Diampu oleh:
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS MADURA
2023
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran
tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan yang
memberikan kesimpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas tertentu
sekaligus media yang paling penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi manajemen.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan metode dan teknik analisis yang tepat. Hasil
analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang
bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya.
Menurut PSAK No.1, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya
sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pada umumnya rasio profitabilitas diartikan sebagai rasio yang digunakan untuk
membandingkan kemampuan perusahaan untuk menyisihkan laba dari pendapatan. Jenis
rasio yang satu ini dengan kata lain digunakan untuk mengukur kemampuan menghasilkan
banyak laba dari kegiatan produksi yang dilakukan.
Ada banyak pengertian profitabilitas menurut para ahli. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.
Rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.
Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu
perusahaan dengan membandingkan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi.
(Sawir: 2009)
Itulah beberapa pengertian rasio profitabilitas menurut para ahli. Bisa dikatakan jika rasio
profitabilitas perusahaan merupakan sarana yang sangat penting untuk menilai performa
suatu perusahaan tertentu. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari bisnis tersebut adalah
emmberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh
laporan arus kas, menjelaskan besaran laba yang diterima oleh perusahaan dengan
pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.
GPM ini mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar
GPM, maka semakin baik kegiatan operasional bisnisnya. Jika yang terjadi justru
sebaliknya, artinya ada yang salah dalam mengatur keuangan untuk kegiatan operasional
perusahaan.
Profit margin ratio juga dikenal dengan Net Profit Margin (NPM) yang merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapatkan setelah dikurangi
dengan pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil
pengurangan antara laba sebelum pajak dengan pajak penghasilan.
Semakin tinggi margin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan
dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak
penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah margin laba bersih berarti semakin rendah pula
laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena rendahnya
laba sebelum pajak penghasilan.
➢ NPM dapat dihitung dengan rumus: Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan
➢ Sebagai Contoh:
Pendapatan penjualan bersih (Net Sales) = Rp30.073.410.000
Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit after Tax) = Rp5.074.750.000
Maka,
NPM = Rp5.074.750.000 : Rp30.073.410.000
NPM = 16,9%
3. Return on Assets Ratio (ROA)
Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset.
= 5%
ROE adalah rasio profitabilitas yang berguna untuk menilai kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase.
➢ Rumus:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
➢ Contoh perhitungan:
Dari laporan keuangan yang terbit pada 31 Desember 2020, PT. B yang bergerak
dalam sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp700.000.000.
Sedangkan total ekuitas para pemegang saham adalah sebesar Rp1.000.000.000.
ROS adalah rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya variabel produksi, seperti gaji karyawan, bahan baku, dll sebelum
dikurangi pajak dan bunga.
Rasio tersebut menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap dana penjualan
yang disebut juga sebagai margin operasional (operating margin) atau margin pendapatan
operasional (operating income margin).
ROCE adalah rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang
digunakan dalam bentuk persentase. Modal yang dimaksud merupakan ekuitas suatu
perusahaan ditambah dengan kewajiban yang tidak lancar atau total aset dikurangi dengan
kewajiban lancar. ROCE ini mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi
perusahaan. Sebutan bagi laba sebelum pengurangan pajak dan bunga adalah EBIT, yakni
Earning Before Interest and Tax.
ROI adalah rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak
terhadap total aktiva. ROI ini berguna sebagai pengukur kemampuan suatu perusahaan
secara menyeluruh dalam menghasilkan keuntungan atas jumlah aktiva secara keseluruhan
yang tersedia pada perusahaan. Semakin tingginya rasio, berarti semakin baik pula kondisi
perusahaan.
OPM adalah alat yang digunakan untuk mengukur persentase tiap penjualan yang tersisa
setelah dikurangi semua pengeluaran wajib. Contohnya biaya, beban selain bunga, pajak,
serta dividen saham preferen. Nilai rasio OPM yang semakin besar akan menunjukkan
baiknya kinerja perusahaan.
Jenis rasio margin yang satu ini merupakan perhitungan keuntungan murni atas kegiatan
operasional perusahaan berupa proses penjualan yang telah dilakukan. Margin laba
operasional sering juga disebut sebagai Operating Profit Margin (OPM), dan merupakan
perhitungan yang dilakukan dengan mengabaikan kewajiban finansial berupa bunga serta
pajak.