Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PROFITABILITAS

(Disusun untuk memenuhi tugas Analisa Laporan Keuangan)

Diampu oleh:

NURUL ALFIAN, S.E., M.Akun.

DISUSUN OLEH:

ANNOERY DWI RAHMI (2021220056)

FAKULTAS EKONOMI – PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MADURA

2023
PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran
tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan yang
memberikan kesimpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas tertentu
sekaligus media yang paling penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi manajemen.

Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan(SAK) yang telah


ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam rangka membantu pengguna laporan
keuangan dalam memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat
analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu
bagaimana memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan
keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi
keuangan untuk pengambilan keputusan.

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan metode dan teknik analisis yang tepat. Hasil
analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang
bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya.

Menurut PSAK No.1, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya
sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Pada umumnya rasio profitabilitas diartikan sebagai rasio yang digunakan untuk
membandingkan kemampuan perusahaan untuk menyisihkan laba dari pendapatan. Jenis
rasio yang satu ini dengan kata lain digunakan untuk mengukur kemampuan menghasilkan
banyak laba dari kegiatan produksi yang dilakukan.

Ada banyak pengertian profitabilitas menurut para ahli. Diantaranya adalah sebagai
berikut:

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode


tertentu, perusahaan dengan kemampuan menghasilkan laba yang baik menunjukkan
kinerja perusahaan yang baik sebab profitabilitas sering dijadikan sebagai ukuran untuk
menilai kinerja perusahaan. (Riyanto: 2008)

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua


kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang perusahaan, dan lain sebagainya. (Harahap: 2009)

Profitabilitas merupakan pendapatan bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.


Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah
satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisis dalam
menganalisa kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
(Brigham dan Houston: 2006)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode


waktu tertentu. (Munawir, 2004)

Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.
Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu
perusahaan dengan membandingkan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi.
(Sawir: 2009)
Itulah beberapa pengertian rasio profitabilitas menurut para ahli. Bisa dikatakan jika rasio
profitabilitas perusahaan merupakan sarana yang sangat penting untuk menilai performa
suatu perusahaan tertentu. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari bisnis tersebut adalah
emmberikan nilai tambah bagi perekonomian.

B. TUJUAN RASIO PROFITABILITAS

Berikut ini berbagai tujuan dari penerapan perhitungan rasio profitabilitas :

1. Menghitung pemasukan laba perusahaan pada suatu periode akuntansi


2. Menghitung perkembangan laba yang diperoleh dibandingkan dengan periode
akuntansi yang telah lalu
3. Menghitung kemampuan perusahaan untuk mengembangkan modal yang
digunakan, baik berasal dari modal pinjaman maupun modal sendiri
4. Menghitung laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan setelah dikurangi oleh
pajak dengan modal sendiri
5. Menilai posisi laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan yang didapatkan pada
periode sebelumnya
C. MANFAAT RASIO PROFITABILITAS

Perusahaan sebaiknya wajib membuat profitabilitas saat menghitung untung-rugi


perusahaan. Berikut ini manfaat dari rasio profitabilitas:

1. Dapat mengetahui secara pasti laba/keuntungan dari perusahaan dalam periode


tertentu.
2. Sebagai tolak ukur dalam penilaian yang dilakukan bank/investor kepada
perusahaan.
3. Memahami efisiensi dari sebuah bisnis.
4. Untuk manajer perusahaan, rasio profitabilitas ini bisa menjadi acuan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan.
5. Sebagai tolak ukur bagi trader saham dalam menilai apakah saham perusahaan
layak untuk dibeli.
6. Sebagai acuan dasar dalam aspek pajak perusahaan
D. FUNGSI RASIO PROFITABILITAS

Berikut ini berbagai fungsi dari rasio profitabilitas:

1. Sebagai pengukur performa perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari


jumlah modal yang diberikan atau dimiliki. Baik modal yang dipinjami atau modal
yang berasal dari kekayaan pemilik perusahaan.
2. Sebagai pembanding posisi atau jumlah laba yang dimiliki perusahaan pada tahun
ini (saat ini) terhadap jumlah laba pada tahun sebelumnya.
3. Sebagai penyaji data terkait laba perusahaan dari waktu ke waktu, sehingga bisa
digunakan sebagai sarana evaluasi para stakeholders.
4. Untuk mengetahui besar laba yang didapatkan perusahaan yang dihasilkan oleh
total aset dan total ekuitas yang dimiliki.
5. Sebagai pengukur terkait margin laba kotor yang dimiliki atas penjualan bersih,
margin laba operasional atas penjualan bersih, serta margin laba bersih atas
penjualan bersih.
E. JENIS-JENIS DAN CONTOH RASIO PROFITABILITAS

Rasio profitabilitas terbagi menjadi 8.

1. Gross Profit Margin (GPM)

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh
laporan arus kas, menjelaskan besaran laba yang diterima oleh perusahaan dengan
pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.

GPM ini mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar
GPM, maka semakin baik kegiatan operasional bisnisnya. Jika yang terjadi justru
sebaliknya, artinya ada yang salah dalam mengatur keuangan untuk kegiatan operasional
perusahaan.

➢ Rumus Gross Profit Margin: (Laba Kotor : Penjualan Bersih) x 100%


➢ Contoh kasus perhitungan GPM:
Laba kotor Perusahaan A sebesar: Rp50.000.000
Total pendapatannya: Rp57.000.000
Maka GPM Perusahaan A adalah sebagai berikut:
(Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%
= (Rp50.000.000 : Rp57.000.000) x 100%
= 87%
2. Profit Margin Ratio (PMR)

Profit margin ratio juga dikenal dengan Net Profit Margin (NPM) yang merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapatkan setelah dikurangi
dengan pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil
pengurangan antara laba sebelum pajak dengan pajak penghasilan.

Semakin tinggi margin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan
dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak
penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih berarti semakin rendah pula
laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena rendahnya
laba sebelum pajak penghasilan.

➢ NPM dapat dihitung dengan rumus: Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan
➢ Sebagai Contoh:
Pendapatan penjualan bersih (Net Sales) = Rp30.073.410.000
Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit after Tax) = Rp5.074.750.000
Maka,
NPM = Rp5.074.750.000 : Rp30.073.410.000
NPM = 16,9%
3. Return on Assets Ratio (ROA)

Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset.

➢ Rumus Rasio Pengembalian Aset/ROA: Laba bersih : Total Aset


➢ Contoh perhitungan:
Laba Bersih Perusahaan C: Rp200.000.000
Total Asetnya: Rp40.000.000,
Maka ROA perusahaan:
ROA = Rp200.000.000 : Rp40.000.000

= 5%

4. Return on Equity Ratio (ROE)

ROE adalah rasio profitabilitas yang berguna untuk menilai kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase.

ROE menunjukkan seberapa berhasilnya perusahaan dalam mengelola modal, sehingga


keuntungannya dapat diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham
perusahaan. ROE pun dikenal dengan rentabilitas modal sendiri atau yang disebut juga
rentabilitas usaha. ROE dihitung dari income perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham preferen dan biasa).

➢ Rumus:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
➢ Contoh perhitungan:
Dari laporan keuangan yang terbit pada 31 Desember 2020, PT. B yang bergerak
dalam sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp700.000.000.
Sedangkan total ekuitas para pemegang saham adalah sebesar Rp1.000.000.000.

Maka ROE-nya adalah sebagai berikut,


ROE = Rp700.000.000 : Rp1.000.000.000
ROE = 70%
5. Return on Sales Ratio (ROS)

ROS adalah rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya variabel produksi, seperti gaji karyawan, bahan baku, dll sebelum
dikurangi pajak dan bunga.

Rasio tersebut menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap dana penjualan
yang disebut juga sebagai margin operasional (operating margin) atau margin pendapatan
operasional (operating income margin).

➢ ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga : penjualan) x 100%


➢ Contoh perhitungan:
PT. D menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp300.000.000
Penjualannya sebesar Rp2.000.000.000

Maka ROS-nya adalah sebagai berikut:


ROS = (Rp300.000.000 : Rp2.000.000.000) x 100%
ROS = 15%
6. Return on Capital Employed (ROCE)

ROCE adalah rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang
digunakan dalam bentuk persentase. Modal yang dimaksud merupakan ekuitas suatu
perusahaan ditambah dengan kewajiban yang tidak lancar atau total aset dikurangi dengan
kewajiban lancar. ROCE ini mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi
perusahaan. Sebutan bagi laba sebelum pengurangan pajak dan bunga adalah EBIT, yakni
Earning Before Interest and Tax.

➢ Berikut ini 2 rumus ROCE yang kerap digunakan:


ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga : Modal Kerja
Atau
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga : (Total Aset – Kewajiban)
7. Return of Investment (ROI)

ROI adalah rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak
terhadap total aktiva. ROI ini berguna sebagai pengukur kemampuan suatu perusahaan
secara menyeluruh dalam menghasilkan keuntungan atas jumlah aktiva secara keseluruhan
yang tersedia pada perusahaan. Semakin tingginya rasio, berarti semakin baik pula kondisi
perusahaan.

➢ Rumus: ROI = ( (Laba Atas Investasi – Investasi Awal) : Investasi) x 100%


➢ Contoh perhitungan:
PT. Z berinvestasi sebesar Rp600.000.000 kepada perusahaan otomotif. PT. Z
ternyata mendapatkan penjualan sebesar 1.000 unit kendaraan. Dari penjualan
tersebut, perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp700.000.000.
Diketahui:
Keuntungan (Laba) Investasi sebesar Rp100.000.000
Modal (investasi) awal sebesar: Rp600.000.000
Maka,
ROI = (Rp700.000.000 -Rp600.000.000) : Rp600.000.000) x 100%
ROI = 16,6%
8. Operating Profit Margin (OPM)

OPM adalah alat yang digunakan untuk mengukur persentase tiap penjualan yang tersisa
setelah dikurangi semua pengeluaran wajib. Contohnya biaya, beban selain bunga, pajak,
serta dividen saham preferen. Nilai rasio OPM yang semakin besar akan menunjukkan
baiknya kinerja perusahaan.

Jenis rasio margin yang satu ini merupakan perhitungan keuntungan murni atas kegiatan
operasional perusahaan berupa proses penjualan yang telah dilakukan. Margin laba
operasional sering juga disebut sebagai Operating Profit Margin (OPM), dan merupakan
perhitungan yang dilakukan dengan mengabaikan kewajiban finansial berupa bunga serta
pajak.

➢ Rumus: OPM = Laba Operasional : Penjualan Bersih


➢ Contoh Perhitungan:
PT Galaxy Solaria Tbk, berikut besarnya perhitungan Rasio Margin Laba
Operasional pada tahun 2014:
Pendapatan Penjualan = Rp. 19.800.000
Harga Pokok Penjualan = Rp. 14.700.000
Laba Kotor = RP. 5.100.000
Beban Operasional = RP. 2.390.000
Laba Operasional = Rp. 2.710.000
Maka,
OPM = 2.710.000 : 19.800.000
OPM = 13,7%
KESIMPULAN

Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Tujuan dari
penerapan perhitungan rasio profitabilitas yaitu menghitung pemasukan laba perusahaan
pada suatu periode akuntansi, menghitung perkembangan laba yang diperoleh
dibandingkan dengan periode akuntansi yang telah lalu, dan menghitung kemampuan
perusahaan untuk mengembangkan modal yang digunakan, baik berasal dari modal
pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat dari rasio profitabilitas, dapat mengetahui secara
pasti laba/keuntungan dari perusahaan dalam periode tertentu, sebagai tolak ukur dalam
penilaian yang dilakukan bank/investor kepada perusahaan, dan memahami efisiensi dari
sebuah bisnis. Fungsi dari rasio profitabilitas terdapat sebagai pengukur performa
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari jumlah modal yang diberikan atau
dimiliki(baik modal yang dipinjami atau modal yang berasal dari kekayaan pemilik
perusahaan), sebagai pembanding posisi atau jumlah laba yang dimiliki perusahaan pada
tahun ini (saat ini) terhadap jumlah laba pada tahun sebelumnya, juga sebagai penyaji data
terkait laba perusahaan dari waktu ke waktu, sehingga bisa digunakan sebagai sarana
evaluasi para stakeholders. Terdapat 8 jenis dari Rasio Profitabilitas yaitu Margin Laba
Kotor (Gross Profit Margin), Margin Laba Bersih (Net Profit Margin), Rasio Pengembalian
Aset (Return On Aset Rasio), Rasio Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Rasio), Rasio
Pengembalian Penjualan (Return On Ssales Rasio), Pengembalian Modal yang digunakan
(Return On Capital Employed), Return On Invesment (ROI), dan Margin Laba Operasional
(Operational Profit Margin).

Anda mungkin juga menyukai