Pada Bab ini Penulis memaparkan beberapa teori dan konsep dari para ahli dan
dari para peneliti sebelumnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan variabel-
2.1.1 Profitabilitas
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan
tinggi pula laba bersih perusahaan yang dihasilkan. Teori agensi memacu para agent
Menurut Hutapea & Herawaty (2020), Saputra et al., (2019), dan Olivia &
Semakin efisien perusahan maka pajak yang dibayar akan lebih sedikit sehingga tarif
pajak efektif perusahaan menjadi lebih rendah. Tarif pajak efektif perusahaan yang
rendah merupakan proksi tingkat penghindaran pajak yang tinggi. Namun pernyataan
ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamaludin (2020)
“Profitability refers to the ability of a bussiness to earn profit. It show the efficiency
of the business. These measure the profit earning capacity of the company.”
Artinya : “Profitabilitas mengacu pada kemampuan bisnis untuk mendapatkan laba.
perusahaan.”
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan profitabilitas adalah rasio untuk
pemanfaatan total aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan selama periode tertentu.
bahan acuan terhadap kinerja perusahaan sedangkan bagi perusahaan akan dijadikan
Tujuan dari rasio profitabilitas dari perusahaan maupun bagi pihak luar
1. Untuk mengetahui besaran laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu.
tahun sekarang.
4. Untuk mengukur besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang dipakai berupa
sehingga bisa dilakukan upaya agar masalah yang terjadi tidak berlarut-larut.
seluruh kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
Manfaat yang didapatkan oleh pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang
4. Mendapat gambaran tentang laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri bisa dilihat dan dijadikan patokan yang
berikutnya.
1. Profit Margin
Profit margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan
maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh
operasi perusahaan.
3. Return On Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atas rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modalsendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya
berdasarkan akuntansi dan dihitung sebagai laba bersih perusahaan dibagi dengan
ekuitas pemegang saham biasa. Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, Kasmir (2016:204).
asset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti
efisiensi manajemen.
5. Laba per Lembar Saham
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio
saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
saham meningkat. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah
jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki, Kasmi (2016:201).
yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara
rasio profitabilitas yang ada. Return On Asset (ROA) sering disebut juga Return On
Investment (ROI), diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak
terhadap total aktiva. Secara matematis, ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA mengukur rasio pengukuran profitabilitas yang sering digunakan oleh
dengan aktiva yang tersedia. Berdasarkan hal ini, maka faktor yang mempengaruhi
profitabilitas adalah laba bersih setelah pajak, penjualan bersih dan total asset.
perusahaan sekala sedang dan perusahaan skala kecil. Skala perusahaan digunakan
untuk mencerminkan sebuah perusahaan berada pada ukuran besar, sedang atau kecil
yang mana didasarkan pada total seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Menurut
“ Nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat beberapa proksi yang
dapat digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan yaitu jumlah karyawan, total
Perusahaan yang memiliki asset besar, ada kemungkinan lebih leluasa dalam
perusahaan adalah seberapa besar total aktiva dimiliki perusahaan yang dapat
Semakin besar total aktiva perusahaan maka mencerminkan semakin besar pula
perusahaan tersebut.
dibagi kedalam 4 (empat) kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,
dan usaha besar. Pengertian dari usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar menurut pasal 1 UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
2. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar yang
ini.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
Indonesia.
asset perusahaan tersebut (Maha Dewi & Sudiartha, 2017). Semakin besar asset
ukuran aktiva digunakan sebagai alat ukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva
tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva (Hartono, 2013). Namun demikian
dijelaskan lebih dalam bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana
diklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara seperti total aktiva, log
size, dan nilai pasar saham (Suryandani, 2018). Terkait ukuran perusahaan digunakan
pengukuran secara umum yang digunakan perusahaan, dimana dapat dirumuskan
asset (Astuti, 2019). Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing
perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang sangat besar, sehingga dapat
menyebabkan nilai yang ekstrim, untuk menghindari data yang tidak normal tersebut
maka total asset perlu dilogaritmakan yang diperoleh dari nilai di posisi laporan
keuangan.
cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Pemegang saham institusional
biasanya berbentuk entitas, seperti perbankan, asuransi, dana pensiun dan reksadana.
institusional pada akhir tahun yang diukur dalam presentase saham yang dimiliki
merupakan proporsi saham yang dimiliki institusional dalam suatu perusahaan pada
akhir tahun
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak ataupun institusi luar perusahaan
mempunyai kedudukan yang cukup berarti didalam suatu industri, sebab dengan
berbadan hukum, institusi luar negeri, dan dana perwalian serta institusi lainnya.
Pihak institusional yang menguasai saham lebih besar daripada pemegang saham
didefinisikan sebagai sejumlah proporsi saham yang dimiliki oleh institusi baik
swasta domestic maupun asing. Kepemilikan institusional menjadi aspek yang amat
besar dalam meminimalisir konflik keagenan seperti yang dijelakan teori agensi
diiatas. Semakin besar kepemilikan institusi semakin besar pula kekuatan institusi dan
manajer rsbute manajemen. Mak hal tersebut akan mengakibatkan dorongan untuk
jumlah saham yang beredar. Peraturan BAPEPAM VIII G.7 Tahun 2012 Tentang
Penyajian dan Pengungkapan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik terkait hak
pihak institusional untuk memperoleh saham hingga lebih dari 5% dari saham yang
ditawarkan.
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
”Pajak merupakan salah satu kontributor terbesar dalam penerimaan Negara. Oleh
wajib pajak, kebijakan pungutan pajak dinilai bersifat memaksa dan tidak ada kontra
terhadap negara yang telah diatur oleh undang-undang harus dibayarkan oleh wajib
seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan lain-lain.
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pajak sebagai sumber
rutin, selain itu juga sebagai alat pengatur dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah di
Menurut Resmi (2014:7), terdapat jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu:
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang
lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang
b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
menurut golongan dan sifatnya, pajak menurut golongan yaitu pajak yang ditanggung
oleh pribadi atau dibebankan ke pihak ketiga. Sedangkan pajak menurut sifat yaitu
Merujuk dari PSAK Nomor 46 Paragraf 5 dan 6, beban pajak (penghasilan pajak)
adalah jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam
menentukan laba-rugi pada suatu periode. Beban pajak (penghasilan pajak) terdiri dari
beban pajak kini (penghasilan pajak kini) adalah jumlah pajak penghasilan terutang
atas penghasilan kena pajak pada satu periode dan beban pajak tangguhan
jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan berdasarkan periodenya dalam satu
adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Sedangkan kita ketahui perusahaan
Pohan (2013:3) mengungkapkan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pengusaha adalah dengan meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak
melanggar aturan, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba. Menurut
“Usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau
organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau
organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis, sehingga
usaha yang dilakukan oleh manajemen perpajakan suatu perusahaan untuk mengelola
pembayaran pajak secara efisien dan ekonomis, guna menekan pembayaran pajak
legal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
merupakan berbagai usaha untuk mereduksi beban pajak yang secara legal
diperkenankan dan dinilai aman untuk wajib pajak mengingat cara-cara yang
dilakukan tidak melanggar peraturan pajak yang ada. Hal tersebut dikarenakan
metode maupun teknik yang dilakukan dalam praktik tax avoidance cenderung hanya
Menurut Dharma dan Ardiana (2016), pengertian penghindaran pajak atau tax
avoidance adalah:
”bahwa praktik tax avoidance adalah upaya yang dilakukan wajib pajak untuk
meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan celah pada peraturan yang berlaku
sedangkan tax evasion dilakukan melalui cara-cara yang melanggar ketentuan pajak”
Menurut Iman Santoso dan Ning Rahayu (2013:4) penghindaran pajak (tax
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa tax avoidance merupaka upaya
penghidaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak secara legal yang tidak melanggar
Pajak)
Saat ini sudah banyak cara dalam pengukuran tax avoidance. Setidaknya terdapat
dua belas cara yang dapat digunakan dalam mengukur tax avoidance yang umumnya
digunakan dalam Hanlon dan Heitzman (2010), dimana disajikan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1
BTD
/U.S.STR
9
Abnormal total BTD/
10
11
12
Menurut Dyreng, et al (2010) ,variabel penghindaran pajak dihitung melalui
yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
berikut:
Keterangan:
dibayarkan perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus CETR (
) bertujuan untuk
semakin rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan. Selain itu, CETR juga
digunakan untuk:
sebaliknya”.
penelitian. Tujuannya yaitu untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu, selain itu juga untuk melihat persamaan dan perbedaan dari penelitian
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
positif terhadap
penghindaran pajak,
kepemilikan institusional
memiliki pengaruh
negatif terhadap
penghindaran pajak, dan
ukuran perusahaan
memiliki pengaruh
positif terhadap
penghindaran pajak.
negeri. Sesuai dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara
perpajakan, pajak merupakan "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
tersebut, terlihat jelas bahwa pajak merupakan sumber pendapatan bagi negara.
Sedangkan, bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas,
maka terbentuklah kerangka pemikiran dari penelitian ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan
laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu
yang mencerminkan peforma keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu dan
Agensi, adanya konflik kepentingan antara pihak pemegang saham (principal) dengan
manajer (agent). Pihak agent akan berusaha meningkatkan laba setelah pajak
perusahaan dengan melakukan praktik penghindaran pajak, karena laba yang besar
akan menghasilkan beban pajak yang besar. Sehingga pihak agent akan mengelola
beban pajak agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat beban
Menurut Subagiastra (2016), Dewi dan Noviari (2017), Nur Amalia Sari (2018)
asetnya, maka semakin besar laba yang diperoleh. Besarnya laba akan menjadi acuan
dasar pengenaan pajak penghasilan perusahaan. semakin besar laba maka semakin
besar pula beban pajak yang diperoleh. Hal tersebut akan membuat perusahaan
Selain itu, Dewi dan Setiawan (2016) menyatakan hubungan antara profitabilitas
“Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah beban pajak penghasilan akan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau
kecilnya perusahaan, salah satunya berdasarkan total aset. Semakin besar total aset
mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan, dan transaksi pun semakin
perusahaan ditunjukkan melalui logtotal aset, karena dinilai bahwa ukuran ini
memiliki kemampuan untuk mengurangi tingkat fluktuasi data yang berlebih tanpa
dengan optimal dikarenakan kekurangan ahli dalam hal perpajakan, berbeda dengan
perusahaan yang tergolong perusahaan besar yang memiliki sumber daya yang lebih
besar sehingga dapat dengan mudah mengelola pajak. Sumber daya manusia yang
ahli dalam perpajakan diperlukan perusahaan dalam mengelola pajak agar dapat
menekan beban pajak perusahaan secara optimal (I Gusti Ln Ngr Dwi, 2016).
oleh institusi keuangan seperti Bank, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perseroan
saham institusi, ketika melakukan penghindaran pajak dalam upaya menekan beban
dimiliki pihak institusi akan menyebabkan timbulnya beban dividen, beban dividen
institusional yang juga memiliki keinginan untuk mensejahterakan diri sendiri tanpa
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Gusti Ayu Pradnyanita dewi & Maria
berpengaruh terhadap .
Referensi
1.Maha Dewi & Sudiatha, (2017)
2.Alviyani. (2016)
3.Oktaviana dan Wahidahwati,
(2017)
Tax advoidance
Profitabilitas
Hipotesis 1
Tax advoidance
Ukuran Perusahaan
Hipotesis 2
Tax advoidance
Kepemilikan
Institusional 1. Analisi Deskriptif
2. Analisis verifikatif
Hipotesis 2 3. Analisis Regresi Linier
4. Uji Hipotesis dan
Korelasi
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
2017:63)