Anda di halaman 1dari 3

Raadifah Faradina C

17/414154/EK/21556

Tugas Individu 1
1. Kenapa perusahaan harus lebih ke wealth maximization dan bukan profit
maximization?

Laba Maksimum/Profit Maximization adalah kondisi dimana manajer berusaha


menekan seminim mungkin biaya yang akan dikeluarkan dalam perusahaan dan mendapatkan
profit semaksimal mungkin. Namun, profit maksimum memiliki beberapa kelemahan seperti:
Memaksimalkan laba tidak memperhatikan dimensi waktu sehingga berorientasi pada jangka
pendek. Laba jangka pendek berbeda dengan laba jangka panjang, Setiap kenaikan laba belum
tentu menaikan pendapatan pemilik modal. Hal ini akan terjadi apabila sebuah perusahaan
mengeluarkan saham baru tapi saham tersebut dibelikan pada surat obligasi, dan
Memaksimalkan laba tidak memperhatikan faktor resiko.
Kesejahteraan Maksimum/ Maksimum Of Wealth adalah memaksimalkan nilai
perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan ini menekankan atas surat-surat berharga perusahaan
pada pengaruh laba terhadap harga pasar sekarang. Dengan begitu perusahaan akan berfokus
untuk meningkatkan kesejahteraan stockholder yang pastinya akan diikuti dengan naiknya
produktivitas perusahaan namun tetap dengan prinsip memepertimbangkan risiko dengan
matang. Apabila manajer mengambil keputusan yang salah dan bersebrangan dengan
stockeholder, maka pasti stockholder akan memberikan beberapa pendapat dan saran untuk
meluruskan kesalahan tersebut. Hal ini juga dikarenakan stockholder tidak akan setuju dengan
keputusan yang nantinya akan membawa kerugian dalam dana yang mereka investasikan.
Berikut perbedaan Profit dan Wealth Maximization :

BASIS FOR PROFIT WEALTH


COMPARISON MAXIMIZATION MAXIMIZATION

Concept The main objective of a The ultimate goal of the


concern is to earn a larger concern is to improve the
amount of profit. market value of its shares.

Emphasizes on Achieving short term Achieving long term


objectives. objectives.
Consideration of Risks No Yes
and Uncertainty

Advantage Acts as a yardstick for Gaining a large market


computing the operational share.
efficiency of the entity.

Recognition of Time No Yes


Pattern of Returns

2. Baca tentang kasus Enron dan jelaskan apa yang menjadi masalah corporate
governance di sana?

Kasus Enron yang melibatkan akuntansi publik Arthur Andersen, manajemen


Enron telah melakukan window dressing dengan cara menaikkan pendapatannya senilai
US $ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sebesar US $ 1,2 miliar dengan teknik
off-balance sheet.. Auditor Enron, Arthur Andersen kantor Huston dipersalahkan
karena ikut membantu proses rekayasa laporan keuangan selama bertahun-tahun. Enron
memanipulasi laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa
laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan
periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Akibat adanya manipulasi tersebut, manajemen
mulai hancur secara berkala dikarenakan manajemen melakukan kesalahan dalam
pengambilan keputusan berdasarkan laporan keuangan yang salah tersebut. Akhirnya
pada waktu yang singkat, Enron melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar
modal. Arthur Andersen juga dipersalahkan karena telah melakukan pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron.
Perbuatan yang dilakukan oleh Arthur Andersen tidak sesuai dengan Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Generally Accepted Auditing Standard
(GAAS). Seharusnya Arthur Andersen bekerja dengan penuh kehati-hatian sehingga
informasi keuangan yang telah diauditnya dapat dipercaya tidak mengandung keragu-
raguan.

3. Cari satu perusahaan Indonesia yang bangkrut karena corporate governance


yang buruk dan jelaskan.
Perusahaan Sariwangi
Akibat kegagalan investasi, pada tahun 2015 PT Sariwangi Agricultural Estate Agency
bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung
didera kesulitan. Dua perusahaan ini terjerat utang hingga Rp 1,5 triliun kepada
sejumlah kreditur. Salah satu penyebab dua perusahaan ini mengalami kesulitan
keuangan adalah gagalnya investasi untuk meningkatkan produksi perkebunan.
Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau teknologi penyiraman air dan
telah mengeluarkan uang secara besar-besaran. Namun, hasil yang didapat tidak seperti
yang diharapkan. Pembayaran cicilan utang tersendat, dan membuat sejumlah kreditur
mengajukan tagihan. Ada lima bank yang saat itu mengajukan tagihan, yakni PT HSBC
Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT
Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Pada tahun itu juga,
Sariwangi dan Maskapai Perkebunan Indorub memohon perdamaian. Dua perusahaan
itu mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada para
kreditur. Namun, hingga 2018, Sariwangi dan Maskapai Perkebunan Indorub tetap tak
bisa menjalankan janjinya. Pada 10 Oktober 2017, Majelis Hakim Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan homologasi dari salah satu
kreditur, yakni PT Bank ICBC Indonesia terhadap Sariwangi Agricultural Estate
Agency dan Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung. Seiring dengan keputusan
tersebut, dua perusahaan perkebunan teh ini resmi menyandang status pailit.

Tugas Individu 2
Siapkan 3-4 pertanyaan terkait materi Chapter 15

1. Mengapa target capital structure menjadi suatu hal yang sangat penting dimiliki dalam
suatu perusahaan?
2. Bagaimana cara perusahaan melakukan decision making dengan mempertimbangkan
adanya Business dan Financial Risk yang ada?
3. Apa kegunaan perhitungan opertaing dan financial leverage pada petimbangan resiko
perusahaan?
4. Bagaimana Trade-Off Theory menjelaskan hubungan antara debt pada capital structure
?

Anda mungkin juga menyukai