Anda di halaman 1dari 9

7.

Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan


dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan.
9. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis.
10. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholder) yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
11. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis.

1. Profit Margin
Jenis rasio ini menunjukkan bagaimana
suatu perusahaan dapat memperoleh laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Hasil perhitungan ini biasanya ditampilkan
pada baris terakhir laporan laba rugi.
Margin laba juga merupakan indikator
indeks efisiensi yang dapat dicapai
perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
2. Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin adalah
perhitungan dengan menggunakan
perbandingan antara laba kotor dan
tingkatan penjualan yang dicapai selama
periode waktu tertentu.
Apabila margin laba kotor tinggi berarti
situasi keuangan perusahaan pada masa
itu cukup baik.
3. Net Profit Margin
Rasio ini ditentukan dengan
membandingkan laba bersih dengan
efisiensi semua kegiatan seperti
keuangan, administrasi, produksi, dan
administrasi pajak.
Oleh karena itu, margin laba bersih yang
lebih tinggi berarti kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba juga
cenderung lebih tinggi.
Sebaliknya, jika rasio ini rendah,
penjualan mungkin rendah untuk biaya
tertentu atau perusahaan mungkin
kewalahan dengan jumlah penjualan.
4. Return on Investment (ROI)
Jenis ini dapat digunakan untuk
memeriksa kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih setelah
pajak. ROI juga sangat penting untuk
mengetahui apakah instansi bisa
menutupi investasi yang telah dilakukan.
Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat
rasio ini, semakin baik kinerja
perusahaan.
Perbedaan Rasio Rentabilitas dan
Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah perhitungan
yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dari sumber-
sumber seperti jumlah karyawan,
modal, cash on hand, dan aktivitas
penjualan.
Dalam praktiknya, rasio profitabilitas
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu
margin laba bersih (net profit margin),
margin laba kotor (gross profit margin),
dan margin laba operasi (operating profit
margin).
Dari penjelasan di atas, Anda mungkin
sudah melihat perbedaan antara hubungan
profitabilitas dan rentabilitas. Perbedaan
pertama terletak pada komponen yang
dihitung.
Ukuran profitabilitas fokus pada
perhitungan laba bersih setelah atau
sebelum pajak untuk semua aset
perusahaan secara keseluruhan.
Di sisi lain, fokus rasio rentabilitas adalah
pada pengukuran laba kotor perusahaan
dibandingkan dengan total asetnya.
Selain itu, Anda juga dapat menggunakan
tingkat pengembalian untuk mengukur
keuntungan bersih yang disesuaikan
dengan jenis laba hasil penjualan.
Jika telah berhasil menghitung semua
rasio keuangan perusahaan, pada
dasarnya berarti Anda sudah mengetahui
apa itu profitabilitas dan rentabilitas.
Rentabilitas adalah rasio keuangan utama
untuk memahami kinerja bisnis dan
kesehatan keuangan bisnis Anda. Jadi
pastikan perhitungan Anda akurat
sehingga dapat menggunakannya sebagai
referensi.

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Salah satu macam dari rasio likuiditas adalah LDR (Loan to Deposit Ratio).

LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin
tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Ketentuan Bank Indonesia mengenai maksimal LDR adalah sebesar 110%.

Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas gunanya untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank.

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur salah satu aspek kesehatan
bank. Salah satu macam dari rasio rentabilitas adalah ROA (Return On
Asset).

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank


dalam menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai
total asetnya.

Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan


untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.

Rasio Capital
Rasio capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio
(CAR). Rasio ini digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank
untuk menutupi penurunan aktiva akibat terjadinya kerugian atas aktiva bank
dengan menggunakan modalnya sendiri.

CAR merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva


Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
ATMR merupakan penjumlahan, baik itu aktiva neraca maupun aktiva
administratif yang telah dikalikan bobotnya masing-masing.

Rasio Biaya Dana


Bank bekerja dengan menggunakan sebagian besar dana milik masyarakat
untuk dijual kembali dalam bentuk kredit atau aktiva lain yang
menguntungkan.

Bank harus mengetahui secara pasti berapa harga dana yang dihimpun
tersebut untuk memudahkan dalam menentukan harga jual, mengambil
kebijakan, dan mengatur penempatan aktiva se-optimal mungkin.

Salah satu macam dari rasio biaya dana adalah Cost Of Loanable Fund
(COLF). Ratio ini untuk mengetahui harga dana yang bisa dijual.

Sesuai ketentuan BI setiap bank harus menyisihkan dana Reserve


Requirement (RR) sebesar 5%, sehingga dana masyarakat yang bisa dijual
maksimal 95%.

Rasio Aset
Kinerja keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya.
Salah satu rasio yang digunakan adalah Return On Risked Asset (RORA).

RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor dengan


besarnya risked assets yang dimiliki.

Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan


risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan.

Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima


besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh pada
kenaikan harga saham.

Itulah beberapa hal yang perlu dipahami dari analisis laporan keuangan
bank. Pada dasarnya, membuat laporan keuangan bagi tiap perusahaan
adalah hal penting untuk menentukan berbagai hal kedepannya. Kini, Anda
dapat menggunakan software akuntansi untuk membuat laporan keuangan.
Contoh Perhitungan Net Profit Margin. Misalnya berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020,
penjualan bersih atau net sales PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk adalah sebesar Rp.
27.063.310.000.000. Sedangkan laba bersih setelah bunga dan pajak perusahaan dengan kode saham
SIDO ini adalah sebesar Rp.2.064.650.000.000. Ditanya: Berapa margin laba bersih atau net profit
margin dari PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk?
Jawaban:

Net profit margin = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Penjualan bersih) x 100%

Net profit margin = (Rp.2.064.650.000.000 : Rp.27.063.310.000.000) x 100%


= 7,63%

Jadi net profit margin dari PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk adalah
sebesar 7,63%. Angka tersebut menunjukan kinerja dari PT. Industri Jamu dan
Farmasi Sido Muncul Tbk cukup baik.

Hal tersebut dikarenakn nilai dari net profit margin melebihi dari standar industry
yaitu sebesar 5%. Dengan demikian PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
dengan cukup baik menetapkan harga produknya dan berhasil menekan biaya yang
ada.

4. Contoh Perhitungan Return on Equity. Misalnya dalam laporan keuangan per 31 Desember 2022, laba
bersih PT Garam Tbk adalah sebesar Rp.117.500.000.000. Sedangkan total ekuitas biasa atau adalah
sebesar Rp.940.000.000.000. Ditanya: Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau return on equity PT
Garam Tbk?
Jawaban:

ROE = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Total modal) x 100%

ROE = (Rp.117.500.000.000 : Rp.940.000.000.000) x 100% = 12,5%

Nilai dari return on equity menunjukan nilai 12,5%, hal tersebut berarti masih belum
maksimal-nya perusahaan dalam mengelola modalnya. Karena nilai tersebut masih
dibawah standar industry sejenis yaitu sebesar 15%.

5. Contoh Perhitungan Return on Assets. Misalnya dalam laporan keuangan per 31 Desember 2021, laba
bersih PT Indonesia Tbk adalah sebesar Rp. 1.713.000.000.000. Sedangkan untuk total asset atau
aktivanya adalah sebesar Rp. 61.433.000.000.000. Ditanya: Berapa nilai dari retun on assets (ROA) PT
Indonesia Tbk?
Jawaban:

Retun on assets = (Laba bersih setelah bunga dan pajak : Total asset atau aktiva) x
100%
Return on assets = (Rp.1.713.000.000.000 : Rp.61.433.000.000.000) x 100 % = 2,79%

Jadi ROA dari PT Indonesia Tbk adalah sebesar 2,79%. Angka tersebut menunjukan
hasil yang kurang baik bagi suatu perusahaan karena masih dibawah standar industry
sejenis yaitu sebesar 9%.

Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh keputusan yang diambil perusahaan yang
sengaja untuk memakai hutang dalam jumlah besar, dan beban bunga yang tinggi. Hal
tersebutlah yang menjadi penyebab laba bersih menjadi relative lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai