0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah untuk membiayai kebutuhan operasional non-personalia sekolah dasar dan menengah. Dokumen ini menjelaskan tujuan, mekanisme penyaluran, dan permasalahan yang terjadi dalam program BOS seperti penganggaran yang menyebabkan keterlambatan penyaluran dana, besaran dana per siswa yang dianggap tidak adil, serta pertanggungjaw
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah untuk membiayai kebutuhan operasional non-personalia sekolah dasar dan menengah. Dokumen ini menjelaskan tujuan, mekanisme penyaluran, dan permasalahan yang terjadi dalam program BOS seperti penganggaran yang menyebabkan keterlambatan penyaluran dana, besaran dana per siswa yang dianggap tidak adil, serta pertanggungjaw
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah untuk membiayai kebutuhan operasional non-personalia sekolah dasar dan menengah. Dokumen ini menjelaskan tujuan, mekanisme penyaluran, dan permasalahan yang terjadi dalam program BOS seperti penganggaran yang menyebabkan keterlambatan penyaluran dana, besaran dana per siswa yang dianggap tidak adil, serta pertanggungjaw
Belanja Daerah Pengertian belanja daerah mengacu pada beberapa peraturan yang ada di Indonesia, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri No. 21 Tahun 2011, merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sedangkan pengertian belanja daerah menurut Halim adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja daerah dapat dikelompokkan menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung merupakan belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program dan kegiatan SKPD yang kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja dapat diukur, sedangkan belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada tidaknya program dan kegiatan SKPD. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 belanja modal dapat dikategorikan menjadi 5, yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya. Belanja modal merupakan belanja yang dapat mendorong pertumbukan ekonomi secara riil. Belanja modal bersifat investasi dikarenakan manfaat yang diberikan dari belanja modal bersifat jangka panjang sehingga pemerintah harus lebih memprioritaskan belanja modal terutama untuk pembangunan infrastruktur dibanding kegiatan konsumtif lainnya. Permasalahan dan Solusi Kegiatan Belanja Modal - Masalah yang muncul pada tahap perencanaan dan solusinya a. Dalam masalah penetapan alokasi anggaran, solusi yang harus diambil oleh seorang manajer di daerah dalam menyusun anggaran adalah dengan melihat aspirasi dan kebutuhan publik secara nyata serta melakukan moratorium penerimaan pegawai di pemerintah daerah untuk sementara waktu agar anggaran belanja yang sudah dialokasikan dapat digunakan untuk belanja modal b. Dalam masalah penetapan mata anggaran, solusi yang perlu diambil adalah dilkukan pemilihan personel yang memang memahami proses penganggaran, akuntansi pemerintah, dan sifat barang yang akan dibelanjakan agar tidak terjadi kesalahan transaksi c. Dalam masalah adanya intervensi dari pihak legislatif, solusi yang harus diambil adalah manajer anggaran harus menjaga independensinya agar tidak mudah ditekan oleh pihak lain d. Dalam masalah penetapan mekanisme anggaran, harus ada orang yang kompeten dalam menjankan mekanisme penganggaran e. Dalam masalah ketidakpatuhan terhadap arahan dan kebijakan umum belanja modal, solusi yang perlu diambil adalah manajer perlu mencermati kebijakan umum agar sistem penganggaran dapat berjalan dengan tepat guna f. Dalam masalah lemahnya studi kelayakan, solusi yang perlu diambil adalah manajer yang terkait harus memahami apa itu studi kelayakan sehingga dapat menganalisis kelayakan program yang akan dianggarkan pada periode anggaran selanjutnya - Masalah yang muncul pada tahap pelaksanaan dan solusinya a. Pada masalah kebenaran formal kegiatan pengadaan, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kewenangan pada bagian keuangan pemda untuk melakukan verifikasi kebenaran substansional apabila dirasa perlu sebelum melakukan pembayaran b. Pada masalah adanya korupsi dalam pengadaan belanja modal, solusi yang dapat diambil adalah dengan melakukan reformasi birokrasi dengan cara diadakannya sistem reward dan punishment, mengoptimalkan peran inspektorat, dan adanya kontak pengaduan yang dapat diakses oleh masyarakat c. Pada masalah penyerapan anggaran, solusi yang dapat diimpleentasikan adalah dengan adanya seleksi personel yang akan menjadi pelaksana proyek, memberikan edukasi pada personel terpilih, memberikan pengarahan pada Pejabat Pembuat Komitmen agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta kecepatan transfer dana dari pusat ke daerah - Masalah yang muncul pada tahap penatausahaan dan solusinya a. Masalah terakhir yang sering muncul dalam realisasi suatu anggaran, termasuk belanja modal, adalah penatusahaan atas transaksi yang ditimbulkan atau secara spesifik menyangkut perlakuan akuntansinya. Solusi yang perlu diambil adalah penyusunan suatu sistem penatausahaan pengadaan belanja modal yang mewajibkan adanya prosedur verifikasi berjenjang pada pihak yang memiliki kewenangan sebelum memasukkan data di sistem akuntansi pemda, adanya pendidikan dan pelatihan yang memadai dalam sistem penatausahaan, dan pembenahan sistem pengarsipan dan pemenuhan infrastruktur penyimpanan dokumen terhadap dokumen pengadaan belanja modal CHAPTER 19 BELANJA HIBAH: BANTUAN OPERSIONAL SEKOLAH (BOS) Bantuan Operasional Sekolah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, yang secara umum bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu, berperan dalam mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah yang belum memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM. Sedangkan tujuan khusus program BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD Negeri dan SMP Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun di sekolah negeri maupun swasta, dan meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Mekanisme Penyaluran Dana BOS Mekanisme penyaluran dana BOS beberapa kali terdapat perubahan karena terdapat beberapa kelemahan dalam penyalurannya. Mulai tahun 2020 penyaluran dana BOS langsung ditransfer ke rekening sekolah secara online sehingga penyaluran menjadi lebih lancar dan dapat dengan mudah di monitoring. Dengan penyaluran ke sekolah, maka sekolah akan dapat menerima dana lebih cepat sehingga dapat cepat digunakan Permasalahan Dana BOS - Masalah penganggaran yang mengakibatkan terlambatnya penyaluran Pada pengalokasian dana BOS, terdapat banyak perubahan mulai dari yang awalnya bermula dari transfer dana dekonsentrasi dari pusat ke provinsi, kemudian langsung dihibahkan ke APBD Kabupaten/Kota, hingga sekarang menjadi transfer langsung ke rekening tiap sekolah. Dengan adanya beberapa perubahan diatas, maka akan terjadi kebingungan terhadap siapa yang seharusnya menganggarkan sehingga nantinya dana BOS akan ditransfer kemana. Dikarenakan kurang jelasnya mekanisme penganggaran, maka tentu akan menghambat proses cairnya dana BOS karena anggaran yang belum disusun sejak lama. Proses penganggaran dana BOS yang memakan mwaktu tentu akan memundurkan jadwal pencairan dana BOS sehingga ada potensi dana BOS menjadi tidak terserap dengan maksimal. - Masalah besaran dana BOS per siswa Dana BOS disalurkan pada sekolah yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga dana BOS dapat diperoleh oleh sekolah negeri maupun swasta. Semua sekolah berhak untuk mendapat keringanan biaya operasional sehingga amanat negara untuk menjalankan program wajib belajar sembilan tahun tidak memberatkan rakyat. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah dana yang diperoleh tiap siswa pada tiap jenjangnya disama ratakan antar siswa. Penyeragaman besaran dana BOS per siswa ini dalam hal penganggaran memang sangat memudahkan dalam proses perhitungannya. Namun hal ini dirasa kurang adil karena biaya operasional tiap sekolah di tiap wilayah berbeda-beda, padahal dengan adanya dana BOS ini sekolah dilarang memungut biaya lain kepada peserta didik. - Masalah penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS yang dianggap kurang transparan Program dana BOS diberikan pada sekolah dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Sehingga dengan adanya MBS ini secara umum bertujuan memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan untuk mengatur sendiri dana bantuannya dan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kendala dalam proses pengelolaan dan tanggung jawabnya, diantaranya sekolah tidak mencantumkan penerimannya dalam dana BOS, sekolah tidak menggratiskan biaya operasional pada peserta didiknya, dan dana BOS tidak dialokasikan pada sektor-sektor yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu masih terdapat kurangnya pelibatan komite sekolah dalam pengelolaan dana BOS sehingga sekolah cenderung mempermainkan dana BOS bahkan ada indikasi terhadap penyalahgunaan terhadap dana BOS yang diperoleh oleh sekolah. Akibatnya pertanggungjawaban penggunaan dana BOS menjadi tidak tranparan dan mudah terjadi penyelewengan dana