Anda di halaman 1dari 5

CHAPTER 18

BELANJA MODAL DAERAH


Belanja Daerah
Pengertian belanja daerah mengacu pada beberapa peraturan yang ada di Indonesia,
yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri No. 21 Tahun 2011, merupakan kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sedangkan
pengertian belanja daerah menurut Halim adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada
suatu periode anggaran
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, belanja daerah dapat dikelompokkan
menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung merupakan belanja
yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program dan kegiatan SKPD yang
kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja dapat diukur, sedangkan belanja tidak
langsung merupakan belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada tidaknya
program dan kegiatan SKPD.
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 belanja modal dapat dikategorikan menjadi 5,
yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan, belanja modal gedung dan bangunan,
belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya. Belanja modal
merupakan belanja yang dapat mendorong pertumbukan ekonomi secara riil. Belanja modal
bersifat investasi dikarenakan manfaat yang diberikan dari belanja modal bersifat jangka
panjang sehingga pemerintah harus lebih memprioritaskan belanja modal terutama untuk
pembangunan infrastruktur dibanding kegiatan konsumtif lainnya.
Permasalahan dan Solusi Kegiatan Belanja Modal
- Masalah yang muncul pada tahap perencanaan dan solusinya
a. Dalam masalah penetapan alokasi anggaran, solusi yang harus diambil oleh seorang
manajer di daerah dalam menyusun anggaran adalah dengan melihat aspirasi dan
kebutuhan publik secara nyata serta melakukan moratorium penerimaan pegawai di
pemerintah daerah untuk sementara waktu agar anggaran belanja yang sudah
dialokasikan dapat digunakan untuk belanja modal
b. Dalam masalah penetapan mata anggaran, solusi yang perlu diambil adalah dilkukan
pemilihan personel yang memang memahami proses penganggaran, akuntansi
pemerintah, dan sifat barang yang akan dibelanjakan agar tidak terjadi kesalahan
transaksi
c. Dalam masalah adanya intervensi dari pihak legislatif, solusi yang harus diambil
adalah manajer anggaran harus menjaga independensinya agar tidak mudah ditekan
oleh pihak lain
d. Dalam masalah penetapan mekanisme anggaran, harus ada orang yang kompeten
dalam menjankan mekanisme penganggaran
e. Dalam masalah ketidakpatuhan terhadap arahan dan kebijakan umum belanja modal,
solusi yang perlu diambil adalah manajer perlu mencermati kebijakan umum agar
sistem penganggaran dapat berjalan dengan tepat guna
f. Dalam masalah lemahnya studi kelayakan, solusi yang perlu diambil adalah manajer
yang terkait harus memahami apa itu studi kelayakan sehingga dapat menganalisis
kelayakan program yang akan dianggarkan pada periode anggaran selanjutnya
- Masalah yang muncul pada tahap pelaksanaan dan solusinya
a. Pada masalah kebenaran formal kegiatan pengadaan, solusi yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan kewenangan pada bagian keuangan pemda untuk
melakukan verifikasi kebenaran substansional apabila dirasa perlu sebelum
melakukan pembayaran
b. Pada masalah adanya korupsi dalam pengadaan belanja modal, solusi yang dapat
diambil adalah dengan melakukan reformasi birokrasi dengan cara diadakannya
sistem reward dan punishment, mengoptimalkan peran inspektorat, dan adanya
kontak pengaduan yang dapat diakses oleh masyarakat
c. Pada masalah penyerapan anggaran, solusi yang dapat diimpleentasikan adalah
dengan adanya seleksi personel yang akan menjadi pelaksana proyek, memberikan
edukasi pada personel terpilih, memberikan pengarahan pada Pejabat Pembuat
Komitmen agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta kecepatan transfer
dana dari pusat ke daerah
- Masalah yang muncul pada tahap penatausahaan dan solusinya
a. Masalah terakhir yang sering muncul dalam realisasi suatu anggaran, termasuk
belanja modal, adalah penatusahaan atas transaksi yang ditimbulkan atau secara
spesifik menyangkut perlakuan akuntansinya. Solusi yang perlu diambil adalah
penyusunan suatu sistem penatausahaan pengadaan belanja modal yang mewajibkan
adanya prosedur verifikasi berjenjang pada pihak yang memiliki kewenangan sebelum
memasukkan data di sistem akuntansi pemda, adanya pendidikan dan pelatihan yang
memadai dalam sistem penatausahaan, dan pembenahan sistem pengarsipan dan
pemenuhan infrastruktur penyimpanan dokumen terhadap dokumen pengadaan
belanja modal
CHAPTER 19
BELANJA HIBAH: BANTUAN OPERSIONAL SEKOLAH (BOS)
Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, yang secara umum bertujuan
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib
belajar sembilan tahun yang bermutu.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam wangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu, berperan
dalam mempercepat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah-sekolah
yang belum memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada
sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM.
Sedangkan tujuan khusus program BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh
siswa SD Negeri dan SMP Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),
membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun di
sekolah negeri maupun swasta, dan meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di
sekolah swasta.
Mekanisme Penyaluran Dana BOS
Mekanisme penyaluran dana BOS beberapa kali terdapat perubahan karena terdapat
beberapa kelemahan dalam penyalurannya. Mulai tahun 2020 penyaluran dana BOS langsung
ditransfer ke rekening sekolah secara online sehingga penyaluran menjadi lebih lancar dan
dapat dengan mudah di monitoring. Dengan penyaluran ke sekolah, maka sekolah akan dapat
menerima dana lebih cepat sehingga dapat cepat digunakan
Permasalahan Dana BOS
- Masalah penganggaran yang mengakibatkan terlambatnya penyaluran
Pada pengalokasian dana BOS, terdapat banyak perubahan mulai dari yang awalnya
bermula dari transfer dana dekonsentrasi dari pusat ke provinsi, kemudian langsung
dihibahkan ke APBD Kabupaten/Kota, hingga sekarang menjadi transfer langsung ke
rekening tiap sekolah. Dengan adanya beberapa perubahan diatas, maka akan terjadi
kebingungan terhadap siapa yang seharusnya menganggarkan sehingga nantinya dana BOS
akan ditransfer kemana.
Dikarenakan kurang jelasnya mekanisme penganggaran, maka tentu akan
menghambat proses cairnya dana BOS karena anggaran yang belum disusun sejak lama.
Proses penganggaran dana BOS yang memakan mwaktu tentu akan memundurkan jadwal
pencairan dana BOS sehingga ada potensi dana BOS menjadi tidak terserap dengan
maksimal.
- Masalah besaran dana BOS per siswa
Dana BOS disalurkan pada sekolah yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah
Nasional (NPSN) dan terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga dana BOS
dapat diperoleh oleh sekolah negeri maupun swasta. Semua sekolah berhak untuk mendapat
keringanan biaya operasional sehingga amanat negara untuk menjalankan program wajib
belajar sembilan tahun tidak memberatkan rakyat.
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan dan pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah dana
yang diperoleh tiap siswa pada tiap jenjangnya disama ratakan antar siswa. Penyeragaman
besaran dana BOS per siswa ini dalam hal penganggaran memang sangat memudahkan dalam
proses perhitungannya. Namun hal ini dirasa kurang adil karena biaya operasional tiap
sekolah di tiap wilayah berbeda-beda, padahal dengan adanya dana BOS ini sekolah dilarang
memungut biaya lain kepada peserta didik.
- Masalah penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS yang dianggap
kurang transparan
Program dana BOS diberikan pada sekolah dengan menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), yaitu dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara
mandiri oleh sekolah dengan melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Sehingga dengan
adanya MBS ini secara umum bertujuan memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan untuk mengatur sendiri dana bantuannya dan mendorong partisipasi masyarakat
untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kendala dalam proses pengelolaan dan tanggung
jawabnya, diantaranya sekolah tidak mencantumkan penerimannya dalam dana BOS, sekolah
tidak menggratiskan biaya operasional pada peserta didiknya, dan dana BOS tidak
dialokasikan pada sektor-sektor yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu masih terdapat
kurangnya pelibatan komite sekolah dalam pengelolaan dana BOS sehingga sekolah
cenderung mempermainkan dana BOS bahkan ada indikasi terhadap penyalahgunaan
terhadap dana BOS yang diperoleh oleh sekolah. Akibatnya pertanggungjawaban penggunaan
dana BOS menjadi tidak tranparan dan mudah terjadi penyelewengan dana

Anda mungkin juga menyukai