Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

ADPU4440/ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Nama: Alya Jamila Rimadani


Nim : 042456224
Soal!

Tugas tutorial 1 ruang lingkupnya pada modul 4 tentang pengelolaan keuangan daerah.

Dalam menjawab soal ini, silahkan pergunakan BMP ADPU 4440 Administrasi Pemerintahan
Daerah dan UU No 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang terbaru.

1. Bagaimanakah proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah kabupaten/kota?

2. Buatlah tulisan mengenai pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan memilih kasus
pada daerah tertentu!

3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan bagaimanakah faktanya di


lapangan!

Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah :

Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP ADPU 4440 Administrasi Pemerintahan Daerah

 Membuat tulisan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.


 Mencantumkan daftar pustaka.
 Copy paste tidak akan diberikan penilaian

Jawaban :

1. Proses penyusunan APBD pada pemerintahan daerah kabupaten/kota :


Sikslus anggaran daerah atau proses penganggaran pada dasarnya tidak berbeda antara sektor
swasta dan publik. Siklus anggaran daerah meluputi empat tahap sebagaimana diungkapkan
Bingham (Mardiasmo, 2002:211-213), yaitu :

a) Tahap persiapan dan penyusunan anggaran (budget preparation)

Pada tahap ini, dilakukan taksiran pengekuaran atas dasar taksiran pendapatan yang
tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, hal yang harus diperhatikab adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran
pendapatan secara akurat. Dalam persoalan taksiran, yang perlu diperhatikan adalah
terdapatnya faktor ketidakpastian yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pengelolaan
keuangan publik harus memahami betul penentuan besarnya suatu mata anggaran.
Besarnya suatu mata anggaran sangat tergantung pada teknik dan sistem anggaran yang
digunakan.

b) Tahap ratifikasi (budget ratification)

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik. Kepala daerah dituntut tidak
hanya memiliki managerial skill, tetapi juga harus mempunyaj politicak skill,
salesmanship dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang
tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini karena pimpinan eksekutif harus
mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argunentasi yang rasional atas
segala pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif.

c) Tahap pelaksanaan anggaran (budget implenentation)

Setelah anggarab disetujui legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Pada
tahap ini, hal penting yang harus diperhatikan oleh pengelolaan keuangan publik adalah
dimilikinya sistem informasi akuntasi dan sistem pengendalian manajemen. Pengelola
keuangan publik bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai
dan andal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati dan
bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.

d) Tahap pelaporan dan evaluasi (budget reporting and evaluation)

Jika pada tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek
operasional anggaran. Pada tahap pelaporan dan evaluasi hal ini terkait dengan aspek
akuntabilitas. Apabila sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen dapat
mendisiplinkan tahap implementasi, secara otomatis tahap pelaporan dan evaluasi
anggaran tidak akan menghadapi banyak masalah karena akan menjamin dihasilkannya
laooran keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan secara tepat waktu sehingga
kegiatan evaluasi akan lebih mudah dilaksanakan.

Bagaimana proses penyusunan APBD? Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus
menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) dengan menggunakan bahan dari rencana
kerja (OPD) untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu pada rencana kerja pemerintah pusat.
RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban
daerah, serta rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun ditemluh dengan mendorong partisipasi
masyarakat. Penetapan APBD harus dilaksanakan tepat waktu seperti yang tertuang dalam Pasal
312 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa Kepala
Daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1
(satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun. Sehingga paling lambat tanggal 30
November harus sudah ada kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD. Apabila terdapat
keterlambatan dalam penetapan Perda tentang APBD maka Kepala Daerah dan DPRD akan
mendapatkan sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan selama 6 (enam)
bulan. Selain itu keterlambatan penetapan APBD akan diberikan sanksi oleh Pemerintah Pusat
dalam bentuk pemotongan DAU (Dana Alokasi Umum) dan dana transfer lainnya. Penetapan
APBD tepat waktu merupakan kewajiban dari Pemerintah Daerah yang merupakan bentuk
keberhasilan dalam kinerja keuangan pada proses perencanaan dan penganggaran. Sehingga
Pemerintah Pusat menetapkannya sebagai salah satu syarat dalam pemberian DID (Dana Insentif
Daerah).

2. Pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan memilih kasus pada daerah tertentu!
Contoh kasus yang sedang marak saat ini, yakni Jalan Rusak di Lampung.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan Rp625 miliar untuk
memperbaiki 14 ruas jalan di Provinsi Lampung. Ke-14 ruas jalan tersebut diambil alih
perbaikannya dari Pemerintah Daerah (Pemda) Lampung dan akan dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal itu dilakukan usai Pemda Lampung angkat tangan
dalam memperbaiki kerusakan jalan di daerah mereka. dari hasil evaluasi yang memenuhi syarat
ada 14 ruas jalan. Adapun sejumlah syarat tersebut di antaranya, jalan yang mendukung kawasan
produktif. Lantas, berapa alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Lampung untuk membiayai pembangunan infrastruktur, khususnya jalan? Dalam APBD 2023,
Pemprov Lampung merencanakan pendapatan daerah sebesar Rp7,41 triliun dan belanja Rp7,38
triliun. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 38 Tahun 2022 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2023,
yang diteken Gubernur Lampung Arinal Djunaidi pada 16 Desember 2022. Meskipun minim dari
sisi alokasi pembiayaan infrastruktur, Lampung menjadi daerah peringkat pertama peraih
persentase realisasi belanja APBD nasional, dengan serapan belanja 97,25 persen dan persentase
realisasi pendapatan 100,68 persen di 2022. Lampung viral setelah konten kreator asal
Kabupaten Lampung Timur bernama Bima Yudho Saputro mengkritik pembangunan kampung
halamannya di TikTok. Bima menyebut Lampung tak kunjung maju karena banyak jalan yang
rusak. Alih-alih berbenah, Bima malah dilaporkan ke polisi oleh seorang advokat. Namun, Polda
Lampung memutuskan untuk menghentikan penyelidikan kasus Bima tersebut karena tidak
ditemukan unsur-unsur pidana.

Pada tanggal 5 Mei 2023 setelah viralnya video yang diunggah Bima diakun tiktoknya, Presiden
Jokowi mengunjungi Lampung untuk melihat benar atau tidaknya jalan yang rusak di Lampung.
Pada saat kunjungan tersebut presiden Jokowi dan jajaran staff lainnya melalui jalan yang rusak
sedangkan dari pemerintah Lampung sendiri sudah menyiapkan jalan yang sudah diperbaiki.
Akibat kejadian tersebut pada wawancara presiden Jokowi dengan awak media menyatakan
bahwa pemerintah pusat akan mengambil alih perbaikan jalan yang ada di Lampung karena jalan
produksi akan mengganggu yang namanya mobilitas orang barang, biaya logistik akan naik,
sehingga barang itu tidak bisa bersaing dengan daerah lain dan negara lain. Ini kita harus tahu
manfaat infrastruktur ada di situ.

3. Pengawasan DPRD Terhadap Penggunaan APBD Oleh pemerintah daerah dalam rangka
otonomi daerah di Indonesia adalah sebagai berikut :

Tidak jauh berbeda dengan Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014, posisi
DPRD dibuat sejajar dan menjadi mitra dengan Pemerintah Daerah. Mekanisme Pengawasan
DPRD Terhadap Penggunaan APBD Oleh pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah
di Indonesia selain dilakukan oleh pengawas intern pemerintah, DPRD juga mempunyai
kewenangan dalam melakukan pengawasan. Tetapi Baik dalam tingkat Undang- Undang sampai
Peraturan Pemerintah fungsi pengawasan DPRD ini tidak diatur secara jelas sehingga tujuan dari
proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efisien
dan efektif sesuai dengan rencana tidak berjalan dengan semestinya.
Bahwa pengawasan dititik beratkan kepada tindakan evaluasi serta koreksi terhadap hasil yang
telah dicapai, dengan maksud agar hasil tersebut sesuai dengan rencana. Jadi fungsi pengawasan
oleh DPRD adalah kontrol politis terhadap pemerintah daerah. Kemudian dihubungkan dengan
fungsi pengawasan DPRD terhadap Perda APBD dan Peratuan Kepala Daerah dilihat dari segi
kemanfaatan (opportunitas) yaitu pengawasan yang dimaksudkan untuk menilai segi
kemanfaatan nya (doelmatigheid) juga tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai