Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang tercermin
pada harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai
perusahaan sebaliknya semakin rendah harga saham maka nilai perusahaan juga
rendah atau kinerja perusahaan kurang baik. Nilai perusahaan diukur dengan price to
book value (PBV) yaitu rasio yang mengukur nilai perusahaan dengan
membandingkan harga saham per lembar saham. Perusahaan yang tinggi
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Salah satunya, pandangan nilai
perusahaan bagi pihak kreditur. Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan
likuiditas perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu atau tidaknya mengembalikan
pinjaman yang 2 diberikan oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan tersirat tidak
baik maka investor akan menilai perusahaan dengan rendah. Didirikannya sebuah
perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan
tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan untuk mencapai
keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Menurut Undang-
undang Nomor 16 tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dalam pasal 1 berbunyi bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 1 Pajak memiliki
peran yang sangat penting dalam sebuah pembangunan negara dengan pembayaran
pajak yang dibayarkan kepada negara merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Hal ini merupakan suatu tanggung jawab yang cukup besar bagi setiap agen
perusahaan. Oleh sebab itu dalam hal perpajakan banyak agen perusahaan yang
memanfaatkan celah self assessment system yang dapat memberikan kesempatan bagi
setiap agen untuk menghitung sendiri pajak perusahaan. Maka dari itulah pada
umumnya pemilik perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban
pajak setiap tahunnya. Manajemen keuangan bisa dengan cermat mengambil

1
UU No.16 tahun 2009, Ketentuan umum tentang tata cara perpajakan.

1
kebijakan investasi dengan baik, mengelola kebijakan deviden, ataupun melakukan
perencanaan pajak. Perencanaan pajak ini diyakini mampu memberikan nilai yang
positif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perencanaan pajak yang positif ini perlu
dilakukan dengan memperhatikan berbagai hukum yang berlaku. Hal itu dapat disebut
juga sebagai bentuk tax avoidance. Sampai saat ini, kebanyakan wajib pajak masih
memiliki pola pikir bahwa pajak adalah sebuah beban, banyak sekali wajib pajak yang
masih menganggap bahwa beban pajak adalah biaya yang akan mengurangi laba yang
telah diperolehnya, sehingga banyak sekali wajib pajak yang dengan sengaja
melakukan penghindaran pajak. Dalam hal inilah maka para manajemen dalam suatu
perusahaan berusaha untuk mengurangi beban pajaknya. Tax avoidance sendiri
merupakan suatu pendekatan untuk mengurangi beban pajak yang ada namun tetap
dalam konteks taat hukum dengan melihat sisi lemah dari setiap hukum pajak yang
berlaku sehingga hal ini dianggap legal oleh negara. 2 Kemudian penulis juga melihat
pentingnya tingkat likuiditas sebagai bahan pertimbangan bagi para calon investor,
likuiditas sendiri terdiri dari beberapa rasio penting, salah satunya yang peneliti
gunakan dalam penelitian kali ini adalah current ratio. Current ratio ini merupakan
suatu rasio yang menggambarkan seberapa banyak aset lancar perusahaan yang
mampu digunakan untuk membayar setiap kewajiban lancar yang ada. Pemegang
saham akan merasa senang tentunya jika tingkat likuiditas perusahaan baik karena
para pemegang saham tidak akan kesulitan dalam menilai kewajiban lancar yang ada,
hal ini akan berhubungan dengan pengembalian atas modal yang telah ditanam tinggi.
Untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi, laba perusahaan juga harus maksimal.
Laba maksimal juga dapat diperoleh ketika kewajiban jangka pendek perusahaan
dapat terpenuhi. Tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
mencapai kesejahteraan pemegang saham, sehingga terjadi laba (profit) yang menjadi
tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan. Namun sumber laba tersebut perlu dianalisa
lebih dalam lagi karena banyak faktor yang bisa membuat perusahaan mengalami laba
maupun rugi, maka dari itu, kemudian salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan
sebelum investor menanamkan sahamnya dari suatu perusahaan adalah rasio leverage
(tingkat utang) suatu perusahaan. Dalam hal rasio hutang ini, penting sekali dicermati
oleh para calon investor, para investor perlu meneliti betul hutang jangka panjang
yang ada dipergunakan untuk apa saja. Jika tingkat utang di suatu perusahaan terlalu
tinggi, hal ini akan membuat pemegang saham dan juga calon investor menjadi
khawatir akan kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan tentunya, namun
hal ini akan merubah mind set para calon investor ketika mereka menemukan hutang
yang tinggi dalam perusahaan dipergunakan untuk memperluas aset perusahaan dan
2
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:6).

2
akhirnya dimanfaatkan untuk mencapai laba. Hal lain yang perlu diperhatikan bagi
calon investor adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan suatu
pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan dapat
menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh
perusahaan. Ukuran perusahaan dicerminkan oleh total aset perusahaan. Perusahaan
yang memiliki tingkat aset yang tinggi diyakini memiliki kemampuan yang baik
dalam menghasilkan laba. Laba yang tinggi akan menjadi tolak ukur seberapa besar
tingkat pengembalian pemegang saham. Jika sudah tercapai pengembalian yang tinggi
kepada para pemegang saham, maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Kemudian
penulis berfokus dalam melihat nilai perusahaan dengan menggunakan proksi Price to
Book Value (PVB). Perhitungan nilai perusahaan dengan melihat sisi Price to Book
Value dapat membantu calon investor untuk melihat seberapa besar nilai suatu
perusahaan dengan melihat perbandingan antara nilai pasar atau harga saham dengan
nilai buku perusahaan.
Penulis berpendapat untuk mengukur nilai perusahaan dirasa tepat jika menggunakan
perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi sebagai objek penelitian, karena perusahaan yang masuk kedalam bidang
manufaktur adalah perusahaan yang sahamnya terlihat dapat tetap di range stabil
dikala adanya krisis pada tahun 2015. Dengan kata lain saham ini relatif lebih stabil
untuk mengukur nilai suatu perusahaan. Salah satu kriteria perusahaan dapat masuk
kedalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yakni perusahaan yang
memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan dan nilai transaksi yang tinggi.
Investor banyak menjadikan perusahaan di bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi ini sebagai acuan untuk membeli saham di bursa. Peneliti merasa jika
perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi ini
memiliki kinerja keuangan yang bagus yang akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaannya. Data yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi dari tahun 2014 hingga 2017 cukup memuaskan. Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2017)”.

3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah Leverage berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
2. Apakah Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
3. Apakah Tax Avoidance berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2014-2017?
4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2014-2017?
5. Apakah Leverage, Liquiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh
secara simultan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor
barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan secara parsial
pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2014-2017.
2. Untuk mengetahui pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan secara parsial pada
perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014-
2017.
3. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan secara
parsial pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di
BEI tahun 2014-2017.
4. Untuk mengetahui pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan secara
parsial pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di
BEI tahun 2014-2017.
5. Untuk mengetahui pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance, dan Ukutan
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan secara simultan pada perusahaan
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017

4
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi perpajakan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam
memberikan penilaian atas perusahaan dan memberikan keyakinan dalam memilih
perusahaan untuk rencana berinvestasi.

1.5 Sistematika Penulisan


Penelitian ini terdiri dari 6 (enam) bab dimana bab-bab tersebut berisikan tentang
pendahuluan, landasan teori, kerangka pikir dan metodologi penelitian, pengumpulan dan
pengolahan data, analisis dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Penjelasan dari
masing-masing bab akan diuraikan dibawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan
masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, tujuan dan manfaat dari
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Nilai Perusahaan, Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance, Ukuran Perusahaan
dan teori-teori yang berkaitan serta penelitian-penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan topik penelitian ini.
BAB III KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan kerangka pikir, deskripsi tentang variabel-variabel dalam
penelitian secara operasional, penentuan populasi dan sampel penelitian,
sumber data yang digunakan, teknik pengambilan data serta alat analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Variabel bebas dalam
penelitian ini meliputi leverage, likuiditas, tax avoidance dan ukuran
perusahaan sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu nilai
perusahaan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5
Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan data pada perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014-2017 serta pengolahan data.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai analisis dan pembahasan atas pengumpulan
serta pengolahan data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menguraikan secara singkat mengenai simpulan hasil penelitian
dan saran yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

BAB II

6
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Pengertian Pajak
Berdasarkan UU No.28 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang–Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No 46 2015
menyebutkan bahwa “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan
kena pajak perusahaan. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bawa Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
baik pribadi maupun badan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku guna
memenuhi kepentingan negara.
2.1.2 Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Yang menjadi Subjek Pajak adalah 3 :
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi dalam menggantikan yang berhak
2. Badan terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, hal ini tentu juga bisa dalam bentuk BUMN/BUMD dengan
nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha di Indonesia memiliki beberapa perbedaan-perbedaan antara
wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negerai. Perbedaan wajib
pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, antara lain :

Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib pajak Luar Negeri

3
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Terbaru 2018, (2018:153).

7
a. Dikenakan pajak atas a. Dikenakan pajak hanya atas
penghasilan, baik diterima penghasilan yang berasal dari
atau diperoleh dari Indonesia sumber penghasilan di
maupun dari luar Indonesia Indonesia.
b. Dikenakan pajak berdasarkan b. Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan netto. penghasilan bruto
c. Tarif pajak yang digunakan c. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif umum (Tarif UU adalah tarif sepadan (tarif UU
PPh pasal 17) PPh Pasal 26)
d. Wajib menyampaikan SPT d. Tidak wajib menyampaikan
SPT.

2.1.3 Objek Pajak


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupaun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk diantaranya:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, antara lain:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.
c. Keuntungan-keuntungan yaitu karena likuidasi, penggabungan,
peleburan,pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih

8
lanjut dengan peraturan menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan
dalam usaha pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
2.1.4 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh investor
apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan juga merupakan suatu
kondisi tertentu yang telah dicapai oleh perusahaan setelah melalui proses
beberapa tahun, yaitu mulai perusahaan tersebut didirikan sampai dengan
saat ini.4 Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk
manajemen dalam mengelola kekayaannya. Meningkatnya nilai perusahaan
adalah suatu prestasi yang selaras dengan keinginan para pemilik. Suatu
perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan meningkatnya
harga saham di pasar. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting
bagi suatu perusahaan karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan
berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Dimana jika harga saham perusahaan
tinggi, maka pemegang saham akan mendapatkan pengembalian yang tinggi
pula. Jika pemegang saham sudah merasa makmur, maka nilai perusahaan
juga akan meningkat dan dapat dikatakan jika manajemen telah berhasil
meningkatkan nilai perusahaannya. Beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur nilai perusahaan antara lain Price Earning Ratio
(PER), Tobin’s Q dan Price to Book Value (PBV). Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan Price to Book Value (PBV) dimana Price to Book
Value (PBV) merupakan salah satu rasio yang dipertimbangkan oleh
seorang investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Untuk
perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini
mencapai diatas satu. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan
dinilai oleh para investor. Price to Book Value (PBV) yang tinggi akan
membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Hal itu juga yang
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang
4
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:5).

9
tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Alasan
mengapa Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan dalam penelitian ini yaitu nilai buku merupakan ukuran yang
stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan harga pasar. Selain
itu, PBV dapat dibandingkan antar perusahaan untuk menunjukkan tanda
mahal/murahnya suatu saham. PBV juga dapat memberikan gambaran
potensi pergerakan harga suatu saham perusahaan.
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aset dan sumber dana yang berasal dari hutang yang bertujuan
untuk meningkatkan kekayaan perusahaan. Perusahaan dengan leverage
yang tinggi mengindikasi perusahaan tersebut bergantung pada pinjaman
luar atau utang, sedangkan perusahaan dengan leverage rendah dapat
membiayai asetnya dengan modal sendiri. 5 Socio dan Nigro dalam
Ardyansyah menyebutkan karakteristik tingkat perusahaan dan hubungan
dengan leverage bervariasi sesuai dengan pandangan yang berbeda dari teori
keuangan, yaitu :
1. The Trade-off Theory
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan memilih leverage yang
optimal setelah membandingkan keuntungan dan kerugian yang akan
diperoleh dengan dana pinjaman.
2. The Pecking Order Theory
Teori ini menyebutkan bahwa tidak ada nilai optimal bagi leverage.
Biasanya perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
menjelaskan informasi secara detail dalam laporan keuangan, tingkat
leverage ini perlu dilakukan karena hal ini tentunya sangat penting bagi
setiap calon investor yang akan menanamkan modalnya kepada
perusahaan yang bersangkutan sebagai cara untuk menghindari
monitoring cost oleh investor dibandingkan perusahaan dengan tingkat
leverage rendah (Ardyansyah, 2014) Keown (2005) dalam Suyanto
(2012) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan sumber dana yang
memiliki beban tetap dengan harapan memberikan keuntungan yang lebih
besar dari pada biaya tetapnya sehingga akan meningkatkan
pengembalian bagi pemegang saham. Besar kecilnya leverage pada

5
Dewi Nawang Gemilang, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
dan Capital Intencity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, (2017 : 21)

10
perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya pajak yang dibayarkan
perusahaan. Hal ini dikarenakan biaya bunga dari utang dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak sehingga beban pajak menjadi
lebih kecil. Rasio Solvabilitas (Leverage Rasio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang. Untuk mendanai usahanya, perusahaan memiliki sumber dana
yang berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Adapun keuntungan
mengetahui leverage ratio adalah :
a. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lain.
b. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bersifat tetap.
c. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
Rasio-rasio yang termasuk dalam leverage ratio meliputi Ratio to asset
ratio (debt ratio), Debt to equity, Long term debt to equity ratio, dan
Current liabilities to net worth. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
rasio Debt to equity, dimana Debt to equity adalah rasio yang digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara total utang dan modal sendiri.
Rasio ini dinyatakan dalam presentase, yang berguna untuk mengetahui
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Bagi kreditor,
semakin tinggi rasio ini akan semakin tidak menguntungkan, karena bagi
sebagian risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan, namun semakin besar rasio ini bagi perusahaan justru akan
semakin baik.6
2.1.6 Likuiditas
Analisis rasio likuiditas merupakan analisis rasio yang dilakukan perusahaan
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. 7 Jika likuiditas
perusahaan tinggi menunjukkan resiko yang rendah terhadap kebangkrutan.
Namun jika terdapat nilai likuiditas yang terlalu tinggi artinya perusahaan
tersebut menunjukkan banyaknya dana yang menganggur, piutang yang belum
tertagih, dan banyaknya persediaan yang belum terjual sehingga tingginya
current ratio tinggi menyebabkan menurunnya produktifitas perusahaan.
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu
perusahaan, adalah sebagai berikut.
6
Hamdani, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, (2018:170).
7
Hery, Analisis Kinerja Manajeman (2015:149).

11
1. Current Ratio, ialah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang telah
dihimpun oleh perusahaan dan harus segera dibayar.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kembali hutang-hutang yang ada dengan menggunakan aset likuid
yang dimilikinya. Semakin tinggi Cash Ratio, maka akan menghasilkan
semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan.
2. Quick Ratio, pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan
merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini
disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas.
3. Cash Ratio, rasio ini merupakan perbandingan antara kas yang ada dalam
perusahaan dan yang ada dalam bank yang akan dibandingkan dengan
kewajiban lancar yang ada. Rasio ini menunjukkan kemampuan kas
perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus merubah aktiva
lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas.
4. Cash Flow Liquidity Ratio, pendekatan lain dalam mengukur likuiditas
perusahaan adalah dengan cash flow liquidity ratio karena menggunakan
pembilang merupakan kas dan setara kas serta diikutsertakan dalam arus kas
hasil operasi perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum tenteu
dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja yang kurang
bagus. Namun, kita harus memahami terlebih dahulu karakteristik industri
dari perusahaan tersebut. Misalnya, PT X bergerak di bidang perdagangan
retail dan PT Y bergerak di bidang industri otomotif. Rasio likuiditas PT X
pasti lebih kecil daripada PT Y. Namun, tidak dapat disimpulkan bahwa
kinerja PT X kurang bagus jika dibandingkan dengan kinerja di PT Y karena
karakteristik perusahaan yang berbeda dengan keterangan bahwa PT X
mempunyai nilai piutang yang cenderung lebih kecil daripada PT Y,
sedangkan PT Y mempunyai nilai persediaan dan piutang yang lebih besar
karena menjadi suatu kebutuhan perusahaan. Kalau begitu, berapakah rasio
likuiditas yang standar?. Tidak ada yang tahu pasti mengenai nilai rasio
likuiditas yang standar. Namun, kita dapat membandingkan dengan data
industri, setiap industri memiliki standar yang berbeda-beda. Kita tidak bisa
langsung memberi kesimpulan bahwa likuiditas perusahaan yang lebih tinggi
mempunyai kinerja yang baik. Mungkin saja perusahaan tidak dapat
mengelola piutang dagang atau persediaan secara lebih baik sehingga terjadi
penumpukan piutang dagang yang bermasalah atau adanya penumpukan
persediaan atau berbagai kondisi lainnya.

12
2.1.7 Tax Avoidance
Penghindaran pajak yang ada di dalam perusahaan pada umumnya adalah
penghindaran pajak yang menggunakan prinsip tax avoidance, prinsip ini
menjunjung tinggi nilai-nilai hukum yang berlaku di suatu negara. Para
menejemen perusahaan berusaha untuk melakukan penghindaran pajak dengan
memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam tata hukum perpajakan
suatu negara.
Penghindaran pajak sendiri terdapat beberapa bentuknya, bentuk-bentuk
penghindaran pajak adalah sebagai berikut:
1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax avoidance, secara teoritis merupakan usaha setiap badan secara rasional
akan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan masing-masing, sebagai
konsekuensi itu orang pribadi atau badan akan berusaha meminimalkan
pembayaran pajak dalam koridor hukum. 8 Suatu perencanaan pajak atau
disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses haruslah
dengan jelas dibedakan dengan tindakan penyelundupan pajak. Semua ahli
sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi
ternyata perbedaan itu menjadi kabur, baik secara teori maupun secara
aplikasinya. Secara konseptual, justru menentukan perbedaan antara
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak, kesulitannya terletak pada
penentuan perbedaannya, akan tetapi berdasarkan konsep perundang-
undangan, garis pemisahnya adalah antara melanggar undang-undang
(unlawful) dan tidak melanggar perundang-undangan (lawful). 9Penghindaran
pajak yang disebut sebagai tax avoidance, adalah proses pengendalian pajak
yang tidak melanggar perundang-undangan perpajakan. Seperti halnya suatu
pengadilan yang tidak dapat menghukum seseorang karena perbuatannya
yang tidak melanggar hukum, begitu pula dengan pajak yang tidak dapat
dipajaki apabila tidak ada kegiatan transaksi yang dapat dipajaki. Dalam hal
ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan bahkan
sebaliknya diperoleh penghematan pajak dengan cara mengatur tindakan-
tindakan yang menghindari aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian
fakta-fakta yang ada, sehingga terhindar dari pajak yang lebih besar atau sama
sekali tidak kena pajak.
2. Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)

8
Edi Slamet Irianto, Pajak Kepemimpinan dan Masa Depan (2015:99).
9
Chairil Anwar Pohan, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis (2013:24).

13
Penyelundupan pajak merupakan usaha yang tidak dapat dibenarkan
berkenaan dengan kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri
dari pengenaan pajak.
Apabila wajib pajak dengan sengaja memanipulasi secara ilegal atas
penghasilannya dan memperkecil jumlah pajak yang terutang, hal tersebut
termasuk dalam penyelundupan pajak, hal ini terjadi karena wajib pajak telah
melanggar perundang-undangan perpajakan dan dapat diberikan sanksi atau
hukuman dari negara. Oleh sebab itu alam penelitian ini, penulis menggunakan
proxy effective tax rate. Dimana proxy ini digunakan dalam pengukuran tax
avoidance yang melihat proyeksi beban pajak terhadap laba sebelum pajak.
2.1.8 Ukuran Perusahaan
1. Definisi Ukuran Perusahaan
Secara umum ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu
perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Jika pengertian ini
dihubungkan dengan perusahaan atau organisasi, maka ukuran perusahaan
dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya usaha dari
suatu perusahaan atau organisasi. Suatu ukuran perusahaan sangat penting
sebagai salah satu factor penentu tinggi rendahnya suatu nilai perusahaan
yang ada. Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan
perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya perusahaan akan
mempengaruhi kemampuan dalam menanggung resiko yang mungkin
timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Perusahaan besar
memiliki risiko yang lebih rendah dari pada perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik (greater
control) terhadap kondisi pasar sehingga mereka mampu menghadapi
persaingan ekonomi. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aset ataupun total
penjualan bersih. Semakin besar total aset maupun penjualan maka
semakin besar modal yang ditanam, sementara semakin banyak penjualan
makan semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Ukuran
perusahaan juga secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi suatu perusahaan. Suatu ukuran perusahaan dapat tercermin
dengan adanya pengukuran ukuran perusahaan. Pada umumnya semakin
besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya dan
mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga
perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan

14
kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar.
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan
total asset, ukuran perusahaan tersebut diukur menggunakan logaritma dari
total asset. Hal ini dikarenakan nilai total asset memiliki nilai yang cukup
besar jika dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk itu
variabel total asset diperhalus dengan menggunakan log total asset atau ln
(total asset) untuk menghindari fluktuasi data yang berlebihan tanpa
mengubah proporsi dari total asset yang sebenarnya. 10
2. Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Berdasarakan UU No.20 Tahun 2008 (pasal 6) menjelaskan 4 kriteria ukuran
perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Terdapat berbagai macam kriteria dalam
menentuka ukuran perusahaan. Ke empat kriteria ukuran tersebut antara lain:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:


1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

10
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:12).

15
d. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)
huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat
diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan
Peraturan Presiden.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam hal meneliti variabel-variabel bebas dan terikat, beberapa penelitian telah
mengkaji mengenai beberapa variabel-variabel Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance
dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan, untuk itu perlu dilihat bagaimana
para peneliti-peneliti sebelumnya dalam mengukur variabel-variabel bebas dan terikat
yang ada, berikut ini adalah tabel mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai variabel-variabel Leverage,
Likuiditas, Tax Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan,
diantaranya :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian


1. Amalia Dewi Pengaruh Ukuran Variabel Bebas : 1. Ukuran
Rahmawati, Perusahaan, X1 : Ukuran Perusahan tidak
Topowijono dan Profitabilitas, Perusahaan berpengaruh.
Sri Sulasmiyati Struktur Modal, dan X2 : Profitabilitas 2. Profitabilitas
(2014) Keputusan Investasi X3 : Struktur Modal berpengaruh
Terhadap Nilai X4 : Keputusan positif
Perusahaan (Studi Investasi signifikan.
pada Perusahaan 3. Struktur Modal
Sektor Properti, Real Variabel Terikat : berpengaruh
Estate, dan Building Nilai Perusahaan negatif
Construction yang signifikan.

No. Peneliti Hasil Penelitian


Judul Variabel
Terdaftar di Bursa 4. Keputusan
Efek Indonesia (BEI) Investasi
Periode 2010-2013) berpengaruh
positif
signifikan.
2. Jonathan dan Pengaruh Tax Variabel Bebas : 1. Tax Avoidance
Vivi Adeyani Avoidance X1 : Tax Avoidance berpengaruh

16
(2015) Terhadap Nilai X2 : Profitabilitas positif dan
Perusahaan Dengan signifikan.

Profitabilitas Variabel Terikat : 2. Profitabilitas


Nilai Perusahaan berpengaruh
Sebagai Variabel
positif dan
Pemoderasi Pada
signifikan.
Perusahaan
Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2010-
2014
3. Veronica Pengaruh Leverage Variabel Bebas : 1. DER dan EPS
Hasibuan, Moch dan Profitabilitas X1 : Leverage berpengaruh
Dzulkirom AR Terhadap Nilai DER dan DR negatif dan
dan N G Wi Perusahaan (Studi X2 : Profitabilitas signifikan.
Endang NP pada Perusahaan ROE dan EPS 2. DR dan ROE
(2016) Property dan Real berpengaruh
Estate yang Terdaftar Variabel Terikat : positif
di BEI Periode Nilai Perusahaan signifikan.
Tahun 2012-2015)
4. Haryani Pengaruh Intellectual Variabel Bebas : 1. Intellectual
Chandra (2017) Capital, Profitabilitas X1 : Intellectual Capital
dan Leverage Capital berpengaruh
Terhadap Nilai X2 : Profitabilitas positif dan
Perusahaan Pada X3 : Leverage signifikan.
Perusahaan Sektor 2. Profitabilitas
Properti, Real Estate Variabel Terikat : berpengaruh

dan Konstruksi Nilai Perusahaan 3. positif dan


Bangunan Yang signifikan.
Terdaftar di BEI 4. Leverage
Tahun 2010-2015 berpengaruh
positif dan
signifikan.

17
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

5. Rini Sulastri Pengaruh Variabel Bebas : 1. Profitabilitas


(2017) Profitabilitas, X1 : Profitabilitas berpengaruh
Likuiditas, Leverage X2 : Likuiditas positif dan
Terhadap Nilai X3 : Leverage signifikan.
Perusahaan (Studi 2. Likuiditas
Pada Perusahaan Variabel Terikat : berpengaruh
Manufaktur yang Nilai Perusahaan positif dan
Terdaftar di Bursa signifikan.
Efek Indonesia 3. Leverage
Tahun 2012-2016) berpengaruh
positif dan
signifikan.

BAB 3

KERANGKA PIKIR DAN METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir


3.1.1 Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran teoritis akan menjelaskan bagaimana leverage, likuiditas, tax
avoidance dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Kerangka
pemikiran teoritis disajikan sebagai berikut :

18
Leverage (X1)

Likuiditas (X2)
Nilai
Perusahaan
Tax Avoidance (X3) (Y)

Ukuran Perusahaan (X4)

Keterangan:

: Pengaruh variabel secara parsial


: Pengaruh variabel secara simultan

Gambar 3.1
Kerangka Pikir

Nilai perusahaan memiliki banyak sekali variabel-variabel yang saling berkaitan


satu sama lainnya dalam hal mempengaruhi suatu tinggi rendahnya nilai perusahaan.
Berdasarkan Gambar 3.1 diatas, dapat dijelaskan bahwa Nilai Perusahaan (Y) suatu
perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, leverage (X1),
likuiditas (X2), tax avoidance (X3) dan ukuran perusahaan (X4) suatu perusahaan.
Setiap variabel di atas memiliki pengaruh masing-masing terhadap nilai perusahaan.
Penulis berharap dapat mengukur seberapa besar variabel-variabel tersebut mampu
mempengaruhi suatu nilai perusahaan. Variabel-variabel tersebut diatas diyakini
mempunyai pengaruh baik secara signifikan ataupun tidak, baik secara parsial
maupun simultan terhadap Nilai Perusahaan.

3.1.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari kerangka
teori atau dari tujuan penelitian. Selain itu, hipotesis penelitian juga merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian atau jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian. 11 Berikut ini merupakan hipotesis dalam
penelitian ini:

H01 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai


Perusahaan apabila diuji secara parsial.
11
Sugiarto, Metodologi Penelitian Bisnis, (2017:118).

19
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai Perusahaan
apabila diuji secara parsial.
H02 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
diuji secara parsial.
H03 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
H04 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
H05 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji
secara simultan.
Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance,
dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji secara
simultan.
3.1.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut sekaligus objek yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel penelitian merupakan suatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian atau gejala yang akan diteliti. 12 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel independen.
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan. Dimana nilai
perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh
investor sehingga ia mau membayarnya jika suatu perusahaan akan dijual. 13
Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan menggunakan proksi
Price to Book Value (PBV). Hal ini dikarenakan Price to Book Value (PBV)
banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, ada
beberapa keunggulan Price to Book Value (PBV) diantaranya nilai buku
merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan
12
Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (2015:150).
13
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:6).

20
harga pasar. Selain itu, Price to Book Value (PBV) dapat dibandingkan antar
perusahaan untuk menunjukkan tanda mahal/murahnya suatu saham. Rasio ini
dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga
dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio Price to Book Value (PBV)
ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham. Price to Book Value
(PBV) dirumuskan sebagai berikut:

Market Price Per Share


PBV =
Book Value Per Share

Untuk menghitung (nilai buku per lembar saham)

menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Ekuitas
Book Value Per Share
Jumlah Saham yang Beredar

2. Variabel Bebas (Independent Variable)


Dalam penelitian ini terdapat empat variabel bebas diantaranya sebagai berikut:
a. Leverage
Leverage merupakan rasio keuangan yang menggambarkan seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Dalam penelitian
ini Leverage diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Leverage
dirumuskan sebagai berikut :

Total Hutang
DER =
Total Ekuitas
b. Likuiditas
Likuiditas dalam penelitian ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutang jangka pendek dengan nilai aset lancar yang ada. Penulis
menggunakan proksi Current Asset untuk mengukur likuiditas dengan
rumus sebagai berikut :

Aset Lancar
Current Ratio
Hutang Lancar

21
c. Tax Avoidance
Tax Avoidance merupakan suatu teknik penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal tanpa melanggar peraturan perundang-undangan
yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak. Sangat penting bagi
setiap calon investor dalam menganalisa setiap nilai perusahaan sebelum
melakukan investasi dananya, namun selain itu juga perlu diperhatikan
bagaimana setiap perusahaan melaksanakan kewajibannya sebagai wajib
pajak untuk menyetorkan pajaknya tanpa melawan undang-undang yang
berlaku. Dalam penelitian ini Tax Avoidance diproksikan dengan
Effective Tax Rate (ETR). Tax Avoidance dirumuskan sebagai berikut :

Beban Pajak
ETR =
Penghasilan Sebelum Beban Pajak

d. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan juga merupakan poin penting sebagai
salah satu tolak ukur untuk melihat nilai perusahaan. Untuk mengukur
tingkat ukuran perusahaan dapat dihitung dari total aktiva setiap
perusahaan karena ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total asset.

Size =
𝑆𝑖𝑧𝑒 = Ln
Ln (Total Asset)
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡)

3.2 Metodologi Penelitian


3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan pendekatan sistematis untuk keseluruhan kegiatan
penelitian.14 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk
menganalisis sejauh mana pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance, dan
Ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengkaji nilai
perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor
barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai
dengan 2017. Jenis data yang diambil dalam penelitian ini berupa time series. Hal
ini dikarenakan penulis mengambil laporan keuangan perusahaan manufaktur di

14
Kris H.Timotius, Pengantar Metode Penelitian, (2017:5).

22
sektor barang dan konsumsi selama empat tahun. Dimana time series merupakan
data yang memiliki runtun waktu lebih dari satu tahun pada objek yang sama.
Penelitian ini berbentuk kuantitatif yaitu penelitian yang berorientasi pada hasil
dengan runtutan penelitian yang sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Dalam penelitian ini data yang
digunakan untuk diolah adalah berupa angka dan hitungan yang diperoleh dari data
laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan komsusi. Penulis
menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan
konsumsi dikarenakan sektor barang dan konsumsi memiliki nilai pasar yang cukup
baik pada tahun 2016, sektor ini dinilai oleh penulis sebagai sektor yang tepat dalam
menggambarkan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini. Demikian pula
pada tahap penarikan kesimpulan penelitian didasarkan atas angka dan perhitungan
dari hasil analisis yang dapat berupa grafik, dan kurva. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan data history yang mengandung unsur
kuantitatif, dimana data yang diperoleh berbentuk angka. Selain pengolahan yang
akan dilakukan dengan software SPSS Versi 21, penulis juga melakukan analisis
dengan melakukan pembahasan yang terkait dengan perbandingan penelitian yang
sudah pernah diteliti sebelumnya. Metode penelitian ini menjabarkan populasi dan
sample yang digunakan, alat analisis yang digunakan sampai dengan teknik
pengambilan data. Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa nilai
perusahaan. Variabel independen meliputi leverage, likuiditas, tax avoidance, dan
ukuran perusahaan. Uji dalam penelitian ini meliputi uji statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, dan uji hipotesis. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah
suatu cara untuk menyelesaikan masalah dengan teknik tertentu dan sistematik.

3.2.2
4.1.2 Kerangka Penelitian
Permasalahan Umum : Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017

Implementasi Khusus : Laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017

Data Sekunder : Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014 - 2017

Variabel Dependen : Variabel Independen :


Nilai Perusahaan X1 : Leverage X2 : Likuiditas
X3 : Tax Avoidance X4 : Ukuran Perusahaan

23
Hipotesis
H0 = r = 0 Ha = r ≠ 0

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
2. Uji Heterokedastisitas
3. Uji Multikolinearitas
4. Uji Autokorelasi

Uji Hipotesis

Signifikansi > 0,05 =H0 diterima Parsial = > = H0 ditolak, Ha diterima

Signifikansi < 0,05 = Ha diterima Simultan = > =H0 ditolak Ha Diterima

Analisis Regresi Berganda

Interpretasi

Tidak Signifikan Signifikan

Hasil Penelitian

Gambar 3.2.2
3.2.3 Alat Analisis Yang Digunakan
Kerangka Penelitian

1. Uji Statistik Deskriptif


Analisis deskriptif (descriptive analysis) digunakan untuk penggambaran tentang
data statistik seperti min, max, mean, sum, standar deviasi, variance, range, dan
lain-lain serta untuk mengukut distribusi data dengan skewness dan kurtosis.
Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan
keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata lain,
statistika deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.
Penarikan kesimpulan pada statistika deskriptif (jika ada) hanya ditunjukan pada

24
kumpulan data yang ada.15 Uji statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan
dengan program SPSS Versi 21.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya normalitas residual,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas pada model regresi. Model
regresi linerar dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi beberapa asumsi klasik yaitu data residual terdistribusi normal, tidak
adanya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Harus
terpenuhinya asumsi klasik adalah agar diperoleh model regresi dengan estimasi
yang tidak bias dan pengujiannya dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja
yang tidak terpenuhi, maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).16
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan
dari regresi terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode
uji normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal
di grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual atau dengan uji
Sample Kolmogorov – Smirnov.17
1) Metode grafik
Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal di grafik Normal P-P Plot of
Regression Standardized Residual. Sebagai dasar pengambilan
keputusannya, jika titik – titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.
2) Metode Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Metode Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui
distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, possion, uniform atau
exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual
terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai
signifikan lebih dari 0,05.18
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Pada regresi yang baik seharusnya tidak
15
Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, (2017:39).
16
_____, hal 107.
17
_____, hal 109.
18
Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, (2017:114).

25
terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot
antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residual (SRESID).
Dasar kriterianya dalam pengambilan keputusan yaitu:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikoliniearitas
Multikoliniearitas berarti antarvariabel independen yang terdapat dalam model
regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna
(koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Pada model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara
variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien
korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya gejala multikoliniearitas umumnya adalah
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance apabila
nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak
terjadi multikoliniearitas sehingga uji multikolinieritas terpenuhi.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan uji untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Maslah ini timbul karena residual
19
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari observasi satu ke observasi lainnya.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan
menggunakan uji Run Test. Uji Run Test digunakan untuk mengukur
kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil observasi melalui data
sampel. Kaidah uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian angka Run
Test adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi

19
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (2013:94).

26
3. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji t independen ini untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara terpisah. Kriteria pengujian
dengan menggunakan uji t independen sebagai berikut:
H0 : B = 0
Ha : B ≠ 0
Kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika : ttabel< thitung< ttabel(α/2)
Ha diterima jika : thitung> ttabel(α/2)
Pada penelitian ini taraf signifikan / risiko kesalahan yang digunakan (α) = 0,05
atau 5%. Jika sign < 0,05, maka Ha diterima yang berarti variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika
sign > 0,05, maka H0 diterima yang berarti variabel independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen atau bebas
secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. 20
Tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah 5% (α=0,05) artinya risiko
kesalahan pengambilan keputusan 5%.
Berdasarkan nilai F hitung dan F Tabel kesimpulan diambil dengan ketentuan:
1) Jika nilai Fhitung< Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan keempat variabel
independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2) Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dan untuk menentukan tingkat signifikansinya, berikut ketentuannya:
a) Jika sign α > 0,05 maka variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika sign α < 0,05 maka variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
Dari hasil pengujian uji F tersebut, maka akan di dapat persamaan regresi
bergandanya. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
20
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 8 (2016:97).

27
antara variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama
- sama. Data - data yang di kumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan
komputer dengan software Microsoft Excel 2007 dan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0. Persamaan regresi dengan
linier berganda yang terdapat dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + €

Dimana :
= Nilai Perusahaan

= Konstanta

= Leverage

= Likuiditas

= Tax Avoidance

= Ukuran Perusahaan

= error

c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. 21 Nilai koefisien determinasi
berada di antara 0 dan 1. Nilai koefisien yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi bisa dilihat dari R
square, dimana interpretasi dari nilai R square adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Determinasi

21
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 8 (2016:95).

28
Ketepatan variabel independen sangat rendah
< 0,10
dalam menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen rendah dalam
0,11 – 0,30
menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen cukup dalam
0,31 – 0,49
menjelaskan variasi variabel dependen
Ketepatan variabel independen tinggi dalam
> 0,50
menjelaskan variasi variabel dependen

3.2.4 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruan objek penelitian. 22 Populasi dalam penelitian ini adalah
13 Perusahaan Manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 - 2017. Alasan dipilihnya perusahaan yang
masuk ke dalam manufaktur sektor barang dan konsumsi sebagai populasi
penelitian, dikarenakan perusahaan yang masuk kedalam bidang manufaktur
sektor barang dan konsumsi merupakan perusahaan yang sahamnya bisa bertahan
dikala adanya krisis di berbagai bidang industri serta perusahaan-perusahaan ini
mengalami penguatan nilai saham di tahun 2016 yang bisa membuat investor
banyak menjadikan perusahaan-perusahaan manufaktur di sektor barang dan
konsumsi ini sebagai acuan untuk membeli saham di bursa. Peneliti merasa jika
perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan manufaktur sektor barang dan
konsumsi ini memiliki kinerja keuangan yang bagus yang akan berpengaruh
terhadap nilai perusahaannya.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari anggotapopulasi yang diambil menurut prosedur
tertentu.23 Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
22
Johar Arifin, SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi, (2017:7).
23
Sugiarto, Metodologi Penelitian Bisnis, (2017:136).

29
purposive sampling method yaitu cara pengambilan sample dengan menetapkan
ciri yang sesuai dengan tujuan.24 Sampel dari penelitian ini adalah seluruh
Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31
Desember secara konsisten dan berturut-turut.
b. Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2014 - 2017 yang memiliki saldo laba
positif.
c. Laporan keuangan dinyatakan dengan nilai mata uang rupiah.
d. Data Outlier (data dengan nilai ekstrem).

3.2.5 Teknik Pengambilan Data


Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data ini berasal dari literature/sumber
lain dari dalam maupun luar Bursa Efek Indonesia. Data dalam penelitian ini meliputi :
1. Laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan di BEI yakni
perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam bidang manufaktur sektor barang dan
konsumsi. Data ini diperoleh melalui website http://web.idx.id/.
2. Harga saham penutupan masing-masing perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Data tersebut diperoleh dari https://finance.yahoo.com/. Sedangkan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dalam penelitian ini yaitu dengan cara melihat laporan
keuangan tahunan perusahaan sample dari tahun 2014-2017 dan literature lain
berupa buku, jurnal, skripsi yang berkaitan serta penelusuran melalui internet
untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan
permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh dan
mengkaji data berupa laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan oleh
perusahaan Tbk secara konsisten selama periode penelitian yaitu selama 4
(empat) tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 di website BEI
(http://web.idx.id/).

24
Saban Echdar, Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis, (2017:268).

30
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

1.1. Pengumpulan Data


4.1.1 Sampel Perusahaan
Pengumpulan data dilakukan dengan meneliti seluruh perusahaan manufaktur di
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4
tahun mulai dari tahun 2014 hingga 2017.

Tabel 4.1
Pemilihan Sampel Perusahaan

Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor 42
barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2017.

Jumlah perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor (8)


barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2017 yang tidak mempublikasikan laporannya
secara berturut-turut dalam 4 tahun.
Jumlah perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor (9)
barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2017 yang mempunyai saldo laba bernilai negatif.

Data Outlier (12)

Jumlah Perusahaan Sample 13

Berdasarkan proses seleksi data sample yang telah dilakukan pada tabel diatas
terdapat 8 perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap
secara berturut-turut yaitu PT. Siantar Top Tbk, PT. Prima Cakrawala Abadi Tbk,
PT. Campina Ice Cream Industry Tbk, PT. Sariguna Primatirta Tbk, PT. Kino
Indonesia Tbk, PT. Taisho Pharmacheutical Tbk, PT. Integra Indocabinet Tbk, dan
PT. Wilmay Cahaya Indonesia serta adanya 5 perusahaan yang mengalami
kerugian yaitu PT. Tri Banyan Tirta Tbk, PT. Martina berto Tbk, PT. Bentoel

31
International Investama Tbk, PT. Langgeng Makmur Industri Tbk, PT. Kedaung
Indah Can Tbk, dan PT. Prasidha Aneka Niaga maka dapat diperoleh 13
perusahaan manufaktur yang masuk ke dalam sektor barang dan konsumsi yang
digunakan sebagai sample. Berikut merupakan daftar perusahaan manufaktur yang
masuk ke dalam sektor barang dan konsumsi yang digunakan sebagai sample
penelitian.

Tabel 4.2
Pemilihan Sampel Perusahaan

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1 GGRM PT. Gudang Garam Tbk
2 HMSP PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk
3 KAEF PT. Kimia Farma Tbk
4 MERK PT. Merck Indonesia Tbk
5 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
6 PYFA PT. Pyridam FarmaTbk
7 SIDO PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
8 SLKT PT. Sekar Laut Tbk
9 TCID PT. Mandom IndonesiaTbk
10 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk
11 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk
12 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
13 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
Sumber : web.idx.id

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Pengolahan Data Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Dimana nilai
perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan Price to Book Value (PBV).
Berikut ini merupakan tabel nilai perusahaan pada perusahaan yang masuk ke dalam
bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama empat periode yang dimulai dari periode 2014-2017. Untuk
mengetahui PBV dalam penelitian ini menggunakan rumus Market Price Per Share
(harga pasar saham) dibagi dengan Book Value Per Share (nilai buku per lembar
saham).

32
Tabel 4.3
Nilai Perusahaan Sample Periode 2014-2017

Kode PERIODE
.
Perusahaan 2014 2015 2016 2017

GGRM 3,525 2,784 3,108 3,822

HMSP 0,840 0,546 13,036 16,128

KAEF 4,728 2,595 3,311 2,460

MERK 0,235 0,320 0,354 0,309

MLBI 45,465 22,541 30,168 27,057

PYFA 0,744 0,375 1,014 0,900

SIDO 3,485 3,175 2,828 2,823

SLKT 1,509 1,722 0,718 2,470

TCID 2,814 1,935 1,409 1,937

TSPC 3,158 1,816 1,913 1,594

ULTJ 1,182 1,018 0,945 0,889

UNVR 51,922 58,481 62,931 82,444

WIIM 1,551 0,957 0,932 0,623

4.2.2 Pengolahan Data Variabel Independen


Variabel independen dalam penelitian ini adalah leverage, likuiditas, tax
avoidance, dan ukuran perusahaan.
1. Leverage
Berikut ini merupakan tabel leverage perusahaan yang masuk ke dalam bidang
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama empat periode (2014-2017) yang diproksikan dengan Debt To Equity
Ratio (DER).

33
Tabel 4.4
Leverage Perusahaan Sample Periode 2014-2017

PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017

GGRM 0,758 0,671 0,591 0,582

HMSP 1,008 0,142 0,244 0,265

KAEF 0,751 0,738 0,508 0,578

MERK 0,307 0,355 0,277 0,376

MLBI 3,029 1,741 1,772 1,357

PYFA 0,777 0,367 0,583 0,466

SIDO 0,074 0,076 0,083 0,091

SLKT 1,454 1,480 0,919 1,069

TCID 0,488 0,214 0,225 0,271

TSPC 0,374 0,449 0,421 0,463

ULTJ 0,284 0,265 0,280 0,178

UNVR 2,009 2,258 2,560 2,655

WIIM 0,577 0,423 0,366 0,253

2. Likuiditas
Berikut ini merupakan tabel likuiditas perusahaan yang masuk ke dalam bidang
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama empat periode (2014-2017) yang diproksikan dengan Current Ratio
.

Tabel 4.5

34
Likuiditas Perusahaan Sample Periode 2014-2017

PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017

GGRM 1,620 1,770 2,030 1,936

HMSP 1,528 6,567 5,234 5,272

KAEF 2,387 1,930 1,714 1,546

MERK 4,586 3,652 4,217 3,081

MLBI 0,514 0,584 0,680 0,826

PYFA 1,627 1,991 2,191 3,523

SIDO 5,729 9,277 8,318 7,812

SLKT 1,184 1,192 1,315 1,263

TCID 1,798 4,991 5,325 4,913

TSPC 3,002 2,538 2,652 2,521

ULTJ 3,345 3,745 4,844 4,192

UNVR 0,715 0,654 0,606 0,634

WIIM 2,275 2,894 3,394 5,356

3. Tax Avoidance
Berikut ini merupakan tabel tax avoidance perusahaan yang masuk ke dalam
bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama empat periode (2014-2017) yang diproksikan dengan Effective
Tax Rate (ETR).

Tabel 4.6
Tax Avoidance Perusahaan Sample Periode 2014-2017

35
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017

GGRM 0,251 0,253 0,253 0,257

HMSP 0,258 0,256 0,250 0,250

KAEF 0,251 0,252 0,135 0,160

MERK 0,267 0,265 0,284 0,297

MLBI 0,263 0,264 0,256 0,257

PYFA 0,368 0,322 0,270 0,258

SIDO 0,239 0,219 0,236 0,217

SLKT 0,299 0,267 0,180 0,161

TCID 0,272 0,066 0,268 0,263

TSPC 0,207 0,252 0,241 0,251

ULTJ 0,245 0,253 0,239 0,307

UNVR 0,252 0,253 0,254 0,253

WIIM 0,249 0,263 0,222 0,255

4. Ukuran Perusahaan
Berikut ini merupakan tabel ukuran perusahaan untuk perusahaan yang masuk ke
dalam bidang manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama empat periode (2014-2017).

Tabel 4.7
Ukuran Perusahaan Sample Periode 2014-2017

36
PERIODE
Kode
Perusahaan
2014 2015 2016 2017

GGRM 31,695 31,782 31,773 31,832

HMSP 30,977 31,269 31,381 31,395

KAEF 28,734 28,865 29,160 29,439

MERK 27,290 27,187 27,335 27,465

MLBI 28,433 28,373 28,453 28,453

PYFA 25,874 25,798 25,842 25,796

SIDO 28,668 28,659 28,725 28,781

SLKT 26,543 26,656 27,066 27,179

TCID 28,248 28,364 28,413 28,490

TSPC 29,355 29,469 29,516 29,637

ULTJ 28,702 28,895 29,075 29,277

UNVR 30,290 30,387 30,449 30,571

WIIM 27,920 27,926 27,934 27,835

4.3 Hasil Pengolahan Data


Pengujian terhadap data sample penelitian ini meliputi uji statistik deskriptif, uji asumsi
klasik, uji hipotesis, uji regresi berganda dan koefisien determinasi.

4.3.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

37
Statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai jumlah data,
nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari seluruh variabel
penelitian selama empat periode (2014-2017) penelitian. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21.0
diperoleh hasil perhitungan, sebagai berikut:

Tabel 4.8
Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Leverage 52 ,07 3,03 ,7404 ,71621


Likuiditas 52 ,51 9,28 3,0287 2,10370
T.Avoidance 52 ,07 ,37 ,2477 ,04520
U.Perusahaan 52 25,80 31,83 28,8006 1,63905
N.Perusahaan 52 ,24 82,44 9,3374 18,35221
Valid N (listwise) 52

4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan guna mengetahui apakah hasil regresi yang dilakukan
telah terbebas dari gangguan. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokerelasi. Dimana uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal dibuktikan dari
hasil grafik histogram dengan kurva yang berbentuk lonceng, grafik probability
plot yang dibuktikan dengan titik yang menyebar disekitar garis diagonal yang
mengikuti garis diagonal, dan yang terakhir uji normalitas dengan melihat dari hasil
uji kolmogorov – smirnov yang dibuktikan dengan nilai asymp.sig (2-tailed) diatas
0,05. Uji multikolinearitas dapat dibuktikan dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF) dan nilai tolerance. Dimana Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan
nilai tolerance > 0,1. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji bahwa data
yang di uji tidak memiliki persamaan antar varians yang dibuktikan dengan grafik
scatterplot dengan titik yang menyebar. Uji autokorelasi untuk mengetahui data
yang diteliti yang diuraikan menurut time series dan dengan melihat nilai sig runs
test yang berada di atas 0,05.

1. Uji Normalitas

38
Pada Gambar 4.1 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan histogram.
Dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution) versi 21.0
diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 4.1
Histogram

Pada Gambar 4.2 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan grafik P-Plot.
Dimana dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution)
versi 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 4.2
Grafik P-Plot

Pada Tabel 4.9 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-
smirnov. Dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution)
versi 21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

39
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 52
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 7,64409614
Absolute ,135
Most Extreme Differences Positive ,121
Negative -,135
Kolmogorov-Smirnov Z ,975
Asymp. Sig. (2-tailed) ,298

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

2. Uji Heteroskedastisitas
Pada Gambar 4.3 menampilkan hasil pengolahan data dengan bantuan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh grafik
scatterplot sebagai berikut :

Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

3. Uji Multikolinearitas
Pada Tabel 4.10 menampilkan hasil uji multikolinearitas dimana dengan bantuan
Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka
sebagai berikut :

40
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -85,667 21,988 -3,896 ,000

Leverage 27,159 2,213 1,060 12,271 ,000 ,495 2,021

1Likuiditas 2,865 ,750 ,328 3,821 ,000 ,500 2,002

T.Avoidance 4,103 25,257 ,010 ,162 ,872 ,954 1,048

U.Perusahaan 2,264 ,698 ,202 3,242 ,002 ,949 1,053

4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan uji untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Pada pengujian ini perlu diperhatikan gejalan-
gejalan korelasi. Tidak jarang adanya timbul gejala korelasi antara penggangu
pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya), oleh
sebab itu perlu dilakukan pengujian autokorelasi ini. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Maslah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari observasi satu ke
observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Run Test. Uji Run Test digunakan
untuk mengukur kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil observasi
melalui data sampel. Kaidah uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian
angka Run Test adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi. Dengan bantuan Statstical Product and Service Solution
(SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut :

41
Tabel 4.11

Hasil Uji Autokorelasi – Runs Test

Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,71732
Cases < Test Value 26
Cases >= Test Value 26
Total Cases 52
Number of Runs 21
Z -1,681
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093

a. Median
4.3.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
1. Uji Parsial (Uji t)
Pada Tabel 4.12 menampilkan hasil uji t dimana dengan bantuan Statstical
Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut :

Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (t)

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -85,667 21,988 -3,896 ,000

Leverage 27,159 2,213 1,060 12,271 ,000

1Likuiditas 2,865 ,750 ,328 3,821 ,000


T.Avoidance 4,103 25,257 ,010 ,162 ,872

U.Perusahaan 2,264 ,698 ,202 3,242 ,002

2. Uji Simultan (Uji F )


Pada Tabel 4.13 menampilkan hasil uji F dimana dengan bantuan Statstical
Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut:

Tabel 4.13

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 14196,935 4 3549,234 55,977 ,000b

1 Residual 2980,042 47 63,405

Total 17176,977 51

a. Dependent Variable: NPerusahaan


b. Predictors: (Constant), CRasio, UPerusahaan, TAvoidance, DER

42
3. Uji Regresi Linear Berganda
Pada Tabel 4.14 menampilkan hasil uji regresi linear berganda dimana dengan
bantuan Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh
angka sebagai berikut :

Tabel 4.14

Hasil Uji Regresi Berganda

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -85,667 21,988 -3,896 ,000

Leverage 27,159 2,213 1,060 12,271 ,000

1Likuiditas 2,865 ,750 ,328 3,821 ,000

T.Avoidance 4,103 25,257 ,010 ,162 ,872

U.Perusahaan 2,264 ,698 ,202 3,242 ,002

Perumusan regresi linear berganda antara leverage, likuiditas, tax avoidance dan
ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:

Y = - 85,667 + 27, 159X1 + 2,865X2 + 4,103X3 + 2,264X4 + ε

4. Koefisien Determinasi
Pada Tabel 4.15 menampilkan hasil uji koefisien determinasi dimana dengan
bantuan Statstical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh
angka sebagai berikut :

Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 ,909 ,827 ,812 7,96274

43
BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

5.1 Hasil Analisis


Analisis data dalam penelitian ini akan dikemukakan ke dalam tiga bagian, yaitu analisis
statistik deskriptif, hasil uji asumsi klasik, dan hasil uji hipotesis.
5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Hasil pengujian data atas analisis statistik deskriptif menunjukkan hasil minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi terhadap variabel dependen yaitu nilai
perusahaan dan variabel independen yaitu leverage, likuiditas, tax avoidance dan
ukuran perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dengan analisis stastitik deskriptif terhadap
variabel dependen dan variabel independen dapat diketahui bahwa jumlah sample
setelah outlier adalah 52 data sampel dari 13 perusahaan. Dengan data nilai
minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi, menunjukan hasil sebagai
berikut :
1. Dari hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.8 dari 52 observasi
diperoleh nilai perusahaan minimum sebesar 0,24 dimiliki oleh PT. Merck
Indonesia Tbk. Nilai maksimum nilai perusahaan sebesar 82,44 dimililki oleh
PT. Unilever Indonesia Tbk. Nilai rata-rata (mean) nilai perusahaan sebesar
9,3374 dengan nilai standar deviasi sebesar 18,35221.
2. Dari hasil analisis stastistik deskriptif tabel 4.8 dari 52 observasi diketahui
bahwa nilai minimum leverage dimiliki oleh PT. Industri Jamu dan Farmasi
Sido Tbk yaitu sebesar 0,07 dan nilai maksimum leverage dimiliki oleh PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 3,03. Nilai rata-rata (mean)
leverage sebesar 0,7404 dengan standar deviasi sebesar 0,71621.
3. Dari hasil analisis statistik deskriptif tabel 4.8 dari 52 observasi diketahui
bahwa nilai minimum likuiditas yaitu sebesar 0,51 dimiliki oleh PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk. Nilai maksimum likuiditas yaitu 9,28 dimiliki oleh
PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk. Nilai rata-rata (mean) likuiditas
sebesar 3,0287 dengan standar deviasi sebesar 2,10370.
4. Dari hasil analisis statistik deskriptif tabel 4.8 dari 52 observasi diketahui
bahwa nilai tax avoidance minimum yaitu sebesar 0,07 dimiliki oleh PT.
Mandom Indonesia Tbk. Nilai maksimum tax avoidance yaitu 0,37 dimiliki
oleh PT. Pyridam Indonesia Tbk. Dan nilai rata-rata (mean) tax avoidance
yaitu sebesar 0,2477 dengan standar deviasi sebesar 0,04520.

44
5. Dari hasil analisis statistik deskriptif tabel 4.8 dari 52 observasi diketahui
bahwa nilai ukuran perusahaan minimum yaitu sebesar 25,80 dimiliki oleh
PT. Pyridam Indonesia Tbk. Nilai maksimum ukuran perusahaan yaitu
sebesar 31,83 dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk. Dan nilai rata-rata
(mean) ukuran perusahaan yaitu sebesar 28,8006 dengan standar deviasi
sebesar 1,63905.
5.1.2 Analisis Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan pengujian asumsi klasik yang dilakukan, terlihat data yang digunakan
dalam penelitian ini terbebas dari masalah asumsi klasik dan penelitian ini layak
dalam model regresi linear. Berikut ini adalah penjabaran masing-masing uji
asumsi klasik :
1. Uji Normalitas
a. Berdasarkan gambar 4.1 pada bab IV dapat dilihat bahwa grafik
histogram memenuhi kurva distribusi normal. Hal tersebut dibuktikan
dengan kurva yang berbentuk lonceng, simetris, berbentuk satu dan
menyatu, dapat diperluas menjadi tidak terbatas baik itu nilai positif
maupun nilai negatif dan area di bawah kurva sama dengan satu.
b. Selanjutnya, gambar 4.2 yaitu grafik P-Plot pada bab IV memberikan
hasil bahwa data yang disimbolkan dalam bentuk titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hasil
pengujian ini menyatakan bahwa data telah terdistribusi normal karena
telah sesuai dengan kriteria penentuan normalitas data, yakni jika data
menyebar disekitar garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
c. Peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov agar lebih meyakinkan
dalam mengasumsikan data telah terdistribusi normal. Dapat dilihat pada
tabel 4.9 yaitu tabel Kolmogorov-Smirnov dibuktikan dengan nilai sign
Kolmogorov- Smirnov sebesar 0,298 menyatakan bahwa nilai
signifikansi di atas 0,05 memenuhi distribusi normal. Dapat disimpulkan
bahwa pengujian telah memenuhi uji normalitas baik dalam grafik
histogram, grafik P-Plot maupun Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah bila varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homokedastisitas. Kriteria
penentuan apakah telah terjadi heteroskedastisitas atau tidak yang berbunyi

45
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah
angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dapat dilihat pada gambar 4.3 pada bab IV grafik scatterplot menerangkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena titik-titik yang menyebar di
dalam grafik membentuk pola yang tidak jelas, dan juga menyebar di atas dan
di bawah sumbu Y.
3. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi terdapat
korelasi antar variabel independen. Kriteria penentuan apakah telah terjadi
masalah multikolinearitas atau tidak adalah jika nilai tolerance lebih besar
dari 0,01 atau sama dengan VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen, sehingga uji multikolinearitas
terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.10 dengan bantuan Statistical
Product and Service Solution (SPSS) Versi 21 diperoleh nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan bahwa:
a. Variabel leverage memiliki nilai tolerance sebesar 0,495 dengan nilai
VIF sebesar 2,021.
b. Variabel likuiditas memiliki nilai tolerance sebesar 0,500 dengan nilai
VIF sebesar 2,002.
c. Variabel tax avoidance memiliki nilai tolerance sebesar 0,954 dengan
nilai VIF sebesar 1,048.
d. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance sebesar 0,949
dengan nilai VIF sebesar 1,053.

Berdasarkan ringkasan pengujian multikolinearitas terhadap varaibel


independen penelitian ini, nilai tolerance dari keempat variabel independen
tersebut lebih besar dari 0,10. Nilai Varians Inflation Factor (VIF) dari ketiga
variabel independen tersebut lebih kecil dari 10. Berdasarkan kriteria
penentuan yang telah disampaikan sebelumnya, maka tidak terdapat masalah
multikolinearitas di dalam penelitian ini.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokerelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Dapat dilihat pada tabel 4.11 yaitu tabel Runs Test dibuktikan dengan nilai
sign sebesar 0,93 menyatakan bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 memenuhi
distribusi normal.

46
Berdasarkan hasil pengujian uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas dapat dikatakan
bahwa data sample pada penelitian ini dapat digunakan sebagar dasar analisis
karena telah memenuhi asumsi normalitas dan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas.
5.1.3 Analisis Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Parsial
a. Hasil Uji t leverage
Hipotesis yang diajukan :
H01 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara leverage terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel leverage (X1)
mempunyai nilai thitung = 12,271, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada
tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df)
= n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174
(lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,00 dari nilai probabilitas
0,05.
Ini berarti thitung 12,2710 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05
sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara leverage (X1) terhadap nilai perusahaan (Y) secara parsial.
b. Hasil Uji t likuiditas
Hipotesis yang diajukan :
H02 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel profitabilitas (X 2)
mempunyai nilai thitung = 3,821, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada
tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df)
= n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174
(lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dari nilai probabilitas
0,05.
Ini berarti thitung 3,821 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05,
sehingga H02 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh

47
signifikan antara variabel likuiditas (X2) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara parsial.
c. Hasil Uji t Tax Avoidance
Hipotesis yang diajukan :
H03 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tas avoidance terhadap
Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan antara tax avoidance terhadap Nilai
Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel leverage mempunyai
nilai thitung = 0,162, sedangkan dari tabel distribusi t dicari pada tingkat
signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat kebebasan (df) = n-k-
1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,01174 (lihat
lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,872 dari nilai probabilitas 0,05.
Ini berarti thitung 0,162 < ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,872 > 0,05,
sehingga H03 diterima dan Ha3 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel tax avoidance (X3) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) secara parsial.
d. Hasil Uji t Ukuran Perusahaan
Hipotesis yang diajukan :
H04 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan apabila diuji secara parsial.
Dari tabel 4.12 pada bab IV diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan
(X4) mempunyai nilai thitung = 3,242, sedangkan dari tabel distribusi t dicari
pada tingkat signifikan (α = 5%:2 = 2.5%) uji 2 sisi dengan derajat
kebebasan (df) = n-k-1 atau (52-4-1 = 47) hasil yang diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,01174 (lihat lampiran) dan nilai signifikansi sebesar 0,002 dari
nilai probabilitas 0,05.
Ini berarti thitung 3,242 > ttabel 2,01174 dan nilai signifikansi 0,002 < 0,05,
sehingga H04 ditolak dan Ha4 diterima. Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara variabel ukuran perusahaan (X 4) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) secara parsial.

48
2. Hasil Uji Simultan Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis yang diajukan :
H05 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila
diuji secara simultan.
Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan antara Leverage, Likuiditas, Tax
Avoidance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan apabila
diuji secara simultan.
Dari tabel 4.13, diketahui bahwa variabel leverage (X1), likuiditas (X2), tax
avoidance (X3) dan ukuran perusahaan (X4) mempunyai nilai Fhitung = 55,977
sedangkan nilai Ftabel menggunakan signifikansi (α = 0,05) df1 (k) = 4 dan df 2
(n-k-1) atau (52-4-1)= 47 dimana n adalah jumlah data penelitian dan k adalah
jumlah variabel independen diperoleh hasil Ftabel sebesar 2,57 (lihat lampiran)
dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Ini berarti F hitung 55,977 > Ftabel 2,57 dan
signifikansi 0,000 < 0,05, sehingga H05 ditolak dan Ha5 diterima. Jadi secara
bersama-sama (simultan) leverage, likuiditas, tax avoidance dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda, dengan model analisis sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + €

Keterangan :

= Nilai Perusahaan

= Konstanta

- = Koefisien Regresi

= Leverage

= Likuiditas

= Tax Avoidance

= Ukuran Perusahaan

= error

49
Berikut hasil pengujian regresi linear berganda sehingga diperoleh model
persamaan regresi linear sebagai berikut:

Model Unstandardized
Coefficients

B Std. Error

(Constant) -85,667 21,988

DER 27,159 2,213

1 TAvoidance 4,103 25,257

UPerusahaan 2,264 ,698

Crasio 2,865 ,750

Gambar 5.1

Ringkasan Pengujian Regresi Linear Berganda

Y = - 85,667+ 27,159X1 + 2,865X2 + 4,103X3 + 2,264X4 + ε

Berdasarkan model persaman regresi linear berganda diata, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar -85,667 menyatakan bahwa nilai perusahaan akan
mengalami kenaikan sebesar -85,667 dengan asumsi seluruh variabel
independen tidak mengalami perubahan (konstan)
2. Nilai koefisien regresi atas X1 sebesar 1,641 menyatakan bahwa leverage
terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya positif (tidak berlawanan).
Setiap penambahan satu satuan leverage akan meningkatkan tingkat nilai
perusahaan sebesar 27,159.
3. Nilai koefisien regresi atas X 2 sebesar 2,865 menyatakan bahwa likuiditas
terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya positif (tidak berlawanan).

50
Setiap penambahan satu satuan likuiditas akan meningkatkan tingkat nilai
perusahaan sebesar 2,865.
4. Nilai koefisien regresi atas X 3 sebesar 4,103 menyatakan bahwa tax
avoidance terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya positif (tidak
berlawanan). Setiap penambahan satu satuan tax avoidance akan
meningkatkan nilai perusahaan sebesar 4,103.
5. Nilai koefisien regresi atas X4 sebesar 2,264 menyatakan bahwa ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan dimana pengaruhnya negatif
(berlawanan). Setiap penambahan satu satuan ukuran perusahaan akan
menurunkan tingkat nilai perusahaan sebesar 2,264.

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi


Koefisisien determinasi menunjukkan bahwa variasi-variasi variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dapat
dilihat pada kolom Adjusted R Square.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel 4.15 pada bab
IV, nilai koefisien determinasi (R 2) yaitu 0,812 atau 81,2%. Dengan kata lain
bahwa leverage (X1), likuiditas (X2), tax avoidance (X3) dan ukuran perusahaan
(X4) berpengaruh sebesar 81,2% terhadap nilai perusahaan, sedangkan sisanya
sebesar 18,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Angka tersebut
menjelaskan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen adalah tinggi karena nilai (R2) > 0,50.
5.2 Pembahasan
Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik, maka data penelitian
sudah bisa digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan uji asumsi klasik dalam
penelitian ini yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan
autokorelasi didapati bahwa data penelitian telah lulus uji normalitas yang mana hal ini
ditandai dengan grafik histogram yang berbentuk lonceng, simetris, bentuknya satu dan
menyatu, dapat diperluas menjadi tak terbatas, dan area di bawah kurva =1, selain itu
grafik normal P-Plot menggambarkan bahwa titik-titik berada disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov juga berada diatas
0,05 yaitu sebesar 0,298. Dalam penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas
dimana titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik berada di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dalam penelitian ini juga tidak terjadi
multikolinearitas dikarenakan nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10. Tidak terdapat
kesimpulan yang pasti mengenai autokorelasi dalam penelitian ini, karena terbukti dengan

51
hasil signifikansi runs test diatas 0,05 yaitu 0,093. Untuk uji parsial (uji t) hanya X2 dan X3
saja yang berpengaruh terhadap Y. Uji simultan (uji F) dalam penelitian ini menunjukkan
hasil yang berpengaruh signifikan secara silmultan. Adjusted R-Square dalam penelitian
ini sebesar 0,812 yang mana dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen adalah tinggi karena R 2 lebih besar dari 0,50.
Selanjutnya pembahasan mengenai hasil pengujian dalam penelitian dirangkum kedalam
tabel berikut dibawah ini :

Tabel 5.1
Rekap SPSS
No. Jenis Pengujian Indikator Hasil Pengujian

1. Normalitas Grafik Histogram (harus Sesuai dengan kriteria Data Normal


berbentuk lonceng, indikator
simetris,bentuknya satu
dan menyatu, dapat
diperluas menjadi tak
terbatas,area di bawah
kurva =1). Grafik Normal
P-Plot (titik-titik disekitar
garis diagonal dan
mengikuti arah garis
diagonal).
Nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnov
harus diatas 0,05.
Heteroskedastisitas Scatterplot, plot menyebar Titik-titik di atas dan di Tidak terjadi
dan tidak membentuk pola bawah angka 0 pada heteroskedastisitas
yang jelas, titik-titik sumbu Y, menyebar
berada di atas dan di dan tidak membentuk
bawah angka 0. pola yang jelas
Multikolinearitas Faktor nilai: X1 : tolerance = 0,495 Tidak terjadi
tolerance > 0,10 VIF = 2.021 multikolinieritas
VIF < 10 X2 : tolerance = 0,500
VIF = 2,002
X3 : tolerance = 0,954
VIF = 1,048
X4 : tolerance = 0,949
VIF = 1,053
Autokorelasi Nilai signifikansi runs test Sig Runs Test = 0,093 Tidak terdapat
di atas 0,05 kesimpulan yang pasti

2. Analisis Korelasi X1 : thitung > ttabel 12,271 Terdapat pengaruh


Parsial nilai ttabel 2,01174 signifikan
X2 : thitung > ttabel 3,821 Terdapat pengaruh
nilai ttabel 2,01174 signifikan

52
X3 : thitung > ttabel 0,162 Tidak t erdapat
nilai ttabel 2,01174 pengaruh signifikan
X4 : thitung < ttabel 3,242 Terdapat pengaruh
nilai ttabel 2,01174 signifikan

Analisis Korelasi Fhitung> Ftabel, nilai Ftabel 2,57 55,977 Terdapat pengaruh
Simultan signifikan secara
simultan
3. Koefisien Koefisien Determinasi 0,812 Leverage, Likuiditas,
Determinasi (Adjusted R-Square) Tax Avoidance dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh sebesar
81,2% terhadap Nilai
Perusahaan sedangkan
sisanya sebesar 18,8%
dipengaruhi variabel
lain yang tidak diteliti.

5.2.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis uji parsial agresivitas pajak (X 1) yang sudah dilakukan pada
tabel 4.12 di bab IV diperoleh nilai t hitung 12,2761 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai
thitung tersebut lebih besar dari nilai ttabel (12,2761 > 2,01174) dan signifikansi yang lebih
kecil dari signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan diterima (H01 ditolak dan Ha1 diterima). Dalam penelitian ini leverage
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan signaling
theory yang menyatakan bahwa perusahaan pada umumnya memang memiliki tingkat
utang yang tinggi dimana utang tersebut digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan yang sedang mengalami tingkat kenaikan laba secara signifikan. Contohnya
adalah adanya pengadaan hutang yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli aset
berupa mesin produksi, maka mesin ini akan digunakan untuk membuat barang-barang
produk perusahaan yang nantinya akan dijual untuk menjadi laba perusahaan. Ketika
terjadi penjualan yang tinggi akan membuat nilai perusahaan di mata pemegang saham
dan calon investor akan menjadi tinggi. Memang terlihat di posisi pasiva adanya nilai
hutang yang tinggi, namun hal ini sejalan dengan naiknya nilai aset di sisi aktiva serta
adanya tambahan laba di laporan laba rugi perusahaan. Namun perlu diingat, total
hutang perusahaan yang sehat tidaklah boleh lebih tinggi dari nilai ekuitas perusahaan.
Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
169/PMK. 010/2015 yang mengatur tentang perbandingan maksimal hutang perusahaan
dengan nilai modal adalah 4:1. Nilai perbandingan ini sudah dirubah dari 3:1 menjadi
4:1. Penerbitan PMK No 169 dilatarbelakangi oleh praktik thin capitalization. Praktik

53
tersebut membuat penerimaan negara yang bersumber dari pajak menurun karena
aktivitas perusahaan yang menambah permodalan, mendanai ekspansi dan memperluas
operasi komersialnya dilakukan melalui berhutang atau melakukan pinjaman, bukan
dengan menambah modal/ ekuitas murni. Sebagai dampak lanjutannya, konsekuensi
atas hutang/ pinjaman adalah biaya pinjaman (borrowing cost), dimana biaya ini
merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) dalam perhitungan PPh
perusahaan. Memang, di sisi lain, pembayaran atas biaya pinjaman tersebut, atau saya
persempit ke jenis yang paling umum, yaitu biaya bunga merupakan objek PPh juga,
namun jika dibandingkan head-to-head dengan kapitalisasi modal dari penambahan
saham atau saham bonus, maka penerimaan pajak akan lebih kecil.

5.2.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis uji parsial likuiditas (X 2) yang sudah dilakukan pada tabel
4.12 pada bab IV diperoleh nilai thitung sebesar 3,821 dengan nilai signifikansi 0,000.
Nilai thitung tersebut lebih besar dari ttabel (3,821 > 2,01174) dan nilai signifikansi yang
lebih kecil dari nilai yang ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan diterima (H02 ditolak dan Ha2 diterima). Dalam penelitian ini likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Likuiditas merupakan rasio yang
dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran hutang-hutang
lancarnya, oleh sebab itu hal ini mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Ketika suatu
perusahaan memiliki nilai current ratio yang tinggi, perusahaan tersebut berarti
memiliki nilai aset lancar yang tinggi, oleh sebab itu diyakinkan bahwa perusahaan
tersebut dapat memenuhi setiap kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ketika
perusahaan diyakini dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, hal ini tentunya
membantu para investor untuk melihat adanya peluang bagi para investor untuk
menginvestasikan uang mereka di perusahaan tersebut. Para investor akan
mempercayai perusahaan tersebut karena dengan terjaminnya nilai current ratio yang
tinggi maka para investor yakin bahwa perusahaan tersebut akan mampu melunasi
setiap hutang-hutang jangka pendek mereka, sehingga para investor tidak perlu
diberatkan oleh adanya hutang jangka pendek. Nilai yang likuid dari perusahaan ini
akan meningkatkan nilai perusahaan sesuai dengan hasil penelitian ini. Namun perlu
diingat juga bahwa perusahaan perlu menjaga nilai likuiditas mereka, hal ini diperlukan
untuk mengantisipasi tingkah laku boros karena adanya aset yang terlalu likuid dan
mudah dikeluarkan untuk hal-hal yang bukan menjadi kebutuhan perusahaan. Oleh
sebab itu dalam konteks nilai perusahaan, perlu adanya nilai likuiditas yang tinggi

54
namun tetap terjaga. Ketika perusahaan sudah dapat menjaga nilai likuiditasnya dengan
baik maka diyakini setiap hutang lancar yang ada akan dapat dilunasi dengan baik serta
perusahaan tidak akan menjadi terlalu boros dan hal ini akan meningkatkan nilai
perusahaan secara positif bagi para investor.

5.2.3 Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis uji parsial tax avoidance (X3) yang telah dilakukan pada
tabel 4.12 di bab IV diperoleh nilai t hitung sebesar 0,162 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,872. Nilai thitung tersebut lebih kecil dari t tabel (0,162 < 2,01174) dan nilai
signifikansi yang lebih besar dari nilai yang ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa tax avoidance
memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak (H03 diterima dan Ha3
ditolak). Dalam penelitian ini tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang melakukan tax avoidance lebih
memilih untuk melakukan penghindaran pajak yang secara wajar dan mematuhi
peraturan hukum yang berlaku, sehingga tidak terlihat adanya peningkatan laba yang
sangat signifikan apabila perusahaan hanya berfokus pada penghindaran pajak ini. Oleh
sebab itu dalam hasil penelitian ini terlihat bahwa tax avoidance tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini mencerminkan perusahaan yang ingin
berfokus untuk menarik perhatian para investor yang ingin menanamkan sahamnya
kepada perusahaan. Oleh sebab itulah biasanya perusahaan cenderung untuk
menguatkan nilai perusahaannya dari sisi selain pajak. Dengan adanya penguatan di
sektor lain maka tentunya nilai perusahaan secara keseluruhan akan menjadi tinggi
dimata para investor. Penggunaan tax avoidance juga tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan dikarenakan pada masa sekarang ini perusahaan
lebih memilih menaikkan nilai perusahaannya dengan menjadikan perusahaan sebagai
perusahaan yang memiliki nilai corporate social responsibility. Hal ini tentunya sangat
penting mengingat pada era sekarang ini perusahaan dijunjung tinggi apabila memiliki
produk yang bersifat go green, sehingga produk perusahaan tersebut dinilai layak pakai
oleh konsumen. Hal inilah yang juga dapat menaikkan nilai perusahaan dimata
investor. Contoh perusahaan yang paling dapat terlihat dalam sektor penelitian ini
adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk, kemudian ada PT. Gudang Garam, Tbk, dan PT.
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk. Ketika perusahaan memiliki
kecenderungan untuk membuat produk yang go green, maka terlihat bahwa perusahaan
tersebut memiliki tanggung jawab yang baik untuk lingkungan sekitar. Ketika suatu
perusahaan memiliki tanggung jawab kepada lingkungan sekitarnya, perusahaan

55
tersebut telah menjadi salah satu perusahaan yang berkemungkinan akan terus hidup
untuk jangka yang panjang. Hal ini tentunya akan menarik minat investor karena
produk yang cinta lingkungan akan dicintai oleh para konsumen sehingga produk yang
dihasilkan akan terus laku di pasaran dan pada akhirnya akan menaikkan laba
perusahaan secara positif dan membuat investor memutuskan untuk menanamkan
sahamnya kepada perusahaan tersebut.

5.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis uji parsial ukuran perusahaan (X4) yang telah dilakukan pada
tabel 4.12 di bab IV diperoleh nilai t hitung sebesar 3,242 dengan nilai signifikansi sebesar
0,002. Nilai thitung tersebut lebih besar dari t tabel (3,242 > 2,01174) dan nilai signifikansi
yang lebih kecil dari nilai yang ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan diterima (H04 ditolak dan Ha4 diterima). Dalam penelitian
ini ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ukuran
perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar
kecilnya perusahaan, dan dapat menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan
pendapatan yang diperoleh perusahaan. Ukuran perusahaan tercermin dari total aset
perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal ini dikarenakan perusahaan akan semakin
leluasa dalam memanfaatkan total aset yang ada di perusahaan tersebut. Ketika setiap
aset dipergunakan dengan baik, maka setiap manajemen perusahaan tidak akan
mengalami kesulitan yang tinggi dalam mencapai laba. Aset-aset ini dapat menjadi
bahan pendukung setiap manajemen dalam membuat sesuatu dalam perusahaan.
Tentunya nilai aset yang tinggi ini juga menjadi kekhawatiran tersendiri oleh pemilik
perusahaan apabila aset-aset ini dipergunakan dengan tidak bertanggung jawab. Oleh
sebab itu perlu sekali adanya pengawasan penggunaan aset. Total aset ini tentunya
terdiri dari aset lancar dan aset tetap. Dimana setiap aset lancar dapat dipergunakan
untuk membantu para manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-
harinya. Lalu dalam posisi aset tetap yang dimiliki perusahaan ini dapat dimanfaatkan
oleh para manajemen perusahaan untuk membuat produk yang nantinya akan dijual ke
konsumen. Ketika aset lancar dan aset tetap ini dapat dijaga dan dimanfaatkan dengan
sebagaimana mestinya, maka tentunya nilai perusahaan juga akan naik dimata para
investor. Investor tentu menjadi yakin dalam penanaman saham mereka, mereka dapat
yakin bahwa perusahaan yang akan mereka tanamkan sahamnya akan dapat menjadi
perusahaan yang menguntungkan, maka dari hasil penelitian ini tentunya dapat terlihat

56
bahwa total aset yang dimiliki perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat para investor semakin yakin
untuk menaruh sahamnya kepada perusahaan tersebut sehingga hal ini akan membantu
perusahaan untuk lebih baik lagi dalam mengembangkan usahanya untuk masa
mendatang.
5.1.1. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Tax Avoidance dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan analisis hasil uji simultan leverage (X1), likuiditas (X2), tax avoidance (X3)
dan ukuran perusahaan (X 4) yang telah dilakukan pada tabel 4.13 pada bab IV
diperoleh Fhitung 55,977 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai F hitung tersebut lebih besar
dari nilai Ftabel 2,63 (Fhitung 12,705 > Ftabel 2,57) dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
(leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan
terhadap nilai perusahaan secara simultan diterima (H05 ditolak dan Ha5 diterima).

Tabel 5.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu

Variabel Bebas
No Peneliti Ukuran
Leverage Likuiditas Tax Avoidance
Perusahaan
Amalia Dewi
Rahmawati,
1 Topowijono dan Tidak Berpengaruh
Sri Sulasmiyati
(2014)
Jonathan dan Vivi
2 Berpengaruh Positif
Adeyani (2015)
Kurnia, Dudi
Pratomo dan
3 Tidak Berpengaruh Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif
Ahmad Fachrizal
(2015)
Veronica
Hasibuan, Moch
DzulkiromAR
4 Berpengaruh Negatif
dan NGWi
Endang NP
(2016)

5.2.5
5 Haryani Chandra Berpengaruh Positif

Rini Sulastri
6 Berpengaruh Positif Berpengaruh Positif
(2017)

57
Berikut ini merupakan hasil perbandingan penelitian yang telah dilakukan penulis
dengan beberapa penelitian terdahulu:
1. Untuk variabel leverage hipotesa (H01 dan Ha1) dalam penelitian ini (uji pengaruh
parsial, dalam uji T test), ternyata H01 ditolak dan Ha1 diterima sehingga “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap nilai perusahaan”. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Veronica
Hasibuan, Moch Dzulkirom AR dan NG Wi Endang NP (2016), Haryani Chandra
(2017), serta Rini Sulastri (2017) dan hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia, Dudi Pratomo dan Ahmad Fachrizal
(2015).
2. Untuk variabel likuiditas hipotesa (H02 dan Ha2) dalam penelitian ini (uji pengaruh
parsial, dalam uji T test), ternyata H02 ditolak dan Ha2 diterima sehingga “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara likuidias terhadap nilai perusahaan”. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rini Sulastri
(2017).
3. Untuk variabel tax avoidance hipotesa (H03 dan Ha3) dalam penelitian ini (uji
pengaruh parsial, dalam uji T test), ternyata H01 diterima dan Ha1 ditolak sehingga
“Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tax avoidance terhadap nilai
perusahaan”. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Jonathan dan Vivi Adeyani (2015) serta Kurnia, Dudi Pratomo dan
Ahmad Fachrizal (2015).
4. Untuk variabel ukuran perusahaan hipotesa (H04 dan Ha4) dalam penelitian ini (uji
pengaruh parsial, dalam uji T test), ternyata H04 ditolak dan Ha4 diterima sehingga
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan”. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Kurnia, Dudi Pratomo dan Ahmad Fachrizal (2015) dan bertentangan dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Amalia Dewi Rahmawati, Topowijono
dan Sri Sulasmiyati (2014).

58
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017.
Dibuktikan dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai t tabel (12,271 > 2,01174) serta
nilai signifikansi yang lebih kecil yaitu sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05. Leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan
dikarenakan banyaknya hutang yang dimaksimalkan oleh para manajemen perusahaan
akan dipergunakan untuk memaksimalkan laba. Laba tersebut berasal dari adanya
hutang yang bertambah yang digunakan perusahaan untuk membeli aset baru yang
dipergunakan untuk memaksimalkan produksi produk yang akan dijual kepada
konsumen. Nilai leverage ini juga sangat penting untuk dianalisis oleh para investor
karena nilai leverage ini tidak boleh melebihi nilai yang sudah ditetapkan dalam
perbandingannya dengan nilai ekuitas perusahaan yaitu sebesar 4:1 . Oleh sebab itu
ketika ada hutang yang meningkat perlu juga dijaga oleh perusahaan dan perlu
dimaksimalkan penggunaannya untuk menaikkan nilai perusahaannya.
2. Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur
sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017.
Dibuktikan dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,821 > 2,01174) serta nilai
signifikansi yang lebih kecil sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan
yaitu sebesar 0,05. Likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan dikarenakan
tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk mencapai kemakmuran

59
pemegang saham, sehingga laba menjadi tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan.
Oleh sebab itu perlu adanya likuiditas dalam perusahaan tersebut. Ketika perusahaan
tersebut mencapai titik likuid artinya perusahaan tersebut tidak akan terganggu oleh
adanya hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban jangka pendek yang ada dalam
perusahaan tersebut. Hal ini tentunya membantu perusahaan untuk lebih berfokus
dalam memaksimalkan laba untuk menutupi hutang jangka panjang mereka sehingga
ketika perusahaan sudah dapat menutup hutang-hutang yang ada baik hutang jangka
pendek maupun jangka panjangnya, maka nilai perusahaan tersebut akan menjadi baik
dimata para investor.
3. Tax Avoidance secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2017. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih besar yaitu sebesar
0,872 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai thitung lebih
kecil dari ttabel (0,162 < 2,01174). Tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan dikarenakan jika tingkat tax avoidance suatu perusahaan tinggi, hal ini
tidak mencerminkan nilai perusahaan yang baik secara menyeluruh. Perusahaan-
perusahaan yang ada pada umumnya akan memfokuskan nilai perusahaan mereka
dalam pencapaian laba yang ada, ketika mereka sudah mencapai laba yang sesuai dan
dapat membayar seluruh kewajiban yang ada, maka perusahaan tersebut dinilai baik.
Oleh sebab itu adanya tax avoidance tidak akan membuat pemegang saham dan juga
calon investor menilai bahwa perusahaan mereka tergolong memiliki nilai perusahaan
yang tinggi. Ketika mereka berhasil melakukan penghindaran pajak namun belum
mencapai laba yang optimal maka nilai perusahaan tersebut belum tergolong baik.
4. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2017. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih kecil yaitu sebesar
0,002 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai thitung lebih
besar dari ttabel (3,242 > 2,01174). Ukuran perusahaan tercermin dari total aset
perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Oleh sebab itu sangat penting sekali adanya
manajemen laba yang ditekankan oleh perusahaan, ketika manajemen perusahaan
berhasil memanfaatkan setiap aset yang ada dalam perusahaan, perusahaan itu akan
mencapai laba yang optimal. Hal ini tentunya akan membuat nilai perusahaan menjadi
naik dan terlihat baik dimata para investor.
5. Leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Dibuktikan dengan nilai signifikansi yang lebih

60
kecil sebesar 0,000 dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05 serta nilai
Fhitung tersebut lebih besar dari nilai Ftabel 2,57 (Fhitung 55,977 > Ftabel 2,57). Leverage,
likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dimana leverage, likuiditas dan ukura perusahaan
merupakan variabel yang kuat yang bisa mempengaruhi tax avidance sehingga secara
bersama-sama mereka dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang
diperoleh dari hasil penelitian dan juga pembahasan yang sudah dilakukan terkait dengan
leverage, likuiditas, tax avoidance, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan agar
penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi semua pihak. Saran – saran
yang penulis berikan sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Untuk kebutuhan penelitian selanjutnya serta kebutuhan dalam bidang akademisi lainnya,
penulis berharap dalam meneliti nilai perusahaan bisa menggunakan proksi yang lain.
Karena penelitian ini terbatas pada mengukur nilai perusahaan dengan menggunakan
proksi Price to Book Value (PBV). Peneliti selanjutnya juga bisa menggunakan periode
pengamatan yang berbeda. Dimana peneliti selanjutnya bisa memperpanjang tahun
penelitian, karena penelitian ini terbatas hanya pada 4 periode penelitian dimulai dari
tahun 2014-2017. Untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik bisa menggunakan
sektor yang berbeda dari penelitian ini karena sektor yang penulis gunakan dalam
penelitian ini sebatas pada perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi.
2. Bagi Investor
Agar para pemegang saham tetap setia berinvestasi di sebuah perusahaan, maka kinerja
keuangan perusahaan haruslah bagus. Kinerja perusahaan ini akan memberikan nilai
kepada perusahaan tersebut. Perusahaan harus sebaik mungkin mengelola aset yang
mereka punya dan juga harus mengelola jumlah pinjamannya dengan bijak dengan tetap
memperhatikan pajak yang harus dibayar kepada negara. Hal ini merupakan upaya yang
dapat dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang optimal bagi
perusahaan. Jika perusahaan sudah berhasil menghasilkan keuntungan, hal ini akan
berdampak baik bagi para pemegang saham. Mereka akan mendapatkan pengembalian atas
modal yang telah mereka tanam. Jika para pemegang sudah merasa puas akan kinerja
perusahaan maka hal ini akan berpengaruh pula terhadap nilai perusahaannya yang
semakin meningkat. Jika ingin menginvestasikan modal di suatu perusahaan hendaknya
mempertimbangkan nilai perusahaan tersebut baik dari segi pertumbuhan laba, tingkat
utang yang dimiliki dan kepatuhan terhadap pembayaran pajak, ketika perusahaan sudah

61
mampu untuk menghasilkan laba tanpa harus kesulitan dalam pembayaran beban pajak
serta tetap bisa melunasi hutangnya, perusahaan tersebut memiliki nilai yang baik dan
layak untuk dapat diinvestasikan oleh para investor.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Johar, 2017, SPSS 24 untuk penelitian dan skripsi, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Dewi Nawang Gemilang, 2017, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Capital Intencity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Echdar Saban, 2017, Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor.
Ghozali Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, USU Press,
Medan.
Ghazoli Imam, 2016, Edisi 8, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, USU
Press, Medan.
Hamdani, 2018, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan, Mitra Wacana Media , Jakarta.
Hery, 2015, Analisis Kinerja Managemen, PT Grasindo , Jakarta.
Hery, 2017, Kajian Riset Akuntansi, PT Grasindo , Jakarta.
Irianto, Edi Slamet 2015, Pajak Kepemimpinan Dan Masa Depan, Kakanwil, Jawa
Tengah.
Kris H.Timotius, 2017, Pengantar Metode Penelitian, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2018, Perpajakan Edisi Terbaru 2018, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Priyatno Duwi, 2017, Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS, C.V Andi
Offset, Yogyakarta.
Pohan. Chairil Anwar, 2013, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak &
Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, 2015, Dasar Metode Penelitian, Literasi Media Publishing,
Yogyakarta.
Siswanto Elly, 2014, Good University Governance Prinsip dan Implementasi dalam
Penggalian Pendapatan, Gunung Samudra, Malang.
Sugiarto, 2017, Metodologi Penelitian Bisnis, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
www. idx.co.id
https://finance.yahoo.com/

62
SCAN DAFTAR PUSTAKA

SPSS 24 untuk Penelitian Metode


dan Skripsi Penelitian
Johar Arifin Manajemen Dan
2018 Bisnis
Prof. Dr. H. Saban
Echdar, S.E, M.SI.
2017

Aplikasi Analisis Aplikasi Analisis


Multivariate dengan Multivariate dengan
Program SPSS Program SPSS
Prof. Dr. H. Imam Ghozali. Prof. Dr. H. Imam Ghozali.
M.Com, Akt. M.Com, Akt.
2013 2017

63
Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan Analisis Kinerja
Dr. Hamdani, S.E, M.M, M.AK. Managemen
2018 Hery, S.E., M.Si,
CRP, RSA.
2015

Kajian Riset Pajak


Akuntansi Kepemimpinan
Hery, S.E., M.Si, & Masa Depan
CRP, RSA. Dr. Edi Slamet
2018 Irianto
2015

64
Pengantar Metodologi Perpajakan Edisi
Penelitian Terbaru 2018
Prof. Dr. Kris H. Timotius Prof. Dr. Mardiasmo,
2017 MBA., AK
2018

Panduan Praktis Olah Manajemen


Data Menggunakan SPSS Perpajakan
Dwi Priyatno Strategi
2017 Perencanaan Pajak
dan Bisnis
Drs. Chairil
Anwar Pohan,
M.Si., MBA
2013

65
Dasar Metodologi Penelitian Good University
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes Governance
M. Ali Sodik, M.A Prinsip dan
2015 Implementasi
Dalam
Penggalian
Pendapatan
Dr. Ely Siswanto
2014

Metodologi Penelitian
Bisnis
Prof. Dr. Ir. Sugiarto, M. Sc.
2017

66
LAMPIRAN

A-1 Lampiran Daftar Perusahaan Sampel

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1 GGRM PT. Gudang Garam Tbk
2 HMSP PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk
3 KAEF PT. Kimia Farma Tbk
4 MERK PT. Merck Indonesia Tbk
5 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
6 PYFA PT. Pyridam FarmaTbk
7 SIDO PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk
8 SLKT PT. Sekar Laut Tbk
9 TCID PT. Mandom IndonesiaTbk
10 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk
11 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk
12 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
13 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk

A-2 Lampiran Debt to Equity Ratio Perusahaan Sampel Periode 2014-2017


2014 2015 2016 2017
NO KODE
Total Hutang Ekuitas Total Hutang Ekuitas Total Hutang Ekuitas Total Hutang Ekuitas
1 GGRM 25.099.875.000.000 33.134.403.000.000 25.497.504.000.000 38.007.909.000.000 23.387.406.000.000 39.564.228.000.000 24.572.266.000.000 42.187.664.000.000
2 HMSP 13.600.230.000.000 13.498.114.000.000 4.538.674.000.000 32.016.060.000.000 8.333.263.000.000 34.175.014.000.000 9.028.078.000.000 34.112.985.000.000
3 KAEF 1.291.699.788.059 1.721.078.859.509 1.374.127.253.841 1.862.096.822.470 2.341.155.131.870 4.612.562.541.064 3.523.628.217.406 6.096.148.972.533
4 MERK 166.811.511.000 544.244.319.000 168.103.536.000 473.543.282.000 161.262.425.000 582.672.469.000 231.569.103.000 615.437.441.000
5 MLBI 1.677.254.000.000 553.797.000.000 1.334.373.000.000 766.480.000.000 1.454.398.000.000 820.640.000.000 1.445.173.000.000 1.064.905.000.000
6 PYFA 75.460.789.155 97.096.611.306 58.729.478.032 159.951.537.229 61.554.005.181 105.508.790.427 50.707.930.330 108.856.000.711
7 SIDO 195.093.000.000 2.625.180.000.000 197.797.000.000 2.598.314.000.000 229.729.000.000 2.757.885.000.000 262.333.000.000 2.895.858.000.000
8 SKLT 199.636.573.747 137.295.765.073 225.066.080.248 152.044.668.111 272.088.644.079 296.151.295.872 328.714.435.982 307.569.774.228
9 TCID 611.508.876.121 1.252.170.961.203 367.225.370.670 1.714.871.478.033 401.942.530.776 1.783.158.507.325 503.480.853.006 1.858.326.336.424
10 TSPC 1.527.428.955.386 4.082.127.697.809 1.947.588.124.083 4.337.140.975.120 1.950.534.206.746 4.635.273.142.692 2.352.891.899.876 5.082.008.409.145
11 ULTJ 644.827.122.017 2.273.306.156.418 742.490.216.326 2.797.505.693.922 978.185.000.000 3.489.233.000.000 749.967.000.000 4.208.755.000.000
12 UNVR 9.534.156.000.000 4.746.514.000.000 10.902.585.000.000 4.827.360.000.000 12.041.437.000.000 4.704.258.000.000 13.733.025.000.000 5.173.388.000.000
13 WIIM 488.154.387.359 846.390.403.028 398.991.064.485 943.708.980.906 362.540.740.471 991.093.391.804 247.620.731.930 978.091.361.111

A-3 Lampiran Current Ratio Perusahaan Sampel Periode 2014-2017


2014 2015 2016 2017
NO KODE
Aktiva Lancar Hutang Lancar Aktiva Lancar Hutang Lancar Aktiva Lancar Hutang Lancar Aktiva Lancar Hutang Lancar
1 GGRM 38.532.600.000.000 23.783.134.000.000 42.568.431.000.000 24.045.086.000.000 43.933.173.000.000 21.638.565.000.000 43.764.490.000.000 22.611.042.000.000
2 HMSP 20.777.514.000.000 13.600.230.000.000 29.807.330.000.000 4.538.674.000.000 33.647.496.000.000 6.428.478.000.000 34.180.353.000.000 6.482.969.000.000
3 KAEF 2.040.430.857.906 854.811.681.426 2.100.921.793.619 1.088.431.346.892 2.906.737.458.288 1.696.208.867.581 3.662.090.215.984 2.369.507.448.768
4 MERK 595.338.719.000 129.820.145.000 483.679.971.000 132.435.895.000 508.615.377.000 120.622.129.000 569.889.512.000 184.971.088.000
5 MLBI 816.494.000.000 1.588.801.000.000 709.955.000.000 1.215.227.000.000 901.258.000.000 1.326.261.000.000 1.076.845.000.000 1.304.114.000.000
6 PYFA 78.077.523.686 47.994.726.116 72.745.997.374 36.534.059.349 83.106.443.468 37.933.579.448 78.364.312.306 22.245.115.479
7 SIDO 1.860.438.000.000 324.747.000.000 1.707.439.000.000 184.060.000.000 1.794.125.000.000 215.686.000.000 1.628.901.000.000 208.507.000.000
8 SKLT 167.419.411.740 141.425.302.224 189.758.915.421 159.132.842.277 222.686.872.602 169.302.583.935 267.129.479.669 211.493.160.519
10 TCID 874.017.297.803 486.053.837.459 1.112.672.539.416 222.930.621.643 1.174.482.404.487 220.580.384.140 1.276.478.591.542 259.806.845.843
11 TSPC 3.714.700.991.066 1.237.332.206.210 4.304.922.144.352 1.696.486.657.073 4.385.083.916.291 1.653.413.220.121 5.049.363.864.387 2.002.621.403.597
12 ULTJ 1.642.101.746.819 490.967.089.226 2.103.565.054.627 561.628.179.393 2.874.822.000.000 593.526.000.000 3.439.990.000.000 820.625.000.000
13 UNVR 6.337.170.000.000 8.864.242.000.000 6.623.114.000.000 10.127.542.000.000 6.588.109.000.000 10.878.074.000.000 7.941.635.000.000 12.532.304.000.000
14 WIIM 999.717.333.649 439.445.908.771 988.814.005.395 341.705.551.602 996.925.071.640 293.711.761.060 861.172.306.233 160.790.695.868

67
A-4 Lampiran Effective Tax Rate Perusahaan Sampel Periode 2014-2017
2014 2015 2016 2017
NO KODE
Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Sebelum Pajak
1 GGRM 1.822.046.000.000 7.254.713.000.000 2.182.441.000.000 8.635.275.000.000 2.258.454.000.000 8.931.136.000.000 2.681.165.000.000 10.436.512.000.000
2 HMSP 3.537.216.000.000 13.718.299.000.000 3.569.336.000.000 13.932.644.000.000 4.249.218.000.000 17.011.447.000.000 4.224.272.000.000 16.894.806.000.000
3 KAEF 86.181.636.916 344.017.652.213 85.162.555.115 338.135.061.189 59.798.179.173 442.824.103.843 85.951.608.979 535.661.371.401
4 MERK 54.907.935.000 205.958.418.000 51.395.379.000 193.940.841.000 61.073.314.000 214.916.161.000 61.107.348.000 205.784.642.000
5 MLBI 283.495.000.000 1.078.378.000.000 178.663.000.000 675.572.000.000 338.057.000.000 1.320.186.000.000 457.953.000.000 1.780.020.000.000
6 PYFA 1.550.165.979 4.211.187.980 1.467.826.630 4.554.931.095 1.907.090.128 7.053.407.169 2.471.878.605 9.599.280.773
7 SIDO 131.231.000.000 548.742.000.000 122.924.000.000 560.399.000.000 148.557.000.000 629.082.000.000 148.090.000.000 681.889.000.000
8 SKLT 7.188.408.517 24.044.381.630 7.309.446.375 27.376.238.223 4.520.085.462 25.166.206.536 4.399.850.008 27.370.565.356
9 TCID 65.619.186.288 241.447.832.720 38.647.669.480 583.121.947.494 59.416.261.296 221.475.857.643 63.956.663.719 243.083.045.787
10 TSPC 152.515.117.693 738.305.933.705 177.892.281.060 707.110.932.867 173.464.664.107 718.958.200.369 186.750.680.877 744.090.262.873
11 ULTJ 91.896.185.643 374.957.616.094 177.575.035.200 700.675.250.229 222.657.000.000 932.483.000.000 314.550.000.000 1.026.231.000.000
12 UNVR 2.000.932.000.000 7.927.652.000.000 1.977.685.000.000 7.829.490.000.000 2.181.213.000.000 8.571.885.000.000 2.367.099.000.000 9.371.661.000.000
13 WIIM 37.359.691.059 150.033.454.319 46.881.830.192 177.962.941.779 30.372.690.384 136.662.997.252 13.901.517.361 54.491.308.212

A-5 Lampiran Ukuran Perusahaan di Perusahaan Sampel Periode 2014-2017


Total Aset
NO KODE
2014 2015 2016 2017
1 GGRM 58.234.278.000.000 63.505.413.000.000 62.951.634.000.000 66.759.930.000.000
2 HMSP 28.380.630.000.000 38.010.724.000.000 42.508.277.000.000 43.141.063.000.000
3 KAEF 3.012.778.637.568 3.434.879.313.034 4.612.562.541.064 6.096.148.972.533
4 MERK 711.055.830.000 641.646.818.000 743.934.894.000 847.006.544.000
5 MLBI 2.231.051.000.000 2.100.853.000.000 2.275.038.000.000 2.275.038.000.000
6 PYFA 172.557.400.461 159.951.537.229 167.062.795.608 159.563.931.041
7 SIDO 2.820.273.000.000 2.796.111.000.000 2.987.614.000.000 3.158.198.000.000
8 SKLT 336.932.338.819 377.110.748.359 568.239.939.951 636.284.210.210
9 TCID 1.853.235.343.636 2.082.096.848.703 2.185.101.038.101 2.361.807.189.430
10 TSPC 5.609.556.653.195 6.284.729.099.203 6.585.807.349.438 7.434.900.309.021
11 ULTJ 2.918.133.278.435 3.539.995.910.248 4.239.200.000.000 5.186.940.000.000
12 UNVR 14.280.670.000.000 15.729.945.000.000 16.745.695.000.000 18.906.413.000.000
13 WIIM 1.334.544.790.387 1.342.700.045.391 1.353.634.132.275 1.225.712.093.041

A-6 Lampiran Nilai Perusahaan di Perusahaan Sampel Periode 2014-2017


2014 2015 2016 2017
KODE
Price Ekuitas Saham Edar Nilai Buku Price Ekuitas Saham Edar Nilai Buku Price Ekuitas Saham Edar Nilai Buku Price Ekuitas Saham Edar Nilai Buku
GGRM 60.700 33.134.403.000.000 1.924.088.000 17.221 55.000 38.007.909.000.000 1.924.088.000 19.754 63.900 39.564.228.000.000 1.924.088.000 20.563 83.800 42.187.664.000.000 1.924.088.000 21.926
HMSP 2.587 13.498.114.000.000 4.383.000.000 3.080 3.760 32.016.060.000.000 4.652.723.076 6.881 3.830 34.175.014.000.000 116.318.076.900 294 4.730 34.112.985.000.000 116.318.076.900 293
KAEF 1.465 1.721.078.859.509 5.554.000.000 310 870 1.862.096.822.470 5.554.000.000 335 2.750 4.612.562.541.064 5.554.000.000 830 2.700 6.096.148.972.533 5.554.000.000 1.098
MERK 5.700 544.244.319.000 22.400.000 24.297 6.775 473.543.282.000 22.400.000 21.140 9.200 582.672.469.000 22.400.000 26.012 8.500 615.437.441.000 22.400.000 27.475
MLBI 11.950 553.797.000.000 2.107.000.000 263 8.200 766.480.000.000 2.107.000.000 364 11.750 820.640.000.000 2.107.000.000 389 13.675 1.064.905.000.000 2.107.000.000 505
PYFA 135 97.096.611.306 535.080.000 181 112 159.951.537.229 535.080.000 299 200 105.508.790.427 535.080.000 197 183 108.856.000.711 535.080.000 203
SIDO 610 2.625.180.000.000 15.000.000.000 175 550 2.598.314.000.000 15.000.000.000 173 520 2.757.885.000.000 15.000.000.000 184 545 2.895.858.000.000 15.000.000.000 193
SKLT 300 137.295.765.073 690.740.500 199 379 152.044.668.111 690.740.500 220 308 296.151.295.872 690.740.500 429 1.100 307.569.774.228 690.740.500 445
TCID 17.525 1.252.170.961.203 201.066.667 6.228 16.500 1.714.871.478.033 201.066.667 8.529 12.500 1.783.158.507.325 201.066.667 8.868 17.900 1.858.326.336.424 201.066.667 9.242
TSPC 2.865 4.082.127.697.809 4.500.000.000 907 1.750 4.337.140.975.120 4.500.000.000 964 1.970 4.635.273.142.692 4.500.000.000 1.030 1.800 5.082.008.409.145 4.500.000.000 1.129
ULTJ 930 2.273.306.156.418 2.888.382.000 787 986 2.797.505.693.922 2.888.382.000 969 1.142 3.489.233.000.000 2.888.382.000 1.208 1.295 4.208.755.000.000 2.888.382.000 1.457
UNVR 32.300 4.746.514.000.000 7.630.000.000 622 37.000 4.827.360.000.000 7.630.000.000 633 38.800 4.704.258.000.000 7.630.000.000 617 55.900 5.173.388.000.000 7.630.000.000 678
WIIM 625 846.390.403.028 2.099.873.760 403 430 943.708.980.906 2.099.873.760 449 440 991.093.391.804 2.099.873.760 472 290 978.091.361.111 2.099.873.760 466

68
B-1 TABEL UJI T (N = 41 – 80)

Titik Presentase Distribusi t (df = 41 – 80)


Titik Persentase Distribusi t (dk = 41 – 80)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526

B-2 TABEL UJI F (N = 41 – 80)

69
Titik Presentase Distribusi t (df = 41 – 80)

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
(N2)
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79

70

Anda mungkin juga menyukai