Anda di halaman 1dari 5

Nama : Leasman Ndraha

Kelas : Akuntansi A

NIM : 7151220017

Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan

RASIO PROFITABILITAS

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait
penjualan, aset dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas
dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja
suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.

Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan biasanya dinilai


oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh oleh
investor dan besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utang
kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat
tingkat efisiensi perusahaan.

Efektifitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur laporan keuangan. Semakin
tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik berdasarkan rasio profitabilitas. Nilai
yang tinggi melambangkan tingka laba dan efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat dari
tingkat pendapatan dan arus kas. Rasio-rasio profitabilitas memaparkan informasi yang
pentingkan daripada rasio periode sebelumnya dan rasio pencapaian pesaing. Dengan demikian,
analisis trend industri dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang berguna tentang tingkat laba
(profitabilitas) sebuah perusahaan. Rasio profitabilitas mengungkapkan hasil akhir dari seluruh
kebijakan keuangan dan keputusan operasional yang dilakukan oleh manajemen suatu
perusahaan di mana sistem pencatatan kas kecil juga berpengaruh.

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan
perusahan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis akuntansi keuangan antara
lain Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin), Return
on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Return on Capital
Employed (ROCE), Return on Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS). Berikut ini jenis-
jenis rasio profitabilitas, pengertian analisis rasio keuangan beserta penjelasannya.

 Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Marjin Laba Kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan
arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya
yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa. Marjin Laba Kotor ini sering disebut juga
dengan Gross Margin Ratio (Rasio Marjin Kotor). Gross profit margin mengukur efisiensi
perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin semakin baik
(efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih
rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka
perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba kotor
sebagai berikut.

Gros Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan / Penjualan

 Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh
dari penjualan. Marjin Laba Bersih ini disebut juga Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus berikut
ini.

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak / Penjualan

 Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)

Tingkat Pengembalian Aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase


keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga
efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Rumus Rasio Pengembalian Aset sebagai berikut.

ads
ROA = Laba Bersih / Total Aset

Contoh perhitungan ROA dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan.
Diketahui: laba bersih perusahaan sebesar $117,5 dan total asset $ 2.000 maka hitunglah ROA
perusahaan!

ROA = Laba Bersih : Total Aset


ROA = $117,5 : $2.000 = 5,9%

Rata-rata industri sejenis adalah 9% sehingga diketahui bahwa pengembalian perusahaan


tersebut tidak sesuai standar (lebih rendah dari standar ROA). Hasil ini mengindikasikan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik, walau tingkat pengembalian terhadap aset yang rendah tidak
selalu buruk terhadap perusahaan. Hal itu bisa terjadi karena keputusan manajemen perusahaan
sengaja memakai utang dalam jumlah besar dengan beban bunga yang tinggi sehingga laba
bersih menjadi lebih rendah. Penyebab rendahnya ROA perusahaan tersebut adalah utang.
Penilaian kinerja suatu perusahaan harus menggunakan berbagai alternatif terbaik karena setiap
rasio bersifat relatif. Dengan memakai beberapa rasio maka kondisi perusahaan bisa dilihat
secara keseluruhan dengan lebih bijaksana.

 Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)

Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang
dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap
modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang
saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola
modalnya (net worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut
rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang saham

 Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)

Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan


perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku
dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut Marjin Operasional (Operating Margin)
atau Marjin Pendapatan Operasional (Operating Income Marjin). Berikut ini rumus untuk
menghitung Return on Sales (ROS).

Return on Sales (ROS) = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan

 Return on Capital Employed (Pengembalian Modal yang digunakan)

Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan
perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal yang dimaksud adalah
Ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total asset dikurangi kewajiban
lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba
sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before
Interest and Tax. Berikut ini 2 rumus Roce yang sering digunakan.

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja

atau

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset – Kewajiban)

 Return on Investment (ROI)

Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah
dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna untuk mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah
aktiva secara keseluruhan yang tersedia pad perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
baik kondisi suatu perusahaan. Rumus Return on Investment berikut ini.

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Aktiva

 Earning Per Share (EPS)

Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar
saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham
biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi
indikator keberhasilan perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut.

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Hakikat akuntansi memang membutuhkan perhitungan yang akurat. Rasio-rasio keuangan yang
memuat rasio profitabilitas benar-benar dibutuhkan untuk memperhitungkan tingkat keuntungan
perusahaan pada setiap periode.

Contoh soal
Profitabilitas adalah kemapuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Bagi yang mau lebih lanjut mari kita teruskan

Berikut contohnya laporan rugi labanya :

PT. MAUNYA LABA

Penjualan Bersih 112.760.000

Harga Pokok Penjualan (HPP) (85.300.000)

Laba Kotor 27.460.000

Biaya Pemasaran (6.540.000)

Biaya Admin&Umum (9.400.000)

Biaya Operasional (15.940.000)

Laba sebelum bunga & Pajak (EBIT) 11.520.000

Bunga Hutang (jika ada) (3.160.000)

Laba Sebelum Pajak (EBT) 8.360.000


Pajak Pendapatan (48%) atas EBT (4.013.000)

Laba setelah pajak 4.347.000

Catatan:
Total Aktiva PT MAUNYA LABA = Rp81.890.000,-

Adapun Rasio Profitabilitas yang akan dipakai adalah:


 Gross profit margin
 Net profit margin

 Return on Investment (ROI)

Gross Profit Margin


Gross Profit Margin = (Penjualan - HPP) / Penjualan Atau
Gross Profit Margin = Laba Kotor / Penjualan
Gross Profit Margin = 27.460.000 / 112.760.000 = 0,2435 = 24,35%

Gross Profit margin = 24,35%


artinya bahwa setiap Rp1,- (satu rupiah) penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar
Rp0,2435. Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik. Tetapi pada penghitungan
Gross Profit Margin, sangat dipengaruhi oleh HPP, sebab semakin besar HPP, maka akan
semakin kecil Gross Profit Margin yang dihasilkan.

Net Profit Margin


Net Profit Margin = Laba setelah pajak (EAT)/Penjualan
Net Profit Margin = 4.347.000 / 112.760.000 = Rp0,0386 = 3,86%

Apabila Gross Profit Margin selama suatu periode tidak berubah, sedangkan Net Profit
Marginnya mengalami penurunan, berarti biaya meningkat relatif besar dibanding dengan
peningkatan penjualan.

Return On Investment (ROI) atau Return on Assets (ROA)


ROI = Laba setelah pajak (EAT) / Total Aktiva
ROI = 4.347.000 / 81.890.000 = Rp0,0531 = 5,31%
ROI = 5,31%
artinya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan,
berarti dengan Rp1000,- aktiva akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp53,10 atau
dengan Rp1,- menghasilkan laba bersih (EAT) Rp0,0531,-

Anda mungkin juga menyukai