Anda di halaman 1dari 2

EKONOMI DIGITAL INDONESIA

Ekonomi digital dipercaya akan mampu menjawab tantangan pembangunan perekonomian dalam
negeri yang belum stabil. Bentuk ekonomi ini hadir dengan topografi yang landai, inklusif, dan
memberikan banyak peluang di saat empat era ekonomi sebelumnya, yakni era masyarakat
pertanian, era mesin pasca revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi
multinasional, tidak mampu menjawab permasalahan yang ada.Salah satu sektor yang dipercaya
mampu menopang pertumbuhan ekonomi adalah ekonomi digital. Ekonomi digital sebagai sebuah
sosio-politik dan sistem ekonomi yang memiliki ciri sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi
informasi, berbagai akses instrumen informasi dan pemrosesan informasi, serta kapasitas
komunikasi. Keberadaan ekonomi digital akan ditandai dengan semakin maraknya perkembangan
bisnis atau transaksi perdagangan yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi,
kolaborasi, dan kooperasi antarperusahaan ataupun individu.

Nilai transaksi ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Hal ini
terlihat dari laporan Google, Temasek, dan Bain & Company yang memproyeksikan nilai transaksi
ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 133 miliar atau sekitar Rp 1.826 triliun pada 2025,
melonjak dari proyeksi 2019 sebesar US$ 21 miliar. Pendorong utama pertumbuhan didominasi
kegiatan ekonomi di wilayah Jabodetabek dengan total pembelanjaan senilai US$ 555 per kapita
GMV. Sementara di luar Jabodetabek, rata-rata hanya US$ 103 per kapita GMV. Tantangan lain
yang dihadapi Indonesia adalah literasi finansial yang belum merata. Laporan tersebut
menyebutkan, sebanyak 47 juta orang tergolong underbanked atau memiliki rekening bank tetapi
tidak cukup memiliki akses kredit, investasi dan asuransi. Selain itu, juga terdapat 92 juta orang
lainnya yang unbanked atau tidak memiliki rekening bank.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
pertumbuhan ekonomi digital tercepat di Asia. Nilai ekonomi digital di Indonesia bahkan
diproyeksi melesat dari US$ 40 miliar pada tahun ini menjadi US$ 130 miliar atau setara Rp 1.820
triliun pada tahun 2025. Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia per
tahun mencapai 40%. Padahal, ekonomi Indonesia secara keseluruhan hanya tumbuh 5%. Dari
seluruh sektor ekonomi digital, nilai ekonomi paling besar akan diciptakan oleh e-commerce
dengan nilai mencapai US$ 82 miliar pada 2025, naik 48% dibandingkan tahun ini US$ 21 miliar.
Disusul oleh online travel yang akan mencapai US$25 miliar pada 2025, naik dari US$ 10 miliar
proyeksi tahun ini. Kemudian sisanya media online dan transportasi online.

Pertumbuhan industri e-commerce justru semakin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi tanah
air. Terlebih, kebanyakan pelaku bisnis e-commerce di tanah air berskala kecil dan menengah
(UKM). Seperti yang kita ketahui, bisnis UKM menjadi usaha yang paling tahan banting di saat
krisis ekonomi sekalipun. Melalui industri e-commerce, Rudiantara berharap dapat terus
dikembangkan dan mendukung perekonomian Indonesia yang diprediksi menjadi kekuatan
ekonomi baru dunia pada tahun 2020 nanti.
Potensi industri e-commerce di Indonesia memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Dari data
analisis Ernst & Young, dapat dilihat pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap
tahun meningkat 40 persen. Ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna
perangkat telepon pintar di Indonesia. Tak hanya sekedar untuk mencari informasi dan chatting,
masyarakat di kota-kota besar kini menjadikan internet terlebih lagi e-commerce sebagai bagian
dari gaya hidup mereka. Perilaku konsumtif dari puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia
menjadi alasan mengapa e-commerce di Indonesia akan terus berkembang.

Berbicara mengenai industri ini memang tidak semata membicarakan jual beli barang dan jasa via
internet. Tetapi ada industri lain yang terhubung di dalamnya. Seperti penyediaan jasa layanan
antar atau logistik, provider telekomunikasi, produsen perangkat pintar, dan lain-lain. Hal inilah
yang membuat industri e-commerce harus dikawal agar mampu mendorong laju perekonomian
nasional.Bisnis ini memiliki nilai bisnis yang sangat besar, tetapi sayangnya sampai saat ini belum
ada regulasi khusus yang mengatur bisnis online ini. Pada akhir tahun 2014 saja, nilai bisnis
industri e-commerce Indonesia mencapai USD 12 miliar.

Dengan pertumbuhan bisnis online yang begitu pesat, masyarakat Indonesia akan mendapatkan
manfaat positif dalam perekonomian seperti pertumbuhan kesejahteraan, pertumbuhan lapangan
kerja baru dan lain-lain. Dengan demikian Indonesia tidak lagi sekadar menjadi target pasar bisnis
internasional, tetapi sebaliknya dapat menjadi pengusaha e-commerce yang mumpuni hingga
menjangkau pasar luar negeri.Pada tahun 2020, revolusi bisnis online Indonesia diprediksi akan
mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto sebesar 22 persen. Melihat perkembangan e-commerce
di Tiongkok, maka kemungkinan hal yang sama dapat terjadi di Indonesia begitu besar karena
Indonesia dan Tiongkok memiliki karakter yang sama.Dengan populasi yang bejibun, Indonesia
dan Tiongkok menyediakan pasar yang begitu besar bagi pelaku bisnis lokal maupun internasional.
Jika potensi ini bisa dimanfaatkan dengan baik, sudah pasti akan mendongkrak perekonomian
nasional.

SUMBER :

Achmad Wirabrata.2016.Prospek Ekonomi Digital bagi peningkatan Ekonomi. Pdf didownload


online pada http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-17-I-P3DI-
September-2016-57.pdf
Agatha Olivia.2019.Sri Mulyani: Ekonomi Digital RI Tercepat di Asia, Bernilai Rp 1.820 T.
Diakses Online pada https://katadata.co.id/berita/2019/10/10/sri-mulyani-ekonomi-digital-ri-
tercepat-di-asia-bernilai-rp-1820-t

Kominfo.2015.Indonesia Akan Jadi Pemain Ekonomi Digital Terbesar di Asia Tenggara.Diakses


Online pada
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6441/Indonesia%2BAkan%2BJadi%2BPemain%2
BEkonomi%2BDigital%2BTerbesar%2Bdi%2BAsia%2BTenggara/0/berita_satker

Anda mungkin juga menyukai