perbedaan antara rencana dan realisasinya, dapat dilakukan evaluasi sumber-sumber input dan
bagaimana keterkaitannya dengan outpu/outcome untuk menentukan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan program. Ada instrument yang harus dipenuhi dalam mewujudkan anggaran
berbasis kinerja, sebagaimana diisyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 167 ayat 3 menyebutkan “Belanja daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja dan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Hal yang sama juga diisyaratkan PP 58 Tahun 2005 pasal 39 ayat (2), “Penyusunan anggaran
berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis
standar belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal”. Dipertegas lagi dalam
Permendagri 13 Tahun 2006, pasal 93 ayat (1) menyebutkan bahwa penyusunan RKA SKPD
berdasarkan prestasi kerja, indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar
belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal. Dari ketiga peraturan
perundangan di atas, dapat disimpulkan bahwa 5 (lima) elemen utama/wajib dalam
perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja adalah :
a. Analisis Standar Belanja.
b. Standar Pelayanan Minimal.
c. Indikator Kinerja.
d. Target Kinerja.
e. Standar Satuan Harga.

Keberadaan ASB sendiri (sebenarnya) merupakan harga mati, yang tidak bisa ditawar lagi oleh
Pemerintah Pusat (sekalipun) ataupun Pemerintah Daerah. Karena fungsi ASB sebagai alat
untuk mengukur efektivitas kegiatan, bukan layanan (apa) atau pihak yang dilayani (siapa).
Sebagai instrument penilai terhadap kewajaran beban kerja usulan program atau kegiatan yang
dikaitkan dengan kebijakan anggaran, komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai,
jangka waktu pelaksanaanya serta kapasitas SKPD untuk melaksanakannya. Tanpa melihat siapa
SKPD yang mengusulkan dan apa nama kegiatannya. Senyampang kegiatannya sama, beban
kerjanya sepadan, maka total anggaran untuk kegiatan tersebut pastilah sama. Semakin besar
beban kerjanya, semakin besar total anggarannya. Anggaran diberikan pada setiap SKPD sesuai
dengan rencana anggaran belanja yang dibuat berdasarkan analisis standar belanjanya, standar
satuan harga, bukan dari plotting anggaran oleh TAPD, seperti praktek yang selama ini masih
dilakukan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah, yang justru masih mencerminkan masalah
klasik penyusunan anggaran. Yaitu penetapan program/kegiatan dari hasil copy paste tahun
sebelumnya (line item), besaran anggaran ditetapkan dari penambahan sekian persen dari tahun
sebelumnya atau dengan intuisi/kira-kira (incremental), dan besaran anggaran setiap SKPD
masih bersifat subyektif; dipengaruhi oleh nama kegiatan dan siapa yang mengajukan.

Melihat fungsi urgen analisa standar belanja yang dipersyaratkan dalam beberapa peraturan
perundangan diatas, sudah selayaknya Pemerintah Daerah mulai menyusun strategi untuk
mewujudkannya. Karena dengan ASB dapat memberikan kepastian terjaganya hubungan antara
input (dana) dengan output (target kinerja). Ada banyak manfaat yang diperoleh oleh
Pemerintah Daerah dengan mempunyai ASB, diantaranya :

a. Penetapan plafon anggaran menjadi obyektif (tidak lagi berdasarkan intuisi).


b. Dapat menentukan kewajaran biaya dalam melaksanakan suatu kegiatan.
c. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas dan sudah pasti menyebabkan
inefisiensi anggaran.
d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.
e. Penentuan besaran alokasi setiap kegiatan menjadi obyektif.
f. Memiliki argument yang kuat jika “dituduh”melakukan pemborosan oleh auditor
eksternal.
g. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.

https://www.djpb.kemenkeu.go.id/

https://www.bppkpd.id/

BMP ADPU4333

Anda mungkin juga menyukai