PENDAHULUAN
1
UU No.16 tahun 2009, Ketentuan umum tentang tata cara perpajakan.
1
kebijakan investasi dengan baik, mengelola kebijakan deviden, ataupun melakukan
perencanaan pajak. Perencanaan pajak ini diyakini mampu memberikan nilai yang
positif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perencanaan pajak yang positif ini perlu
dilakukan dengan memperhatikan berbagai hukum yang berlaku. Hal itu dapat disebut
juga sebagai bentuk tax avoidance. Sampai saat ini, kebanyakan wajib pajak masih
memiliki pola pikir bahwa pajak adalah sebuah beban, banyak sekali wajib pajak yang
masih menganggap bahwa beban pajak adalah biaya yang akan mengurangi laba yang
telah diperolehnya, sehingga banyak sekali wajib pajak yang dengan sengaja
melakukan penghindaran pajak. Dalam hal inilah maka para manajemen dalam suatu
perusahaan berusaha untuk mengurangi beban pajaknya. Tax avoidance sendiri
merupakan suatu pendekatan untuk mengurangi beban pajak yang ada namun tetap
dalam konteks taat hukum dengan melihat sisi lemah dari setiap hukum pajak yang
berlaku sehingga hal ini dianggap legal oleh negara. 2 Kemudian penulis juga melihat
pentingnya tingkat likuiditas sebagai bahan pertimbangan bagi para calon investor,
likuiditas sendiri terdiri dari beberapa rasio penting, salah satunya yang peneliti
gunakan dalam penelitian kali ini adalah current ratio. Current ratio ini merupakan
suatu rasio yang menggambarkan seberapa banyak aset lancar perusahaan yang
mampu digunakan untuk membayar setiap kewajiban lancar yang ada. Pemegang
saham akan merasa senang tentunya jika tingkat likuiditas perusahaan baik karena
para pemegang saham tidak akan kesulitan dalam menilai kewajiban lancar yang ada,
hal ini akan berhubungan dengan pengembalian atas modal yang telah ditanam tinggi.
Untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi, laba perusahaan juga harus maksimal.
Laba maksimal juga dapat diperoleh ketika kewajiban jangka pendek perusahaan
dapat terpenuhi. Tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
mencapai kesejahteraan pemegang saham, sehingga terjadi laba (profit) yang menjadi
tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan. Namun sumber laba tersebut perlu dianalisa
lebih dalam lagi karena banyak faktor yang bisa membuat perusahaan mengalami laba
maupun rugi, maka dari itu, kemudian salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan
sebelum investor menanamkan sahamnya dari suatu perusahaan adalah rasio leverage
(tingkat utang) suatu perusahaan. Dalam hal rasio hutang ini, penting sekali dicermati
oleh para calon investor, para investor perlu meneliti betul hutang jangka panjang
yang ada dipergunakan untuk apa saja. Jika tingkat utang di suatu perusahaan terlalu
tinggi, hal ini akan membuat pemegang saham dan juga calon investor menjadi
khawatir akan kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan tentunya, namun
hal ini akan merubah mind set para calon investor ketika mereka menemukan hutang
yang tinggi dalam perusahaan dipergunakan untuk memperluas aset perusahaan dan
2
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:6).
2
akhirnya dimanfaatkan untuk mencapai laba. Hal lain yang perlu diperhatikan bagi
calon investor adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu
pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan dapat
menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh
perusahaan. Ukuran perusahaan dicerminkan oleh total aset perusahaan. Perusahaan
yang memiliki tingkat aset yang tinggi diyakini memiliki kemampuan yang baik
dalam menghasilkan laba. Laba yang tinggi akan menjadi tolak ukur seberapa besar
tingkat pengembalian pemegang saham. Jika sudah tercapai pengembalian yang tinggi
kepada para pemegang saham, maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Kemudian
penulis berfokus dalam melihat nilai perusahaan dengan menggunakan proksi Price to
Book Value (PVB). Perhitungan nilai perusahaan dengan melihat sisi Price to Book
Value dapat membantu calon investor untuk melihat seberapa besar nilai suatu
perusahaan dengan melihat perbandingan antara nilai pasar atau harga saham dengan
nilai buku perusahaan.
Penulis berpendapat untuk mengukur nilai perusahaan dirasa tepat jika menggunakan
perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi sebagai objek penelitian, karena perusahaan yang masuk kedalam bidang
manufaktur adalah perusahaan yang sahamnya terlihat dapat tetap di range stabil
dikala adanya krisis pada tahun 2015. Dengan kata lain saham ini relatif lebih stabil
untuk mengukur nilai suatu perusahaan. Salah satu kriteria perusahaan dapat masuk
kedalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yakni perusahaan yang
memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan dan nilai transaksi yang tinggi.
Investor banyak menjadikan perusahaan di bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi ini sebagai acuan untuk membeli saham di bursa. Peneliti merasa jika
perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi ini
memiliki kinerja keuangan yang bagus yang akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaannya. Data yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi dari tahun 2014 hingga 2017 cukup memuaskan. Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2017)”.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah Leverage berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
2. Apakah Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
3. Apakah Tax Avoidance berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2014-2017?
5. Apakah Leverage, Liquiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh
secara simultan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor
barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017?
4
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi perpajakan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam
memberikan penilaian atas perusahaan dan memberikan keyakinan dalam memilih
perusahaan untuk rencana berinvestasi.
5
Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan data pada perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014-2017 serta pengolahan data.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai analisis dan pembahasan atas pengumpulan
serta pengolahan data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menguraikan secara singkat mengenai simpulan hasil penelitian
dan saran yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
6
LANDASAN TEORI
3
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Terbaru 2018, (2018:153).
7
a. Dikenakan pajak atas a. Dikenakan pajak hanya atas
penghasilan, baik diterima penghasilan yang berasal dari
atau diperoleh dari Indonesia sumber penghasilan di
maupun dari luar Indonesia Indonesia.
b. Dikenakan pajak berdasarkan b. Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan netto. penghasilan bruto
c. Tarif pajak yang digunakan c. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif umum (Tarif UU adalah tarif sepadan (tarif UU
PPh pasal 17) PPh Pasal 26)
d. Wajib menyampaikan SPT d. Tidak wajib menyampaikan
SPT.
8
lanjut dengan peraturan menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan
dalam usaha pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
2.1.4 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh investor
apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan juga merupakan suatu
kondisi tertentu yang telah dicapai oleh perusahaan setelah melalui proses
beberapa tahun, yaitu mulai perusahaan tersebut didirikan sampai dengan
saat ini.4 Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk
manajemen dalam mengelola kekayaannya. Meningkatnya nilai perusahaan
adalah suatu prestasi yang selaras dengan keinginan para pemilik. Suatu
perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan meningkatnya
harga saham di pasar. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting
bagi suatu perusahaan karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan
berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Dimana jika harga saham perusahaan
tinggi, maka pemegang saham akan mendapatkan pengembalian yang tinggi
pula. Jika pemegang saham sudah merasa makmur, maka nilai perusahaan
juga akan meningkat dan dapat dikatakan jika manajemen telah berhasil
meningkatkan nilai perusahaannya. Beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur nilai perusahaan antara lain Price Earning Ratio
(PER), Tobin’s Q dan Price to Book Value (PBV). Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan Price to Book Value (PBV) dimana Price to Book
Value (PBV) merupakan salah satu rasio yang dipertimbangkan oleh
seorang investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Untuk
perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini
mencapai diatas satu. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan
dinilai oleh para investor. Price to Book Value (PBV) yang tinggi akan
membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Hal itu juga yang
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang
4
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:5).
9
tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Alasan
mengapa Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan dalam penelitian ini yaitu nilai buku merupakan ukuran yang
stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan harga pasar. Selain
itu, PBV dapat dibandingkan antar perusahaan untuk menunjukkan tanda
mahal/murahnya suatu saham. PBV juga dapat memberikan gambaran
potensi pergerakan harga suatu saham perusahaan.
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aset dan sumber dana yang berasal dari hutang yang bertujuan
untuk meningkatkan kekayaan perusahaan. Perusahaan dengan leverage
yang tinggi mengindikasi perusahaan tersebut bergantung pada pinjaman
luar atau utang, sedangkan perusahaan dengan leverage rendah dapat
membiayai asetnya dengan modal sendiri. 5 Socio dan Nigro dalam
Ardyansyah menyebutkan karakteristik tingkat perusahaan dan hubungan
dengan leverage bervariasi sesuai dengan pandangan yang berbeda dari teori
keuangan, yaitu :
1. The Trade-off Theory
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan memilih leverage yang
optimal setelah membandingkan keuntungan dan kerugian yang akan
diperoleh dengan dana pinjaman.
2. The Pecking Order Theory
Teori ini menyebutkan bahwa tidak ada nilai optimal bagi leverage.
Biasanya perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
menjelaskan informasi secara detail dalam laporan keuangan, tingkat
leverage ini perlu dilakukan karena hal ini tentunya sangat penting bagi
setiap calon investor yang akan menanamkan modalnya kepada
perusahaan yang bersangkutan sebagai cara untuk menghindari
monitoring cost oleh investor dibandingkan perusahaan dengan tingkat
leverage rendah (Ardyansyah, 2014) Keown (2005) dalam Suyanto
(2012) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan sumber dana yang
memiliki beban tetap dengan harapan memberikan keuntungan yang lebih
besar dari pada biaya tetapnya sehingga akan meningkatkan
pengembalian bagi pemegang saham. Besar kecilnya leverage pada
5
Dewi Nawang Gemilang, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
dan Capital Intencity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, (2017 : 21)
10
perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya pajak yang dibayarkan
perusahaan. Hal ini dikarenakan biaya bunga dari utang dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak sehingga beban pajak menjadi
lebih kecil. Rasio Solvabilitas (Leverage Rasio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang. Untuk mendanai usahanya, perusahaan memiliki sumber dana
yang berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Adapun keuntungan
mengetahui leverage ratio adalah :
a. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lain.
b. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bersifat tetap.
c. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
Rasio-rasio yang termasuk dalam leverage ratio meliputi Ratio to asset
ratio (debt ratio), Debt to equity, Long term debt to equity ratio, dan
Current liabilities to net worth. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
rasio Debt to equity, dimana Debt to equity adalah rasio yang digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara total utang dan modal sendiri.
Rasio ini dinyatakan dalam presentase, yang berguna untuk mengetahui
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Bagi kreditor,
semakin tinggi rasio ini akan semakin tidak menguntungkan, karena bagi
sebagian risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan, namun semakin besar rasio ini bagi perusahaan justru akan
semakin baik.6
2.1.6 Likuiditas
Analisis rasio likuiditas merupakan analisis rasio yang dilakukan perusahaan
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. 7 Jika likuiditas
perusahaan tinggi menunjukkan resiko yang rendah terhadap kebangkrutan.
Namun jika terdapat nilai likuiditas yang terlalu tinggi artinya perusahaan
tersebut menunjukkan banyaknya dana yang menganggur, piutang yang belum
tertagih, dan banyaknya persediaan yang belum terjual sehingga tingginya
current ratio tinggi menyebabkan menurunnya produktifitas perusahaan.
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu
perusahaan, adalah sebagai berikut.
6
Hamdani, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, (2018:170).
7
Hery, Analisis Kinerja Manajeman (2015:149).
11
1. Current Ratio, ialah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang telah
dihimpun oleh perusahaan dan harus segera dibayar.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kembali hutang-hutang yang ada dengan menggunakan aset likuid
yang dimilikinya. Semakin tinggi Cash Ratio, maka akan menghasilkan
semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan.
2. Quick Ratio, pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan
merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini
disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas.
3. Cash Ratio, rasio ini merupakan perbandingan antara kas yang ada dalam
perusahaan dan yang ada dalam bank yang akan dibandingkan dengan
kewajiban lancar yang ada. Rasio ini menunjukkan kemampuan kas
perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus merubah aktiva
lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas.
4. Cash Flow Liquidity Ratio, pendekatan lain dalam mengukur likuiditas
perusahaan adalah dengan cash flow liquidity ratio karena menggunakan
pembilang merupakan kas dan setara kas serta diikutsertakan dalam arus kas
hasil operasi perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum tenteu
dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja yang kurang
bagus. Namun, kita harus memahami terlebih dahulu karakteristik industri
dari perusahaan tersebut. Misalnya, PT X bergerak di bidang perdagangan
retail dan PT Y bergerak di bidang industri otomotif. Rasio likuiditas PT X
pasti lebih kecil daripada PT Y. Namun, tidak dapat disimpulkan bahwa
kinerja PT X kurang bagus jika dibandingkan dengan kinerja di PT Y karena
karakteristik perusahaan yang berbeda dengan keterangan bahwa PT X
mempunyai nilai piutang yang cenderung lebih kecil daripada PT Y,
sedangkan PT Y mempunyai nilai persediaan dan piutang yang lebih besar
karena menjadi suatu kebutuhan perusahaan. Kalau begitu, berapakah rasio
likuiditas yang standar?. Tidak ada yang tahu pasti mengenai nilai rasio
likuiditas yang standar. Namun, kita dapat membandingkan dengan data
industri, setiap industri memiliki standar yang berbeda-beda. Kita tidak bisa
langsung memberi kesimpulan bahwa likuiditas perusahaan yang lebih tinggi
mempunyai kinerja yang baik. Mungkin saja perusahaan tidak dapat
mengelola piutang dagang atau persediaan secara lebih baik sehingga terjadi
penumpukan piutang dagang yang bermasalah atau adanya penumpukan
persediaan atau berbagai kondisi lainnya.
12
2.1.7 Tax Avoidance
Penghindaran pajak yang ada di dalam perusahaan pada umumnya adalah
penghindaran pajak yang menggunakan prinsip tax avoidance, prinsip ini
menjunjung tinggi nilai-nilai hukum yang berlaku di suatu negara. Para
menejemen perusahaan berusaha untuk melakukan penghindaran pajak dengan
memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam tata hukum perpajakan
suatu negara.
Penghindaran pajak sendiri terdapat beberapa bentuknya, bentuk-bentuk
penghindaran pajak adalah sebagai berikut:
1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax avoidance, secara teoritis merupakan usaha setiap badan secara rasional
akan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan masing-masing, sebagai
konsekuensi itu orang pribadi atau badan akan berusaha meminimalkan
pembayaran pajak dalam koridor hukum. 8 Suatu perencanaan pajak atau
disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses haruslah
dengan jelas dibedakan dengan tindakan penyelundupan pajak. Semua ahli
sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi
ternyata perbedaan itu menjadi kabur, baik secara teori maupun secara
aplikasinya. Secara konseptual, justru menentukan perbedaan antara
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak, kesulitannya terletak pada
penentuan perbedaannya, akan tetapi berdasarkan konsep perundang-
undangan, garis pemisahnya adalah antara melanggar undang-undang
(unlawful) dan tidak melanggar perundang-undangan (lawful). 9Penghindaran
pajak yang disebut sebagai tax avoidance, adalah proses pengendalian pajak
yang tidak melanggar perundang-undangan perpajakan. Seperti halnya suatu
pengadilan yang tidak dapat menghukum seseorang karena perbuatannya
yang tidak melanggar hukum, begitu pula dengan pajak yang tidak dapat
dipajaki apabila tidak ada kegiatan transaksi yang dapat dipajaki. Dalam hal
ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan bahkan
sebaliknya diperoleh penghematan pajak dengan cara mengatur tindakan-
tindakan yang menghindari aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian
fakta-fakta yang ada, sehingga terhindar dari pajak yang lebih besar atau sama
sekali tidak kena pajak.
2. Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)
8
Edi Slamet Irianto, Pajak Kepemimpinan dan Masa Depan (2015:99).
9
Chairil Anwar Pohan, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis (2013:24).
13
Penyelundupan pajak merupakan usaha yang tidak dapat dibenarkan
berkenaan dengan kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri
dari pengenaan pajak.
Apabila wajib pajak dengan sengaja memanipulasi secara ilegal atas
penghasilannya dan memperkecil jumlah pajak yang terutang, hal tersebut
termasuk dalam penyelundupan pajak, hal ini terjadi karena wajib pajak telah
melanggar perundang-undangan perpajakan dan dapat diberikan sanksi atau
hukuman dari negara. Oleh sebab itu alam penelitian ini, penulis menggunakan
proxy effective tax rate. Dimana proxy ini digunakan dalam pengukuran tax
avoidance yang melihat proyeksi beban pajak terhadap laba sebelum pajak.
2.1.8 Ukuran Perusahaan
1. Definisi Ukuran Perusahaan
Secara umum ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu
perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Jika pengertian ini
dihubungkan dengan perusahaan atau organisasi, maka ukuran perusahaan
dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya usaha dari
suatu perusahaan atau organisasi. Suatu ukuran perusahaan sangat penting
sebagai salah satu factor penentu tinggi rendahnya suatu nilai perusahaan
yang ada. Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan
perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan akan
mempengaruhi kemampuan dalam menanggung resiko yang mungkin
timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Perusahaan besar
memiliki risiko yang lebih rendah dari pada perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik (greater
control) terhadap kondisi pasar sehingga mereka mampu menghadapi
persaingan ekonomi. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aset ataupun total
penjualan bersih. Semakin besar total aset maupun penjualan maka
semakin besar modal yang ditanam, sementara semakin banyak penjualan
makan semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Ukuran
perusahaan juga secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi suatu perusahaan. Suatu ukuran perusahaan dapat tercermin
dengan adanya pengukuran ukuran perusahaan. Pada umumnya semakin
besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya dan
mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga
perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan
14
kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar.
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan
total asset, ukuran perusahaan tersebut diukur menggunakan logaritma dari
total asset. Hal ini dikarenakan nilai total asset memiliki nilai yang cukup
besar jika dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk itu
variabel total asset diperhalus dengan menggunakan log total asset atau ln
(total asset) untuk menghindari fluktuasi data yang berlebihan tanpa
mengubah proporsi dari total asset yang sebenarnya. 10
2. Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Berdasarakan UU No.20 Tahun 2008 (pasal 6) menjelaskan 4 kriteria ukuran
perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Terdapat berbagai macam kriteria dalam
menentuka ukuran perusahaan. Ke empat kriteria ukuran tersebut antara lain:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
10
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:12).
15
d. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)
huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat
diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan
Peraturan Presiden.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam hal meneliti variabel-variabel bebas dan terikat, beberapa penelitian telah
mengkaji mengenai beberapa variabel-variabel Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance
dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan, untuk itu perlu dilihat bagaimana
para peneliti-peneliti sebelumnya dalam mengukur variabel-variabel bebas dan terikat
yang ada, berikut ini adalah tabel mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai variabel-variabel Leverage,
Likuiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan,
diantaranya :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
16
(2015) Terhadap Nilai X2 : Profitabilitas positif dan
Perusahaan Dengan signifikan.
17
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
BAB 3
18
Leverage (X1)
Likuiditas (X2)
Nilai
Perusahaan
Tax Avoidance (X3) (Y)
Keterangan:
Gambar 3.1
Kerangka Pikir
19
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai Perusahaan
apabila diuji secara parsial.
H02 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
diuji secara parsial.
H03 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
H04 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
H05 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji
secara simultan.
Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance,
dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji secara
simultan.
3.1.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut sekaligus objek yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel penelitian merupakan suatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian atau gejala yang akan diteliti. 12 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel independen.
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan. Dimana nilai
perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh
investor sehingga ia mau membayarnya jika suatu perusahaan akan dijual. 13
Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan menggunakan proksi
Price to Book Value (PBV). Hal ini dikarenakan Price to Book Value (PBV)
banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, ada
beberapa keunggulan Price to Book Value (PBV) diantaranya nilai buku
merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan
12
Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (2015:150).
13
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:6).
20
harga pasar. Selain itu, Price to Book Value (PBV) dapat dibandingkan antar
perusahaan untuk menunjukkan tanda mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini
dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga
dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio Price to Book Value (PBV)
ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham. Price to Book Value
(PBV) dirumuskan sebagai berikut:
Total Ekuitas
Book Value Per Share
Jumlah Saham yang Beredar
Total Hutang
DER =
Total Ekuitas
b. Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutang jangka pendek dengan nilai aset lancar yang ada. Penulis
menggunakan proksi Current Asset untuk mengukur likuiditas dengan
rumus sebagai berikut :
Aset Lancar
Current Ratio
Hutang Lancar
21
c. Tax Avoidance
Tax Avoidance merupakan suatu teknik penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal tanpa melanggar peraturan perundang-undangan
yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak. Sangat penting bagi
setiap calon investor dalam menganalisa setiap nilai perusahaan sebelum
melakukan investasi dananya, namun selain itu juga perlu diperhatikan
bagaimana setiap perusahaan melaksanakan kewajibannya sebagai wajib
pajak untuk menyetorkan pajaknya tanpa melawan undang-undang yang
berlaku. Dalam penelitian ini Tax Avoidance diproksikan dengan
Effective Tax Rate (ETR). Tax Avoidance dirumuskan sebagai berikut :
Beban Pajak
ETR =
Penghasilan Sebelum Beban Pajak
d. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan juga merupakan poin penting sebagai
salah satu tolak ukur untuk melihat nilai perusahaan. Untuk mengukur
tingkat ukuran perusahaan dapat dihitung dari total aktiva setiap
perusahaan karena ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total asset.
Size =
𝑆𝑖𝑧𝑒 = Ln
Ln (Total Asset)
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡)
14
Kris H.Timotius, Pengantar Metode Penelitian, (2017:5).
22
sektor barang dan konsumsi selama empat tahun. Dimana time series merupakan
data yang memiliki runtun waktu lebih dari satu tahun pada objek yang sama.
Penelitian ini berbentuk kuantitatif yaitu penelitian yang berorientasi pada hasil
dengan runtutan penelitian yang sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Dalam penelitian ini data yang
digunakan untuk diolah adalah berupa angka dan hitungan yang diperoleh dari data
laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan komsusi. Penulis
menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan
konsumsi dikarenakan sektor barang dan konsumsi memiliki nilai pasar yang cukup
baik pada tahun 2016, sektor ini dinilai oleh penulis sebagai sektor yang tepat dalam
menggambarkan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini. Demikian pula
pada tahap penarikan kesimpulan penelitian didasarkan atas angka dan perhitungan
dari hasil analisis yang dapat berupa grafik, dan kurva. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan data history yang mengandung unsur
kuantitatif, dimana data yang diperoleh berbentuk angka. Selain pengolahan yang
akan dilakukan dengan software SPSS Versi 21, penulis juga melakukan analisis
dengan melakukan pembahasan yang terkait dengan perbandingan penelitian yang
sudah pernah diteliti sebelumnya. Metode penelitian ini menjabarkan populasi dan
sample yang digunakan, alat analisis yang digunakan sampai dengan teknik
pengambilan data. Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa nilai
perusahaan. Variabel independen meliputi leverage, likuiditas, tax avoidance, dan
ukuran perusahaan. Uji dalam penelitian ini meliputi uji statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, dan uji hipotesis. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah
suatu cara untuk menyelesaikan masalah dengan teknik tertentu dan sistematik.
3.2.2
4.1.2 Kerangka Penelitian
Permasalahan Umum : Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017
Implementasi Khusus : Laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017
Data Sekunder : Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017
23
Hipotesis
H0 = r = 0 Ha = r ≠ 0
Uji Hipotesis
Interpretasi
Hasil Penelitian
Gambar 3.2.2
3.2.3 Alat Analisis Yang Digunakan
Kerangka Penelitian
24
kumpulan data yang ada.15 Uji statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan
dengan program SPSS Versi 21.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya normalitas residual,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas pada model regresi. Model
regresi linerar dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi beberapa asumsi klasik yaitu data residual terdistribusi normal, tidak
adanya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Harus
terpenuhinya asumsi klasik adalah agar diperoleh model regresi dengan estimasi
yang tidak bias dan pengujiannya dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja
yang tidak terpenuhi, maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).16
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan
dari regresi terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode
uji normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal
di grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual atau dengan uji
Sample Kolmogorov – Smirnov.17
1) Metode grafik
Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal di grafik Normal P-P Plot of
Regression Standardized Residual. Sebagai dasar pengambilan
keputusannya, jika titik – titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.
2) Metode Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Metode Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui
distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, possion, uniform atau
exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual
terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai
signifikan lebih dari 0,05.18
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Pada regresi yang baik seharusnya tidak
15
Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, (2017:39).
16
_____, hal 107.
17
_____, hal 109.
18
Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, (2017:114).
25
terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot
antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residual (SRESID).
Dasar kriterianya dalam pengambilan keputusan yaitu:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikoliniearitas
Multikoliniearitas berarti antarvariabel independen yang terdapat dalam model
regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna
(koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Pada model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara
variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien
korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya gejala multikoliniearitas umumnya adalah
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak
terjadi multikoliniearitas sehingga uji multikolinieritas terpenuhi.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan uji untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Maslah ini timbul karena residual
19
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari observasi satu ke observasi lainnya.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan
menggunakan uji Run Test. Uji Run Test digunakan untuk mengukur
kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil observasi melalui data
sampel. Kaidah uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian angka Run
Test adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi
19
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (2013:94).
26
3. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji t independen ini untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara terpisah. Kriteria pengujian
dengan menggunakan uji t independen sebagai berikut:
H0 : B = 0
Ha : B ≠ 0
Kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika : ttabel< thitung< ttabel(α/2)
Ha diterima jika : thitung> ttabel(α/2)
Pada penelitian ini taraf signifikan / risiko kesalahan yang digunakan (α) = 0,05
atau 5%. Jika sign < 0,05, maka Ha diterima yang berarti variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika
sign > 0,05, maka H0 diterima yang berarti variabel independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen atau bebas
secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. 20
Tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah 5% (α=0,05) artinya risiko
kesalahan pengambilan keputusan 5%.
Berdasarkan nilai F hitung dan F Tabel kesimpulan diambil dengan ketentuan:
1) Jika nilai Fhitung< Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan keempat variabel
independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2) Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dan untuk menentukan tingkat signifikansinya, berikut ketentuannya:
a) Jika sign α > 0,05 maka variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika sign α < 0,05 maka variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
Dari hasil pengujian uji F tersebut, maka akan di dapat persamaan regresi
bergandanya. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
20
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 8 (2016:97).
27
antara variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama
- sama. Data - data yang di kumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan
komputer dengan software Microsoft Excel 2007 dan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0. Persamaan regresi dengan
linier berganda yang terdapat dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
Dimana :
= Nilai Perusahaan
= Konstanta
= Leverage
= Likuiditas
= Tax Avoidance
= Ukuran Perusahaan
= error
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. 21 Nilai koefisien determinasi
berada di antara 0 dan 1. Nilai koefisien yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi bisa dilihat dari R
square, dimana interpretasi dari nilai R square adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Determinasi
21
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 8 (2016:95).
28
Ketepatan variabel independen sangat rendah
< 0,10
dalam menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen rendah dalam
0,11 – 0,30
menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen cukup dalam
0,31 – 0,49
menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen tinggi dalam
> 0,50
menjelaskan variasi variabel dependen
29
purposive sampling method yaitu cara pengambilan sample dengan menetapkan
ciri yang sesuai dengan tujuan.24 Sampel dari penelitian ini adalah seluruh
Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31
Desember secara konsisten dan berturut-turut.
b. Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2014 - 2017 yang memiliki saldo laba
positif.
c. Laporan keuangan dinyatakan dengan nilai mata uang rupiah.
d. Data Outlier (data dengan nilai ekstrem).
24
Saban Echdar, Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis, (2017:268).
30
BAB IV
Tabel 4.1
Pemilihan Sampel Perusahaan
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor 42
barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2017.
Berdasarkan proses seleksi data sample yang telah dilakukan pada tabel diatas
terdapat 8 perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap
secara berturut-turut yaitu PT. Siantar Top Tbk, PT. Prima Cakrawala Abadi Tbk,
PT. Campina Ice Cream Industry Tbk, PT. Sariguna Primatirta Tbk, PT. Kino
Indonesia Tbk, PT. Taisho Pharmacheutical Tbk, PT. Integra Indocabinet Tbk, dan
PT. Wilmay Cahaya Indonesia serta adanya 5 perusahaan yang mengalami
kerugian yaitu PT. Tri Banyan Tirta Tbk, PT. Martina berto Tbk, PT. Bentoel
31
International Investama Tbk, PT. Langgeng Makmur Industri Tbk, PT. Kedaung
Indah Can Tbk, dan PT. Prasidha Aneka Niaga maka dapat diperoleh 13
perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor barang dan konsumsi yang
digunakan sebagai sample. Berikut merupakan daftar perusahaan manufaktur yang
masuk ke dalam sektor barang dan konsumsi yang digunakan sebagai sample
penelitian.
Tabel 4.2
Pemilihan Sampel Perusahaan
32
Tabel 4.3
Nilai Perusahaan Sample Periode 2014-2017
Kode PERIODE
.
Perusahaan 2014 2015 2016 2017
33
Tabel 4.4
Leverage Perusahaan Sample Periode 2014-2017
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017
2. Likuiditas
Berikut ini merupakan tabel likuiditas perusahaan yang masuk ke dalam bidang
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama empat periode (2014-2017) yang diproksikan dengan Current Ratio
.
Tabel 4.5
34
Likuiditas Perusahaan Sample Periode 2014-2017
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017
3. Tax Avoidance
Berikut ini merupakan tabel tax avoidance perusahaan yang masuk ke dalam
bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama empat periode (2014-2017) yang diproksikan dengan Effective
Tax Rate (ETR).
Tabel 4.6
Tax Avoidance Perusahaan Sample Periode 2014-2017
35
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017
4. Ukuran Perusahaan
Berikut ini merupakan tabel ukuran perusahaan untuk perusahaan yang masuk ke
dalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama empat periode (2014-2017).
Tabel 4.7
Ukuran Perusahaan Sample Periode 2014-2017
36
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017
37
Statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai jumlah data,
nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari seluruh variabel
penelitian selama empat periode (2014-2017) penelitian. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21.0
diperoleh hasil perhitungan, sebagai berikut:
Tabel 4.8
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
1. Uji Normalitas
38
Pada Gambar 4.1 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan histogram.
Dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution) versi 21.0
diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1
Histogram
Pada Gambar 4.2 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan grafik P-Plot.
Dimana dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution)
versi 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik P-Plot
Pada Tabel 4.9 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-
smirnov. Dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution)
versi 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
39
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 52
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 7,64409614
Absolute ,135
Most Extreme Differences Positive ,121
Negative -,135
Kolmogorov-Smirnov Z ,975
Asymp. Sig. (2-tailed) ,298
2. Uji Heteroskedastisitas
Pada Gambar 4.3 menampilkan hasil pengolahan data dengan bantuan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh grafik
scatterplot sebagai berikut :
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
3. Uji Multikolinearitas
Pada Tabel 4.10 menampilkan hasil uji multikolinearitas dimana dengan bantuan
Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka
sebagai berikut :
40
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan uji untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Pada pengujian ini perlu diperhatikan gejalan-
gejalan korelasi. Tidak jarang adanya timbul gejala korelasi antara penggangu
pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya), oleh
sebab itu perlu dilakukan pengujian autokorelasi ini. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Maslah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari observasi satu ke
observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Run Test. Uji Run Test digunakan
untuk mengukur kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil observasi
melalui data sampel. Kaidah uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian
angka Run Test adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi. Dengan bantuan Statstical Product and Service Solution
(SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut :
41
Tabel 4.11
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,71732
Cases < Test Value 26
Cases >= Test Value 26
Total Cases 52
Number of Runs 21
Z -1,681
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093
a. Median
4.3.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
1. Uji Parsial (Uji t)
Pada Tabel 4.12 menampilkan hasil uji t dimana dengan bantuan Statstical
Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (t)
Tabel 4.13
Total 17176,977 51
42
3. Uji Regresi Linear Berganda
Pada Tabel 4.14 menampilkan hasil uji regresi linear berganda dimana dengan
bantuan Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh
angka sebagai berikut :
Tabel 4.14
Perumusan regresi linear berganda antara leverage, likuiditas, tax avoidance dan
ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
4. Koefisien Determinasi
Pada Tabel 4.15 menampilkan hasil uji koefisien determinasi dimana dengan
bantuan Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh
angka sebagai berikut :
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi
43
BAB V
44
5. Dari hasil analisis statistik deskriptif tabel 4.8 dari 52 observasi diketahui
bahwa nilai ukuran perusahaan minimum yaitu sebesar 25,80 dimiliki oleh
PT. Pyridam Indonesia Tbk. Nilai maksimum ukuran perusahaan yaitu
sebesar 31,83 dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk. Dan nilai rata-rata
(mean) ukuran perusahaan yaitu sebesar 28,8006 dengan standar deviasi
sebesar 1,63905.
5.1.2 Analisis Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan pengujian asumsi klasik yang dilakukan, terlihat data yang digunakan
dalam penelitian ini terbebas dari masalah asumsi klasik dan penelitian ini layak
dalam model regresi linear. Berikut ini adalah penjabaran masing-masing uji
asumsi klasik :
1. Uji Normalitas
a. Berdasarkan gambar 4.1 pada bab IV dapat dilihat bahwa grafik
histogram memenuhi kurva distribusi normal. Hal tersebut dibuktikan
dengan kurva yang berbentuk lonceng, simetris, berbentuk satu dan
menyatu, dapat diperluas menjadi tidak terbatas baik itu nilai positif
maupun nilai negatif dan area di bawah kurva sama dengan satu.
b. Selanjutnya, gambar 4.2 yaitu grafik P-Plot pada bab IV memberikan
hasil bahwa data yang disimbolkan dalam bentuk titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hasil
pengujian ini menyatakan bahwa data telah terdistribusi normal karena
telah sesuai dengan kriteria penentuan normalitas data, yakni jika data
menyebar disekitar garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
c. Peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov agar lebih meyakinkan
dalam mengasumsikan data telah terdistribusi normal. Dapat dilihat pada
tabel 4.9 yaitu tabel Kolmogorov-Smirnov dibuktikan dengan nilai sign
Kolmogorov- Smirnov sebesar 0,298 menyatakan bahwa nilai
signifikansi di atas 0,05 memenuhi distribusi normal. Dapat disimpulkan
bahwa pengujian telah memenuhi uji normalitas baik dalam grafik
histogram, grafik P-Plot maupun Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah bila varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homokedastisitas. Kriteria
penentuan apakah telah terjadi heteroskedastisitas atau tidak yang berbunyi
45
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah
angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dapat dilihat pada gambar 4.3 pada bab IV grafik scatterplot menerangkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena titik-titik yang menyebar di
dalam grafik membentuk pola yang tidak jelas, dan juga menyebar di atas dan
di bawah sumbu Y.
3. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi terdapat
korelasi antar variabel independen. Kriteria penentuan apakah telah terjadi
masalah multikolinearitas atau tidak adalah jika nilai tolerance lebih besar
dari 0,01 atau sama dengan VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen, sehingga uji multikolinearitas
terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.10 dengan bantuan Statistical
Product and Service Solution (SPSS) Versi 21 diperoleh nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan bahwa:
a. Variabel leverage memiliki nilai tolerance sebesar 0,495 dengan nilai
VIF sebesar 2,021.
b. Variabel likuiditas memiliki nilai tolerance sebesar 0,500 dengan nilai
VIF sebesar 2,002.
c. Variabel tax avoidance memiliki nilai tolerance sebesar 0,954 dengan
nilai VIF sebesar 1,048.
d. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance sebesar 0,949
dengan nilai VIF sebesar 1,053.
46
Berdasarkan hasil pengujian uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas dapat dikatakan
bahwa data sample pada penelitian ini dapat digunakan sebagar dasar analisis
karena telah memenuhi asumsi normalitas dan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas.
5.1.3 Analisis Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Parsial
a. Hasil Uji t leverage
Hipotesis yang diajukan :
H01 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel leverage (X1)
mempunyai nilai thitung = 12,271, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada
tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df)
= n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174
(lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,00 dari nilai probabilitas
0,05.
Ini berarti thitung 12,2710 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05
sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara leverage (X1) terhadap nilai perusahaan (Y) secara parsial.
b. Hasil Uji t likuiditas
Hipotesis yang diajukan :
H02 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel profitabilitas (X 2)
mempunyai nilai thitung = 3,821, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada
tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df)
= n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174
(lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dari nilai probabilitas
0,05.
Ini berarti thitung 3,821 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05,
sehingga H02 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh
47
signifikan antara variabel likuiditas (X2) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara parsial.
c. Hasil Uji t Tax Avoidance
Hipotesis yang diajukan :
H03 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tas avoidance terhadap
Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel leverage mempunyai
nilai thitung = 0,162, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada tingkat
signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df) = n-k-
1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174 (lihat
lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,872 dari nilai probabilitas 0,05.
Ini berarti thitung 0,162 < ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,872 > 0,05,
sehingga H03 diterima dan Ha3 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel tax avoidance (X3) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) secara parsial.
d. Hasil Uji t Ukuran Perusahaan
Hipotesis yang diajukan :
H04 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan
(X4) mempunyai nilai thitung = 3,242, sedangkan dari tabel distribusi t dicari
pada tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat
kebebasan (df) = n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,01174 (lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,002 dari
nilai probabilitas 0,05.
Ini berarti thitung 3,242 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,002 < 0,05,
sehingga H04 ditolak dan Ha4 diterima. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara variabel ukuran perusahaan (X 4) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) secara parsial.
48
2. Hasil Uji Simultan Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis yang diajukan :
H05 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila
diuji secara simultan.
Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila
diuji secara simultan.
Dari tabel 4.13, diketahui bahwa variabel leverage (X1), likuiditas (X2), tax
avoidance (X3) dan ukuran perusahaan (X4) mempunyai nilai Fhitung = 55,977
sedangkan nilai Ftabel menggunakan signifikansi (α = 0,05) df1 (k) = 4 dan df 2
(n-k-1) atau (52-4-1)= 47 dimana n adalah jumlah data penelitian dan k adalah
jumlah variabel independen diperoleh hasil Ftabel sebesar 2,57 (lihat lampiran)
dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Ini berarti F hitung 55,977 > Ftabel 2,57 dan
signifikansi 0,000 < 0,05, sehingga H05 ditolak dan Ha5 diterima. Jadi secara
bersama-sama (simultan) leverage, likuiditas, tax avoidance dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda, dengan model analisis sebagai berikut:
Keterangan :
= Nilai Perusahaan
= Konstanta
- = Koefisien Regresi
= Leverage
= Likuiditas
= Tax Avoidance
= Ukuran Perusahaan
= error
49
Berikut hasil pengujian regresi linear berganda sehingga diperoleh model
persamaan regresi linear sebagai berikut:
Model Unstandardized
Coefficients
B Std. Error
Gambar 5.1
50
Setiap penambahan satu satuan likuiditas akan meningkatkan tingkat nilai
perusahaan sebesar 2,865.
4. Nilai koefisien regresi atas X 3 sebesar 4,103 menyatakan bahwa tax
avoidance terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya positif (tidak
berlawanan). Setiap penambahan satu satuan tax avoidance akan
meningkatkan nilai perusahaan sebesar 4,103.
5. Nilai koefisien regresi atas X4 sebesar 2,264 menyatakan bahwa ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya negatif
(berlawanan). Setiap penambahan satu satuan ukuran perusahaan akan
menurunkan tingkat nilai perusahaan sebesar 2,264.
51
hasil signifikansi runs test diatas 0,05 yaitu 0,093. Untuk uji parsial (uji t) hanya X2 dan X3
saja yang berpengaruh terhadap Y. Uji simultan (uji F) dalam penelitian ini menunjukkan
hasil yang berpengaruh signifikan secara silmultan. Adjusted R-Square dalam penelitian
ini sebesar 0,812 yang mana dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen adalah tinggi karena R 2 lebih besar dari 0,50.
Selanjutnya pembahasan mengenai hasil pengujian dalam penelitian dirangkum kedalam
tabel berikut dibawah ini :
Tabel 5.1
Rekap SPSS
No. Jenis Pengujian Indikator Hasil Pengujian
52
X3 : thitung > ttabel 0,162 Tidak t erdapat
nilai ttabel 2,01174 pengaruh signifikan
X4 : thitung < ttabel 3,242 Terdapat pengaruh
nilai ttabel 2,01174 signifikan
Analisis Korelasi Fhitung> Ftabel, nilai Ftabel 2,57 55,977 Terdapat pengaruh
Simultan signifikan secara
simultan
3. Koefisien Koefisien Determinasi 0,812 Leverage, Likuiditas,
Determinasi (Adjusted R-Square) Tax Avoidance dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh sebesar
81,2% terhadap Nilai
Perusahaan sedangkan
sisanya sebesar 18,8%
dipengaruhi variabel
lain yang tidak diteliti.
53
tersebut membuat penerimaan negara yang bersumber dari pajak menurun karena
aktivitas perusahaan yang menambah permodalan, mendanai ekspansi dan memperluas
operasi komersialnya dilakukan melalui berhutang atau melakukan pinjaman, bukan
dengan menambah modal/ ekuitas murni. Sebagai dampak lanjutannya, konsekuensi
atas hutang/ pinjaman adalah biaya pinjaman (borrowing cost), dimana biaya ini
merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) dalam perhitungan PPh
perusahaan. Memang, di sisi lain, pembayaran atas biaya pinjaman tersebut, atau saya
persempit ke jenis yang paling umum, yaitu biaya bunga merupakan objek PPh juga,
namun jika dibandingkan head-to-head dengan kapitalisasi modal dari penambahan
saham atau saham bonus, maka penerimaan pajak akan lebih kecil.
54
namun tetap terjaga. Ketika perusahaan sudah dapat menjaga nilai likuiditasnya dengan
baik maka diyakini setiap hutang lancar yang ada akan dapat dilunasi dengan baik serta
perusahaan tidak akan menjadi terlalu boros dan hal ini akan meningkatkan nilai
perusahaan secara positif bagi para investor.
55
tersebut telah menjadi salah satu perusahaan yang berkemungkinan akan terus hidup
untuk jangka yang panjang. Hal ini tentunya akan menarik minat investor karena
produk yang cinta lingkungan akan dicintai oleh para konsumen sehingga produk yang
dihasilkan akan terus laku di pasaran dan pada akhirnya akan menaikkan laba
perusahaan secara positif dan membuat investor memutuskan untuk menanamkan
sahamnya kepada perusahaan tersebut.
56
bahwa total aset yang dimiliki perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat para investor semakin yakin
untuk menaruh sahamnya kepada perusahaan tersebut sehingga hal ini akan membantu
perusahaan untuk lebih baik lagi dalam mengembangkan usahanya untuk masa
mendatang.
5.1.1. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan analisis hasil uji simultan leverage (X1), likuiditas (X2), tax avoidance (X3)
dan ukuran perusahaan (X 4) yang telah dilakukan pada tabel 4.13 pada bab IV
diperoleh Fhitung 55,977 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai F hitung tersebut lebih besar
dari nilai Ftabel 2,63 (Fhitung 12,705 > Ftabel 2,57) dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
(leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan
terhadap nilai perusahaan secara simultan diterima (H05 ditolak dan Ha5 diterima).
Tabel 5.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu
Variabel Bebas
No Peneliti Ukuran
Leverage Likuiditas Tax Avoidance
Perusahaan
Amalia Dewi
Rahmawati,
1 Topowijono dan Tidak Berpengaruh
Sri Sulasmiyati
(2014)
Jonathan dan Vivi
2 Berpengaruh Positif
Adeyani (2015)
Kurnia, Dudi
Pratomo dan
3 Tidak Berpengaruh Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif
Ahmad Fachrizal
(2015)
Veronica
Hasibuan, Moch
DzulkiromAR
4 Berpengaruh Negatif
dan NGWi
Endang NP
(2016)
5.2.5
5 Haryani Chandra Berpengaruh Positif
Rini Sulastri
6 Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif
(2017)
57
Berikut ini merupakan hasil perbandingan penelitian yang telah dilakukan penulis
dengan beberapa penelitian terdahulu:
1. Untuk variabel leverage hipotesa (H01 dan Ha1) dalam penelitian ini (uji pengaruh
parsial, dalam uji T test), ternyata H01 ditolak dan Ha1 diterima sehingga “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap nilai perusahaan”. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Veronica
Hasibuan, Moch Dzulkirom AR dan NG Wi Endang NP (2016), Haryani Chandra
(2017), serta Rini Sulastri (2017) dan hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia, Dudi Pratomo dan Ahmad Fachrizal
(2015).
2. Untuk variabel likuiditas hipotesa (H02 dan Ha2) dalam penelitian ini (uji pengaruh
parsial, dalam uji T test), ternyata H02 ditolak dan Ha2 diterima sehingga “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara likuidias terhadap nilai perusahaan”. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rini Sulastri
(2017).
3. Untuk variabel tax avoidance hipotesa (H03 dan Ha3) dalam penelitian ini (uji
pengaruh parsial, dalam uji T test), ternyata H01 diterima dan Ha1 ditolak sehingga
“Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tax avoidance terhadap nilai
perusahaan”. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Jonathan dan Vivi Adeyani (2015) serta Kurnia, Dudi Pratomo dan
Ahmad Fachrizal (2015).
4. Untuk variabel ukuran perusahaan hipotesa (H04 dan Ha4) dalam penelitian ini (uji
pengaruh parsial, dalam uji T test), ternyata H04 ditolak dan Ha4 diterima sehingga
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan”. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Kurnia, Dudi Pratomo dan Ahmad Fachrizal (2015) dan bertentangan dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Amalia Dewi Rahmawati, Topowijono
dan Sri Sulasmiyati (2014).
58
BAB VI
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017.
Dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai t tabel (12,271 > 2,01174) serta
nilai signifikansi yang lebih kecil yaitu sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05. Leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan
dikarenakan banyaknya hutang yang dimaksimalkan oleh para manajemen perusahaan
akan dipergunakan untuk memaksimalkan laba. Laba tersebut berasal dari adanya
hutang yang bertambah yang digunakan perusahaan untuk membeli aset baru yang
dipergunakan untuk memaksimalkan produksi produk yang akan dijual kepada
konsumen. Nilai leverage ini juga sangat penting untuk dianalisis oleh para investor
karena nilai leverage ini tidak boleh melebihi nilai yang sudah ditetapkan dalam
perbandingannya dengan nilai ekuitas perusahaan yaitu sebesar 4:1 . Oleh sebab itu
ketika ada hutang yang meningkat perlu juga dijaga oleh perusahaan dan perlu
dimaksimalkan penggunaannya untuk menaikkan nilai perusahaannya.
2. Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017.
Dibuktikan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,821 > 2,01174) serta nilai
signifikansi yang lebih kecil sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan
yaitu sebesar 0,05. Likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan
tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk mencapai kemakmuran
59
pemegang saham, sehingga laba menjadi tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan.
Oleh sebab itu perlu adanya likuiditas dalam perusahaan tersebut. Ketika perusahaan
tersebut mencapai titik likuid artinya perusahaan tersebut tidak akan terganggu oleh
adanya hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban jangka pendek yang ada dalam
perusahaan tersebut. Hal ini tentunya membantu perusahaan untuk lebih berfokus
dalam memaksimalkan laba untuk menutupi hutang jangka panjang mereka sehingga
ketika perusahaan sudah dapat menutup hutang-hutang yang ada baik hutang jangka
pendek maupun jangka panjangnya, maka nilai perusahaan tersebut akan menjadi baik
dimata para investor.
3. Tax Avoidance secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2017. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih besar yaitu sebesar
0,872 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai thitung lebih
kecil dari ttabel (0,162 < 2,01174). Tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan dikarenakan jika tingkat tax avoidance suatu perusahaan tinggi, hal ini
tidak mencerminkan nilai perusahaan yang baik secara menyeluruh. Perusahaan-
perusahaan yang ada pada umumnya akan memfokuskan nilai perusahaan mereka
dalam pencapaian laba yang ada, ketika mereka sudah mencapai laba yang sesuai dan
dapat membayar seluruh kewajiban yang ada, maka perusahaan tersebut dinilai baik.
Oleh sebab itu adanya tax avoidance tidak akan membuat pemegang saham dan juga
calon investor menilai bahwa perusahaan mereka tergolong memiliki nilai perusahaan
yang tinggi. Ketika mereka berhasil melakukan penghindaran pajak namun belum
mencapai laba yang optimal maka nilai perusahaan tersebut belum tergolong baik.
4. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2017. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih kecil yaitu sebesar
0,002 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai thitung lebih
besar dari ttabel (3,242 > 2,01174). Ukuran perusahaan tercermin dari total aset
perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Oleh sebab itu sangat penting sekali adanya
manajemen laba yang ditekankan oleh perusahaan, ketika manajemen perusahaan
berhasil memanfaatkan setiap aset yang ada dalam perusahaan, perusahaan itu akan
mencapai laba yang optimal. Hal ini tentunya akan membuat nilai perusahaan menjadi
naik dan terlihat baik dimata para investor.
5. Leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih
60
kecil sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai
Fhitung tersebut lebih besar dari nilai Ftabel 2,57 (Fhitung 55,977 > Ftabel 2,57). Leverage,
likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dimana leverage, likuiditas dan ukura perusahaan
merupakan variabel yang kuat yang bisa mempengaruhi tax avidance sehingga secara
bersama-sama mereka dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang
diperoleh dari hasil penelitian dan juga pembahasan yang sudah dilakukan terkait dengan
leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan agar
penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi semua pihak. Saran – saran
yang penulis berikan sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Untuk kebutuhan penelitian selanjutnya serta kebutuhan dalam bidang akademisi lainnya,
penulis berharap dalam meneliti nilai perusahaan bisa menggunakan proksi yang lain.
Karena penelitian ini terbatas pada mengukur nilai perusahaan dengan menggunakan
proksi Price to Book Value (PBV). Peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan periode
pengamatan yang berbeda. Dimana peneliti selanjutnya bisa memperpanjang tahun
penelitian, karena penelitian ini terbatas hanya pada 4 periode penelitian dimulai dari
tahun 2014-2017. Untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik bisa menggunakan
sektor yang berbeda dari penelitian ini karena sektor yang penulis gunakan dalam
penelitian ini sebatas pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi.
2. Bagi Investor
Agar para pemegang saham tetap setia berinvestasi di sebuah perusahaan, maka kinerja
keuangan perusahaan haruslah bagus. Kinerja perusahaan ini akan memberikan nilai
kepada perusahaan tersebut. Perusahaan harus sebaik mungkin mengelola aset yang
mereka punya dan juga harus mengelola jumlah pinjamannya dengan bijak dengan tetap
memperhatikan pajak yang harus dibayar kepada negara. Hal ini merupakan upaya yang
dapat dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang optimal bagi
perusahaan. Jika perusahaan sudah berhasil menghasilkan keuntungan, hal ini akan
berdampak baik bagi para pemegang saham. Mereka akan mendapatkan pengembalian atas
modal yang telah mereka tanam. Jika para pemegang sudah merasa puas akan kinerja
perusahaan maka hal ini akan berpengaruh pula terhadap nilai perusahaannya yang
semakin meningkat. Jika ingin menginvestasikan modal di suatu perusahaan hendaknya
mempertimbangkan nilai perusahaan tersebut baik dari segi pertumbuhan laba, tingkat
utang yang dimiliki dan kepatuhan terhadap pembayaran pajak, ketika perusahaan sudah
61
mampu untuk menghasilkan laba tanpa harus kesulitan dalam pembayaran beban pajak
serta tetap bisa melunasi hutangnya, perusahaan tersebut memiliki nilai yang baik dan
layak untuk dapat diinvestasikan oleh para investor.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Johar, 2017, SPSS 24 untuk penelitian dan skripsi, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Dewi Nawang Gemilang, 2017, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Capital Intencity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Echdar Saban, 2017, Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor.
Ghozali Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, USU Press,
Medan.
Ghazoli Imam, 2016, Edisi 8, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, USU
Press, Medan.
Hamdani, 2018, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, Mitra Wacana Media , Jakarta.
Hery, 2015, Analisis Kinerja Managemen, PT Grasindo , Jakarta.
Hery, 2017, Kajian Riset Akuntansi, PT Grasindo , Jakarta.
Irianto, Edi Slamet 2015, Pajak Kepemimpinan Dan Masa Depan, Kakanwil, Jawa
Tengah.
Kris H.Timotius, 2017, Pengantar Metode Penelitian, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru 2018, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Priyatno Duwi, 2017, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, C.V Andi
Offset, Yogyakarta.
Pohan. Chairil Anwar, 2013, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak &
Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, 2015, Dasar Metode Penelitian, Literasi Media Publishing,
Yogyakarta.
Siswanto Elly, 2014, Good University Governance Prinsip dan Implementasi dalam
Penggalian Pendapatan, Gunung Samudra, Malang.
Sugiarto, 2017, Metodologi Penelitian Bisnis, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
www. idx.co.id
https://finance.yahoo.com/
62
SCAN DAFTAR PUSTAKA
63
Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan Analisis Kinerja
Dr. Hamdani, S.E, M.M, M.AK. Managemen
2018 Hery, S.E., M.Si,
CRP, RSA.
2015
64
Pengantar Metodologi Perpajakan Edisi
Penelitian Terbaru 2018
Prof. Dr. Kris H. Timotius Prof. Dr. Mardiasmo,
2017 MBA., AK
2018
65
Dasar Metodologi Penelitian Good University
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes Governance
M. Ali Sodik, M.A Prinsip dan
2015 Implementasi
Dalam
Penggalian
Pendapatan
Dr. Ely Siswanto
2014
Metodologi Penelitian
Bisnis
Prof. Dr. Ir. Sugiarto, M. Sc.
2017
66
LAMPIRAN
67
A-4 Lampiran Effective Tax Rate Perusahaan Sampel Periode 2014-2017
2014 2015 2016 2017
NO KODE
Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak
1 GGRM 1.822.046.000.000 7.254.713.000.000 2.182.441.000.000 8.635.275.000.000 2.258.454.000.000 8.931.136.000.000 2.681.165.000.000 10.436.512.000.000
2 HMSP 3.537.216.000.000 13.718.299.000.000 3.569.336.000.000 13.932.644.000.000 4.249.218.000.000 17.011.447.000.000 4.224.272.000.000 16.894.806.000.000
3 KAEF 86.181.636.916 344.017.652.213 85.162.555.115 338.135.061.189 59.798.179.173 442.824.103.843 85.951.608.979 535.661.371.401
4 MERK 54.907.935.000 205.958.418.000 51.395.379.000 193.940.841.000 61.073.314.000 214.916.161.000 61.107.348.000 205.784.642.000
5 MLBI 283.495.000.000 1.078.378.000.000 178.663.000.000 675.572.000.000 338.057.000.000 1.320.186.000.000 457.953.000.000 1.780.020.000.000
6 PYFA 1.550.165.979 4.211.187.980 1.467.826.630 4.554.931.095 1.907.090.128 7.053.407.169 2.471.878.605 9.599.280.773
7 SIDO 131.231.000.000 548.742.000.000 122.924.000.000 560.399.000.000 148.557.000.000 629.082.000.000 148.090.000.000 681.889.000.000
8 SKLT 7.188.408.517 24.044.381.630 7.309.446.375 27.376.238.223 4.520.085.462 25.166.206.536 4.399.850.008 27.370.565.356
9 TCID 65.619.186.288 241.447.832.720 38.647.669.480 583.121.947.494 59.416.261.296 221.475.857.643 63.956.663.719 243.083.045.787
10 TSPC 152.515.117.693 738.305.933.705 177.892.281.060 707.110.932.867 173.464.664.107 718.958.200.369 186.750.680.877 744.090.262.873
11 ULTJ 91.896.185.643 374.957.616.094 177.575.035.200 700.675.250.229 222.657.000.000 932.483.000.000 314.550.000.000 1.026.231.000.000
12 UNVR 2.000.932.000.000 7.927.652.000.000 1.977.685.000.000 7.829.490.000.000 2.181.213.000.000 8.571.885.000.000 2.367.099.000.000 9.371.661.000.000
13 WIIM 37.359.691.059 150.033.454.319 46.881.830.192 177.962.941.779 30.372.690.384 136.662.997.252 13.901.517.361 54.491.308.212
68
B-1 TABEL UJI T (N = 41 – 80)
69
Titik Presentase Distribusi t (df = 41 – 80)
70