Rasio profitabilitas memiliki tujuan tidak hanya bagi pihak internal, tetapi juga
bagi pihak ekternal atau diluar perusahaan, terutama pihakpihak yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan.
1.Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri
Margin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi perusahaan
tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari pemerintah (pajak).
Sama dengan ROI untuk mencari hasil penembalian ekuitas, selain dengan cara yang
sudah dikemukakan di atas, juga dapat pula digunakan pendekatan Du Pont.
Kita dapat memisahkan pengembalian ini menjadi komponen yang bermakna secara
relative terhadap penjualan. Pemisahan pengembalian atas asset operasi bersih adalah :
Margin NOPAT dan perputaran NOA merupakan pengukuran yang bermanfaat dan
menuntut analisis mendapatkan pemahaman atas profitabilitas suatu perusahaan.
Figure 8.3 Pemisahan Pengembalian atas Aset Operasi Bersih
Tingkat analisis yang pertama berfokus pada interaksi antara margin NOPAT dengan
perputaran NOA. Tingkat analisis yang kedua menyoroti faktor-faktor penting lain yang
menentukan margin laba dan asset.
(1+OLLEV)
Margin laba operasi merupakan fungsi dari harga jual per unit produk produk atau jasa
dibandingkan dengan biaya per unit yang dikeluarkan untuk membawa produk atau jasa
tersebut ke pasar dan memenuhi kebutuhan pelanggan setelah penjualan. Untuk tujuan
analisis, margin laba sebelum pajak dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen :
PM sebelum pajak = PM penjualan sebelum pajak + PM sebelum pajak lainnya.
PM penjualan sebelum pajak = (margin kotor÷penjualan) – (beban
penjualan÷penjualan) – (beban administrasi÷penjualan) – (litbang÷penjualan).
PM sebelum pajak lainnya = (laba ekuitas÷penjualan)
Beberapa hal penting dalam analisa profitabilitas :
1. Laba Kotor (Gross Profit)
Laba Kotor diukur dari pendapatan dikurangi harga pokok penjualan, dan sering
dilaporkan dalam bentuk persentase yang dihitung dari laba kotor dibagi dengan
penjualan. Laba kotor harus cukup besar untuk mendanai pengeuaran bersifat
diskresi penting yang berorientasi pada masa depan seperti penelitian dan
pengembangan, pemasaran, serta iklan.
Analisa terhadap perubahan penjualan dan harga pokok penjualan akan berguna
dalam mengidentifikasi pendorong utama laba kotor. Perubahan laba kotor
sendiri sering kali terjadi akibat salah satu atau kombinasi dari perubahan
berikut :
a. Kenaikan (penurunan) volume penjualan
b. Kenaikan (penurunan) harga jual unit
c. Kenaikan (penurunan) biaya per unit
2. Beban Penjualan (Selling expenses)
Pentingnya hubungan antara beban penjualana dan pendapatan bervariasi untuk
tiap industry dan perusahaan. Di beberapa perusahaan tertentu, beban penjualan
terutama komisi yang sangat bersifat variable, sementara di perusahaan lain
sebagian besar bersifat tetap.
Ketika beban penjualan sebagai persentase dari pendapatan menunjukkan
adanya kenaikan, yang perlu menjadi perhatian adalah kenaikan beban penjualan
yang menghasilkan kenaikan pendapatan. Beberapa beban promosi penjualan
tertentu khususnya periklanan, menghasilkan manfaat sekarang dan masa depan.
Mengukur manfaat masa depan yang diberikan oleh beban ini memang cukup
sulit. Selain memengaruih penjualan masa depan, pengeluaran ini juga
memberikan pandangan tentang kecenderungan manajemen untuk mengelolah
laba yang dilaporkan.
3. Beban Umum dan Administrasi (General and Administrative Expenses)
Sebagian besar beban umum dan administrasi bersifat tetap, kebanyakan karena
beban ini meliputi pos-pos seperti gaji dan sewa.
Piutang merupakan asset yang harus didanai oleh biaya modal. Selain itu piutang
memiliki resiko penagihan dan membutuhkan overhead tambahan dalam bentuk bagian
kredit dan penagihan. Dari sudut pandang ini, mengurangi tingkat piutang akan
mengurangi biaya tersebut. Akan tetapi, jika kita mengurangi terlalu banyak melalui
kebijakan kredit yang terlalu ketat dampaknya akan merugikan penjualan. Oleh karena
itu piutang harus bisa dikelolah secara efektif.
Pandangan alternative dari perputaran piutang usaha adalah periode penagihan rata-rata
yang dihitung dari :
Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
Rasio ini menggunakan HPP sebagai ukuran volume penjualan karena penyebutnya,
persediaan dilaporkan berdasarkan harga perolehan bukan harga pasar. Penurunan rasio
perputaran persediaan sering kali mengindikasikan bahwa produk perusahaan tidak
kompetitif, mungkin karena ketinggalan zaman atau teknologi. Perusahaan
menginginkan persediaan dalam jumlah mencukupi untuk memenuhi tuntutan
pelanggan tanpa kehabisan persediaan dan tidak lebih pula. Seperti periode penagihan
rata-rata, pandangan alternative tingkat perputaran persediaan adalah :
Rata-rata jumlah hari dalam persediaan = Persediaan ÷ Rata-rata hari harga
pokok
penjualan
Rata-rata jumlah hari dalam persediaan memberikan indikasi tentang rentang waktu
persediaan tersedia untuk dijual. Untuk mencapai jumlah hari rata-rata dalam persediaan
sesedikit mungkin, kita dapat meminimalkan bahan baku melalui teknik manajemen
produksi, seperti pengiriman just-in-time, atau pengurangan persediaan dalam proses
melalui penggunaan proses produksi secara efisien yang menghilangkan bottleneck.
Selain itu, perusahaan ingin meminimalkan persediaan barang jadi dengan sebisa
mungkin melakukan produksi berdasarkan pesanan bukan perkiraan permintaan. Alat
manajemen ini akan meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi jumlah rata-
rata dalam persediaan.
Karena dirasa lebih murah, perusahaan lebih memilih untuk memanfaatkan sumber
pendanaan murah ini sebanyak mungkin sehingga memiliki tingkat perputaran utang
usaha yang rendah (artinya tingkat utang yang tinggi). Menurunkan tingkat perputaran
utang usaha dapat dicapai dengan menunda pembayaran kepada pemasok, di mana
penudaan pembayaran ini dapat mengganggu hubungan dengan pemasok jika digunakan
secara berlebihan. Oleh karena itu, utang harus dikelola secara cermat.
Perusahaan umumnya menginginkan tingkat perputaran modal kerja operasi bersih yang
lebih tinggi daripada lebih rendah, karena perputaran modal kerja operasi yang lebih
tinggi mencerminkan investasi dalam modal kerja yang lebih kecil untuk setiap
penjualan.
Dimana V adalah nilai perusahaan, BV adalah nilai buku ekuitas pemegang saham, k
adalah pengembalian yang diharapkan. Jadi, jika ROCE lebih tinggi dari k maka
nilainya meningkat sebesar kelebihan dari yang ditunjukkan oleh nilai bukunya.
Keterangan:
RNOA : pengembalian atas asset operasi bersih
LEV (leverage keuangan) : rata-rata NFO/rata-rata ekuitas
NFO (kewajiban keuangan bersih) : RNOA - ekuitas
Spread : RNOA - NFR
NFR (tingkat keuangan bersih) : NFE/ rata-rata NFO (nilainya bisa positif/negatif)
NFE (beban keuangan bersih) : beban bunga dikurangi pengembalian investasi
untuk
asset non-operasi (nilainya bisa positif/negatif)
Leverage keuangan akan menaikkan ROE sepanjang spread positif
Dengan kata lain, jika perusahaan mendapatkan pengembalian atas asset operasi yang
lebih tinggi daripada biaya utang yang mendanai asset tersebut, kelebihan
pengembaliannya akan memberikan keuntungan bagi pemegang saham.
Pembedaan ROCE menjadi komponen operasi (RNOA) dan non-operasi (LEV x
spread) penting karena:
Banyaknya perusahaan yang memberikan barang dan jasa sebagai usaha
utamanya
Aktivitas operasi berdampak jangka panjang dan paling nyata pada nilai
perusahaan
Meskipun kenaikan ROE dapat diperoleh melalui penggunaan leverage
keuangan secara bijaksana, pembayaran utang (pokok dan bunga) adalah
kewajiban kontraktual yang harus dipenuhi.
Spread merupakan fungsi dari tingkat bunga atas utang dan pengembalian investasi
yang dapat dilihat secara terpisah sebagai berikut:
NFE/NFO = (tingkat bunga x FL/NFO) – (pengembalian atas asset keuangan x
FA/NFO)
Dimana FL adalah kewajiban keuangan dan FA adalah asset keuangan. Kebanyakan
perusahaan meminjam dengan tingkat bunga tetap sehingga NFE kemungkinan tetap,
namun bagian pengembalian investasi kemungkinan berfluktuasi sesuai pergerakan
pasar modal.